Pesawat Polonia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta sebagai tempat perpindahan intra-dan antarmoda transportasi.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

BAB I PENDAHULUAN. besar dengan biaya rendah merupakan keungggulannya. selayaknya memiliki keunggulan di sektor maritim. Salah satu bagian penting

BAB I PENDAHULUAN. barang dari satu tempat ketempat lainnya yang diangkut melalui jalur transportasi

BAB I PENDAHULUAN. akan menempatkan eksploitasi laut sebagai primadona industri, baik dari segi

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor

PT PELABUHAN INDONESIA I (PERSERO) SEKILAS TENTANG OLEH : IMRAN ISKANDAR DIREKTUR PERSONALIA DAN UMUM

RANCANGAN KRITERIA KLASIFIKASI PELAYANAN PELABUHAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL NOVEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. terletak pada lokasi yang strategis karena berada di persilangan rute perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. memperlancar perekonomian sebagai pendorong, penggerak kemajuan suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Laju pertumbuhan ekonomi di beberapa propinsi di Indonesia menunjukkan

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari ribuan pulau, maka untuk menghubungkan pulau-pulau tersebut

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah akan memicu peningkatan ekonomi serta mengembangkan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 69 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN REMBANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

KEPUTUSAN DIREKSI (Persero) PELABUHAN INDONESIA II NOMOR HK.56/2/25/PI.II-02 TANGGAL 28 JUNI 2002

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jasa angkutan laut semakin lama semakin meningkat, baik

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 84 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PELABUHAN LINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR PM 103 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN PENGENDALIAN KENDARAAN YANG MENGGUNAKAN JASA ANGKUTAN PENYEBERANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara

ANALISIS KINERJA PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. (Asia dan Australia), jelas ini memberikan keuntungan bagi negara indonesia

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL BULAN MEI 2004

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 05 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DI PELABUHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan besar dalam menunjang mobilitas barang dan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON

2017, No Belawan, Pelabuhan Utama Tanjung Priok, Pelabuhan Utama Tanjung Perak, dan Pelabuhan Utama Makassar; c. bahwa berdasarkan pertimbangan

BUPATI ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN PELABUHAN PENGUMPAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan

Waktu yang dihabiskan kapal selama berada di pelabuhan akan sangat berpengaruh terhadap pengoperasian kapal tersebut. Semakin lama kapal berada di

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Belawan International Container Terminal (BICT) sebagai unit usaha PT.

2015, No ruang wilayah Kabupaten Manggarai Barat sebagaimana yang direkomedasikan oleh Bupati Manggarai Barat melalui surat Nomor BU.005/74/IV

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2015 TENTANG

2016, No kepelabuhanan, perlu dilakukan penyempurnaan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 51 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan L

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TATANAN KEPELABUHAN NASIONAL KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR KM 53 TAHUN 2002 MENTERI PERHUBUNGAN,

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRITERIA HIERARKI PELABUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI NASIONAL OKTOBER 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. perairan dua per tiga dari luas wilayah Indonesia. Sebagai negara

REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK SURVEI DWELLING TIME 2016

PROSEDUR PELAKSANAAN RECEIVING DAN DELIVERY PETIKEMAS DI TERMINAL SERBAGUNA NILAM PT. PELABUHAN INDONESIA III (PERSERO) SURABAYA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

2 Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5070); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Kenavigasian (Lemb

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG KEPELABUHANAN DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan/maritim yang dua pertiga

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

Studi Master Plan Pelabuhan Bungkutoko di Kendari KATA PENGANTAR

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik In

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI PELAYANAN KEPELABUHANAN

DAFTAR ISTILAH. Kapal peti kemas (containership) : kapal yang khusus digunakan untuk mengangkut peti kemas yang standar.

KAJIAN JARINGAN TRAYEK ANGKUTAN LAUT NASIONAL UNTUK MUATAN PETIKEMAS DALAM MENUNJANG KONEKTIVITAS NASIONAL

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KEBUTUHAN PENGEMBANGAN FASILITAS PELABUHAN KOLAKA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN KOLAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Siti Nurul Intan Sari.D ABSTRACT

PERAN PELABUHAN CIREBON DALAM MENDUKUNG PERTUMBUHAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON (Studi Kasus: Industri Meubel Rotan di Kabupaten Cirebon)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1983 TENTANG PEMBINAAN KEPELABUHANAN

2 3. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerjasama Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 112,

PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB I PENDAHULUAN. Terminal Peti Kemas (TPK) Koja merupakan salah satu pelabuhan yang memberikan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2015 TENTANG KUNJUNGAN KAPAL WISATA (YACHT) ASING KE INDONESIA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan ekonomi negara. Dengan adanya pelabuhan maka kegiatan ekonomi baik domestik maupun internasional suatu negara akan menjadi lebih baik. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhanan yang dimaksud dengan pelabuhan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan/atau perairan dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan pengusahaan yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, naik turun penumpang, dan/atau bongkar muat barang, berupa terminal dan tempat berlabuh kapal yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan dan keamanan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antarmoda transportasi. Pentingnya pelabuhan dalam mendukung kegiatan perekonomian Indonesia terlihat dari jumlah barang yang dimuat dengan menggunakan kapal dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah barang yang dimuat dengan pesawat maupun kereta api. Tabel 1.1 Jumlah Barang Dimuat (Ton) / Tahun Jenis Transportasi Jumlah Barang Dimuat (Ton) / Tahun 2012 2013 2014 2015 Pesawat Polonia 17.706 17.966 1.6110 15.419 Soekarno Hatta 213.307 220.334 220.748 210.501 1

2 Juanda 51.730 48.327 45.936 44.756 Ngurah Rai 7.830 6.270 3.601 5.612 Hasanudin 22.983 25.049 23.450 26.156 Total 313.556 317.946 309.845 302.444 Kereta Api Jawa 6.478 8.300 11.242 10.070 Sumatera 17.140 18.456 22.221 21.965 Total 23.618 26.756 33.463 32.035 Kapal Belawan 917.685 645.811 446.962 221.840 Tanjung Priok 14.255.331 13.580.877 12.400.530 13.515.756 Tanjung 6.500.854 6.184.099 6.018.626 5.355.518 Perak Balikpapan 9.012.977 10.702.107 9.479.648 9.638.194 Makassar 4.807.864 4.487.305 4.855.850 4.037.180 Total 35.494.711 35.600.199 33.201.616 32.768.488 Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) Berdasarkan data di atas, diketahui berbagai faktor yang mempengaruhi minimnya penggunaan kereta api sebagai moda transportasi dalam kegiatan pengiriman cargo disebabkan masih minimnya penerapan double track jalur kereta api, sehingga kereta api penumpang dan pengangkut barang masih menggunakan jalur yang sama, ditambah lagi dengan keterbatasan jangkauan wilayah yang hanya mencakup pulau Jawa dan Sumatra. Kemudian minimnya penggunaan moda transportasi udara disebakan ketidakseimbangan antara tingginya jumlah armada dibanding terbatasnya bandara yang digunakan. Pada akhirnya kapal dianggap menjadi

3 moda transportasi yang paling efektif dan efisien di Indonesia sebagai negara kepulauan yang dipisahkan oleh laut. Dari segi lain, anggapan kapal sebagai sarana transportasi yang paling efektif dan efisien juga didukung dengan faktor lain yaitu jumlah pelabuhan yang lebih merata jika dibanding jumlah bandara atau stasiun di Indonesia. Berdasarkan data dari prasarana transportasi Kementerian Perhubungan jumlah pelabuhan di Indonesia Pelabuhan di Indonesia berjumlah 253. Tabel 1.2 Mapping Prasarana Transportasi Pulau Jumlah Pelabuhan Jumlah Bandara Jumlah Stasiun Sumatera 61 33 67 Jawa 59 32 370 Kalimantan 35 114 - Sulawesi 82 26 - Papua 16 227 - Sumber : Data Departemen Perhubungan Dari jumlah seluruh pelabuhan di Indonesia, terdapat beberapa jenis pelabuhan. Berdasar data dari Kementerian Perhubungan, pelabuhan di Indonesia dibedakan jenisnya menjadi beberapa yaitu antara lain : a) Pelabuhan Umum : Pelabuhan yg diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum yang dikelola oleh Badan Usaha Pelabuhan ( BUP).Badan usaha pelabuhan : BUMN atau BUMD yg khusus didirikan utk mengusahakan jasa kepelabuhanan di pelabuhan umum. b) Pelabuhan Khusus : pelabuhan yang dibangun dan dijalankan guna menunjang kegiatan yang bersifat khusus dan pada umumnya untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. Sedangkan Pelabuhan umum sendiri berdasar data Kementerian Perhubungan, dapat dibedakan lagi menjadi dua jenis yaitu : a) Pelabuhan Umum Diusahakan : Pelabuhan laut yang diselenggarakan oleh PT (Persero) Pelabuhan Indonesia, untuk memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan bagi kapal yang

