TOR SIMPOSIUM PEMBANGUNAN MARITIM Membangun Skenario Laut Banda sebagai Ruang Sejahtera Bersama Pendahuluan Laut Banda memiliki peran sosial, ekonomi, dan ekologi penting bagi daerah-daerah di sekitarnya. Terdapat 17 kabupaten/kota dari 5 provinsi mengelola sumberdaya dan berpantai di Laut Banda. Dalam urusan pelayaran, Laut Banda berada pada pusaran pelayaran timur dan barat Nusantara sejak dulu, dan dalam kebijakan nasional merupakan bagian dari perlintasan ALKI III. Perairan ini adalah area nursery, spawning aggregation ikan tuna, dan wilayah coral triangle yang kaya keanekaragaman hayati. Pengetahuan-pengetahuan tentang Laut Banda perlu dieksplorasi secara utuh, simultan dan terinstitusi, agar dapat dimanfaatkan sebagai referensi rencana aksi yang terkoneksi antar daerah, melalui skenario pembangunan ruang sejahtera bersama di Laut Banda. Pelayaran-pelayaran monumental melintasi Laut Banda sepanjang sejarah; seperti pelayaran Albert Russel Wallacea pada tahun 1858 yang menyumbang banyak ilmu pengetahuan tentang flora dan fauna. Lebih dari 300 tahun sebelum Wallacea, pelayaran niaga bangsa Belanda pimpinan Jabob van Heemskerk melintas untuk memulai ekspedisinya di kepulauan rempah, Banda (1599). Pelayaran di Laut Banda ini menjadi awal dari era kolonialisme di Nusantara. Tapi lebih awal, yakni 88 tahun sebelumnya, bangsa Portugis dipimpin Antonio de Abreu dan Francisco Serrao (1511) sudah menjelajahi Laut Banda dengan misi yang sama. Itupun 100 tahun di belakang Portugis telah berlayar bangsa Moro (Maroko, Arab) untuk berdagang rempah. Penjelajahan saudagarsaudagar Arab itu ternyata 500 tahun setelah armada dagang Cina. Pemerintah Kabupaten Wakatobi Simposium Pembangunan Maritim 1
Belum lagi pelayaran-pelayaran lokal, mulai dari epos bajak laut, misi ekspansi lintas pulau kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Ternate di zamannya, perdagangan komoditi, migrasi masyarakat antar pulau yang tidak teridentifikasi intensitasnya. Pada saat ini kapal penumpang dan barang yang dioperasikan PT. PELNI disimulasikan dari satu pelabuhan saja yakni Bau-bau tercatat 17 hari sebulan melintasi Laut Banda. Kapal-kapal niaga nasional dan internasional setiap hari melintas dari timur ke barat, selatan ke utara atau sebaliknya. Potongan sejarah dan informasi di atas memberi kepastian tentang posisi Laut Banda sebagai urat nadi kehidupan Negara Kesatuan Republik Indonesia dari sudut pandang jasa pelayaran. Demikian halnya potensi perikanan; Laut Banda sudah lama dikenal kaya akan ikan tuna, cakalang dan ikan-ikan pelagis kecil. Kerjasama Indonesia dan Jepang dalam eksploitasi ikan tuna yang dikenal dengan Banda Sea Agreement tahun 1968 membuktikan kawasan ini menarik bukan saja secara nasional tetapi juga dalam skala international. Untuk menata pengelolaan perikanan berkelanjutan, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) pada tahun 2009 menetapkan Laut Banda sebagai Wilayah Pengelolaan Perikanan Republik Indonesia (WPP -RI) 714 ( termasuk Teluk Tomini). Sebelum itu, kelestarian ekosistem sudah menjadi perhatian pemerintah, ditandai penunjukan salah satu wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara di Laut Banda yakni Kabupaten Buton sebagai Taman