PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERAUKE, Menimbang : a. bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dimana agama-agama yang diakui negara mempunyai keyakinan kematian merupakan wujud kehidupan baru sehingga orang yang telah wafat harus diperlakukan dengan baik, selain itu negara wajib memberikan kesejahteraan kepada rakyat mulai saat masih dalam kandungan sampai pada kematian; b. bahwa masyarakat hukum adat Malind Anim percaya orang Malind Anim yang meninggal akan kembali ke tanah asal lewat Kondo, kepercayaan ini menunjukan kematian bukan akhir dari kehidupan tetapi awal dari kehidupan baru; c. bahwa tempat pemakaman sebagai suatu ruang terbuka hijau perlu dilakukan pengaturan mengenai pemanfaatan ruang sehingga ruang yang digunakan sunguh-sungguh memenuhi kebutuhan lingkungan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Tempat Pemakaman; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969 tentang Pembentukan Provinsi Otonomi Irian Barat dan Kabupaten-kabupaten Otonom di Propinsi Irian Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2907); 3. Undang
- 2-3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 135, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4151) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2008 menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4884); 4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 5. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 22 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5280); 6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987 tentang Penyediaan Penggunaan Tanah Untuk Keperluan Tempat Pemakaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1987 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3350); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Merauke (Lembaran Daerah Kabupaten Merauke Tahun 2011 Nomor 14; 9. Peraturan Daerah Kabupaten Merauke Nomor 9 Tahun 2014 tentang Tata Cara Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Merauke Tahun 2014 Nomor 9); Dengan
- 3 - Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN MERAUKE dan BUPATI MERAUKE MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kabupaten Merauke. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 3. Bupati adalah Bupati Merauke. 4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. 5. Dinas adalah unsur pembantu Bupati dalam penyelenggaraan urusan pemerintah daerah tata ruang, kebersihan, pertamanan, bangunan gedung dan pemakaman. 6. Unit Pelaksana Teknis selanjutnya disebut UPT Pemakaman adalah bagian dari Dinas yang melakukan pengelolaan pemakaman. 7. Jenazah adalah jasad orang yang telah meninggal dunia. 8. Pemakaman adalah serangkaian kegiatan administrasi pemakaman, pengaturan lokasi makam, pengkoordinasian dan pemberian bimbingan atau petunjuk serta pengawasan terhadap pelaksanaan pemakaman. 9. Tempat Pemakaman Umum adalah areal tanah yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk keperluan pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan golongan yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Daerah. 10. Tempat Pemakaman Bukan Umum adalah areal tanah yang disediakan oleh badan sosial, badan keagamaan dan/atau badan usaha untuk keperluan pemakaman jenazah yang pengelolaannya dilakukan oleh badan sosial, badan keagamaan dan/atau badan usaha. 11. Tempat Pemakaman Khusus adalah areal tanah yang digunakan untuk tempat pemakaman yang karena faktor sejarah dan faktor kebudayaan mempunyai arti khusus, yang diatur sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan. 12. Tempat Pemakaman Keluarga adalah areal tanah yang disediakan oleh orang pribadi dan/atau paguyuban untuk keperluan pemakaman jenazah yang pengelolaannya dilakukan oleh orang pribadi dan/atau paguyuban. 13. Tempat
