BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota keluarga dan orang-orang disekitar yang membantu individu ketika suatu masalah muncul. Dukungan sosial adalah informasi verbal atau non verbal, saran dan bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek didalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Kuntjoro, 2002). Pada kenyataannya hampir setiap orang tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri, tetapi meraka memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan hasil penelitian bahwa dukungan sosial merupakan mediator yang penting dalam menyelesaikan masalah seseorang. Hal ini karena individu merupakan bagian dari keluarga, teman sekolah atau kerja, ataupun bagian dari kelompok lainnya. Dengan adanya dukungan sosial dan disaat seseorang didukung oleh lingkungan maka segalanya akan 1
terasa lebih mudah. Dukungan sosial juga melindungi individu dari konsekuensi negatif dari stress. Dukungan sosial yang diterima dapat membuat individu merasa tenang, diperhatikan, dicintai, timbul rasa percaya diri dan kompeten. Sebagai makhluk sosial, setiap manusia pasti memerlukan hubungan interpersonal dengan sesamanya. Hubungan interpersonal itu dapat diaplikasikan dalam berbagai bentuk, sampai pada akhirnya sampai pada suatu perkawinan dengan lawan jenis. Perkawinan adalah salah satu tugas perkembangan ketika manusia meningkat dewasa. Perkawinan merupakan suatu tugas perkembangan ketika manusia meningkat dewasa. Menurut Husein (dalam Pernikahan, 2006) perkawinan merupakan ikatan antara dua insan yang memiliki banyak perbedaan maupun dari segi fisik, asuhan keluarga, cara berpikir, pendidikan dan lain hal. Ketika manusia sudah tiba di tingkat perkawinan, akan timbul keinginan untuk memperoleh keturunan biologis hasil hubungan seksualnya. Masing masing akan mencoba berbagai cara agar mereka bisa mempunyai keturunan, sampai perkawinan dirasakan sudah lengkap dengan hadirnya seorang anak. Lalu ketika wanita diketahui sudah positif mengandung janin dalam rahimnya, berbagai persiapan pun mulai dilakukan. Mulai dari membeli peralatan bayi, menambah pengetahuan tentang yang terbaik untuk calon bayi, sampai menyiapkan kamar untuk si kecil. Berkaitan dengan uraian 2
singkat diatas, sasaran penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi ini adalah wanita pada masa dewasa awal yang sedang menjalani tugas perkembangannya menjadi seorang ibu. Dimana wanita tersebut akan beradaptasi dengan kehidupan baru nya, yakni menjadi seorang istri dan ibu. Biasanya wanita di zaman modern ini berfokus pada karir dan pekerjaan, tetapi ketika sudah memutuskan untuk menikah dan mempunyai anak, maka perlu adaptasi baik dengan lingkungan baru nya yaitu menjadi seseorang yang mempunyai peranan besar dalam sebuah keluarga. Sejumlah penyesuaian perlu dilakukan seiring dengan pencapaian peran tersebut melalui tahapan yang meliputi terjadinya kehamilan, proses kehamilan, persalinan, dan pasca persalinan. Kehamilan seorang wanita adalah penting karena hal ini merupakan simbol terjadinya transisi ke arah kedewasaan. Persiapan ini tentunya terus dilakukan sampai hari H persalinan. Kemudian setelah si kecil lahir dengan berbagai kondisi yang ada, kebanyakan wanita menghadapi masalah yang sama baby blues syndrome. Baby blues syndrome atau sering juga disebut postpartum distress syndrome adalah perasaan sedih dan gundah yang dialami oleh wanita setelah melahirkan bayinya. Umumnya terjadi dalam 14 hari pertama setelah melahirkan, dan cenderung lebih buruk sekitar hari ke tiga atau keempat setelah melahirkan (Syahrir S, 2008) 3
