-.- BABI PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BABV PENUTUP. Berdasarkan analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang

Bagi sebagian orang yang baru berangkat dewasa bahkan yang sudah. melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa membingungkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja awal merupakan masa transisi, dimana usianya berkisar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH. Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bagi sebagian besar orang, masa remaja adalah masa yang paling berkesan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

Dalam era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah pemberitaan di Jakarta menyatakan ham p ir 40% tindak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

MAKALAH PANCASILA OLEH : MIKHAEL ALEXIUS WAHIDMA NIM : : SYSTEM INFORMASI(S1-SI) DOSEN. : MOHAMMAD IDRIS.P,Drs,MM

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya perilaku agresif saat ini yang terjadi di Indonesia,

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial. Dalam kenyataannya, kenakalan remaja merusak nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja (Hurlock, 2003). Di dalam masa remaja juga terdapat tahapan perkembangan yang

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

Perkembangan jaman yang terjadi saat ini sarat akan persaingan. Bangsa. yang ingin bertahan harus memiliki kualitas yang unggul di berbagai bidang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BABI PENDAHULUAN. Selama rentang waktu kehidupannya, manusta mengalami perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. menyenangkan, dimana terjadi juga perubahan pada dirinya baik secara fisik,

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa di masa depan, harapanya

BABI PENDAHULUAN. Anak adalah permata bagi sebuah keluarga. Anak adalah sebuah karunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. normal dan sehat, bekerja me nyajikan kehidupan sosial yang mengasyikkan dan

BABI PENDAHULUAN. menjelang saat-saat kematian, rasa cemas kerap kali singgah dalam diri manusia.

I. PENDAHULUAN. kelak akan menjadi penerus pembangunan bangsa. Peranan pendidikan. membangun ditentukan oleh maju tidaknya pendidikan.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KENAKALAN REMAJA PELAKU TATO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendapatnya secara terbuka karena takut menyinggung perasaan orang lain. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kembang remaja. Istilah remaja sendiri berasal dari bahasa latin yaitu adolescere

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Panti asuhan merupakan suatu lembaga yang sangat populer untuk

FAJAR DWI ATMOKO F

PSIKOLOGI SOSIAL. Diri sosial (social self)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

bereproduksi (Yusuf, 2011). Suatu analisis cermat mengenai semua aspek perkembangan remaja secara global berlangsung antara umur tahun yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

Manusia dilahirkan daiam keadaan yang tidak berdaya sarna sekaii. Sejak dilahirkan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua yang dimaksud disini adalah

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan besar sebuah negara. Ujung tombak sebuah negara ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang sering terjadi pada masa remaja yaitu kasus pengeroyokan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seseorang yang mengkonsumsinya (Wikipedia, 2013). Pada awalnya, alkohol

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi dalam dirinya seorang remaja sehingga sering menimbulkan suatu hal yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

HUBUNGAN ANTARA KESTABILAN EMOSI DENGAN PERILAKU KENAKALAN REMAJA SISWA KELAS VII SMPN 2 PAGERWOJO TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. E. Latar Belakang Masalah. Remaja biasanya mengalami perubahan dan pertumbuhan yang pesat

Dewasa ini obesitas atau kegemukan merupakan salah satu masalah utama di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun

BAB I PENDAHULUAN. indah itu adalah masa remaja, karena pada saat remaja manusia banyak

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. sudah menjadi masalah emosi yang umum. Depresi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa kanak-kanak dewasa. Karena itulah bila masa kanak-kanak dan remaja rusak karena

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

Komunikasi Kelompok Yang Mempengaruhi Konsep Diri Dalam Komunitas Cosplay COSURA Surabaya

BABI PENDAHULUAN. Seperti yang telah diketahui bahwa rnenjelang abad ke 20, negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

-.- BABI PENDAHULUAN

BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu konsep dalam diri seseorang merupakan suatu hal yang penting, baik itu konsep mengenai lingkungan masyarakat, sekolah ataupun diri sendiri karena akibatnya yang secara tidak langsung akan ikut mempengaruhi segala macam tingkah laku yang ditampilkan seseorang (Gunarsa, 2002: 246). Banyak masalah yang dialami oleh manusia bersumber dari dalam diri, yakni berkaitan dengan konsep diri, misalnya problem inferioritas, kurang percaya diri dan mengkritik diri sendiri (Rini, 2002, Konsep diri, para. 1). Konsep diri memiliki pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan oleh seseorang (Gunarsa, 2002: 237). Konsep diri terbentuk berdasarkan dari persepsi seseorang mengenai sikap-sikap orang lain terl1.adap dirinya. Faktor lingkungan menjadi sangat pentiug dalam pembentukan konsep diri seseorang. Reaksi orang lain terhadap dirinya, pujian-pujian yang diberikan dan segala hukuman yang diterima atas segala kesalahannya akan membentuk konsep mengenai diri seseorang (Gunarsa, 2002: 246). Konsep diri seseorang akan bertambah stabil dalam periode masa remaja. Konsep diri yang stabil hams dimiliki oleh remaja sebagai salah satu faktor yang berperan dalam usaha remaja untuk memperbaiki kepribadiannya, yang nantinya dapat meningkatkan harga dirinya (Hurlock, 1998: 235). 1

