HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN MOTIVASI DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT X JAKARTA 2015 RELATIONSHIP CHARACTERISTICS AND MOTIVATION WITH DOCUMENTING NURSING CARE AT HOSPITAL X JAKARTA 2015 OLEH : Arlis Ernawati NIM : 2014-12-049 ARTIKEL ILMIAH SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN Sint Carolus PROGRAM S1 KEPERAWATAN JAKARTA 2016 i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Saya yang bertandatangan dibawah ini: Nama NIM Program studi : Arlis Ernawati : 201412049 : S1 Keperawatan Jalur B Kelas E Menyatakan bahwa penelitian ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan bukan duplikasi hasil karya orang lain. Apabila pada masa yang akan datang diketahui pernyataan ini tidak benar adanya, maka saya bersedia menerima sanksi yang diberikan dengan segala konsekuensinya. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Jakarta, 18 Februari 2016 (Arlis Ernawati) 2
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SINT CAROLUS PROGRAM S-1 KEPERAWATAN Laporan penelitian Desember 2015 Arlis Ernawati Hubungan Karakteristik dan Motivasi Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit X, Jakarta 2015 xi + 87 halaman, 18 tabel, 4 lampiran ABSTRAK Dokumentasi asuhan keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan dimulai dari pengkajian hingga evaluasi merupakan sebuah dokumentasi resmi yang mempunyai nilai hukum dan menjadi sangat penting sebagai bukti otentik jika sewaktu-waktu diperlukan. Motivasi tinggi dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dapat menghasilkan dokumentasi yang lengkap, baik, dan benar. Jenis penelitian deskriptif korelatif dengan desain crossectional dan data retrospektif pada 130 sampel dengan tehnik simple random sampling. Hasil analisis univariat: 63,8% berusia 20-30 tahun, 73,8% berpendidikan DIII, 52,3% lama kerja < 5 tahun, 55,4% mempunyai motivasi tinggi, dan 53,8% pendokumentasian dilakukan secara baik. Hasil uji Kendall s Tau B didapatkan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian p value=0.632, pendidikan tidak berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian p value=0.357, lama kerja tidak berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian p value=0.828, motivasi berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian p value=0.009. Berdasarkan hasil penelitian maka disarankan untuk dilakukannya training dan pemberian positive reward terhadap perawat pelaksana yang telah melakukan dokumentasi asuhan keperawatan secara lengkap, baik, dan benar. Kata kunci: karakteristik, motivasi, dokumentasi asuhan keperawatan Daftar Pustaka: 23 buku (2009-2015) 3
SINT CAROLUS SCHOOL OF HEALTH SCIENCES BACHELOR NURSING PROGRAM Research report December, 2015 Arlis Ernawati Relationship Characteristics and Motivation With Documenting Nursing Care at Hospital X, Jakarta 2015 xi + 87 pages, 18 tables, 4 attachments ABSTRACT The nursing care documentation with nursing process approach starts from the assessment to the evaluation is an official documentation that has legal value and become very important as authentic evidence at any time needed. High motivation in documentation of nursing care can produce a complete, good, and true documentation. Correlative descriptive study with cross sectional design and retrospective data on 130 samples with simple random sampling technique. Results of univariate analysis: 63.8% aged 20-30 years, 73.8% DIII educated, 52.3% time of employment <5 years, 55.4% had high motivation, 53.8% documentation is done well. The Kendall's Tau B test result showed that age was not significantly related to documentation p value = 0.632, education was not significantly related to documentation p value = 0.357, length of employment is not significantly associated swith documenting p value = 0828, the motivation significantly related to documentation p value = 0.009. Based on the research results, it is recommended to do training and give a positive reward for good nursing care documentation. Keywords: characteristics, motivations, documentation of nursing care Bibliography: 23 books (2009-2015) 4