- 4-13. Tempat Pengabuan Jenazah yang selanjutnya disebut Krematorium yaitu tempat pembakaran jenazah atau kerangka serta penyimpanan abu jenazah. 14. Tempat Pemakaman Umum di Kampung adalah adalah areal tanah yang disediakan oleh Pemerintah Kampung untuk keperluan pemakaman jenazah bagi setiap orang tanpa membedakan agama dan golongan yang pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintah Kampung. 15. Pengelolaan pemakaman adalah pengkoordinasian, pemberian bimbingan atau petunjuk serta pengawasan terhadap kegiatan pengelola pemakaman dan/atau pengelola pengabuan jenazah yang ada di Daerah. 16. Rumah Duka adalah tempat persemayaman jenazah sementara menunggu pelaksanaan pemakaman dan/atau kremasi. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 Pengelolaan tempat pemakaman berasaskan: a. keadilan; b. ketertiban dan kepastian hukum; c. efisien; d. akuntabel; dan e. non diskriminasi. Pasal 3 Pengaturan pengelolaan tempat pemakaman bertujuan: a. menjamin adanya penghormatan dan penghargaan terhadap manusia termasuk tubuh manusia yang telah menjadi jenazah; b. mewujudkan lingkungan yang sehat dengan melakukan pemanfaatan ruang sesuai dengan ketersediaan ruang; dan c. memberikan layanan publik yang baik kepada semua masyarakat tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan antar golongan. BAB III JENIS DAN PENGELOLAAN TEMPAT PEMAKAMAN Bagian Kesatu Jenis Tempat Pemakaman Pasal 4 Jenis tempat pemakaman, meliputi: a. tempat pemakaman umum; b. tempat pemakaman bukan umum; c. tempat pemakaman khusus; d. tempat pemakaman keluarga; e. krematorium; dan f. tempat pemakaman umum di Kampung. Bagian Kedua
- 5 - Bagian Kedua Pengelolaan Tempat Pemakaman Paragraf 1 Tempat Pemakaman Umum Pasal 5 (1) Pengelolaan tempat pemakaman umum dilaksanakan oleh Dinas. (2) Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyediakan lahan tempat pemakaman umum. (3) Lahan yang disediakan oleh Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diperoleh dari: a. pengadaan tanah; b. hibah; dan c. berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Pasal 6 (1) Lokasi tanah untuk keperluan tempat pemakaman umum harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. (2) Penunjukan, penetapan dan penutupan serta pengosongan atau pemindahan tempat pemakaman umum dilakukan Pemerintah Daerah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penunjukan, penetapan dan penutupan serta pengosongan atau pemindahan tempat pemakaman umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati. Pasal 7 Pengelolaan tempat pemakaman umum dilakukan berdasarkan: a. penataan blok makam; dan b. penataan petak makam. Pasal 8 Penataan blok makam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a ditetapkan dengan pembagian blok makam berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing. Pasal 9 Penataan petak makam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b ditetapkan atas bentuk makam meliputi: a. persegi panjang; b. batu nisan berbentuk trapesium; dan c. plakat nama nisan. Pasal 10
- 6 - Pasal 10 (1) Penataan petak makam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf a ditetapkan dengan ketentuan: a. lebar 1,25 (satu koma dua puluh lima) meter; b. panjang 2,20 (dua koma dua puluh) meter; c. kedalaman paling sedikit 1,75 (satu koma tujuh puluh lima) meter; dan d. tinggi timbunan tanah makam 10 (sepuluh) sentimeter dari permukaan tanah dan ditanami rumput. (2) Penataan petak makam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf b ditetapkan dengan ketentuan: a. ukuran tinggi bagian atas tanah 20 (dua puluh) sentimeter dan 10 (sepuluh) sentimeter; dan b. yang tertanam di dalam tanah 15 (lima belas) sentimeter dengan lebar 40 (empat puluh) sentimeter dan panjang 50 (lima puluh) sentimeter. (3) Penataan petak makam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c ditetapkan dengan ketentuan: a. plakat nama nisan bertuliskan nama; b. tanggal lahir dan tanggal kematian; dan c. jika terdapat lebih dari 1 (satu) jenazah maka plakat nama nisan diatur sesuai dengan kebutuhan. (4) Jarak antar baris makam dan jarak antar petak makam ditetapkan dengan ukuran 50 (lima puluh) sentimeter. Paragraf 2 Tempat Pemakaman Bukan Umum Pasal 11 (1) Pengelolaan tempat pemakaman bukan umum dilaksanakan oleh badan sosial, badan keagamaan dan/atau badan usaha. (2) Pengelolaan tempat pemakaman bukan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibantu pengelolaannya oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Tempat pemakaman bukan umum yang dikelola oleh badan sosial, badan keagamaan dan/atau badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendapatkan izin dari Bupati. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin pengelolaan tempat pemakaman bukan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Bupati. (5) Lokasi tanah untuk keperluan tempat pemakaman bukan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Pasal 12
