BAB III. Sejarah Terbentuknya The Commonwealth of Independent States. dan Hubungan Rusia dengan Negara Anggota

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV Kepentingan Pemerintah Rusia di Wilayah Asia Tengah era Vladimir Putin dalam keanggotaannya di The Commonwealth of Independent States

BAB V KESIMPULAN. Runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990an merubah konstelasi politik dunia. Rusia

BAB I. Pendahuluan. Rusia memiliki luas wilayah sebesar 17,098,242 km² dan merupakan negara

BAB IV REAKSI RUSIA TERHADAP HUBUNGAN AMERIKA SERIKAT- UZBEKISTAN. Sebagaimana telah diketahui berdasarkan bab sebelumnya, bahwa bahkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya. Konflik etnis merupakan salah satu permasalahan yang masih terjadi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Eropa Barat membuat suatu kebijakan dengan memberikan

4.2 Respon Uni Eropa dan Amerika Terhadap Konflik Rusia dan Ukraina Dampak Sanksi Ekonomi Terhadap Pariwisata Rusia

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

sanksi terhadap intensi Kiev bergabung dengan Uni Eropa. Sehingga konflik Ukraina dijadikan sebagai instrumen balance of power di Eropa Timur.

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Yofa Fadillah Hikmah, 2016

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

KEKUASAAN HUBUNGAN LUAR NEGERI PRESIDEN (FOREIGN POWER OF THE PRESIDENT) Jumat, 16 April 2004

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

BAB II DESKRIPSI SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION. sistem pemerintahan negara negara baru merdeka. (Hidayatulah, 2009)

Sumber-sumber kemasyarakatan merupakan aspek dari non pemerintah dari suatu system politik yang mempengaruhi tingkah laku eksternal negaranya.

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB V KESIMPULAN. dasawarsa terakhir ini dengan dilumpuhkannya beberapa pemimpin-pemimpin dictator

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL...

BAB IV KESIMPULAN. Dalam bab ini, penulis akan menuliskan kesimpulan dari bab-bab. sebelumnya yang membahas mengenai kelompok pemberontak ISIS dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB V KESIMPULAN. mencari mitra kerjasama di bidang pertahanan dan militer. Karena militer dapat

KETERLIBATAN INGGRIS DALAM UPAYA PENYELESAIAN PERANG SOMALIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Uzbekistan. Karena Asia Tengah adalah kawasan strategis baru dalam dunia

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

BAB I PENDAHULUAN. negara tetangga lainnya (Tajikistan, Kazakhstan, Kyrgyztan, dan Turkmenistan),

BAB I PENDAHULUAN. Penggabungan kekuatan melalui peningkatan hubungan bilateral merupakan salah

I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan dari manusia lainnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB II AWAL TERBENTUKNYA SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION. regional. Organisasi regional hanyalah salah satu dimensi dalam regionalisme 1.

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

PERKEMBANGAN TATA HUBUNGAN INTERNASIONAL DI EROPA PASCA PERANG DINGIN

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

Lampiran. Timeline Konflik Yang Terjadi Di Suriah Kekerasan di kota Deera setelah sekelompok remaja

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB V KESIMPULAN. ini terjadi dan meningkatnya kebutuhan suatu negara akibat berkembangnya

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

turut melekat bagi negara-negara di Eropa Timur. Uni Eropa, AS, dan NATO menanamkan pengaruhnya melalui ide-ide demokrasi yang terkait dengan ekonomi,

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKTOR NEGARA DAN NON NEGARA DALAM HUBUNGAN INTERNASIONAL. Pengantar Hubungan Internasional FISIP UMJ 2017

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERAN DARI OSCE MINSK GROUP DALAM MEDIASI KONFLIK DI WILAYAH NAGORNO-KARABAKH

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

Serikat (telah menandatangani, namun belum bersedia meratifikasi), menguatkan keraguan akan perjanjian ini.