A. PENDAHULUAN Pelayanan keperawatan profesional berdasarkan ilmu pengetahuan mempunyai metodologi proses keperawatan dalam mencapai tujuan keperawatan yang komprehensif. Proses keperawatan mempunyai langkah-langkah sebagai berikut yaitu yang dimulai dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Proses ini sebagai bahan pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan perawat terhadap klien, keluarga, masyarakat, dan pemerintah, maka semua langkah-langkah dalam proses keperawatan tersebut harus didokumentasikan dengan baik dan benar (Ali, 2010). Dokumentasi umumnya kurang disukai oleh perawat karena dianggap terlalu rumit, beragam, dan menyita waktu, namun pendokumentasian ini harus dikerjakan oleh semua perawat dikarenakan dokumentasi keperawatan yang tidak dilakukan dengan tepat, lengkap dan akurat dapat menurunkan mutu pelayanan keperawatan sehingga tidak dapat mengidentifikasi sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan keperawatan yang telah diberikan. Pada aspek legal tanpa adanya pendokumentasian yang lengkap dan akurat maka perawat tidak mempunyai bukti tertulis jika pasien menuntut ketidakpuasan atas pelayanan keperawatan yang telah diberikan (Nursalam, 2011). Penelitian yang dilakukan Barthiana (2012) tentang hubungan motivasi kerja perawat dengan ketepatan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan di ruang rawat inap RSUD Buntok didapatkannya hubungan yang bermakna antara motivasi kerja perawat dengan ketepatan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan dengan p value=0,003. Motivasi merupakan dorongan seseorang dalam melakukan tugas dan pekerjaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Motivasi merupakan suatu proses yang tidak disadari, sebuah proses emosi, dan suatu proses psikologis. Motivasi yang baik dibutuhkan oleh perawat untuk menyadari akan pentingnya pendokumentasian asuhan keperawatan (Uno, 2014). Rumah Sakit X dimana peneliti bekerja sejak tahun 1997 hingga saat ini, masih ditemukan adanya ketidaklengkapan pencatatan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Dokumentasi asuhan keperawatan yang digunakan oleh Rumah Sakit X adalah berbasis komputerisasi. Data yang didapatkan dari tanggal 01 April 2015 sampai dengan 30 April 2015 sebanyak 102 pasien baru, 5
kemudian ditelusuri 25 file secara acak, maka 25 file ditemukan pengkajian telah diisi dengan cukup lengkap, 25 file pengangkatan diagnosa keperawatan yang diangkat hanya satu diagnosa yaitu diagnosa aktual saja, intervensi keperawatan telah tersedia didalam komputer dengan cara cek list ditemukan cukup lengkap, kemudian implementasi yang dituliskan di catatan clinical note tidak mengacu terhadap intervensi keperawatan yang telah ditetapkan, clinical note lebih banyak berisikan catatan kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain. Catatan keperawatan yang bersifat tindakan kemandirian perawat jarang sekali tercatat. Pencatatan evaluasi jangka pendek dari 25 file telah terdokumentasi dengan lengkap meliputi SOAP namun 15 file tidak mengacu kepada diagnosa keperawatan yang telah ditetapkan. Beberapa perawat mengatakan penulisan pencatatan terlalu banyak dan menyita waktu, sehingga mengakibatkan terlewatkannya pencatatan dokumentasi secara lengkap. Dari pengamatan penulis pada saat pasien tidak terlalu banyak, beberapa perawat lebih banyak melakukan aktivitas pribadi, sehingga mempengaruhi pencatatan dokumentasi serta asuhan keperawatan yang akan diberikan kepada pasien. Perawat Rumah Sakit X sebagian besar berusia < 30 tahun, dengan masa kerja < 5 tahun, serta pendidikan keperawatan yang terbanyak adalah DIII keperawatan. Pendokumentasian dipengaruhi juga oleh karakeristik perawat diantaranya adalah usia, pendidikan, dan masa kerja hal ini berdasarkan penelitian Yanti dan Warsito (2013). Usia yang semakin matang membuat kinerja dalam bekerja menjadi lebih tinggi, begitu pula dengan pendidikan semakin tinggi serta pengalaman yang semakin lama maka kinerja semakin baik (Kriska, 2013). Berkaitan dengan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan karakteristik dan motivasi perawat pelaksana dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit X. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel independen dalam penelitian ini adalah usia, pendidikan, lama kerja, dan motivasi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pendokumentasian asuhan keperawatan. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat pelaksana di Rumah Sakit X. 6