2 Dari beberapa penelitian diketahui bahwa kenakalan remaja seringkali dilakukan oleh mereka yang memiliki konsep diri yang negatif (Gunarsa, 2002: 242). Bahkan kenakalan remaja menjadi perhatian banyak orang akhir-akhir ini, karena banyak diberitakan oleh media massa akhir-akhir ini bahwa tidak sedikit kenakalan remaja yang teijadi telah mengarah kepada tindakan kriminal. Adapun kenakalan remaja tersebut diantaranya adalah perkelahian antar pelajar, penganiayaan, pencurian maupun penyalahgunaan obat-obat terlarang. Seperti yang diberitakan oleh harian kompas bahwa adanya perk.elahian (tawuran) diantara para pelajar SMU (Kompas, 2000, pelajar semarang tawuran, para. 1) dan juga perilaku kekerasan yang dilakukan oleh pellyar yang sudah mengarah kepada tindakan kriminal (Kompas, 2000, Dede tewas diserang komplotan pelajar, para. 1). Dari adanya hal tersebut diatas maka diharapkan dalarn perkembangannya, remaja dapat mengembangkan konsep diri yang positif sehingga dapat hidup bermasyarakat dengan lebih sehat. Gunarsa (2002: 242) mengemukakan bahwa "remaja yang diidentifikasikan sebagai anak-anak nakal biasanya mempunyai konsep diri yang Iebih negatif dibandingkan anak baik-baik". Remaja yang terlibat dalarn kenakalan remaja cenderung memandang dirinya sebagai orang yang buruk, pemalas atau bodoh. Seseorang yang memiliki konsep diri yang negatif seperti ini akan semakin memiliki keyakinan dan pandangan bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak kompeten, selalu gagal, bemasib malang, tidak disukai sehingga bukannya tidak mungkin mereka akan kehilangan daya tarik terhadap hidup. Sementara itu, orang yang memiliki konsep diri yang positif akan terlihat lebih optirnis, penuh percaya

3 diri dan sela1u bersikap positif terhadap segala sesuatu (Rini, 2002, konsep diri, para. 2). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ni1ai-ni1ai, cara bidup atau kebiasaan-kebiasaan yang ada di dalam diri remaja banyak ditentukan oleh konsep yang dipunyai mengenai dirinya sendiri (Gunarsa, 2002: 242). Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang ikut berperan dalam pengembangan kepribadian seseorang. Hurlock (dalam Yusuf, 2002: 138) mengemukakan bahwa ke1uarga ada1ah training centre untuk penanaman ni1aini1ai seorang anak. Wahlroos (1999: 11) mengemukakan hal yang serupa, "kebahagiaan paling besar dan kepuasan paling dalam, gairah paling hebat dan ketenangan batin paling mendalam, semuanya berasal dari ke1uarga yang penuh kasih sayang". Keluarga merupakan sumber kepribadian seseorang, karena di dalam keluarga dapat ditemukan berbagai e1emen dasar yang membentuk kepribadian seseorang (Satiadarma, 2001: 121). Lebihjauh, Mead (dalam Rakhmat, 2002: 101) menyebutkan bahwa kehadiran significant others seperti orangtua, saudara, dan orang-orang yang tinggal satu rumah dengannya akan mempengaruhi konsep diri seseorang. Dewey dan Humber (dalam Rakhmat, 2002: 102) mengemukakan hal yang sarna, adanya orang lain yang memiliki ikatan emosional dengan seseorang (affective others) dapat mempengaruhi konsep diri seseorang. Senyuman, pujian, penghargaan, dan pe1ukan dari mereka akan menyebabkan seseorang menilai dirinya secara positif. Sementara itu, ejekan, cemoohan dan hardikan akan membuat seseorang memandang dirinya secara negatif.

4 Mengingat bahwa orangtua berinteraksi secara intensif dengan anak atau remaja, maka peran orangtua dipandang besar artinya dalam kehidupan remaja, terutama dalam hal pembentukan konsep dirinya. Telah menjadi tugas orangtua untuk tetap berusaha menciptakan suasana yang memungkinkan dikembangkannya konsep diri yang lebih positif Persiapan-persiapan ini penting terutama bagi anak yang akan terjun dalam masyarakat yang lebih luas. Melalui cara ini diharapkan bahwa anak akan tumbuh menjadi remaja yang memiliki konsep diri yang lebih positif dan dapat hidup bermasyarakat secara lebih sehat (Gunarsa, 2002: 248). Hurlock (1973: 325) menegaskan bahwa pengaruh keluarga menjadi salah satu hal yang penting dalam pembentukan konsep diri remaja karena sikap dan tingkah laku orangtua melebihi segalanya dalam membentuk kepribadian remaja. Bagaimana kepribadian anak di kemudian hari sangat tergantung dari bagaimana ia berkembang dan diperkembangkan oleh lingkungannya, dalam hal ini lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga secara langsung ataupun tidak langsung berhubungan terus dengan anllk, memberikan perangsangan atau stimulasi melalui berbagai corak komunikasi antara orangtua dengan anak (Gunarsa, 2001: 104). Pembentukan kepribadian seseorang tidak terlepas dari adanya komunikasi di antara anggota keluarga. Sikap atau respon orangtua dan lingkungan akan menjadi bahan informasi bagi anak untuk menilai siapa dirinya. Oleh sebab itu, anak-anak yang tumbuh dan dibesarkan dalam lingkungan yang kurang mendukung cenderung mempunyai konsep diri yang negatif Sikap negatif orangtua akan

