BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Filosofi Dalam dunia fotografi terdapat sebuah konsep pemotretan mengenai kekontinuitasan foto. Yaitu merupakan rangkaian foto yang membentuk sebuah alur cerita, dimana satu adegan akan berada di dalam satu frame. Di dalam rangkaian panel foto tersebut, akan terstimulasi mengenai waktu dan gerak. Kekontinuitasan gambar tersebut disesuaikan dengan komposisi gambar dalam berbagai sudut arah kamera. Pada sebuah karya foto yang berhasil menciptakan sebuah rangkaian cerita, akan memunculkan sebuah sensasi dari pengamat. Bahkan terkadang, hal tersebut juga dapat membangkitkan emosional dari diri seseorang. Hal itu terjadi berdasarkan dari setiap detail pixel-pixel di dalam karya fotografi tersebut. Di dalam arsitektur, panel tersebut dapat diasumsikan sebagai sebuah ruangan. Dimana diambil dari konsep klise dari sebuah gambar bercerita atau framing time tadi. Konsep tersebut diterapkan pada kekontinuitasan ruang yang mana hal itu berguna untuk mengarahkan alur perilaku pengunjung di dalam bangunan. Framing time juga diterapkan untuk menata fungsi ruang, agar hubungan antar ruang dapat disesuaikan dengan waktu kegiatan yang diwadahi dalam bangunan tersebut. Dimana dalam tiap-tiap ruang tersebut nantinya akan memiliki ekspresi ruang sendiri-sendiri, dimana hal tersebut akan menggambarkan seperti sekuen gambar pada karya fotografi yang kontinu. Gambar 4.1. Klise Foto Bercerita Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-vegkgsfrjku/vvjindcjdri/aaaaaaaadmq/ pv1ndvfwzvq/s1600/bw%2bklise.jpg (diakses pada 25 Mei 2016, pukul 13:01) 116
4.2. Konsep Arsitektur 4.2.1. Konsep Bentuk Massa Bangunan sesuai dengan Penekanan pada Continuous Space - Bentuk massa bangunan yang dipilih ialah bentuk tidak teratur, dimana bentuk tersebut dirasa tidak kaku dan tetap dinamis. Kedinamisan bentuk sangat dicari pada perencanaan bangunan pusat komunitas fotografi yang merupakan bangunan komunitas publik. Kekakuan akan menimbulkan impresi yang kaku pula terhadap jiwa bangunan itu sendiri. Padahal fungsi bangunan ini adalah mewadahi orang-orang yang berjiwa seni, dalam hal ini seni fotografi. Sehingga perlu dibuat sebuah bangunan yang memiliki kedinamisan bentuk dan atraktif. Hal itu akan membentuk sebuah impresi yang unik. - Bentuk massa bangunan tidak teratur tersebut diciptakan pula dengan membuat taman pada atap bangunan. Hal tersebut akan digunakan sebagai alternatif ruang publik. Selain itu, hal tersebut juga berguna untuk mendukung kawasan sebagai kawasan penghijauan. Gambar 4.2. Contoh Bentuk Massa Bangunan 1 Sumber: http://aida-architecture.blogspot.co.id/2015/06/design-loft-byweissmanfredi.html (diakses pada 24 Mei 2016, pukul 09:57) 117
Gambar 4.3. Contoh Bentuk Massa Bangunan 2 Sumber: http://joelsandersarchitect.com/project/youth-development-center-2/ (diakses pada 24 Mei 2016, pukul 09:59) - Kekontinuitasan ruang dengan bentuk massa yang tidak teratur tetap akan tercipta dengan penggunaan elemen estetika keseimbangan, serta elemen-elemen visual yang menciptakan kekontinuitasan visual yang akan berdampak pada kekontinuitasan ruang. Misalnya dengan memberikan irama pada bangunan dengan pengulangan garis, bentuk, wujud, atau warna yang secara harmonis dan teratur. - Meskipun dengan bentuk yang tidak beraturan, dalam hal ini yang dimaksudkan yaitu tidak simetris, dengan pengorganisasian ruang dan sirkulasi yang baik, tetap akan menciptakan sekuen-sekuen menarik dan terciptalah sebuah kekontinuitasan ruang. - Keefektifan ruang akan tetap terjaga baik ketika komposisi penggabungan bentuk yang dipilih sesuai dan baik. Yang mana komposisi yang baik tersebut akan memberikan kontekstual yang baik pula pada bangunan. - Berdasarkan zonasi, tata massa bangunan akan dikelompokkan berdasarkan kepentingan ruang, yaitu publik semi publik dan privat. Dimana tiap-tiap massa bangunan tersebut nantinya akan memberikan gambaran mengenai zoning terhadap hirarki masing- 118