PERLUASAN NATO DAN PENGATURAN KEAMANAN DI EROPA PADA MASA PASCA PERANG DINGIN

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

internasional. Kanada juga mulai melihat kepentingannya dalam kacamata norma keamanan manusia. Setelah terlibat dalam invasi Amerika di Afghanistan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. potensial bagi kawasan disekitarnya. Kawasan Asia Tengah terdiri dari lima

BAB V KESIMPULAN. Sebelum dipimpin oleh Erdogan, Hubungan Turki dengan NATO, dan Uni

Hubungan Aliansi Rusia-Iran dan Upaya Mencapai Hegemoni Rusia

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

tingkat kerapuhannya untuk terinfiltrasi pengaruh eksternal yang mempengaruhi penyelenggaraan pemerintahannya. Negara-negara Asia Tengah sendiri

KEBIJAKAN PEMERINTAH FILIPINA DALAM MENANGANI GERAKAN SEPARATIS MORO DI MINDANAO RESUME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KEPUTUSAN RUSIA MENGHENTIKAN PENYALURAN GAS KE UKRAINA TAHUN 2009 RUSSIA S DECISION TO CUT OFF GAS TRANSMISSION TO UKRAINE IN 2009

BAB V. Kesimpulan. Identitas ini menentukan kepentingan dan dasar dari perilaku antar aktor. Aktor tidak

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang didirikan pada abad ke 12. Pada awalnya Rusia berbentuk

Menerjang Arus Globalisasi ACFTA dan Masa Depan Ekonomi Politik Indonesia

SMP kelas 9 - SEJARAH BAB 1. Perang Dunia IIlatihan soal 1.2

BAB II SHANGHAI COOPERATION ORGANIZATION. dari Rusia dan China. Organisasi ini merupakan organisasi yang baru

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

INTERVENSI RUSIA DI OSSETIA SELATAN 2008: ANALISA PERAN AMERIKA SERIKAT DALAM KONFLIK GEORGIA - RUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hubungan internasional kontemporer memang kebijakan luar negeri dari

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

Alasan Rusia Menghentikan Aliran Gas Alam ke Ukraina The Reasons of Russia to Cut-off Natural Gas Flow to Ukraine

BAB I PENDAHULUAN. listrik dalam wujud reaktor nuklir. Pengembangan teknologi nuklir tidak hanya

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

Transkripsi:

BAB III Sejarah Terbentuknya The Commonwealth of Independent States dan Hubungan Rusia dengan Negara Anggota The Commonwealth of Independent States merupakan salah satu inisiatif yang di usulkan oleh Rusia sebagai wadah bagi negara-negara eks-soviet untuk berintegrasi sambil membangun kembali negaranya yang baru merdeka. Pada bab ini dibahas proses pertama kali terbentuknya CIS dan perkembangannya sejak menjadi kerja sama regional bagi negara eks-soviet, serta dalam bab ini juga dibahas hubungan Rusia sebagai salah satu anggota terhadap negara anggota CIS lainnya. A. Sejarah Terbentuknya The Commonwealth of Independent States The Commonwealth of Independent States (CIS) berdiri pada akhir tahun 1991 tepatnya pada 8 Desember 1991 di perjanjian Belovezh. Perjanjian ini ditandatangani oleh pemimpin dari Rusia, Ukraina dan Belarusia, dan pada 21 Desember 1991 negara eks-soviet lainnya (Moldova, Armenia, Azerbaijan, Kazakhstan, Turkmenistan, Uzbekistan, Tajikistan, dan Kirgizstan) menyatakan ketertarikannya untuk bergabung dalam The Commonwealth of Independent States (CIS). Berdirinya CIS ini juga merupakan tanda berakhir atau runtuhnya era Uni Soviet. Negara-negara yang tergabung dalam CIS sepakat untuk menyatakan secara 1

resmi runtuhnya Uni Soviet dan bergabung dalam wadah baru dalam bentuk The Commonwealth of Independent States (CIS). Sementara itu negara terakhir yang menyatakan minatnya untuk bergabung adalah Georgia. Pada Desember 1993 Georgia secara resmi bergabung dengan CIS dan menggenapi keanggotaan CIS menjadi 12 negara (Encyclopedia.com). Perjanjian Belovezh masih menjadi dasar dari konstituen utama CIS hingga Januari 1993. Setelah dirumuskan konstituen baru dalam bentuk Piagam CIS akhirnya CIS mengadopsi bentuk konstituen baru. Piagam CIS ini memformalkan konsep keanggotaan di CIS dimana negara anggota didefinisikan sebagai negara yang meratifikasi Piagam CIS. Berikut adalah peta secara keseluruhan negara anggota CIS. Gambar 2.2 Peta Negara Anggota CIS 2