Sampel dalam penelitian ini dengan kriteria perawat pelaksana rawat inap yang telah bekerja lebih dari 3 bulan masa training dan bersedia menjadi responden. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit X Jakarta di ruang rawat inap lantai 3A-C, 4A, 4C, 5A, 5B, dan 5C. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2015. Peneliti mengajukan permohonan izin kepada Rumah Sakit X untuk mendapat persetujuan, kemudian kuesioner dikirim diberikan ke responden. Peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan pedoman observasi yang terdiri dari: 1) kuesioner A, pertanyaan tentang nama lengkap, bekerja di lantai berapa, usia, pendidikan, dan lama kerja, 2) kuesioner B pernyataan tentang motivasi intrinsik, 3) kuesioner C pernyataan tentang motivasi ekstrinsik, 4) lembar observasi D tentang pendokumentasian asuhan keperawatan. Peneliti melakukan analisis data uji univariat dan bivariat. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji korelasi Kendal Tau b dengan batas kemaknaan 0,05. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis univariat Distribusi frekuensi dalam penelitian ini menggambarkan distribusi frekuensi dari variabel independen yaitu dari usia, pendidikan, lama kerja, motivasi, serta variabel dependen yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan. Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Usia Perawat Pelaksana di Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Umur 20-30 tahun > 30 tahun Frekuensi 83 47 130 % 63.8 36.2 100.0 Hasil analisis menunjukkan bahwa perawat Rumah Sakit X sebagian besar 63,8% berusia 20-30 tahun. 7
Tabel 1.2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Perawat Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember Tahun 2015 Pendidikan DIII Keperawatan S1 Keperawatan Frekuensi 96 34 130 % 73.8 26.2 100.0 Hasil analisis menunjukkan perawat pelaksana Rumah Sakit X sebagian besar 73,8% mempunyai pendidikan terakhir adalah DIII keperawatan. Tabel 1.3 Distribusi Frekuensi Lama Kerja Perawat Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Lama Kerja < 5 tahun 5 tahun Frekuensi 68 62 130 % 52.3 47.7 100.0 Hasil analisis menunjukkan perawat pelaksana Rumah Sakit X sebagian besar 52,3% mempunyai pengalaman < 5 tahun. Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Motivasi Perawat Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Motivasi Rendah Tinggi Frekuensi 58 72 130 % 44.6 55.4 100.0 Hasil analisis menunjukkan perawat pelaksana Rumah Sakit X sebagian besar 55,4% tinggi dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. 8
Tabel 1.5 Distribusi Frekuensi Motivasi Intrinsik Perawat Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Motivasi Instrinsik Rendah Tinggi Frekuensi 55 75 130 % 42.3 57.7 100.0 Hasil analisis menunjukkan sebagian besar perawat pelaksana mempunyai motivasi intrinsik yang tinggi sebesar 57,7% dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Tabel 1.6 Distribusi Frekuensi Motivasi Ekstrinsik Perawat Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Motivasi Ekstrinsik Rendah Tinggi Frekuensi 61 69 130 % 46.9 53.1 100.0 Hasil analisis menunjukkan sebagian besar perawat pelaksana mempunyai motivasi ekstrinsik yang tinggi sebesar 53.1% dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan. Tabel 1.7 Distribusi Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Perawat Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Pendokumentasian Kurang Frekuensi 60 70 130 % 46.2 53.8 100.0 Hasil analisis menunjukkan sebagian besar perawat pelaksana (53,8%) telah melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan baik. 9
2. Analisa Bivariat Tabel 2.1 Hubungan Umur dengan Pendokumentasian di Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Umur 20-30 tahun > 30 tahun Pendokumentasian Kurang n % n % 37 23 60 44.6 48.9 46.2 46 24 70 n % 55.4 83 100.0 51.1 47 100.0 53.8 130 100.0 Nilai Kendall s Tau B -0.042 p value 0.632 (> 0.05) Hasil analisis menunjukkan diantara 83 perawat pelaksana yang berusia 20-30 tahun terdapat 37 (44,6%) perawat pelaksana melakukan pendokumentasian kurang baik, sedangkan 47 perawat pelaksana yang berusia lebih dari 30 tahun terdapat 23 (48,9%) pendokumentasiannya kurang baik. Hasil uji menggunakan Kendall s Tau B, nilai p value sebesar 0.632, nilai p value > alpha (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa umur tidak berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Yanti&warsito (2013) dengan hasil uji statistik tidak adanya hubungan antara usia dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value 0,478. Peneliti berasumsi untuk itu diperlukan training maupun seminar mengenai dokumentasi asuhan keperawatan bagi perawat agar pendokumentasian asuhan keperawatan dapat dilakukan secara lengkap, baik, dan benar. Setelah semua perawat pelaksana mendapat pengetahuan pendokumentasian asuhan keperawatan melalui training internal maka diharapkan semua perawat pelaksana menyadari betapa pentingnya sebuah dokumentasi, karena dokumentasi adalah sebuah bukti legal dalam pemberian pelayanan kesehatan yang telah diberikan. 10
