BAB I PENDAHULUAN. otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I P E N D A H U L U A N

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

2018, No Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tamb

NOMOR : 15 TAHUN 2010

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA BANJAR TAHUN 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BUPATI MAROS PROVINSI SULAWASI SELATAN PERATURAN BUPATI MAROS NOMOR: 08 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH BUPATI SRAGEN,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. yang langsung bertanggungjawab kepada Presiden dalam melaksanakan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup, dan batasan

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASANN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 64 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR GORONTALO KEPUTUSAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 140 / 26 / III /2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN INSPEKTORAT PROVINSI GORONTALO

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 diatur bahwa pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2010 GUBERNUR JAWA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 02 TAHUN 2015 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB1 PENDAHULUAN. Salah satu agenda reformasi adalah desentralisasi keuangan dan. otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang (UU) No.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2009

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH TAHUN 2016

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKIP)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

- 1 - WALIKOTA GORONTALO,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2015

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN TAHUNAN ( PKPT ) TAHUN 2012

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

FORUM - SKPD 2015 INSPEKTORAT DIY

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

PERATURAN BUPATI OGAN HOMERING ULU TIMUR NOMOR S TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 916 TAHUN 2011

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS. NOMOR 49 T/tfWN 9011, TENTANG

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

KATA PENGANTAR. Muaro Sijunjung, Februari 2014 INSPEKTUR KENFILKA, SH, MH PEMBINA UTAMA MUDA NIP

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

INSPEKTORAT MENJADI APIP YANG EFEKTIF

Jambi, Januari 2017 INSPEKTUR KOTA JAMBI, Drs. H. HAFNI ILYAS. Pembina Utama Muda. NIP

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

Tugas. melaksanakan pengawasan intern di lingkungan Sekretariat Jenderal dan Badan Keahlian. Irtama

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

KEBIJAKAN PENGAWASAN INSPEKTORAT JENDERAL KEMDIKBUD TAHUN 2012

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2016

RENCANA AKSI INSPEKTORAT KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANDUNG BARAT

KATA PENGANTAR. Inspektorat Daerah Kabupaten Barru

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan penyelenggaraan otonomi seluas-luasnya dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tujuan pemberian otonomi yang seluas-luasnya adalah mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, peran serta masyarakat dan daya saing daerah. Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah, maka disusun Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah. Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah merupakan subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah, dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan. Semua hal berkaitan dengan pemerintahan daerah dan otonomi daerah diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014. Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa pemerintahan daerah diberi kewenangan untuk menjalankan otonomi seluas-luasnya. Pemberian kewenangan ini memberi kesempatan bagi daerah otonom untuk memanfaatkan semua potensi yang ada untuk peningkatan kesejahteraan rakyat. Selain memberi kesempatan kepada daerah, pemberian kewenangan juga menimbulkan tantangan untuk mengawasi penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kewenangan yang lebih besar membutuhkan pengawasan 1

yang optimal agar tidak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan kewenangan yang mengakibatkan kerugian keuangan negara dan tidak tercapainya peningkatan kesejahteraan rakyat. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 pada bab XIX tentang Pembinaan dan Pengawasan, ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan pengawasan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah masih mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dikarenakan belum terbitnya Peraturan Pemerintah yang baru sebagai turunan dari UU Nomor 23 tahun 2014. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 disebutkan bahwa pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan atas urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP). Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 menyebutkan APIP adalah Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen, Inspektorat Provinsi, dan Inspektorat Kabupaten/Kota. Aparat Pengawas Intern Pemerintah merupakan salah satu unsur manajemen pemerintah yang penting dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance) dan tercapainya pemerintahan/birokrasi yang bersih (clean government). 2

Aparat Pengawas Intern Pemerintah membutuhkan perencanaan pengawasan untuk melaksanakan fungsi pengawasannya. Perencanaan pengawasan yang tepat dibutuhkan agar tidak terjadi tumpang tindih dan pemeriksaan yang berulang, sehingga tercapai efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber daya pengawasan. Perencanaan pengawasan yang tidak dibuat secara cermat dapat mengakibatkan kegagalan dalam mencapai tujuan APIP. Perencanaan pengawasan penting untuk mengatur berbagai jenis kegiatan pengawasan yang akan dilakukan dalam suatu waktu tertentu. Ketentuan penyusunan rencana pengawasan tahunan tertuang pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007. Pada Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2005 pasal 31 disebutkan bahwa: 1) Rencana pengawasan atas penyelenggaraaan Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (2), dituangkan dalam rencana pengawasan tahunan dan ditetapkan oleh Gubernur berpedoman pada rencana pengawasan yang ditetapkan oleh Menteri. Pada pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah disebutkan: (1) Penyusunan rencana pengawasan tahunan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah Kabupaten dan Kota dikoordinasikan oleh Inspektur Provinsi. (2) Rencana pengawasan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dalam bentuk Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) dengan berpedoman pada kebijakan pengawasan. (3) Penyusunan PKPT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) didasarkan atas prinsip keserasian, keterpaduan, menghindari tumpang tindih dan pemeriksaan berulang-ulang serta memperhatikan efisiensi dan efektifitas dalam penggunaan sumber daya pengawasan. 3