4 memasuki pelabuhan untuk melakukan kegiatan bongkar muat barang dan lain-lain. b) Pelabuhan Umum Tidak Diusahakan : Pelabuhan laut yang dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Kepelabuhanan Kanwil Departemen Perhubungan yang pembinaannya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Laut. Sedangkan tugas dan fungsinya sama dengan pelabuhan yang diusahakan, tetapi fasilitas yang dimiliki belum selengkap pelabuhan yang diusahakan. PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai penyelenggara pelabuhan diusahakan yang bergerak dalam jasa layanan operator terminal pelabuhan. PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya atau yang biasa disebut PT. Pelindo III memiliki beberapa bidang usaha yang menjadi bisnis inti perusahaan. Lingkup usaha yang dijalankan oleh PT. Pelindo III diatur dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 88 Tahun 2011 tentang Pemberian Izin Usaha kepada PT. Pelindo III sebagai Badan Usaha Pelabuhan. Usaha-usaha yang dijalankan oleh PT. Pelindo III Surabaya antara lain : a) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa terminal peti kemas, curah cair, curah kering, dan Ro-Ro; b) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat barang; c) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat barang dan peti kemas; d) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa dermaga untuk bertambat; e) Penyediaan dan/atau pelayanan fasilitas naik turun penumpang dan/atau kendaraan; f) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa gudang dan tempat penimbunan barang, alat bongkat muat, serta peralatan pelabuhan; g) Penyediaan dan/atau pelayanan pengisian bahan bakar dan pelayanan air bersih;

5 h) Penyediaan dan/atau pelayanan pusat distribusi dan konsolidasi barang; i) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa penundaan kapal. Pelabuhan Tanjung Perak merupakan salah satu pelabuhan yang dikelola oleh PT. Pelindo III Surabaya untuk mendukung pelaksanaan bidang bidang usahanya. Salah satu bidang usaha PT. Pelindo III Surabaya yaitu penyediaan dan/atau pelayanan jasa bongkar muat untuk barang dan petikemas. Terminal Serbaguna Nilam di Pelabuhan Tanjung Perak dikelola oleh PT. Pelindo III untuk melayani jasa bongkar muat untuk barang dan petikemas. Kegiatan bongkar petikemas secara sederhana dapat diartikan sebagai kegiatan memindahkan petikemas dari atas kapal kemudian dipindahkan ke lapangan penumpukan petikemas atau container yard. Sedangkan kegiatan muat petikemas dapat diartikan sebagai kegiatan memindahkan petikemas dari lapangan penumpukan petikemas atau container yard ke atas kapal. Pergerakan petikemas dalam kegiatan bongkar muat sebenarnya tidak sesederhana itu. Perlu untuk diketahui bahwa sebelum kegiatan muat petikemas dilakukan, proses receiving atau pemasukan petikemas dari luar area terminal menuju ke lapangan penumpukan atau container yard dan setelah kegiatan bongkar petikemas selesai dilakukan, proses delivery atau pengeluaran petikemas dari lapangan penumpukan atau container yard. Pergerakan petikemas menjadi tanggungjawab pihak perusahaan bongkar muat yaitu PT. Pelindo III selama petikemas masih berada di dalam area terminal. Bagan 1.1 Pergerakan Petikemas Gate In / Gate Out Receiving Delivery Container Yard Muat Bongkar Kapal Sumber : Data PT. Pelindo III Surabaya