- 7 - Pasal 12 (1) Tempat Pemakaman Bukan Umum yang tidak terurus/diterlantarkan oleh pengelolanya lebih dari 10 (sepuluh) tahun, maka pengelolaannya selanjutnya diambil alih oleh Pemerintah Daerah. (2) Pengambilan alih pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Bupati dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Paragraf 3 Tempat Pemakaman Khusus Pasal 13 (1) Pengelolaan tempat pemakaman khusus dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. (2) Tempat pemakaman khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diperuntukan untuk pemakaman Pahlawan Nasional dan/atau Perintis Kemerdekaan, Pejabat Negara dan Pejabat Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Pengelolaan tempat pemakaman khusus selain untuk pemakaman Pahlawan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, masyarakat, badan sosial, badan keagamaan dan/atau badan usaha. (4) Pengelolaan tempat pemakaman khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dibantu pengelolaannya oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (5) Pengaturan blok makam dan petak makam untuk tempat pemakaman khusus disesuaikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dan Pasal 9. (6) Lokasi tanah untuk keperluan tempat pemakaman khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Paragraf 4 Tempat Pemakaman Keluarga Pasal 14 (1) Pengelolaan tempat pemakaman keluarga dilaksanakan oleh orang pribadi dan/atau paguyuban. (2) Lokasi tanah yang telah ditentukan untuk tempat pemakaman keluarga harus mendapat izin pengelolaan makam dari Bupati. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin pengelolaan tempat pemakaman keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Bupati. (4) Lokasi
- 8 - (4) Lokasi tanah untuk keperluan tempat pemakaman keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah. Paragraf 5 Krematorium Pasal 15 (1) Setiap jenazah dan/atau kerangka yang akan dikremasi dan/atau diabukan di krematorium harus dilaporkan kepada Dinas. (2) Krematorium sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh badan sosial, badan keagamaan dan/atau badan usaha. (3) Krematorium yang dikelola oleh badan sosial, badan keagamaan dan/atau badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pembangunan harus mendapatkan izin dari Bupati. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai izin pengelolaan krematorium sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Bupati. Paragraf 6 Tempat Pemakaman Umum di Kampung Pasal 16 (1) Pengelolaan tempat pemakaman umum di Kampung dilakukan oleh Pemerintahan Kampung. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan tempat pemakaman umum di Kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati. BAB IV PELAYANAN PEMAKAMAN Bagian Kesatu Jenis Pelayanan Pemakaman Pasal 17 (1) Pemerintah Daerah menyediakan fasilitas pelayanan pemakaman di tempat pemakaman umum yang dapat dimanfaatkan masyarakat. (2) Jenis pelayanan pemakaman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang diberikan Pemerintah Daerah meliputi: a. penyediaan tanah makam terdiri dari: 1. tanah makam yang langsung dipergunakan; dan 2. tanah makam tumpang. b. jasa pemakaman terdiri dari: 1. penggalian makam; 2. pemasangan