(4) Rencana pengawasan sebagaimana disebut pada ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Ketentuan bagi APIP untuk menyusun rencana pengawasan juga terdapat pada Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI, 2014), disebutkan bahwa pimpinan APIP harus menyusun rencana strategis dan rencana kegiatan audit intern tahunan dengan prioritas pada kegiatan yang mempunyai risiko terbesar dan selaras dengan tujuan APIP. Pada Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia (AAIPI, 2014) disebutkan adanya keharusan untuk menyusun rencana pengawasan dan memberi prioritas pada kegiatan yang memiliki risiko terbesar. Pemberian skala prioritas ini disebabkan kompleksnya tugas pengawasan, keterbatasan sumber daya pengawasan dan keinginan atas informasi dalam pengambilan keputusan yang tepat dan akurat, menjadi alasan perlu diberlakukannya risk based audit yang selanjutnya pada penelitian ini disebut audit berbasis risiko. Senada dengan Standar Audit Intern Pemerintah Indonesia, The Institute of Internal Auditor (2011), pada standar 2010 disebutkan adanya ketentuan penyusunan perencanaan audit berbasis risiko untuk menentukan prioritas kegiatan audit: The chief audit executive must establish a risk-based plan to determine the priorities of the internal audit activity, consistent with the organization s goals. Kegiatan utama perencanaan audit berbasis risiko (BPKP, 2007) adalah mengalokasikan kegiatan audit lebih ditujukan pada area yang memiliki pengaruh besar dalam menjamin tercapainya tujuan organisasi, yakni area yang memiliki risiko besar akan dapat menghambat pencapaian tujuan organisasi. Perencanaan 4

audit berbasis risiko diterapkan pada perencanaan penugasan terhadap satu auditi tertentu dan perencanaan kegiatan audit tahunan atau lima tahunan. Perencanaan pengawasan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah perencanaan audit berbasis risiko untuk kegiatan audit tahunan yang disebut PKPT. Selain melaksanakan pemeriksaan reguler, Inspektorat melakukan pemeriksaan khusus dan pengembangan temuan, evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), review Laporan Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SDKPKD) DIY, pencermatan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), monitoring pelaksanaan Sistim Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), pemeriksaan persediaan (stock opname) dan pemeriksaan kas (cash opname), Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) kabupaten/kota. Keterbatasan jumlah auditor dan sarana prasarana membutuhkan perencanaan pengawasan yang memadai agar fungsi pengawasan dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Laporan Hasil Pemeriksaan Kinerja Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas Efektifitas Kegiatan Audit dan Reviu Laporan Keuangan oleh APIP pada Inspektorat DIY nomor 34/LHP/XVIII.YOG/12/2013 menyatakan bahwa dalam menyusun Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) Inspektorat DIY belum didasarkan perencanaan audit berbasis risiko. Dari laporan pemantauan tindak lanjut atas pemeriksaan BPK diketahui bahwa temuan BPK tersebut belum ditindak lanjuti. 5

Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini diberi judul "Analisis Perubahan Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) di Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta." 1.2. Rumusan Permasalahan Pemeriksaan BPK atas kinerja Inspektorat DIY dilaksanakan tahun 2013. Rekomendasi BPK agar penyusunan PKPT berdasarkan perencanaan audit berbasis risiko belum ditindaklanjuti, hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat kendala dalam penyusunan PKPT berbasis risiko di Inspektorat DIY. 1.3. Pertanyaan Penelitian Dari permasalahan penelitian di atas, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah: 1. Apakah terdapat perubahan pada Program Kerja Pengawasan Tahunan Inspektorat DIY, setelah terbitnya rekomendasi BPK tentang penyusunan PKPT berbasis risiko di tahun 2013? 2. Mengapa penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan di Inspektorat DIY belum berbasis risiko? 1.4. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis perubahan pada PKPT di Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta setelah terbitnya rekomendasi BPK di tahun 2013. 6

2. Menganalisis penyebab belum dilaksanakannya penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan berbasis risiko di Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.5. Motivasi Penelitian Penelitian ini berawal dari belum ditindaklanjutinya rekomendasi BPK RI. Rekomendasi BPK yaitu agar dalam penyusunan perencanaan pengawasan tahunannya Inspektorat DIY berdasarkan pada perencanaan pengawasan berbasis risiko. Pada Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 51 Tahun 2008 disebutkan Inspektorat mempunyai tugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah, pelaksanaan pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah Kabupaten/Kota. Perencanaan pengawasan tahunan yang dituangkan dalam Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT) mempunyai peran penting dalam mendukung pelaksanaan tugas pengawasan yang diemban Inspektorat. Disebutkan pada pasal 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007 bahwa Pejabat Pengawas Pemerintah melaksanakan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah berpedoman pada PKPT. 7

1.6. Kontribusi Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain: 1. Manfaat akademis, sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai perencanaan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah. 2. Manfaat praktis, sebagai bahan pertimbangan disusunnya Program Kerja Pengawasan Tahunan berbasis risiko di Inspektorat DIY. 1.7. Proses Penelitian Penelitian ini akan menggambarkan proses penyusunan PKPT di Inspektorat DIY dan menganalisis kendala belum dilaksanakannya PKPT berbasis risiko sesuai rekomendasi BPK. Tahapan penelitian dapat digambarkan sebagai berikut: 2. Tujuan Penelitian 3. Pondasi Teoretikal Penelitian Studi Kasus 1. Pertanyaan Penelitian 4. Metode Penelitian Studi Kasus 5. Temuan dan Analisis Sumber: Pedoman Umum Penulisan Tesis (Program Maksi UGM, 2015) Gambar 1.1 Tahapan Penelitian 8