1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan atau moto yang berarti meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Bentuk fisik Indonesia berupa negara kepulauan terdiri atas ribuan pulau yang dipisahkan oleh perairan luas menimbulkan keragaman suku, ras, agama dan kebudayaan. Kemajemukan yang lahir ini justru merupakan kekayaan yang patut dibanggakan oleh bangsa dan masyarakat Indonesia serta keberadaanya harus terus dipertahankan dan dilestarikan untuk para generasi penerus sebagai asset bangsa. Indonesia merupakan Negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di Indonesia. Setiap daerah memiliki ciri khas kebudayaan yang berbeda. Salah satu bentuk ciri khas kebudayaan setiap daerah di wujudkan dengan tari khas kebudayaan masing-masing setiap daerah. Dengan musik dan gerak menciptakan sebuah tarian yang menceritakan kekayaan dan keanekaragaman bangsa Indonesia. 1 Definisi tari itu sendiri adalah gerakan tubuh yang mengekspresikan getaran perasaan isi jiwa manusia yang mengandung unsur-unsur ritme atau irama. Selain daripada itu bahwa tari substansi dasarnya adalah gerakan yang ritmis dan tubuh merupakan alat 1 LSPR Student League, Perkembangan Tari Tradisional Indonesia dari Masa ke Masa, http://lspr.edu/studentleague/?project=perkembangan-tari-tradisional-indonesia-dari-masa-kemasa, diakses pada tanggal 19 Desember 2014 pukul 19.10 WIB.
2 pokok. Akan tetapi gerakan tubuh tersebut bukanlah gerak sehari-hari, melainkan gerakan-gerakan yang indah. Dan gerak yang indah ini adalah gerak yang distilir. 2 Yogyakarta dikenal sebagai kota budaya yang kaya akan seni dan kebudayaan yang sampai saat ini masih dilestarikan keberadaanya. Salah satunya adalah tarian klasik keraton Yogyakarta serta merupakan tari khas dari Yogyakarta. Tari klasik tidak hanya sebatas gerakan tubuh saja, namun terdapat makna lain di dalam setiap gerakan tarian tersebut yakni sebagai pendidikan budi pekerti. Pelajaran tari menjadi latihan batin dan kehalusan jiwa serta menyelaraskan bentuk kehidupan lahir dengan keadaan jiwa yang seimbang. Hal ini dapat dilihat ketika tarian klasik gaya Yogyakarta dibawakan oleh penari dengan gerakan yang lembut sesuai dengan irama yang mengiri tari tersebut. Tari bukanlah semata-mata performance. Ia yang berawal dari sublimasi pergulatan internal dalam diri seorang raja Jawa, kemudian bergerak menjadi pendidikan kewiraan dan budi pekerti dikalangan abdi dalem dan akhirnya menjadi pendidikan demokrasi Jawa ketika diajarkan dikhalayak luas. Kesemua ini terjadi dalam lintasan ruang dan waktu perjalanan panjang resistensi Jawa melawan penjajahan asing. Maka, makna tari boleh bergerak jauh, namun yang Jawa seyogyanya tetap lestari. 3 Tari sebagai karya seni merupakan hasil dari kemampuan intelektual manusia berupa gerakan indah 2 K.R.T. Pujaningrat, Filsafat Joged Mataram, Sarasehan Pementasan Tari Klasik Gaya Yogyakarta, Yogyakarta,23 November 2013. 3 Yayasan Siswa Among Beksa, 2012, 60 Tahun Tapak Siswa Among Beksa, PT Lendis Cipta Media Jaya, Yogyakarta, hlm. 23.
3 dipadu dengan iringan yang selaras pada setiap gerakannya. Para seniman membuat tari klasik tersebut membutuhkan waktu, tenaga bahkan tidak menutup kemungkinan biaya. Memerlukan keahlian tertentu seseorang dapat membuat tari klasik karena biasanya di setiap gerakan tari mengandung makna tertentu atau merupakan potret kehidupan manusia. Karena memerlukan waktu, tenaga dan biaya sudah sepatutnya hasil dari kemampuan intelektual manusia tersebut diapresiasi dengan memberikan perlindungan terhadapnya. Hasil dari kemampuan intelektual manusia tersebut menimbulkan hak bagi penciptanya yang disebut hak atas kekayaan intelektual. Perlindungan hak atas kekayaan intelektual pada umumnya untuk melindungi para pencipta dan produser barang dan jasa intelektual lainnya melalui pemberian hak tertentu secara terbatas untuk mengontrol penggunaan yang dilakukan produser tersebut. 4 Salah satu cabang dari kekayaan intelektual tersebut yakni hak cipta. Indonesia menempatkan ketentuan mengenai hak cipta di dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (selanjutnya disebut UUHC 2014). Hak cipta memberikan hak-hak tertentu bagi para pencipta atas ciptaannya berupa karya intelektual seperti sastra, musik, dan seni. Tari merupakan salah satu wujud karya seni sekaligus hasil dari kemampuan intelektual sehingga para penciptanya memiliki hak berupa hak cipta. Menurut Pasal 1 angka 1 UUHC 2014 definisi hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu 4 Suyud Margono, 2010, Hukum Hak Cipta Indonesia Teori Dan Analisis Harmonisasi Ketentuan World Trade Organization (WTO)-Trips Agreement, Ghalia Indonesia, Bogor, hlm. 24.