- 9-2. pemasangan plakat makam dan pusara makam; 3. penggunaan kendaraan jenazah; 4. pemulasaraan jenazah; 5. penitipan jenasah di rumah duka sementara menunggu pemakaman; dan 6. kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pelayanan pemakaman. c. pelayanan kebersihan makam. Bagian Kedua Pelayanan Angkutan Jenazah Pasal 18 (1) Pengangkutan jenazah yang akan dimakamkan ke tempat pemakaman atau dibawa ke krematorium dan/atau rumah duka harus ditempatkan dalam kendaraan jenazah atau usungan jenazah. (2) Pengangkutan jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Dinas dan/atau badan sosial, badan keagamaan dan/atau badan usaha. (3) Pengangkutan jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilayani dengan angkutan mobil jenazah dengan persyaratan: a. kendaraan harus sesuai peruntukkannya; b. kendaraan harus memenuhi persyaratan teknis di jalan; c. dipasang sirine dan lampu sirine pada bagian atas kendaraan, dinyalakan serta dibunyikan pada saat membawa jenazah; d. memiliki izin pengangkutan jenazah dari Dinas; e. dilengkapi dengan alat pengusung jenazah disertai dengan kain lurub; dan f. pada sisi kanan dan kiri kendaraan bertuliskan MOBIL JENAZAH, dan nama pengelola. Bagian Ketiga Tata Cara Pemakaman Pasal 19 (1) Setiap orang yang meninggal dunia dan akan dimakamkan di tempat pemakaman umum atau dikremasi di krematorium milik dan/atau yang dikelola oleh Pemerintah Daerah wajib diberitahukan kepada Dinas. (2) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diajukan dalam bentuk tertulis atau lisan. Pasal 20 (1) Pemakaman jenazah dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) kali 24 (dua puluh empat) jam setelah yang bersangkutan meninggal dunia. (2) Penundaan
- 10 - (2) Penundaan jangka waktu pemakaman, paling lama 5 (lima) hari dan hanya dapat dilakukan dengan izin Pemerintah Daerah. (3) Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi jenazah yang mengidap penyakit menular. (4) Penundaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) setiap jenazah harus disimpan dalam peti yang didalamnya berlapis seng dan/atau aluminium dan tertutup rapat atau dengan cara lain yang persyaratannya ditetapkan oleh Pemerintah Daerah. Pasal 21 (1) Ahli waris atau pihak yang bertanggungjawab atas jenazah dapat menggunakan tempat atau fasilitas untuk pemulasaraan, penyiapan, pengabuan dan upacara jenazah di tempat pemakaman umum. (2) Pemulasaraan jenazah, penyiapan, pengabuan dan upacara jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan oleh UPT Pemakaman. Bagian Keempat Pelayanan Pemakaman Bagi Jenazah Orang Tidak Mampu, Jenazah Terlantar dan/atau Korban Bencana Pasal 22 (1) Pemerintah Daerah berkewajiban mengurus dan melaksanakan pemakaman bagi jenazah orang yang tidak mampu, terlantar dan/atau korban bencana. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan bantuan sosial. Bagian Kelima Waktu Pelayanan Pasal 23 (1) Tempat pemakaman umum dibuka untuk memakamkan dan/atau berziarah dalam waktu antara pukul 08.00 WIT sampai dengan pukul 16.00 WIT. (2) Waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam keadaan tertentu atas permintaan dari yang berkepentingan, Bupati atau pejabat yang ditunjuk dapat memberikan izin untuk memakamkan jenazah dan/atau berziarah. BAB V
- 11 - BAB V PEMINDAHAN JENAZAH Pasal 24 (1) Pemerintah daerah dapat melakukan pemindahan jenazah karena kepentingan umum. (2) Kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti pelebaran jalan, membuka ruas jalan baru dan pembangunan fasilitas umum lainnya. (3) Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibebankan kepada Pemerintah Daerah. Pasal 25 (1) Pemindahan jenazah dari satu petak tanah makam ke petak tanah makam lainnya atas permintaan keluarga atau ahli waris atau pihak yang bertanggungjawab atas jenazah yang bersangkutan harus mendapat izin Kepala UPT Pemakaman setelah mendapatkan rekomendasi dari Dinas. (2) Pemindahan jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh petugas yang ditunjuk. Pasal 26 (1) Setiap orang atau badan hukum yang akan memindahkan dan/atau pembongkaran jenazah wajib mengajukan permohonan kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Pemindahan dan/atau pembongkaran kerangka jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan atas permohonan ahli waris/pihak yang bertanggung jawab. (3) Pemindahan dan/atau pembongkaran kerangka jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila telah dimakamkan paling singkat 3 (tiga) tahun. (4) Pemindahan dan/atau pembongkaran kerangka jenazah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikecualikan untuk kepentingan penyidikan. (5) Pembongkaran kerangka jenazah untuk kepentingan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan atas permintaan pejabat yang berwenang atas izin Bupati dengan memberitahukan kepada ahli waris atau keluarga dan/atau pihak yang bertanggung jawab atas jenazah yang bersangkutan. (6) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampiri persyaratan sebagai berikut: a. surat