Sumber : WorldAtlas.com Piagam CIS sendiri terdiri dari 9 bagian dan terdiri dari 45 pasal yang membahas berbagai hal dari keanggotaan hingga pendanaan dalam tubuh CIS. Berdasarkan piagam tersebut tujuan utama dari CIS adalah, implementasi kerja sama di bidang politik, ekonomi, lingkungan, kemanusiaan, budaya dan bidangbidang lainnya; pembangunan ekonomi dan sosial yang komprehensif dan seimbang antar negara anggota CIS dalam rangka mewujudkan kerja sama dan integrasi penuh; menjaga hak asasi manusia dan kebebasan fundamental sesuai dengan prinsip-prinsip internasional, norma hukum internasional dan dokumen The Conference of Security and Co-Operation in Europe (CSCE); kerja sama antar negara anggota dalam menjaga perdamaian dan keamanan internasional, dengan mengimplementasikan langkah-langkah efektif dalam mengurangi pengeluaran negara dibidang militer dan persenjataan, mengeliminasi nuklir dan senjata pemusnah masal lainnya, dan mencapai tujuan pelucutan senjata secara total; membantu warga negara anggota CIS dalam memperluas dan membebaskan komunikasi, kontak dan perpindahan antara warga negara anggota CIS; resolusi yang damai dalam penyelesaian sengketa dan konflik antara negara anggota CIS (CIS, 1993). Selain itu anggota CIS berkomitmen dalam menjaga pasukan militernya dan juga senjata nuklir milik Uni Soviet dalam satu komando, walaupun pada prakteknya hal ini sulit untuk diwujudkan karena negara anggota yang cenderung untuk mengkoordinasi sendiri sumber daya militer yang dimiliki untuk kepentingan masing-masing negara (Britannica, 2010). 3

Piagam CIS juga mengatur tentang badan-badan yang ada dalam CIS yang terdapat pada bagian ke-6 dalam piagam CIS. Badan-badan ini memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing dalam mendukung aktivitas dari negara-negara anggota CIS. Badan-badan ini terbagi menjadi 3 badan utama yaitu Charter Bodies, Executive Bodies dan Bodies of Branch Cooperation. Masing masing badan utama ini memiliki sub badannya masing-masing. Charter Bodies yang berisi Council of the Heads of States, Council of the Heads of Governments, Council of Foreign Ministers, Council of Defense Ministers, Council of Commanders-in-Chief of Frontier Troops, Inter-Parliamentary Assembly, Economic Court. Sementara itu Executive Bodies memiliki sub badan yaitu Economic Council, Council of Permanent Plenipotentiary Representatives of the States-Participants of the Commonwealth under Charter and Other Bodies of the Commonwealth, Executive Committee, dan yang terakhir Bodies of Branch Cooperation badan utama ini memiliki sub badan yang paling banyak dan bervariasi untuk menangani berbagai bidang yang dihadapi oleh CIS dan negara anggotanya, adapun sub badan itu berupa Anti -Terrorist Center, Interstate Bank, Interstate Statistical Committee, Interstate Council on Standardization Metrology and Certification, Interstate Council on Emergency Situation of Natural and Anthropogenic Character, Interstate Council on Antimonopoly Policy, Coordinating council of the states-participants of the CIS on Informatization under the Regional Commonwealth in the Field of Communications, Electric Energy Council, Interstate Council on Aviation and Air Space Use, Council of the Heads of Statistical Services of the States-Participants of the Commonwealth, Council of the Heads of Customs Services of the States- 4