5 mengundang pertanyaan pada anale, dan menimbulkan asumsi bahwa dirinya tidak cukup berharga untuk dikasihi, disayangi dan dihargai; dan semua itu akibat dari kekurangan yang ada padanya. Sebaliknya sikap positif orangtua yang terbaca oleh anak akan menumbuhkan konsep dan pemikiran yang positif serta sikap menghargai diri sendiri (Rini, 2002, konsep diri, para. 6). Satiadarma (2001: 106) mengemukakan bila orangtua menggunakan kosakata yang baik, "terpelajar" dan mengandung nilai positifketika berkomunikasi dengan anaknya, maka besar kemungkinan anak akan memiliki sikap yang positif terhadap lingkungan sosial dan dirinya sendiri. Namun, tidak jarang bahasa dan teknik komunikasi yang digunakan orangtua cenderung bersifat kasar, kurang mendidik dan mengandung nilai negatif seperti tidak pernah memuji, suka marah-marah ataupun menghina sehingga hal tersebut dapat mengarahkan anak menjadi seseorang yang memiliki konsep diri yang negatif Remaja yang memandang proses komunikasi yang teijadi antara dirinya dengan orangtuanya berlangsung dengan efektif akan cenderung memiliki konsep diri yang positif Sebaliknya, apabila remaja memandang proses komunikasi yang terjadi antara dirinya dengan orangtuanya berlangsung dengan tidak efektif, maka hal tersebut akan mendorong dirinya memiliki konsep diri yang negatif Tubbs dan Moss (dalam Rakhmat, 2002: 13) mengemukakan bahwa komunikasi yang efektif akan menimbulkan lima hal yaitu pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang Makin baik, dan tindakan. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Gunarsa (2002: 101) bahwa tanda-tanda komunikasi yang

6 efektif adalah menimbuikan pengertian, adanya kesenangan, mempengaruhi sikap dan hubungan sosial yang baik. Dengan demikian menarik untuk diteliti apakah ada hubungan antara persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua dengan konsep diri. 1.2. Batasan Masalah Walaupun ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi konsep diri, tetapi dalam penelitian ini yang akan diteliti hanyalah persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua, yang diperkirakan mempunyai hubungan dengan konsep diri. Dimana pengertian persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua dalam penelitian ini adalah proses pemberian arti oleh anak remaja atas informasi atau pemyataan yang diterima dari orangtua, yang dapat menimbuikan pengertian, kesenangan, pengaruh pada sikap, dan hubungan sosial yang makin baik, sementara konsep diri adalah pandangan atau penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Adapun alasan dibatasinya pada faktor persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua karena lingkungan yang paling dekat dengan anak adalah lingkungan keluarga, dan hal ini tidak terlepas dari adanya interaksi antara orangtua dengan anak. Dimana interaksi tersebut tidak terlepas dari adanya komunikasi antara orangtua dengan anaknya, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan konsep diri anak.

7 Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua dengan konsep diri maka dilakukan penelitian korelasional. Agar wilayah penelitian menjadi jelas maka yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang berusia 15-18 tahun, siswa-siswi kelas II SMU Kristen Kalam Kudus Surabaya, yang tinggal bersama dengan orangtua. 1.3. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan batasan masalah, maka rumusan masalah adalah sebagai berikut: "Apakah ada hubungan antara persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua dengan konsep diri?" 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi remaja terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtua dengan konsep diri. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebegai berikut: a. Manfaat teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi pengembangan teori psikologi, khususnya teori psikologi perkembangan

8 bahwa konsep diri yang positif berkaitan dengan persepsinya terhadap efektivitas komunikasi dengan orangtuanya. b. Manfaat praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan bagi: 1. Orangtua, agar dapat membina komunikasi yang efektif dengan anaknya, sehingga anak dapat memiliki konsep diri yang positif mengenai dirinya. 2. Anak remaja, akan pentingnya komunikasi yang efektif dengan orangtua bagi perkembangan konsep dirinya sehingga diharapkan para remaja mau membuka diri untuk: berkomunikasi dengan orangtua dan memberi kesempatan kepada orangtua dalam memberikan masukanmasukan yang berguna bagi dirinya. 3. Pihak sekolah, melalui layanan bimbingan dimungkinkan dapat memberikan informasi kepada orangtua akan pentingnya membina komunikasi yang baik dengan anak yang diperlukan bagi perkembangan konsep diri anak.