PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG

dokumen-dokumen yang mirip
Karakteristik Pengering Energi Surya Menggunakan Absorber Porus Dengan Ketebalan 12 cm

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Lingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING PISANG DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 4,5 kg PER-SIKLUS

PERANCANGAN DAN PENGUJIAN ALAT PENGERING KOPRA DENGAN TIPE CABINET DRYER UNTUK KAPASITAS 6 kg PER-SIKLUS

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PENGERING HIBRID ENERGI SURYA-BIOMASSA UNTUK PENGERING IKAN

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

PENGUJIAN PERFORMANSI MESIN PENGERING TENAGA SURYA DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERSIRIP DAN PRODUK YANG DIKERINGKAN CABAI MERAH

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

dengan optimal. Selama ini mereka hanya menjalankan proses pembudidayaan bawang merah pada musim kemarau saja. Jika musim tidak menentu maka hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan mengandung 56-80% air, jika

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.

RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT PEMANAS AIR TENAGA SURYA SISTEM PIPA PANAS

ALAT PENGERING HASIL - HASIL PERTANIAN UNTUK DAERAH PEDESAAN DI SUMATERA BARAT

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING PISANG TENAGA SURYA DAN BIOMASSA (Bagian Pemanas)

III. METODE PENELITIAN

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

INOVASI TEKNOLOGI TUNGKU PEMBAKARAN DENGAN VARIASI KETINGGIAN CEROBONG

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGERING KERUPUK TENAGA SURYA TIPE BOX MENGGUNAKAN KOSENTRATOR CERMIN DATAR

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat

PERENCANAAN MESIN PENGERING PADI METODE PERPINDAHAN PANAS KONVEKSI DENGAN KAPASITAS 100Kg/ jam SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dibandingkan sesaat setelah panen. Salah satu tahapan proses pascapanen

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

Unjuk kerja Pengering Surya Tipe Rak Pada Pengeringan Kerupuk Kulit Mentah

BAB I. PENDAHULUAN...

TUGAS AKHIR EKSPERIMEN HEAT TRANSFER PADA DEHUMIDIFIER DENGAN AIR DAN COOLANT UNTUK MENURUNKAN KELEMBABAN UDARA PADA RUANG PENGHANGAT

KARAKTERISTIK PENGERINGAN BIJI KOPI BERDASARKAN VARIASI KECEPATAN ALIRAN UDARA PADA SOLAR DRYER

TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN TUNGKU PEMBAKARAN MENGGUNAKAN AIR HEATER DAN TANPA AIR HEATER UNTUK BEJANA PENGUAP PIPA API

MODIFIKASI ELEMEN PEMANAS MESIN PENGERING PAKAIAN ELECTROLUX EDV5001 DENGAN KONVERSI PEMANAS GAS LPG

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH KONSENTRASI LARUTAN, KECEPATAN ALIRAN DAN TEMPERATUR ALIRAN TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN (DROPLET) LARUTAN AGAR AGAR SKRIPSI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

SIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengeringan tetap dapat dilakukan menggunakan udara panas dari radiator. Pada

SKRIPSI ANALISA PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA PELAT BERGELOMBANG UNTUK PENGERING BUNGA KAMBOJA DENGAN EMPAT SISI KOLEKTOR. Oleh :

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RANCANG BANGUN OVEN BERKAPASITAS 0,5 KG BAHAN BASAH DENGAN PENAMBAHAN BUFFLE UNTUK MENGARAHKAN SIRKULASI UDARA PANAS DI DALAM OVEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN TUGAS AKHIR. Analisa Performance Menara Pendingin Tipe Induced Draft Counterflow Tower With Fill Sebagai Pendingin Pengecoran Baja

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

UJI EKSPERIMENTAL PENGARUH BUKAAN CEROBONG PADA OVEN TERHADAP KECEPATAN PENGERINGAN KERUPUK RENGGINANG

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

UNJUK KERJA POMPA AIR ENERGI TERMAL DENGAN EVAPORATOR MIRING MENGGUNAKAN DUA PIPA PARALEL

PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MESIN PENGERING HANDUK DENGAN ENERGI LISTRIK

PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB IV METODE PENELITIAN. Laboratorium Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik, Universitas Udayana kampus

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelah melakukan penelitian pengeringan ikan dengan rata rata suhu

Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip

ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR

Radiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. ditingkatkan dengan penerapan teknik pasca panen mulai dari saat jagung dipanen

RANCANG BANGUN OVEN UNTUK MENGERINGKAN TOKEK DENGAN SUMBER PANAS UDARA YANG DIPANASKAN KOMPOR LPG

BAB I. PENDAHULUAN. Saat ini, bahan bakar fosil seperti minyak, batubara dan gas alam merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE-V

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

UJI PERFORMANSI ALAT PENGERING EFEK RUMAH KACA (ERK) TIPE RAK DENGAN PEMANAS TAMBAHAN PADA PENGERINGAN KERUPUK UYEL

KARYA AKHIR PERANCANGAN MODEL ALAT PENGERING KUNYIT

KALOR. Peta Konsep. secara. Kalor. Perubahan suhu. Perubahan wujud Konduksi Konveksi Radiasi. - Mendidih. - Mengembun. - Melebur.

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

ANALISA KOMPONEN KOLEKTOR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI TENAGA SURYA DENGAN VARIASI SUDUT KOLEKTOR 0 0 DAN 30 0

I. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan

Transkripsi:

PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG TUGAS AKHIR Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajad sarjana S-1 Diajukan oleh : P. Susilo Hadi NIM : 852146 Kepada PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 212 i

PADDY SOLAR DRYER WITH HEIGHT VARIATION OF CHIMNEY FINAL PROJECT Presented as Partial fulfillment of the Requirements To Obtain the Sarjana Teknik Degree By : P. Susilo Hadi Student Number : 852146 To MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 212 ii

TUGAS AKHIR PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG Disusun oleh : Nama : P. Susilo Hadi NIM : 852146 Telah disetujui oleh : Pembimbing Utama Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. Tanggal : iii

TUGAS AKHIR PENGERING PADI ENERGI SURYA DENGAN VARIASI TINGGI CEROBONG Dipersiapkan dan disusun oleh: Nama : P. Susilo Hadi NIM : 852146 Telah dipertahankan di depan panitia penguji pada tanggal 25 Januari 212 dan dinyatakan memenuhi syarat Susunan Panitia Penguji : Nama Lengkap Tanda Tangan Ketua : Ir.Petrus Kanisius Purwadi,M.T Sekretaris : I Gusti Ketut Puja, S. T., M. T. Anggota : Ir.Franciscus Asisi Rusdi Sambada,M.T. Yogyakarta, 26 Januari 212 Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Dekan ( Paulina Heruningsih Prima Rosa S.Si.,M.Sc.) iv

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Tugas Akhir ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka Yogyakarta, 26 Januari 212 P. Susilo Hadi v

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugrah-nya, sehingga Tugas Akhir ini dapat tersusun dan dapat terselesaikan dengan lancar. Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam penulisan Tugas Akhir ini, penulis banyak mendapatkan bantuan yang berupa dorongan, motivasi, doa, sarana, materi sehingga dapat terselesaikannya Tugas akhir ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, antara lain 1. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma. 2. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa S.Si.,M.Sc. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma. 3. Bapak Ir. PK. Purwadi, M.T, selaku ketua Program Studi Teknik Mesin. 4. Bapak Ir, FA. Rusdi Sambada, M.T., selaku dosen Pembimbing Utama Tugas Akhir. 5. Segenap staf pengajar Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis sehingga sangat berguna dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 6. Segenap staf karyawan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma. 7. Aditya Nugrahanto, teman seperjuangan dalam pembuatan Tugas Akhir ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa khususnya angkatan 28 yang telah berjuang bersama dan memberikan masukan-masukan serta dorongan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. 9. Serta semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan Laporan Tugas akhir. vi