Participants of the Commonwealth, and other (CISStat). Semua badan dan sub badan ini memiliki tugas dan fokusnya masing-masing, baik dalam bidang perekonomian, keamanan dan politik. Namun secara khusus pada Charter Bodies badan ini merupakan badan yang menangani pengambilan keputusan bersama dan perumusan kebijakan bagi semua negara anggota CIS. B. Sejarah Perkembangan The Commonwealth of Independent States Dari awal terbentuknya CIS tahun 1991 hingga tahun 2016 telah banyak perjanjian yang ditandatangani antar negara anggota demi mendukung integrasi yang maksimal dapat dicapai. Seperti pada September 1993 kepala negara dari negara anggota CIS menandatangani perjanjian pembentukan economic union untuk mewujudkan pergerakan yang bebas dari barang-barang, jasa, tenaga kerja dan modal investasi antar negara; untuk mengelaborasi keuangan, pajak, harga barang, bea cukai, dan kebijakan ekonomi eksternal antar negara; untuk menyatukan metode dalam mengatur kegiatan ekonomi dan mencipatakan kondisi yang menguntungkan bagi perkembangan produksi (International Democracy Watch). Selanjutnya dalam rangka untuk memfasilitasi integrasi yang lebih jauh perjanjian untuk menguatkan integrasi ekonomi dan bidang kemanusiaan juga disetujui oleh 4 negara anggota (Belarusia, Kazakhstan, Kirgizstan dan Rusia) dan perjanjian dalam pembentukan Commonwealth of Sovereign Republics oleh Belarusia dan Rusia dengan membentuk badan koordinasi yang ditandatangani pada tahun 1995. Pada Oktober 2000 kepala negara dari 5 negara (Belarusia, 5

Kazakhstan, Kirgizstan, Rusia dan Tajikistan) menandatangani perjanjian pembentukan Eurasian Economic Community (CISStat). Pada tahun 2001 antara 31 Mei sampai 1 Juni, The Councils of Heads of State, Heads of Government, and Heads of Foreign Policy tiga dewan yang merupakan bagian dari salah satu tiga badan utama dalam CIS yaitu Charter Bodies bertemu untuk membahas berbagai isu internasional, seperti usaha untuk menangkal terorisme, masalah kriminal dan rencana untuk meningkatkan kerja sama militer antar negara CIS. Menindak lanjuti pertemuan tersebut tahun 2002 pada tanggal 7 Oktober pertemuan Council of the Heads of States menghasilkan penandatanganan beberapa dokumen dalam penguatan proses integrasi dalam CIS. Salah satu dokumen membahas tentang program military-technical cooperation antar negara anggota CIS. Pada kesempatan ini, kepala negara CIS juga memutuskan untuk membentuk divisi CIS anti-terrorist center dan menyetujui regulasi tentang prosedur untuk mengatur langkah-langkah menangkal terorisme bersama CIS. Pada 19 September 2003 pertemuan the Council of Heads Staes yang dipimpin oleh Presiden Ukraina L.D. Kuchima membahas rencana pembentukan free trade zone bagi negara anggota CIS. Pada pertemuan ini juga, negara-negara seperti Rusia, Ukraina, Belarusia dan Kazakhstan menandatangani perjanjian terpisah yang akan mengkoordinasi tarif, bea cukai dan undang-undang transportasi (James Martin Center, 2011). Kerja sama dalam kerangka CIS ini terus dilakukan 6

antar negara anggota sesuai dengan piagam CIS. Integrasi yang penuh serta maksimal menjadi salah satu tujuan utama dari kerja sama regional ini. C. Hubungan Rusia dan Negara Anggota The Commonwealth of Independent States Setelah runtuhnya rezim Uni Soviet, Rusia merupakan salah satu kekuatan terbesar dari negara-nerara eks-soviet. Memiliki wilayah yang besar serta mewarisi beberapa peninggalan senjata nuklir dari era Uni Soviet menjadikan Rusia lebih superior jika dibandingkan dengan negara-negara eks-soviet lainnya. Hubungan Rusia dengan negara-negara eks-soviet ini bertransformasi dari hubungan dengan bagian dari suatu negara yang sama menjadi hubungan luar negeri. Pemilihan markas besar CIS di Minsk atau ibukota Belarusia bertujuan untuk menyimbolkan bahwa organisasi ini bukanlah organisasi yang akan didominasi oleh Rusia. Berdirinya CIS ini pada dasarnya bukan untuk membentuk kembali hegemoni dari Uni Soviet, namun pada perkembangannya ketakutan bahwa organisasi ini akan dikuasai dan didominasi Rusia menjadikan organisasi ini relatif masih menjadi organisasi yang lemah (Danks, 2001). Sejak terbentuknya CIS pada 1991, perkembangan peluang investasi dan dagang di wilayah CIS bisa dikatakan naikturun atau fluktuatif. Pada awal berdirinya, banyak perusahaan-perusahaan dunia yang menganggap wilayah negara eks-soviet ini menjadi pasar potensial baru yang bisa dieksplorasi. Kebanyakan pelaku perdagangan internasional memang menyasar Rusia. Hal ini dirasa wajar karena Rusia memiliki wilayah dan sumber daya yang sangat luas, dan diantara negara eks-soviet lainnya sehingga Rusia 7