- 12 - a. surat penggunaan pemakaman tempat pemakaman umum; b. surat keterangan ahli waris dari Kampung/Kelurahan; dan c. permohonan ahli waris yang dilampiri foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) pemohon yang diketahui Kampung/Lurah setempat. (7) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) tidak bisa dipenuhi, maka pemohon wajib menunjukkan surat kehilangan dari Kepolisian. (8) Dalam hal pemindahan jenazah atau kerangka jenazah telah dilaksanakan maka hak penggunaan makam gugur. (9) Pemindahan dan/atau pembongkaran makam yang dilakukan untuk kepentingan penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) sebelum jangka waktu 6 (enam) bulan sejak jenazah dimakamkan dilarang dihadiri orang lain kecuali oleh ahli waris dan petugas yang berwenang. Pasal 27 (1) Setiap jenazah yang akan dibawa untuk dimakamkan ke luar Daerah harus dilaporkan kepada Kepala Kampung/Lurah setempat. (2) Setiap jenazah yang akan dibawa untuk dimakamkan ke luar daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dilengkapi dengan surat keterangan yang dikeluarkan oleh Dinas. Pasal 28 (1) Setiap jenazah yang akan diangkut untuk di makamkan ke luar wilayah Indonesia, harus dilaporkan oleh ahli waris atau pihak yang bertanggung jawab kepada Dinas, dengan melampirkan: a. surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit Pemerintah Daerah/Puskesmas; b. surat keterangan dari Duta Besar atau Kepala Perwakilan Negara asal orang yang meninggal; c. surat keterangan dari Menteri Luar Negeri atau Pejabat yang ditunjuk; dan d. kelengkapan dokumen keimigrasian. Pasal 29 Setiap jenazah yang dibawa dari Luar Negeri yang akan dimakamkan di wilayah Daerah harus melampirkan: a. surat kematian dari Negara asal jenazah meninggal; b. surat keterangan pemeriksaan jenazah dari rumah sakit Negara asal dimana jenazah meninggal; c. surat keterangan pemeriksaan dari intansi yang berwenang di Indonesia; d. paspor yang bersangkutan; e. foto copy Kartu Keluarga (KK) yang bersangkutan; dan f. foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang bersangkutan. Pasal 30
- 13 - Pasal 30 Setiap jenazah yang dibawa dari luar Daerah yang akan dimakamkan di wilayah Daerah harus melampirkan: a. surat keterangan kematian; dan b. surat keterangan lainnya yang diperlukan. BAB VI PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN Pasal 31 (1) Pemerintah Daerah wajib membangun sarana dan prasarana pada lahan Tempat Pemakaman Umum dan Tempat Pemakaman Khusus. (2) Sarana dan Prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa jalan, saluran, pagar, tempat ruang tunggu, tempat parkir kendaraan dan penerangan listrik. (3) Pemeliharaan dan perawatan Tempat Pemakaman Umum dan Tempat Pemakaman Khusus dilaksanakan oleh Dinas. BAB VII KEWAJIBAN DAN LARANGAN Pasal 32 Setiap orang wajib : a. mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan; dan b. menjaga kesopanan, memelihara kebersihan, keindahan, ketertiban, dan keamanan. Pasal 33 Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf a dan huruf b dikenakan sanksi administratif berupa teguran lisan. Pasal 34 Setiap orang dilarang: a. memindahkan hak pengguna makam kepada orang lain; b. memakamkan jenazah selain di tempat pemakaman umum, tempat pemakaman bukan umum, tempat pemakaman khusus dan tempat pemakaman keluarga; c. mendirikan tempat pemakaman bukan umum dan tempat pemakaman keluarga tanpa izin Bupati; d. membuat atau menguasai petak makam yang melebihi dari ketentuan yang berlaku; e. menggunakan lahan makam yang berada di tempat pemakaman umum untuk kepentingan lain selain keperluan pemakaman tanpa izin Bupati; f. mendirikan