masing ruang itu. Dan pemecahan massa bangunan yang dibagi menjadi beberapa massa tersebut membantu untuk menyesuaikan karakter teknis ruang, sehingga kenyamanan fungsi dan keamanan bangunan tetap terjaga. Gambar 4.4. Konsep Zonasi pada Bangunan Sumber: Analisis Pribadi Gambar 4.5. Contoh Zonasi pada Bangunan Massa Utama Sumber: http://aida-architecture.blogspot.co.id/2015/06/design-loft-byweissmanfredi.html (diakses pada 24 Mei 2016, pukul 10:50) 4.2.2. Konsep Tampilan Bangunan sesuai dengan Penekanan pada Continuous Space - Pemilihan warna berdasarkan penekanan pada kekontinuitasan ruang yaitu adalah warna netral seperti hitam, putih, abu-abu, dan coklat. Warna monokromatik akan memperlihatkan sebuah 119
kontinuitas komposisi yang baik. Dimana warna hitam dan abuabu merupakan warna yang baik sebagai aksen. - Pemakaian perbedaan tekstur antara halus dan kasar juga dapat dibuat sebuah komposisi yang baik untuk tampilan bangunan. Hal itu didukung dengan pemakaian material bangunan seperti baja, kayu, kaca, dan batu bata, dimana tekstur antara satu material dengan material yang lain berbeda-beda. Gambar 4.6. Contoh Penggunaan Material Baja Kombinasi Kaca dan Batu Bata Merah Ekspos dengan Lantai Plesteran Sumber: http://www.biennalejogja.org/2013/wp-content/uploads/2013/11/fotovenue-sarang-building-upload-480x300.jpg (diakses pada 21 Maret 2016, pukul 17:57) Gambar 4.7. Contoh Penggunaan Material Beton Ekspos dengan Tekstur Alami Sumber: http://www.sarangbuilding.com/admin/kcfinder/upload/images/ LindaSormin_Working_at_SaRang_2014.jpg (diakses pada 21 Maret 2016, pukul 17:50) 120
4.2.3. Konsep Ruang Luar sesuai dengan Penekanan pada Continuous Space - Berdasarkan analisis dari aksesibilitas, maka pintu masuk berada di sisi Timur tapak pada bagian Utara. Sedangkan pintu keluar berada di sisi Timur bagian Selatan. Perbedaan antara pintu masuk dan pintu keluar ini menciptakan suatu kekontinuitasan ruang pada bagian entrance. Gambar 4.8. Sirkulasi Bangunan Terpilih Sumber: Analisis Penulis - Berdasarkan view keluar bangunan, view-view di sekitar site yang bisa dieksplor merupakan sisi pada bagian Barat dan Utara tapak karena berbatasan langsung dengan jalan utama yaitu Jalan Batikan dan Jalan Babaran. Namun potensi view tersebut juga tidak begitu menarik mengingat bangunan sekitarnya merupakan komplek-komplek perumahan. Sehingga pada perancangan bangunan pusat fotografi ini, view akan diciptakan ke ruang publik (outdoor) yang terletak di tengah bangunan, dimana kontinuitas visual dapat tercipta dengan penggunaan kaca pada sisi bangunan. 121
Gambar 4.9. Rencana View pada Bangunan Sumber: Analisis Penulis - Penambahan tata vegetasi pada sisi-sisi tapak akan berpengaruh pada performa bangunan. Tata vegetasi tersebut juga berguna demi menjaga bangunan sebagai peredam kebisingan, sebagai naungan bangunan untuk melindungi bangunan dari cuaca ekstrim. Pemakaian tata vegetasi juga digunakan sebagai elemen desain pembentuk ruang. Gambar 4.10. Contoh Penggunaan Vegetasi sebagai Pelingkup Bangunan Sumber: http://sabinebvogel.at/wp/wp-content/uploads/2013/12/sarang2.jpg (diakses pada 21 Maret 2016, pukul 17:45) 122