Nasional Kepulauan Wakatobi tahun 1996. Metode yang sama dilakukan kemudian dengan penetapan kawasan konservasi Taman Wisata Perairan Banda di Kabupaten Maluku Tengah Provinsi Maluku yakni Maluku Tengah tahun 2014. Perlindungan laut bukan hanya dilakukan atas wilayah coral. Pada zona laut dalam, upaya menjaga suplai ikan dilakukan pemerintah dengan kebijakan perlindungan lokasi spawning aggregation ikan tuna sirip kuning, melalui Kepmen KP tahun 2015; meliputi pembatasan Pemerintah Kabupaten Wakatobi Simposium Pembangunan Maritim 2
penangkapan ikan ketika musim pemijahan, bulan Oktober Desember. Pelestarian juga dilakukan melalui pemanfaatan kawasan untuk kegiatan pariwisata. Di sini pelayaran rakyat dapat ditransformasi ke kapal pesiar wisata dalam trip terangkai antar destinasi. Pengembangan pelayaran yang menghubungkan antar pulau disamping memiliki nilai ekonomi juga memiliki dimensi sosial yakni membangun solidaritas dan integrasi bangsa, (Susanto Zuhdi, 2017). Tentu untuk mewujudkan ruang sejahtera bersama, pelayaran-pelayaran rakyat di Laut Banda yang terkoneksi mempermudah pasar silang komoditi antar pulau. Pelayaran rakyat terkoneksi ini sebenarnya merupakan sumberdaya bagi program nasional tol laut terutama dalam mencapai tujuan menekan disparitas harga dan mengangkut komoditi dari pulaupulau; menghubungkan pelabuhan besar dengan pulau, pantai, dan pelabuhan daerah kecil, maupun wilayah dengan laut dangkal, yang tidak memungkinkan bagi kapal besar berlabuh. Perhatikan bahwa sektor perikanan dan pelayaran rakyat pada highlight di atas, dapat berkembang lebih baik jika terdapat platform jaminan kesejahteraan para pelaku kegiatan tersebut. Peluang pendanaan sangat terbuka. Sebagai contoh, investasi lokal dapat digerakkan dari skema kolaborasi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) tiap daerah melalui dana ADD/DD. Investasi lokal semacam itu menghasilkan dana abadi kesejahteraan masyarakat desa selaku pemilik saham, serta menghentikan ketergantungan pemerintah daerah terhadap investor dari luar, terutama untuk investasi pengembangan komoditi andalan daerah. Sumber pendanaan lain adalah platfom ventura dan bank garansi. Kewajiban lingkungan hidup misalnya biaya pengumpulan dan pembuangan sampah melalui pelabuhan transit bagi seluruh kapal yang melintas di Laut Banda juga merupakan sumber dana yang bisa disertakan dalam bank garansi atau modal ventura. Pemerintah Kabupaten Wakatobi Simposium Pembangunan Maritim 3
Tantangannya adalah, sejak Ekspedisi Snellius I (1929) dan II (1987), pengetahuan umum tentang Laut Banda baik informasi oseanografi, hidrologi, sosial, ekonomi, maupun informasi parsial yang dimiliki daerahdaerah sekitar Laut Banda tidak terelaborasi. Simposium Pembangunan Maritim yang dilaksanakan di Kabupaten Wakatobi didedikasikan sebagai forum elaborasi hasil penelitian, dan data primer pemerintah daerah tentang Laut Banda, agar dapat menjadi referensi rencana aksi kolaboratif pengembangan ruang sejahtera bersama. Kabupaten Wakatobi yang berada di Kepulauan Tukang Besi, dengan pesisir timur dan utara merupakan tepi barat Laut Banda dan pesisir barat dan selatan merupakan tepi utara Laut Flores mengajak semua daerah dalam kawasan membangun skenario ruang sejahtera bersama melalui peningkatan hubungan pembangunan kemaritiman, dalam bidang ekonomi maupun sosial. Tujuan : 1. Meningkatkan pengetahuan tentang Laut Banda dari sudut pandang sosial, ekonomi dan ekologi. 