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki dalam penulisan Tugas Akhir ini, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan kritik, serta saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakannya. Semoga penulisan Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, baik bagi penulis maupun pembaca. Terima kasih. Yogyakarta, 26 Januari 212 P.Susilo Hadi vii

viii

INTISARI Pengeringan merupakan salah satu proses yang penting pada pengolahan hasil pertanian terutama padi. Pada umumnya pengeringan dilakukan dengan penjemuran langsung,tetapi cara ini kurang efektif karena waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama. Salah satu alternatif mengatasi masalah tersebut adalah dengan alat pengering menggunakan energi surya, disamping lebih efisien juga lebih ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui energi berguna, efisiensi kolektor, efisiensi pengambilan kadar air, efisiensi sistem,penurunan massa padi dan tarikan tambahan yang dihasilkan oleh cerobong. Ukuran kotak absorber adalah 2 m x 1 m, dengan tinggi rak pengering,8 m. Variabel yang divariasikan adalah tinggi cerobong yaitu tinggi cerobong,1 m dengan 2 m dan proses pengeringannya. Variabel yang diukur adalah temperatur,kelembaban dan energi surya yang datang. Pengukuran temperatur dan kelembaban dilakukan untuk udara masuk kolektor, udara keluar kolektor dan udara keluar kotak pengering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa energi berguna, efisiensi kolektor dan efisiensi sistem pengeringan alat pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m lebih rendah 55,5 %,35,7 % dan 21,6 % dari alat pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m. Efisiensi pengambilan kadar air dan tarikan pada cerobong pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m lebih tinggi 38,1 % dan 96,5 % dari alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m. Penurunan massa padi untuk pengeringan dengan alat pengering lebih tinggi 2 % dari pengeringan konvensional. Kata kunci : padi, absorber, cerobong. ix

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i TITLE PAGE........ ii HALAMAN PERSETUJUAN. iii LEMBAR PENGESAHAN......... iv LEMBAR PERNYATAAN....... v KATA PENGANTAR.... vi LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... viii INTISARI. ix DAFTAR ISI. x DAFTAR GAMBAR..... xii DAFTAR TABEL.. xvii BAB I PENDAHULUAN.... 1 1.1 Latar Belakang.... 1 1.2 Rumusan Masalah....... 2 1.3 Tujuan Penelitian........ 4 1.4 Manfaat.... 4 BAB II LANDASAN TEORI...... 5 2.1 Dasar Teori... 5 2.2 Prinsip Kerja.......... 6 2.3 Energi Berguna..... 6 2.4 Efisiensi........ 6 2.5 Tarikan Tambahan Pada Cerobong ( p)........... 9 2.6 Penelitian yang Pernah Dilakukan... 11 BAB III METODE PENELITIAN.... 13 3.1 Skema Alat.......... 13 3.2 Variabel yang Divariasikan.......... 14 3.3 Variabel yang Diukur..... 14 x

3.4 Langkah Penelitian....... 15 3.5 Pengolahan dan Analisa Data. 16 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...... 17 4.1 Data Penelitian..... 17 4.2 Perhitungan Data.. 42 4.3 Grafik Hasil Perhitungan... 48 BAB V PENUTUP... 54 5.I Kesimpulan... 54 5.2 Saran... 55 5.3 Penutup... 55 Daftar Pustaka... 56 Lampiran... 57 xi

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Alat pengering energi surya... 5 Gambar 2.2 Pengering energi surya... 1 Gambar 3.1 Pengering energi surya dengan tampak depan dan tampak belakang... 13 Gambar 3.2 Pengering energi surya dengan tampak samping... 14 Gambar 3.3 Posisi-posisi pengukuran 15 Gambar 4.1 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama.. 18 Gambar 4.2 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama.. 18 Gambar 4.3 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama... 19 Gambar 4.4 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama... 19 Gambar 4.5 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama... 2 Gambar 4.6 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama... 2 Gambar 4.7 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama. 21 xii

Gambar 4.8 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua. 22 Gambar 4.9 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua.. 23 Gambar 4.1 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua.. 23 Gambar 4.11 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua..... 24 Gambar 4.12 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua... 24 Gambar 4.13 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua.. 25 Gambar 4.14 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua..... 25 Gambar 4.15 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga. 26 Gambar 4.16 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga..... 27 Gambar 4.17 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga.. 27 xiii

Gambar 4.18 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga.. 28 Gambar 4.19 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga..... 28 Gambar 4.2 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga.. 29 Gambar 4.21 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga. 29 Gambar 4.22 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat...... 3 Gambar 4.23 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat..... 31 Gambar 4.24 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat.. 31 Gambar 4.25 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat.. 32 Gambar 4.26 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat.. 32 Gambar 4.27 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat.. 33 xiv