memiliki posisi tawar yang paling tinggi dikarenakan hal tersebut (Encyclopedia, 2003). Hubungan Rusia dengan negara-negara CIS sendiri mengalami dinamika masing-masing dibawah Presiden Boris Yeltsin dan Vladimir Putin. Pada era Yeltsin dalam ranah multilateral, Rusia berfokus pada peran fungsional dari institusi dengan harapan hal ini akan lebih memacu negara-negara anggota CIS dalam bekerja sama secara mendalam dan komprehensif. Pada era presiden Vladimir Putin dalam ranah organisasi multilateral, beberapa negara semakin terbuka untuk membuka hubugan kerja sama dengan Rusia. Belarusia dan Kazakhstan adalah negara yang paling aktif dalam hubungan kerja sama dengan Rusia, diikuti dengan negara Asia Tengah lainnya dan Armenia. Negara anggota lainnya pada era Putin relatif masih dianggap Outsiders atau asing dan menjadi pihak yang aktif untuk tidak menyutujui dominasi Rusia dalam CIS (Descalzi, 2011). Tabel berikut akan menjelaskan hubungan Rusia dengan negara anggota CIS berdasarkan persepsi kedekatan antar negara anggota: 8

Tabel 2.1 Perbedaan Hubungan Antar Negara Anggota CIS era Boris Yeltsin dan Vladimir Putin Russia under Yeltsin and: Russia under Putin and: Mostly consenting, translated into very close relations Belarus Armenia Kyrgyzstan Kazakhstan Tajikistan Belarus Armenia Kyrgyzstan Kazakhstan Tajikistan Sometimes consenting, translated into fairly close relations Ukraine Turkmenistan Azerbaijan Azerbaijan Uzbekistan Moldova Turkmenistan Sumber : Jurnal Russian hegemony in the CIS region, hal 194 Mostly dissenting, translated into relatively distant relations Georgia Uzbekistan Moldova Georgia Ukraine Rusia di bawah kepemimpinan Boris Yeltsin dan Vladimir Putin memiliki kesamaan dalam hal negara yang dianggap memiliki hubungan yang sangat dekat dengan Rusia yaitu, Belarusia, Armenia, Kirgistan, Kazakhstan dan Tajikistan. Sementara perubahan besar bisa dikatakan terjadi pada hubungan Rusia dengan Ukraina. Pada era Yeltsin Ukraina dianggap sebagai negara yang relatif memiliki hubungan dekat dengan Rusia dan pada era Putin menjadi negara yang bisa dikatakan memiliki hubungan renggang dengan Rusia, hal ini mungkin bisa dikaitkan dengan adanya konflik antara kedua negara di wilayah Crimea yang membuat hubungan antar kedua negara menjadi renggang. Selanjutnya secara khusus dipaparkan hubungan Rusia dengan negara anggota CIS dibawah kepemimpinan Vladimir Putin berdasarkan tabel di atas. 9