Baby blues syndrome (BBS) adalah depresi ringan yang dialami wanita setelah melahirkan. BBS juga disebut maternity blues, atau postpartum blues. Gejala BBS berupa gangguan emosi yang membuat pribadi wanita menjadi lebih labil, sering menangis, murung, panik, dan mudah marah. Gejalanya juga dapat berupa mood swings, gangguan tidur dan selera makan, serta gangguan konsentrasi yang semuanya merupakan akibat dari perubahan hormonal (National Mental Health Association, 2003). Oleh karena baby blues syndrome adalah gejala yang melibatkan perasaan, salah satu cara untuk membantu setiap penderita terlepas dari baby blues syndrome adalah mendapatkan dukungan sosial dari lingkungan sekitar. Baik dari suami, orang tua, saudara, maupun tetangga. Bentuk dukungan sosial yang diterima pun dapat berbeda beda. Fenomena yang terjadi saat ini, hampir semua wanita yang baru saja melahirkan mengalami baby blues syndrom, rentang waktunya tergantung seberapa mahir ia memanfaatkan dan bertindak sesuai dengan situasi yang ada. Peneliti memilih responden awalnya karena banyak teman sebaya peneliti yang mengalaminya dan masing-masing kasusnya memiliki varian penyembuhan dan jenis masalah yang berbeda beda. Melihat pentingnya dukungan sosial bagi kesembuhan penderita, peneliti memutuskan untuk membahas lebih jelas mengenai dukungan 4
sosial dan seberapa besar pengaruhnya terhadap kesembuhan penderita baby blues syndrome. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah Bagaimana gambaran dukungan sosial pada wanita yang mengalami baby blues syndrome? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah disebutkan, maka penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan gambaran dukungan sosial pada wanita yang mengalami baby blues syndrome dan untuk mendeskripsikan bagaimana peranan dukungan sosial pada wanita yang mengalami baby blues syndrome. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau meningkatkan pemahaman serta pengetahuan dalam bidang psikologi, terutama dalam psikologi kesehatan dan sosial, mengenai gambaran dukungan sosial pada wanita yang mengalami baby blues syndrome. 5
1.4.2 Manfaat Praktis Peneliti berharap hasil penelitian ini dapat menjadi dasar dan acuan bagi para psikolog maupun penderita baby blues syndrome dalam: 1. Memberikan saran dan masukan bagi yang mengalami masalah baby blues syndrome pada wanita yang baru saja melahirkan agar dapat bangkit dengan cara yang positif dan membesarkan anaknya dengan cara terbaik. (untuk psikolog) 2. Membangun antisipasi dari dalam diri sendiri tentang baby blues syndrome, mengenali gejalanya dan tau cara terbaik untuk menyembuhkannya, untuk kemudian menjadi ibu dan istri yang baik. (untuk penderita) 3. Memahami dukungan sosial yang harus diberikan pada penderita baby blues syndrome. 1.5 Sistematika Penelitian Adapun sistematika penelitian ini sebagai berikut; 1) Bab I Pendahuluan Bagian ini yang menjelaskan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian mengenai gambaran dukungan sosial pada subjek (wanita yang mengalami baby blues syndrome), rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian 6
2) Bab II Tinjauan Pustaka Bagian ini menjelaskan tentang pengertian dukungan sosial dan pengertian baby blues syndrome, gejala, dan faktor penyebab, peranan dukungan sosial terhadap subjek yang mengalami baby blues syndrome, serta teori dukungan sosial. 3) Bab III Metodologi Penelitian Bagian inibersi objek penelitian dan metode penelitian, yang menjelaskan : a) Pendekatan penelitian, yaitu kualitatif; b) Desain penelitian yang terdiri dari pemilihan karakteristik subjek (jenis kelamin perempuan yang sudah menikah dan sudah pernah melahirkan dan mengalami baby blues syndrome pasca melahirkan; c) metode pengumpulan data, yaitu wawancara; d) Instrumen penelitian, yaitu pedoman wawancara, pedoman observasi, dan tape recorder; e) peneliti akan menjabarkan mengenai jenis atau met ode penelitian yang berkaitan dengan prosedur penelitian, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan; serta f) tahap pengolahan data. 4) Bab IV Hasil Penelitian dan Analisis Data Bagian ini berisi hasil penelitian dan analisis pembahasan; yang terdiri dari data demografis subjek, hasil wawancara serta pembahasannya. 5) Bab V Kesimpulan, diskusi dan Saran Bagian ini, peneliti akan merumuskan hasil kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, serta berusaha menjabarkan hasil penelitian berdasarkan tinjauan teoritis sebelumnya. Kemudian peneliti akan 7
melengkapinya dengan diskusi dan saran, praktis baik saran metodologis maupun saran yang berguna untuk penelitian yang akan datang. 8