- 14 - f. mendirikan bangunan, pembentengan, dan pemagaran makam; g. melakukan intimidasi dan pungutan liar di Tempat Pemakaman; dan h. merusak, membongkar dan/atau memindahkan jenazah, kerangka jenazah tanpa izin dan mengubah bentuk makam. Pasal 35 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf a dan huruf b dikenakan sanksi administratif berupa : a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) d. penertiban; e. penghentian sementara kegiatan;dan f. penghentian tetap kegiatan. (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan penerimaan Daerah. Pasal 36 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf c sampai dengan huruf e dikenakan sanksi administratif berupa : a. teguran lisan; b. teguran tertulis; c. denda paling banyak Rp 350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) d. penertiban; e. perintah pembongkaran; f. pembongkaran; g. pencabutan sementara izin; dan h. pencabutan tetap izin. (2) Denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan penerimaan Daerah. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 37 (1) Dinas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan prosesi pemakaman terhadap tempat pemakaman bukan umum, tempat pemakaman khusus, tempat pemakaman keluarga, dan pengabuan jenazah. (2) Pembinaan
- 15 - (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dinas melakukan: a. bimbingan dan penyuluhan; b. menyiapkan petunjuk teknis; dan c. pemberian pelatihan bagi petugas pengelola tempat pemakaman. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 38 (1) Selain Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia, PPNS Daerah diberi kewenangan untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran peraturan daerah ini. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang: a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan serta keterangan tentang adanya pelanggaran Peraturan Daerah; b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan pelanggaran; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang atau badan hukum sehubungan dengan pelanggaran Peraturan Daerah; d. melakukan pemeriksaan atas surat dan/atau dokumen lain tentang pelanggaran Peraturan Daerah; e. melakukan pemeriksaan atau penyitaan bahan atau barang bukti; f. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan; g. mengambil sidik jari dan memotret tersangka; h. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; dan i. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat cukup bukti yang membuktikan adanya Pelanggaran Peraturan Daerah. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Polisi Negara Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan dalam Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 39 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf f sampai dengan huruf h, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XI
- 16 - BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 40 (1) Badan sosial, badan keagamaan dan/atau badan usaha yang melakukan jasa pelayanan prosesi pemakaman dan kramatorium wajib memiliki izin operasional paling lama 3 (tiga) tahun setelah Peraturan Daerah ini ditetapkan. (2) Petak makam tempat pemakaman bukan umum, tempat pemakaman khusus dan tempat pemakaman keluarga dalam kurun waktu 5 (lima) tahun agar menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. (3) Tempat pemakaman umum, tempat pemakaman bukan umum, tempat pemakaman keluarga dan krematorium yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah dalam kurun waktu 2 (dua) tahun wajib menyesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 41 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Merauke. Diundangkan di Merauke pada tanggal 21 Agustus 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN MERAUKE, CAP/TTD DANIEL PAUTA Ditetapkan di Merauke Pada tanggal 21 Agustus 2015 BUPATI MERAUKE, CAP/TTD ROMANUS MBARAKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE TAHUN 2015 NOMOR 3 Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM, YOSEPH B. GEBZE, SH., LL.M 19760202 200312 1 004 NOREG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE PROVINSI PAPUA : 3/2015
- 17 -