1. Hubungan Rusia dengan Armenia, Belarusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan Dalam hubungannya dengan Armenia Presiden Vladimir Putin pada sebuah pertemuan dengan Presiden Armenia pada Maret 2017 menyatakan bahwa selama 25 tahun terakhir hubungan Armenia dan Rusia telah mencapai pada kondisi yang sangat baik dan bisa dikatakan sebagai sekutu dari Rusia. Armenia dan Rusia menurut Putin bekerja sama hampir dalam segala arah dan bidang, pada organisasi internasional baik dalam CIS maupun organisasi internasional lainnya Armenia dan Rusia selalu menjadi rekan kerja (ARMENPRESS, 2017).. Hubungan Armenia-Rusia diwujudkan dalam berbagai kerja sama yang disetujui kedua negara. Kerja sama ini lebih terfokus pada bidang keamanan. Seperti pada tahun 1995 dan 1998 untuk pertama kalinya pasukan militer Armenia dan Rusia bergabung melakukan latihan bersama dengan tujuan untuk meningkatkan fokus dalam menangkal ancaman keamanan dari dunia Barat. Selain itu di awal era Putin sendiri kedua negara sepakat untuk menandatangani perjanjian bilateral dalam hal penggabungan bersama pasukan militer kedua negara untuk menghadapi ancaman militer yang akan datang (Abrahamyan, 2016). Belarusia dan Rusia juga merupakan dua negara yang memiliki hubungan baik. Kedua negara sepakat untuk membentuk Union State pada tahun 1999 dengan menggunakan satu mata uang (Encyclopedia of Russian 10

History, 2016). Rusia adalah rekan kerja sama terbesar bagi Belarusia dalam bidang ekonomi dan politik. Satu per tiga ekspor dari Belarusia dikirim ke Rusia, termasuk barang-barang industri, seperti traktor, bus dan truk. Akibat struktur industri Belarusia ini membuat negara ini sangat bergantung pada negara anggota CIS lain dan Rusia secara khusus, baik untuk memasarkan produknya sebagai pasar ekspor dan impor juga dalam hal pemenuhan pasokan bahan baku, subsidi energi dan komponen lainnya (GlobalSecurity.org, 2017). Selanjutnya dalam tabel tersebut yang dianggap memiliki hubungan sangat dekat dengan Rusia adalah negara Asia Tengah yaitu Kazakhstan, Kirgistan dan Tajikistan. Pada sebuah pertemuan Putin menyatakan bahwa kerja sama Rusia dengan Kazakhstan, Kirgistan dan Tajikistan adalah untuk menjamin perkembangan ekonomi di negara-negara tersebut. Bagi Rusia ketiga negara tersebut adalah aliansi yang strategis (Sputnik, 2017). Ketiga negara tersebut bersama Rusia, Belarusia, Armenia dan Uzbekistan juga tergabung dalam Collective Security Treaty Organization (CSTO). Aliansi pertahanan ini dibentuk dalam kerangka CIS dan berdiri sejak 15 Mei 1992. 2. Hubungan Rusia dengan Azerbaijan, Moldova, Turkmenistan, Uzbekistan Hubungan Azerbaijan dan Rusia pada era Vladimir Putin bisa dikatakan terjaga dan dalam kondisi yang stabil. Kerja sama energi membentuk asosiasi antara Baku dan Moskow sedangkan dalam bidang militer kerja 11

sama keduanya berada pada dimensi yang lebih rendah. Kedua negara juga berhasil meredakan dua isu kontroversial terkait status Stasiun Qabala dan sengketa Laut Caspia. Dibandingkan dengan Armenia, Belarusia ataupun negara Kaukasus lainnya Azerbaijan tidak terlalu bergantung dengan Rusia dalam hal energi hal ini karena sumber daya energi yang cukup melimpah di dalam negeri Azerbaijan (Kelkitli, 2008). Moldova dan Rusia dalam perkembangannya sejak 1992, Moldova menjadi zona konflik yang dikontrol oleh Rusia. Seperti halnya Ukraina, Moldova mengalami krisis identitas yang terjadi pada masyarakat dengan mayoritas penduduk yang berbahasa Rumania menjadikan sering adanya keraguan bagi penduduk mayoritas tersebut apakah mereka bagian dari Rumania atau Moldova dan juga sama seperti Ukraina sistem politik dalam negeri Moldova korup (Timpul.md, 2015). Jika dibandingkan dengan negara anggota lainnya kerja sama antara Moldova dan Rusia bisa dikatakan relatif lebih sedikit dari negara lain. Selanjutnya sama halnya dengan Moldova, Turkmenistan dan Rusia juga tidak begitu intens dalam menjalin kerja sama, Turkmenistan sendiri sebagai negara mengandalkan kekayaan sumber daya alamnya, keuntungan posisi geostrategis di laut Caspia dan menerapkan kebijakan yang netral dalam hubungannya dengan dunia luar. Kebijakan yang menjunjung tinggi netralitas ini dipilih menjadi pedoman Tukrmenistan pada awal tahun 1990, sikap ini membuat kesempatan untuk bermanuver dalam dunia internasional semakin besar. Strategi ini menjadi efektif khususnya dalam lingkungan 12