- Tata lansekap yang dipilih untuk pusat komunitas fotografi ini adalah lansekap tersebar. Kesesuaian konteks vegetasi yang tersebar tersebut dengan ruang yang kontinu yaitu dengan menggunakan vegetasi yang tersebar akan tercipta kontinuitas visual dari adanya vegetasi. Dan hal itu juga untuk mendukung kawasan tapak yang merupakan kawasan penghijauan. Sebagai pusat komunitas, ruang di luar bangunan akan menjadi ruang terbuka publik yang berguna sebagai pemicu interaksi. Dan dengan demikian, kekontinuitasan antara bangunan dan ruang tebuka publik itupun akan lebih mudah tercipta. Gambar 4.11. Contoh Konsep Ruang Luar pada Bangunan Sumber: http://joelsandersarchitect.com/project/youth-development-center-2/ (diakses pada 24 Mei 2016, pukul 11:26) 4.2.4. Konsep Ruang Dalam sesuai dengan Penekanan pada Continuous Space - Sirkulasi yang digunakan pada massa bangunan adalah pola linear, dimana pola tersebut akan menciptakan framing time dari ruang-ruang yang dilalui. Pola linear tidak hanya jalur yang arahnya hanya lurus saja, namun pola ini juga dapat berbentuk jalur lain, bercabang, atau bahkan membentuk sebuah putaran balik. - Di dalam tata ruang dalam, pola ruang yang ada dibuat sedemikian rupa menjadi seperti open plan. Dimana tetap ada 123
batas yang membatasi namun sifatnya tidak masif. Pemakaian material-material kaca ataupun vegetasi akan digunakan sebagai pembatas ruang. Gambar 4.12. Contoh Konsep Ruang Dalam pada Bangunan Sumber: http://aida-architecture.blogspot.co.id/2015/06/design-loft-byweissmanfredi.html (diakses pada 24 Mei 2016, pukul 11:28) 4.3. Konsep Sistem Bangunan 4.3.1. Konsep Struktur Bangunan sesuai dengan Penekanan pada Continuous Space - Struktur pada bagian atap menggunakan atap dak dengan konstruksi menggunakan bahan beton bertulang pada umumnya. Hal itu berguna sebagai tambahan ruang yang dijadikan taman, agar pengunjung dapat berinteraksi. Sehingga kekontinuitasan antara bangunan dan alam pun tetap tercipta. - Struktur pada badan bangunan menggunakan tipe struktur rigid frame. Hal itu dikarenakan oleh bangunan masih termasuk tipe sederhana dengan bentang yang masih dikatakan normal. Struktur rangka kaku (rigid frame) tersebut merupakan struktur yang terdiri dari elemen-elemen linier, umumnya balok dan kolom yang saling dihubungkan. 124
- Pada struktur pondasi, perencanaan bangunan pusat komunitas fotografi ini nantinya menggunakan pondasi dangkal jenis pondasi menerus. 4.3.2. Konsep Pencahayaan Bangunan sesuai dengan Penekanan pada Continuous Space - Pencahayaan yang digunakan pada pusat komunitas fotografi ini yaitu kombinasi antara pencahayaan alami dan buatan. Dimana pencahayaan buatan dilakukan di tempat-tempat yang membutuhkan pengaturan cahaya tersendiri seperti di dalam studio foto. Sedangkan pencahayaan alami akan dimaksimalkan pada tiap-tiap ruang yang tidak memiliki dampak berlebih. Gambar 4.13. Contoh Penggunaan Pencahayaan Alami pada Bangunan Sumber: http://citraraya.com/wp-content/uploads/2015/12/ca1.jpg (diakses pada 24 Mei 2016, pukul 11:33) 125
Gambar 4.14. Contoh Penggunaan Pencahayaan Buatan pada Bangunan Sumber: http://www.blogto.com/listings/gallery/upload/2007/10/ 20071017_pikto.jpg (diakses pada 24 Mei 2016, pukul 11:35) 4.3.3. Konsep Utilitas pada Bangunan sesuai dengan Penekanan pada Continuous Space - Penghawaan yang digunakan pada bangunan yaitu penghawaan alami dan buatan. beberapa ruang membutuhkan penghawaan alami baik dengan sistem cross ventilation dan stack ventilation. Namun ruang-ruang yang memiliki tuntuntan tertutup seperti studio foto, akan menggunakan penghawaan buatan yaitu AC. Gambar 4.15. Contoh Penghawaan Alami pada Bangunan Sumber: http://www.sarangbuilding.com/admin/kcfinder/upload/images/ LindaSormin_Working_at_SaRang_2014.jpg (diakses pada 21 Maret 2016, pukul 17:50) 126