2. Meningkatkan informasi pengelolaan Laut Banda dari daerah-daerah yang beririsan. 3. Mengkaji percepatan konektivitas pelayaran rakyat dan perdagangan komoditi antar pulau dengan program tol laut. 4. Mengkaji sumber-sumber investasi lokal pengembangan pelayaran rakyat, perikanan dan jejaring trip kapal wisata antar destinasi di kawasan Laut Banda. Hasil Yang Diharapkan 1. Terdapat referensi sosial, ekonomi, ekologi tentang Laut Banda dari hasil-hasil penelitian. 2. Terdapat informasi pengelolaan sumberdaya Laut Banda oleh daerah-daerah yang beririsan. Pemerintah Kabupaten Wakatobi Simposium Pembangunan Maritim 4
3. Terdapat skenario konektivitas pelayaran rakyat dengan tol laut. 4. Tercipta dukungan terhadap platform pendanaan lokal. Waktu dan Tempat Waktu : 10 November 2017 Tempat : Taman Budaya Wakatobi dan New Huma Lakapala Narasumber : 1. Keynote speaker: - Menko Maritim : Skenario Pengelolaan Laut Banda - Bupati Wakatobi : Konektivitas Tol Laut dan Pelayaran Rakyat 2. Kementerian terkait : Kemen KP, Kemendag, Kemenpar, Kemenhub, Kemendes, Kemen LHK 3. Pemerintah daerah : Provinsi Maluku, Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Nusa Tenggara Timur. 4. Pemerintah daerah kabupaten/kota: Ambon, Buru selatan, Buru, Wakatobi, Buton Utara, Buton, Konawe Kepulauan, Morowali, Banggai Laut, Pulau Taliabu, Kepulauan Sula, Maluku Tengah, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara, Tual, Maluku Tenggara Barat, Alor. 5. Perguruan tinggi : Universitas Patimura (Ambon), Universitas Sam Ratulangi (Manado), Universitas Nusa Cendana (Kupang), Universitas Hasanuddin (Makassar), Universitas Sultan Chairun (Ternate), Universitas Haluoleo (Kendari), Universitas Dayanu Iksanuddin (Bau - bau). 6. Lembaga penelitian : LIPI, Operation Wallacea, WWF, TNC, RARE, CTC, CI, UCLG ASPAC dan para peneliti yang memiliki penelitian sosial, ekonomi, ekologi kawasan Laut Banda. Pemerintah Kabupaten Wakatobi Simposium Pembangunan Maritim 5
Peserta Simposium ini terbuka untuk umum. Narasumber dan peserta mendaftar pada panitia selambat-lambatnya tanggal 1 November 20017 pukul 21.00 di : 1. Sekretariat: Tarima (085299423266), siswadi (082346640335) 2. Website : www.wakatobitourism.com 3. Email : simposium.maritim@gmail.com Fasilitas nara sumber dan peserta 1. Panitia menyediakan seminar kit, konsumsi dan sertifikat untuk narasumber dan peserta. 2. Panitia menyediakan akomodasi (hotel dan kendaraan antar jemput dari hotel ke lokasi simposium) Narasumber selama kegiatan. Kewajiban perserta dan narasumber 1. Narasumber dan peserta mendaftar pada panitia sesuai waktu yang ditentukan oleh panitia. 2. Narasumber menyerahkan Curriculum Vitae (CV) dan abstrak makalah saat mendaftar paling lambat tanggal 1 November 2017. 3. Hasil seleksi abstrak makalah akan disampaikan tanggal 3 November 2017 melalui email. 4. Narasumber menyerakan fullpaper dan slide presentasi saat pelaksanaan kegiatan tanggal 12 November 2017. Pemerintah Kabupaten Wakatobi Simposium Pembangunan Maritim 6