yang kompetitif bagi Turkmenistan yang merupakan salah satu negara dengan cadangan gas alam terbesar di dunia. Meskipun bersikap netral namun Turkmenistan juga membuka hubungan dengan negara-negara tetangganya termasuk Rusia untuk kepentingan negaranya, seperti contoh Turkmenistan dan Rusia bekerja sama dalam hal membangun bersama pasukan angkatan laut mereka (RIAC, 2013). Sejak meraih kemerdekaan, kebijakan luar negeri Uzbekistan terhadap Rusia mengalami masa naik turun atau fluktuatif. Hubungan kedua negara seringkali menyangkut kerja sama atau kecaman dari Uzbekistan karena memperburuk kondisi internal Uzbekistan (Country Studies). Uzbekistan dalam kebijakan luar negerinya seringkali bermanuver antara Rusia atau dunia Barat hal ini membuat kebebasan lebih didapat oleh Uzbekistan dalam mengambil keputusan pada ranah hubungan internasional. Hubungan Uzbekistan dengan Rusia dalam keanggotaan organisasi internasional dalam hal ini CIS, Rusia yang merupakan peran yang dominan dalam organisasi ini seringkali dilihat sebagai ancaman bagi Uzbekistan apabila terdapat perbedaan pendapat dalam organisasi tersebut karena posisi Rusia yang dapat menekan sebagai negara besar. Meskipun pada era Karimov hubungan baik terjalin antara keduanya karena kesamaan pendapat akan kehadiran Amerika Serikat diwilayahnya hubungan Uzbekistan dan Rusia secara keseluruhan relatif kurang stabil dalam berbagai bidang (RIAC, 2013). 13

3. Hubungan Rusia dengan Georgia, Ukraina Hubungan Georgia dan Rusia seringkali disebut dengan hubungan yang sulit dan rumit. Negara yang paling sering bermasalah dengan Rusia di bagian selatan Kaukasus adalah Georgia. Beberapa tindakan dari Georgia menjadikan Rusia menganggap hal tersebut merupakan ancaman bagi negaranya, seperti upaya Georgia untuk mendekatkan diri ke poros Amerika Serikat dan Uni Eropa, upaya Georgia untuk bergabung dengan NATO, keengganan Georgia untuk mendukung Rusia, upaya pemerintah Georgia untuk membantu pemberontak Chechnya sementara Rusia mendukung wilayah Abkhazia dan Ossetia Selatan, Georgia juga mendesak Rusia untuk menutup pangkalan militernya di tanah Georgia dan menarik seluruh pasukan militernya (Kelkitli, 2008). Beberapa sikap dan kejadian tersebut merupakan contoh kecil dari sederet konflik dan sengketa lainnya dari kedua negara. Tidak heran dalam hal kedekatan hubungan dengan Rusia, Georgia diklasifikasikan sebagai negara yang mempunyai hubungan yang buruk dengan Rusia. Serupa dengan Georgia, Ukraina juga memiliki rekam jejak yang buruk dalam hubungannya dengan Rusia. Ukraina yang mendapatkan kemerdekaannya pada 1991 terus mendapat intervensi dari Rusia sebagai negara besar. Seperti contoh pada pemilu presiden 2004 di Ukraina, Rusia mendukung kandidat yang pro-rusia Viktor Yanukovych. Rekayasa dan pelanggaran dengan skala yang masif terjadi dalam pemilu ini. Hal tersebut 14

memicu revolusi oranye yang menjauhkan kandidat yang pro-rusia Viktor Yanukovych dari kekuasaan. Namun yang patut digarisbawahi dalam hubungan Ukraina dan Rusia yang bisa dikatakan merangkum betapa buruknya hubungan kedua negara adalah invasi Rusia kewilayah Crimea dengan pendudukan yang dilakukan oleh pasukan militer Rusia di wilayah Selatan Peninsula yang berbatasan dengan laut hitam (Bates, 2014). 15