Tabel 2.2 Hubungan Pendidikan dengan Pendokumentasian di Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Pendokumentasian Nilai Kurang Pendidikan Kendall s p value Tau B n % n % n % DIII 42 43.8 54 56.3 96 100.0 0.357 Keperawatan S1-0.081 18 52.9 16 47.1 34 100.0 Keperawatan (> 0.05) 60 46.2 70 53.8 130 100.0 Hasil analisis menunjukkan diantara 96 perawat pelaksana yang mempunyai pendidikan terakhir DIII Keperawatan terdapat 42 (43,8%) dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatannya kurang baik, sedangkan diantara 34 perawat pelaksana yang mempunyai pendidikan terakhir Ners S1 Keperawatan terdapat 18 (52,9%) melakukan pendokumentasian asuhan keperawatannya kurang baik. Hasil uji menggunakan Kendall s Tau B ditemukan nilai p value sebesar 0.357, nilai p value ini lebih besar dari alpha (0.05) maka dapat disimpulkan pendidikan tidak berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sandra (2012) dengan hasil uji statistik terdapatnya hubungan antara tingkat pendidikan dengan kualitas dokumentasi proses asuhan keperawatan dengan p value = 0,002. Peneliti berasumsi tidak ditemukannya hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan pendokumentasian pada penelitian ini dikarenakan jumlah antara perawat DIII Keperawatan dengan Ners S1 Keperawatan mempunyai perbedaan jumlah yang cukup signifikan dikarenakan mayoritas perawat pelaksana di Rumah Sakit X memiliki pendidikan terakhir yaitu DIII Keperawatan dan beberapa perawat lulusan Ners S1 Keperawatan mempunyai masa kerja baru 3 bulan setelah lepas dari masa training karyawan baru dan sebagian lagi masa kerja 1-2 tahun, sehingga hal inilah yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. 11
Tabel 2.3 Hubungan Lama Kerja dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Pendokumentasian Nilai Lama Kurang Kerja Kendall s p value Tau B n % n % n % < 5 tahun 32 47.1 36 52.9 68 100.0 0.828 5 tahun 28 45.2 34 54.8 62 100.0 0.019 (> 0.05) 60 46.2 70 53.8 130 100.0 Hasil analisis menunjukkan diantara 68 perawat pelaksana yang bekerja kurang dari 5 tahun terdapat 32 (47,1%) perawat pelaksana melakukan pendokumentasiannya kurang baik, sedangkan 62 perawat pelaksana yang bekerja lebih atau sama dengan 5 tahun terdapat 28 (45,2%) pendokumentasiannya kurang baik. Hasil uji Kendall s Tau B ditemukan nilai p value sebesar 0.828, nilai p value ini lebih besar dari alpha (0.05) maka dapat disimpulkan lama kerja tidak berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian. Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kriska (2013) dengan hasil uji statistik terdapat hubungan antara lama kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value=0,009. Peneliti berasumsi bahwa tidak adanya hubungan antara lama kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan, dikarenakan lama kerja perawat kurang dari 5 tahun masih mempunyai pengalaman yang kurang dalam melakukan pendokumentasian, khususnya bagi perawat yang berusia lama kerja diantara 1-2 tahun yang cukup mayoritas. Untuk itu perlu penambahan pengetahuan tentang pendokumentasian asuhan keperawatan bagi perawat-perawat yang kurang dari 5 tahun dalam pengisian asuhan keperawatan di komputer trackcare melalui training internal. Tabel 2.4 Hubungan Motivasi dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Pendokumentasian Nilai Kurang Motivasi Kendall s p value Tau B n % n % n % Rendah 34 58.6 24 41.4 58 100.0 0.009 Tinggi 26 36.1 46 63.9 72 100.0 0.224 (< 0.05) 60 46.2 70 53.8 130 100.0 12
Hasil analisis menunjukkan diantara 58 perawat pelaksana yang mempunyai motivasi rendah terdapat 34 (58,6%) dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatannya kurang baik, sedangkan diantara 72 perawat pelaksana yang motivasi tinggi terdapat 26 (36,1%) melakukan pendokumentasian asuhan keperawatannya kurang baik. Hasil uji menggunakan Kendall s Tau B nilai p value sebesar 0.009, nilai p value ini lebih kecil dari alpha (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian. Nilai Kendall s Tau B sebesar 0.224 artinya perawat yang motivasinya tinggi maka dalam melakukan pendokumentasiannyapun cenderung baik sedangkan yang motivasinya rendah maka pendokumentasiannyapun cenderung kurang baik. Tabel 2.5 Hubungan Motivasi Intrinsik dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Pendokumentasian Nilai Motivasi Kurang Intrinsik Kendall s p value Tau B n % n % n % Rendah 32 58.2 23 41.8 55 100.0 0.017 Tinggi 28 37.3 47 62.7 75 100.0 0.207 (< 0.05) 60 46.2 70 53.8 130 100.0 Hasil analisis menunjukkan diantara 55 perawat pelaksana yang mempunyai motivasi instrinsik rendah terdapat 32 (58,2%) dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatannya kurang baik, sedangkan diantara 75 perawat pelaksana yang mempunyai motivasi intrinsik tinggi terdapat 28 (37,3%) melakukan pendokumentasian asuhan keperawatannya kurang baik. Hasil uji menggunakan Kendall s Tau B nilai p value sebesar 0.017, nilai p value ini lebih kecil dari alpha (0.05) maka dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Nilai Kendall s 13