4 ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Kelahiran suatu karya telah begitu melibatkan tenaga, waktu, dan biaya. Oleh karena adanya kegunaan atau nilai ekonomi pada suatu karya cipta, timbulah kemudian konsepsi mengenai kekayaan. Pada gilirannya, tumbuh konsepsi hukum mengenai hak dan kebutuhan untuk melindunginya. Pengembangan konsepsi hukum ini, bila dilihat dari segi usaha untuk mendorong tumbuhnya sikap dan budaya menghormati atau menghargai jirih payah atau hasil karya orang lain, memiliki arti yang penting. 5 Selain itu perlindungan dilakukan supaya pertumbuhan kreativitas manusia semakin berkembang dan mendorong para seniman lain untuk menciptakan karyakarya yang semakin baik. Hak cipta sebagai bagian dari perlindungan kekayaan intelektual memiliki hak-hak yang ditimbulkan atas kekayaan yang dimilikinya, dalam hal ini pemilik hak cipta dapat melakukan perbuatan-perbuatan hukum tertentu atas kekayaan yang dimilikinya. Hak-hak yang timbul dari suatu ciptaan dalam hak cipta oleh hukum diberikan secara bersamaan dengan keistimewaan-keistimewaan tertentu, yaitu hak untuk mengeksploitasi ciptaannya. 6 Perolehan hak cipta pada prinsipnya ketika ciptaan tersebut diwujudkan. Hal ini tercantum pada Pasal 1 angka 3 UUHC 2014 yang menyebutkan bahwa Ciptaan adalah hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, 5 Ibid, hlm. 26-27. 6 Ibid, hlm. 29.
5 pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata. Hal ini berbeda dengan karya intelektual lain yang mempersyaratkan dalam perolehan haknya melalui proses pendaftaran. Meskipun hak cipta perolehannya tanpa harus didaftarkan terlebih dahulu, namun terhadap ciptaan dapat didaftarkan. Pendaftaran yang dimaksud hanya memberikan manfaat bahwa pendaftar tetap dianggap sebagai pencipta, sampai ada pihak lain yang dapat membuktikan sebaliknya di pengadilan. Pendaftar menikmati perlindungan hukum sampai adanya putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan bahwa pihak lain (bukan pendaftar) yang menjadi pencipta. 7 Pada UUHC 2014 istilah pendaftaran diganti dengan istilah pencatatan. Tari gaya Yogyakarta pada awalnya identik dengan tari klasik, namun dalam perkembangannya tari kreasi baru dalam gerakannya menggunakan patokan-patokan yang ada di dalam tari klasik. Salah satu sanggar yang mengajarkan berbagai tari gaya Yogyakarta yakni Sanggar Wiraga Apuletan. Tari yang diajarkan selain tari klasik terdapat pula tari kreasi baru. Tari yang diajarkan di sanggar ini antara lain Tari Golek, Tari Sekar Pudyastuti, Tari Mulat Saliro, Tari Leloledhung dan lain-lain untuk putri serta Tari Kuda-Kuda, Tari Bugis, dan lain-lain untuk putra. Beberapa pengajar tari di sanggar ini menciptakan karya seni tari baik itu tari klasik maupun tari kreasi baru yang diajarkan kepada para siswa sanggar. 7 Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin, 2005, Hak Kekayaan Intelektual Dan Budaya Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 19.
6 Perlindungan hukum terhadap hak cipta tari gaya Yogyakarta khususnya di Sanggar Wiraga Apuletan menjadi sangat penting, karena tari-tari yang dihasilkan oleh pencipta tersebut selain memiliki manfaat ekonomis juga merupakan sebagai warisan budaya serta asset bangsa yang tak ternilai harganya. Meskipun telah dilindungi melalui UUHC 2014, namun masih terdapat kerancuan di dalam UUHC 2014 mengenai sistem perolehan hak cipta. Perolehan hak cipta bersifat deklaratif, yang berarti ciptaan dilindungi setelah berwujud nyata tidak hanya sekedar ide, imajinasi atau pikiran. Namun UUHC 2014 juga mengatur mengenai pencatatan hak cipta yang pelaksanaannya tidak diharuskan melainkan hanya anjuran yang bersifat bebas dan tidak memaksa. Pelaksanaan pencatatan dilakukan dengan tahap-tahap yang rumit dan memakan waktu lama seperti perolehan hak dengan sistem konstitutif. Hal ini menyebabkan sebagian besar para seniman yang sekaligus para pencipta kesenian tari tidak mencatatkan karyanya. Beberapa tarian di Sanggar Wiraga Apuletan yang diciptakan oleh para pengajar tari di sanggar tersebut tidak dicatatkan. Padahal meskipun hak cipta lahir ketika karyanya tersebut diwujudkan namun dengan dicatatkan ciptaanya maka pencipta memiliki bukti awal dalam kepemilikan ciptaannya sehingga perlindungannya lebih terjamin. Berdasarkan uraian latar belakang di awal, maka penulis tertarik untuk mengkaji dan mengadakan penelitian hukum mengenai Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Tari Gaya Yogyakarta Di Sanggar Wiraga Apuletan Yogyakarta.