6 Berdasarkan bagan di atas, kegiatan receiving dan delivery petikemas menjadi sangat penting juga mempengaruhi kelancaran kegiatan bongkar muat petikemas. Kegiatan muat petikemas akan terhambat jika kegiatan receiving petikemas mengalami hambatan atau tertunda yang akan berakibat bertambahnya biaya operasional. Sedangkan dalam kegiatan bongkar petikemas, apabila tidak segera dilakukan kegiatan delivery petikemas maka akan berakibat penumpukan di container yard dan juga berakibat bertambahnya biaya operasional. Tidak menutup kemungkinan juga hal ini mempengaruhi waktu dwelling time. Menurut definisi World Bank (2011), dwelling time adalah waktu yang dihitung mulai dari suatu petikemas (container) dibongkar dan diangkat (unloading) dari kapal sampai petikemas tersebut meninggalkan terminal pelabuhan melalui pintu utama. Mengingat pentingnya kegiatan receiving dan delivery dalam kelancaran pelaksanaan bongkar muat petikemas, maka penulis ingin mengetahui lebih jauh bagaimana kegiatan receiving dan delivery petikemas salah satu Terminal di Pelabuhan Umum diusahakan yang dikelola oleh PT. Pelindo III Surabaya. Oleh karena itu penulis mengambil judul Prosedur Pelaksanaan Receiving dan Delivery Petikemas di Terminal Serbaguna Nilam PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas yang dipaparkan penulis maka penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang Bagaimana Prosedur Pelaksanaan Receiving dan Delivery Petikemas di Terminal Serbaguna Nilam PT. Pelabuhan Indonesia III Surabaya?

7 C. Tujuan Pengamatan Adapun tujuan dari kegiatan pengamatan dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah: 1. Tujuan Operasional a) Untuk menjajaki dan memahami bagaimana prosedur pelaksanaan kegiatan receiving dan delivery petikemas mulai dari awal sampai dengan tahap akhir kegiatan di Terminal Serbaguna Nilam PT. Pelindo III Surabaya, agar nantinya dapat mengerti langkah langkah dalam pelaksanaan kegiatan receiving dan delivery petikemas dengan benar dan sesuai dengan aturan yang berlaku. b) Agar dapat menguraikan permasalahan-permasalahan yang sering terjadi dalam pelaksanaan kegiatan receiving dan delivery petikemas di Terminal Serbaguna Nilam PT. Pelindo III Surabaya, sehingga dapat meminimalisir dan mencegah timbulnya permasalahan yang mungkin akan terjadi. c) Agar dapat menerangkan bagaimana prosedur pelaksanaan receiving dan delivery petikemas di Terminal Serbaguna Nilam PT. Pelindo III Surabaya. Dengan prosedur yang benar diharapkan jika nanti terdapat pergantian pegawai, mereka tetap bisa mengetahui prosedur receiving dan delivery yang benar sesuai dengan aturan. 2. Tujuan Fungsional Untuk mencegah terjadinya permasalahan permasalahan yang terjadi dalam melaksanakan kegiatan receiving dan delivery secara prosedural sehingga dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dimasa yang akan datang. 3. Tujuan Individual Untuk memenuhi syarat dalam memperoleh sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Manajemen Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

8 D. Manfaat Pengamatan Manfaat yang dapat diambil dari kegiatan pengamatan dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah : 1. Bagi Instansi Terkait Apabila dimungkinkan dapat memberikan masukan bagi lembaga yang bersangkutan untuk melakukan perubahan atau perbaikan sesuai dengan hasil penulisan tugas akhir, dengan demikian dapat menambah kinerja instansi menjadi semakin tertib sesuai prosedur yang ada khususnya dalam hal receiving dan delivery petikemas. 2. Bagi Penulis a) Penulis dapat mengetahui bagaimana prosedur pelaksaanaanreceiving dan delivery petikemas di Terminal Serbaguna Nilam PT. Pelindo III Surabaya secara teori dan secara langsung sesuai dengan keadaan di lapangan. b) Sebagai bekal penulis jika saja nanti dalam dunia kerja penulis terjun dalam lingkungan kerja yang ada kaitannya dengan kegiatan receiving dan delivery petikemas. c) Penulis mendapatkan wawasan, pengetahuan sekaligus pengalaman tentang kegiatan receiving dan delivery petikemas sehingga kelak dapat dikembangkan. 3. Bagi Pembaca a) Menambah pengetahuan dan wawasan tentang prosedur kegiatan receiving dan delivery petikemas khususnya di Terminal Serbaguna Nilam PT. Pelindo III Surabaya. b) Sebagai informasi kegiatan apa yang terjadi di pelabuhan, khususnya agar masyarakat mengetahui tentang pentingnya kegiatan receiving dan delivery dalam pelaksanaan bongkar muat petikemas.

9 4. Bagi Mahasiswa a) Sebagai referensi mahasiswa untuk mengerjakan tugas atau referensi dalam pengerjaan tugas akhir khususnya untuk mahasiswa Diploma III Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. b) Menambah wawasan dan pengetahuan kepada mahasiswa khususnya tentang prosedur pelaksanaan receiving dan delivery petikemas di Terminal Serbaguna Nilam PT. Pelindo III Surabaya.