Tau B sebesar 0.207 artinya perawat yang motivasi instrinsiknya tinggi melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan cenderung baik sedangkan yang motivasi instrinsiknya rendah melakukan pendokumentasiannyapun cenderung kurang baik. Penelitian yang telah dilakukan oleh Kriska (2013) terdapat hubungan yang positip antara motivasi intrinsik perawat dengan ketepatan pengisian dokumentasi asuhan keperawatan dengan p value=0,003. Peneliti berasumsi bahwasanya pendokumentasian asuhan keperawatan dipengaruhi oleh motivasi yang datang dalam diri individu, dengan motivasi yang datang dalam diri dapat mendorong seorang perawat pelaksana untuk melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan secara lengkap, baik, dan benar, sehingga kebenaran dari semua pencatatan dapat dijadikan sebagai bukti legal dalam hukum sehingga dapat dipertanggungjawabkan serta dipertanggunggugatan jika suatu saat diperlukan. Tabel 2.6 Hubungan Motivasi Ekstrinsik dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Rumah Sakit X Jakarta Bulan Desember 2015 Pendokumentasian Nilai Motivasi Kurang Ekstrinsik Kendall s p value Tau B n % n % n % Rendah 35 57.4 26 42.6 61 100.0 0.014 Tinggi 25 36.2 44 63.8 69 100.0 0.212 (< 0.05) 60 46.2 70 53.8 130 100.0 Hasil analisis menunjukkan diantara 61 perawat pelaksana yang mempunyai motivasi ekstrinsik rendah terdapat 35 (57,4%) dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatannya kurang baik, sedangkan diantara 69 perawat pelaksana yang motivasi ekstrinsik tinggi terdapat 25 (36,2%) melakukan pendokumentasian asuhan 14
keperawatannya kurang baik. Hasil uji menggunakan Kendall s Tau B nilai p value sebesar 0.014, nilai p value ini lebih kecil dari alpha (0.05) maka dapat disimpulkan motivasi ekstrinsik berhubungan secara signifikan dengan pendokumentasian. Nilai Kendall s Tau B sebesar 0.212 artinya perawat yang memiliki motivasi ekstrinsiknya tinggi maka pendokumentasiannya cenderung baik sedangkan yang motivasi ekstrinsiknya rendah pendokumentasiannya cenderung kurang baik. Penelitian terdahulu oleh Sandra (2012), ada hubungan yang signifikan antara motivasi perawat pelaksana dengan pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value=0,004. Motivasi ekstrinsik yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan diantaranya yaitu kompensasi gaji dan positive reward. Pemberian kompensasi bentuknya sangat bervariasi, dilihat dari caranya dapat berupa kompensasi langsung dan tidak langsung. Kompensasi akan berpengaruh dalam meningkatkan motivasi yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja individu (Uno, 2014). Peneliti berasumsi bahwa pendokumentasian dihasilkan secara lengkap, baik, dan benar dapat dipengaruhi oleh motivasi yang datang dari luar individu, seperti adanya penghargaan secara finansial berupa gaji yang disesuaikan pada saat perawat pelaksana dilakukan penilaian setiap tahunnya oleh kepala ruang. Positive reward juga hendaknya diberikan secara adil tanpa diskriminatif kepada semua perawat pelaksana yang telah melakukan pendokumentasian secara lengkap, baik, dan benar, untuk selalu meningkatkan pendokumentasian yang lebih baik dari waktu ke waktu dan tanpa disertai kecemburuan antar perawat pelaksana. D. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini: 1. Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit X sebagian besar berusia diantara 20-30 tahun yaitu 63,8%, dengan pendidikan terakhir sebagian besar DIII Keperawatan yaitu 73,8%, dan mempunyai masa kerja sebagian besar < 5 tahun yaitu 52,3%. 2. Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit X sebagian besar mempunyai motivasi yang tinggi dalam melakukan 15
pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu 55,4%, dengan motivasi intrinsik yang tinggi dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu sebanyak 57,7% dan mempunyai motivasi ekstrinsik yang tinggi dalam melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan yaitu sebanyak 53,1%. 3. Perawat pelaksana yang bekerja di ruang rawat inap Rumah Sakit X sebagian besar telah melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan secara baik yaitu 53,8%. 4. Tidak terdapat hubungan antara usia perawat pelaksana dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value 0,632 > alpha 0,05. 5. Tidak terdapat hubungan antara pendidikan perawat pelaksana dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value 0,357 > alpha 0,05. 6. Tidak terdapat hubungan antara lama kerja perawat pelaksana dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value 0,828 > alpha 0,05. 7. Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value 0,009 < alpha 0,05. 8. Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi intrinsik dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value 0,017 < alpha 0,05. 9. Terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi ekstrinsik dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan p value 0,014 < alpha 0,05. Saran: 1. Bagi institusi keperawatan Rumah Sakit X: a. Secara intensif dilakukan training internal Rumah Sakit X mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan bagi seluruh perawat pelaksana di yang bekerja di semua departemen agar semua perawat memiliki satu pandangan dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan by trackcare secara lengkap, baik, dan benar sesuai petunjuk teknis yang berlaku di Rumah Sakit X. Training 16
tersebut diperoleh melalui nurse education, khususnya bagi perawatperawat baru bekerja yang telah melalui masa training dan perawatperawat baru lulusan S1 Keperawatan yang mempunyai masa kerja 1-2 tahun bekerja. b. Adanya penambahan diagnosa keperawatan baik diagnosa aktual maupun resiko. Jika tidak dapat diwujudkan dalam waktu dekat maka dapat dibuatkan list kosong by computer untuk perawat pelaksana dalam membuat diagnosa keperawatan sesuai masalah yang ditemukan sehingga tidak terpaku pada diagnosa keperawatan yang ada pada saat ini dengan jumlah diagnosa yang sangat terbatas jumlahnya. c. Diberikannya positive reward oleh seorang kepala ruang dalam pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan yang bersifat material, misalnya gaji yang meningkat tiap tahunnya yang didasarkan pada penilaian kinerja. Positive reward bersifat non material juga dibutuhkan oleh perawat pelaksana, misalnya berupa pujian yang sifatnya transparan diberikan secara adil oleh seorang kepala ruang agar dapat memotivasi perawat pelaksana lain untuk melakukan hal yang sama sehingga tercapailah pendokumentasian yang lengkap, baik, dan benar. 2. Bagi institusi pendidikan a. Adanya materi pengajaran mengenai pendokumentasian asuhan keperawatan by computer sebagai salah satu materi dokumentasi berbasis komputerisasi. b. Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan di perpustakaan STIK Sint Carolus. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan dapat dilakukan kembali penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dengan menggunakan instrumen yang lebih baik lagi dan tidak hanya meneliti karakteristik dan motivasi saja, namun lebih luas lagi seperti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi pelaksanaan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan secara lengkap, baik, dan benar. 17
DAFTAR PUSTAKA Ali, Z. (2010). Dasar-dasar Dokumentasi Keperawatan. Jakarta : EGC Barthiana. (2012). Hubungan Motivasi Kerja Perawat Dengan Ketepatan Pengisian Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Buntok. Jurnal Unismus, diakses 5 Juni 2015. http://jurnal.unismus.ac.id/index.php/ JMK/article/view/950/1002. Kriska (2013). Motivasi Perawat dengan Pelaksanaan Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Instalasi Rawat Inap C RSUP Prof. Dr. R. D. Kandow Manado. Diakses 11 Juni 2015. http://www.e-jurnal.com/2015/05. Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika. Sandra, Rona (2012). Analisis Hubungaan Motivasi Perawat Pelaksana dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pariaman. (Tesis). Program Magister Ilmu Keperawatan Universitas Andalas. http://www.scrib.com/doc/1005576634. Uno, H.B. (2014). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta : PT Bumi Aksara. Yanti, R.I., & Warsito, B.E. (2013). Hubungan Karakteristik Perawat, Motivasi, dan Supervisi dengan Kualitas Dokumentasi Proses Asuhan Keperawatan. Jurnal Management Keperawatan Vol.1 (No 2), November 2013; 107-114. 18