7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak cipta tari gaya Yogyakarta di Sanggar Wiraga Apuletan Yogyakarta berdasarkan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta? 2. Apa saja kendala pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak cipta tari gaya Yogyakarta di kalangan para pencipta karya seni tari gaya Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa hal mengenai tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini, yaitu: 1. Tujuan Subyektif Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan jenjang pendidikan Strata Satu (S-1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada. 2. Tujuan Obyektif a. Untuk mengetahui pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak cipta tari gaya Yogyakarta di Sanggar Wiraga Apuletan Yogyakarta berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta. b. Untuk mengetahui kendala terhadap pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak cipta tari gaya Yogyakarta di kalangan para pencipta karya seni tari gaya Yogyakarta
8 c. Untuk mengetahui upaya yang dapat ditempuh bagi para pencipta karya seni tari gaya Yogyakarta di Sanggar Wiraga Apuletan Yogyakarta apabila terjadi pelanggaran hak cipta terhadap karya seni tari yang diciptakannya sehingga menyebabkan pencipta mengalami kerugian. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh penulis melalui media internet dan kepustakaan di perpustakaan Universitas Gadjah Mada, terdapat penulisan hukum yang memiliki keterkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis diantaranya penelitian mengenai: 1. Perlindungan Hukum Bagi Koreografer Terhadap Pengembangan Tari Angguk Gangnam Style Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) oleh Feti Oktalia di Universitas Islam Indonesia (2014) Perumusan masalah pada penelitian ini lebih kepada perlindungan hukum secara khusus pada koreografer dengan hasil karyanya yang berupa Tari Angguk Gangnam Style. 2. Tesis Perlindungan Karya Cipta Seni Tari (Studi Terhadap Konsep Dan Upaya Perlindungan Hak Cipta Seni Tari Di Kalangan Seniman Tari Yogyakarta) oleh Faza Novrisal di Universitas Diponegoro (2009) Perumusan masalah pada penelitian ini lebih kepada perlindungan hukum karya cipta seni tari para seniman Yogyakarta dan melihat pendapat dari para seniman tari di Yogyakarta mengenai pengaturan
9 perlindungan hak cipta serta upaya yang dilakukan oleh para seniman tari Yogyakarta dalam melindungi karya cipta seni tarinya. 3. Tesis Perlindungan Hukum Terhadap Tari Kreasi Baru Dalam Undang- Undang Nomor 19 Tahun 2002 (Studi Kasus : Tari Kreasi Baru Di Yogyakarta) oleh Irna Nurhayati (2011) Perumusan masalah pada penelitian ini lebih kepada perlindungan hukum terhadap tari secara khusus yakni tari kreasi baru dalam Undang-Undang Nomo 19 Tahun 2002. Sementara permasalahan dalam penelitian yang dibahas oleh penulis lebih menekankan kepada perlindungan hukum terhadap hak cipta tari khususnya tari gaya Yogyakarta baik itu tari klasik maupun tari kreasi baru dengan ragam gerakan gaya Yogyakarta di Sanggar Wiraga Apuletan, kendala terhadap pelaksanaan perlindungan hukum terhadap hak cipta tari gaya Yogyakarta di kalangan para pencipta karya seni tari gaya Yogyakarta serta upaya yang dapat ditempuh bagi para pencipta karya seni tari gaya Yogyakarta di Sanggar Wiraga Apuletan Yogyakarta apabila terjadi pelanggaran hak cipta terhadap karya seni tari yang diciptakannya sehingga menyebabkan pencipta mengalami kerugian. Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian ini secara lebih khusus belum pernah diteliti. Akan tetapi apabila ternyata pernah dilaksanakan penelitian yang sama atau sejenis, maka penelitian ini diharapkan dapat melengkapinya. E. Manfaat Penelitian
10 Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk kepentingan akademis maupun kepentingan praktis, yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, hukum dagang khususnya mengenai perlindungan hukum berkaitan dengan hak cipta serta bermanfaat bagi penelitian-penelitian ilmu hukum selanjutnya. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi pencipta karya seni tari dengan memberikan pengetahuan dan kejelasan yuridis tentang perlindungan hukum terhadap hak cipta serta memberikan masukan kepada para pencipta karya seni tari di Yogyakarta mengenai pentingnya kesadaran dan penegakan hukum dalam perlindungan hak cipta karya seni tari. b. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihakpihak yang terlibat dalam penentuan kebijakan HKI khususnya hak cipta karya seni tari.