- Jaringan listrik yang digunakan yaitu berasal dari PLN sebagai sumber listrik yang utama. Namun juga didukung dengan keberadaan genset jika listrik dari PLN padam. - Jaringan air bersih yang digunakan untuk pusat komunitas fotografi ini yaitu berasal dari PAM. Hal tersebut karena penggunaan air di dalam pusat komunitas fotografi tersebut tidak terlalu banyak, yaitu untuk kebutuhan lavatory dan cafetaria. - Pada sistem drainase yang berasal dari atap, akan disalurkan melalui talang menuju ke sumur resapan yang berada di luar bangunan. Dimana air tersebut nantinya akan disalurkan kembali untuk terhubung pada riol kota. - Limbah air kotor yang berasal dari kamar mandi dan wastafel akan diarahkan menuju prosesnya masing-masing yaitu septiktank, bak air kontrol, dan bak penangkap lemak. Berdasarkan bagian keenam rencana sistem pengelolaan air limbah pasal 27 ayat 2, tapak yang merupakan kawasan Umbulharjo blok M1 Pandeyan Sub BWP M Umbulharjo, sistem pembuangan limbah setempat diarahkan dengan penggunaan septiktank komunal. - Gambar 4.16. Sistem Utilitas pada Bangunan Sumber: Analisis Pribadi - Sistem jaringan komunikasi yang digunakan pada bangunan pusat komunitas fotografi nantinya adalah jaringan telepon dan 127
internet. Yang mana jaringan telepon tersebut dibuat dengan menggunakan nomor telepon dari induk yang memungkinkan operator akan menjawab segala telepon yang akan masuk. Kemudian untuk di dalam pusat komunitas fotografi itu sendiri akan menggunakan nomor-nomor ekstansi sehingga memungkinkan untuk dapat saling berkomunikasi antara ruang yang satu dengan ruang yang lainnya. Sedangkan untuk jaringan internet menggunakan server sebagai induk utama, yang kemudian akan menggunakan router untuk dibagikan sinyal wifi ke seluruh penjuru pada pusat komunitas fotografi tersebut. - Jaringan tata suara yang digunakan pusat komunitas fotografi tersebut yaitu speaker aktif dan ceiling speakers. - Sistem fire protection yang digunakan pada pusat komunitas fotografi ini yaitu fire protection seperti pada umumnya, yaitu terdiri atas fire detector, fire alarm, halon, hydrant-box, sprinkler, dan portable fire.extinguisher. Dimana tiap-tiap house rack hendaknya diletakkan setiap 30m. - Halon merupakan fire protection yang penting di dalam pusat komunitas fotografi ini. - Selain itu untuk menghindari terjadinya kebakaran pada bangunan, dapat dibuat suatu upaya pencegahan kebakaran yaitu dengan cara mengatur jarak antar bangunan dengan cara menaati peraturan bangunan yang berlaku seperti sempadan jalan; mengadakan perlengkapan pencegahan yang diadakan secara khusus untuk mencegah terjadinya kebakaran, dengan menggunakan cctv; pemilihan bahan bangunan yang baik; Isolasi terhadap api, dengan cara menyediakan tangga darurat, dengan pintu keluar yang langsung menuju ruang terbuka. - Sebuah bangunan gedung pusat komunitas fotografi ini menggunakan alat penangkal petir yang dipasang pada atap 128
atau puncak bangunan. Yang kemudian dihubungkan dengan kabel tembaga menuju tanah pada dasar bangunan (grounding/ arde). - Sistem keamanan yang dapat digunakan dalam pusat komunitas fotografi tersebut yaitu dengan adanya penjagaan dari tim pengamanan (satpam); penggunaan cctv sebagai kamera keamanan yang dapat mengawasi segala aktivitas yang terjadi di dalam bangunan pusat komunitas fotografi tersebut; penggunaan alat keamanan lebih seperti jendela anti maling dan pintu berkode. 129