Gambar 4.28 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat. 33 Gambar 4.29 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima.... 34 Gambar 4.3 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima..... 35 Gambar 4.31 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima..... 35 Gambar 4.32 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima. 36 Gambar 4.33 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima..... 36 Gambar 4.34 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima. 37 Gambar 4.35 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima... 37 Gambar 4.36 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam... 39 Gambar 4.37 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam... 39 xv

Gambar 4.38 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam... 4 Gambar 4.39 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam....... 4 Gambar 4.4 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam... 41 Gambar 4.41 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam... 41 Gambar 4.42 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam.. 42 Gambar 4.43 Energi berguna..... 48 Gambar 4.44 Efisiensi kolektor... 49 Gambar 4.45 Efisiensi pengambilan..... 5 Gambar 4.46 Efisiensi sistem pengeringan.. 51 Gambar 4.47 Rata-rata tarikan pada cerobong untuk tiap percobaan... 52 Gambar 4.48 Penurunan massa padi untuk tiap proses pengeringan 53 xvi

DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Pengambilan data pertama untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m... 17 Pengambilan data kedua untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m...... 21 Pengambilan data ketiga untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m.. 26 Pengambilan data keempat untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m.. 3 Pengambilan data kelima untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m..... 34 Pengambilan data keenam untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m. 38 xvii

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengeringan merupakan salah satu proses yang penting pada pengolahan hasil pertanian. Cara pengeringan yang kurang baik akan mengakibatkan hasil pertanian menjadi rusak seperti busuk, berjamur atau berubah warna. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Litbang Biro Pusat Statistik (BPS) antara tahun 24 26 menunjukkan bahwa tingkat kerusakan hasil pertanian pasca panen berkisar 1,39 % hingga 15,26 % dan salah satu faktornya adalah proses pengeringan yang kurang baik. Sampai saat ini dibanyak daerah di Indonesia pengeringan hasil pertanian masih dilakukan dengan cara penjemuran langsung. Cara ini dapat merusak kualitas hasil pertanian karena radiasi ultraviolet, air hujan dan gangguan binatang. Penjemuran secara langsung juga memerlukan waktu yang lama, padahal saat panen raya hasil pertanian umumnya melimpah dan harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum disimpan atau dipasarkan. Cara pengeringan yang lain adalah menggunakan alat pengering yang umumnya menggunakan bahan bakar minyak atau energi listrik. Tetapi belum semua daerah di Indonesia memiliki jaringan listrik atau belum memiliki sarana transportasi yang baik sehingga bahan bakar minyak tidak mudah didapat. Selain itu penggunaan bahan bakar minyak atau energi listrik menyebabkan biaya proses pengeringan menjadi mahal sehingga harga jual hasil pertanian menjadi tinggi.

2 Energi surya merupakan energi yang tersedia melimpah di Indonesia sehingga pemanfaatan energi surya dapat mengurangi atau bahkan menggantikan penggunaan bahan bakar atau energi listrik dalam proses pengeringan hasil pertanian. Alat pengering dengan memanfaatkan energi surya yang ada di Indonesia umumnya menggunakan absorber jenis pelat yang terbuat dari tembaga atau alumunium. Masalah yang ada dengan penggunaan absorber jenis pelat ini adalah dari segi biaya masih termasuk mahal dan pembuatan alat pengering dengan absorber pelat termasuk teknologi yang tidak sederhana bagi umumnya masyarakat pertanian di Indonesia. Jenis alat pengering energi surya yang lebih murah dan mudah dibuat adalah alat pengering dengan menggunakan absorber jenis porus. Penelitian tentang pengering energi surya jenis absorber porus ini terutama di Indonesia masih sedikit sehingga masih perlu dilakukan banyak penelitian. Penelitian ini bermaksud mengetahui proses pengeringan yang lebih efisien dan variasi tinggi cerobong yang tepat untuk alat pengering padi energi surya. Dapat tidaknya jenis pengering energi surya dengan absorber porus ini dimanfaatkan untuk pengeringan padi ditentukan oleh efisiensi sistem pengeringan hasil pertanian yang dihasilkan. 1.2 Rumusan Masalah Analisa matematis untuk memperkirakan efisiensi pengeringan pada pengering dengan absorber jenis porus masih sukar dilakukan, hal ini karena mekanisme perpindahan panas udara pada absorber porus merupakan mekanisme yang rumit. Maka penelitian ini dilakukan secara eksperimental untuk mengetahui efisiensi pengeringan yang dihasilkan. Variabel yang mempengaruhi efisiensi pengeringan pada alat pengering energi surya dengan bahan absorber jenis porus

3 terutama adalah luas absorber. Luas absorber yang digunakan adalah 8m 2 dengan bahan alumunium. Sebagai bahan yang dikeringkan pada penelitian ini digunakan padi. Padi dipilih karena padi merupakan hasil pertanian yang paling umum di pedesaan. Efisiensi pengeringan pada dasarnya merupakan perbandingan antara energi yang terpakai untuk pengeringan (untuk memanasi udara pada kolektor) dengan energi surya yang datang. Besarnya energi yang terpakai ditentukan oleh temperatur dan tekanan udara yang akan mengeringkan hasil pertanian setelah melewati absorber. Semakin besar temperatur dan tekanan udara yang dihasilkan alat pengering maka semakin besar juga energi yang terpakai untuk pengeringan sehingga efisiensi pengeringan akan semakin besar. Dengan menggunakan absorber yang lebih luas maka temperatur udara yang dihasilkan juga semakin tinggi, tetapi tekanan udara akan semakin kecil karena luas absorber yang lebih besar akan menimbulkan hambatan aliran udara yang lebih besar. Jika temperatur udara atau tekanan yang dihasilkan terlalu kecil maka proses pengeringan bahan tidak akan optimal, sehingga dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diketahui tinggi cerobong yang dapat menghasilkan perbedaan tekanan yang sesuai, supaya dapat meningkatkan efisiensi pengeringan. Dalam penelitian ini tinggi cerobong yang digunakan adalah,1 m dan 2 m,karena lebih mudah dalam pembuatan dan analisa data yang dihasilkan.

4 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara (energi berguna) didalam kolektor surya. 2. Mengetahui efisiensi pengambilan kadar air untuk tiap variasi tinggi cerobong pada pengering padi energi surya. 3. Mengetahui efisiensi kolektor untuk tiap variasi tinggi cerobong pada pengering padi energi surya. 4. Mengetahui efisiensi sistem pengeringan untuk tiap variasi tinggi cerobong pada pengering padi energi surya. 5. Mengetahui tarikan tambahan pada cerobong untuk tiap variasi tinggi cerobong alat pengering padi energi surya. 6. Mengetahui penurunan massa padi menggunakan alat pengering dan dengan pengeringan konvensional. 1.4 Manfaat Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Membantu petani untuk mengolah hasil panen produk pertanian agar produk bertahan lama. 2. Menambah kepustakaan teknologi pengeringan hasil pertanian energi surya. 3. Untuk memberikan alternatif cara yang lebih mudah dan murah dalam mengeringkan hasil pertanian menggunakan energi surya.

5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Konstruksi pengering hasil pertanian yang umum (menggunakan absorber pelat) dapat dilihat pada Gambar 2.1. Bagian utama dari pengering adalah absorber (terletak dalam kotak kolektor) yang akan menerima energi surya yang datang dan mengkonversikannya menjadi panas. Absorber ini berfungsi untuk memanasi udara luar yang mengalir ke kotak tempat bahan yang akan dikeringkan secara alami (atau dapat juga dengan bantuan blower). Udara yang sudah dipanasi absorber ini akan mengalir menembus hasil pertanian yang akan dikeringkan. Pada saat udara panas ini menembus hasil pertanian terjadi perpindahan panas dan massa air dari hasil pertanian ke udara panas tersebut, proses ini disebut proses pengeringan. Gambar 2.1 Alat Pengering Energi Surya

6 2.2 Prinsip Kerja Prinsip kerja dari pengering padi energi surya sederhana yaitu udara yang masuk ke kolektor dipanasi oleh sinar matahari dan di sirkulasikan melalui lapisan padi dengan konveksi alamiah. Udara yang bertemperatur tinggi yang melalui lapisan padi akan menguapkan air yang terkandung di dalam padi, sehingga terjadi proses pengeringan. Cerobong memberikan tarikan tambahan, yang diciptakan oleh perbedaan massa jenis antara udara di dalam dan di luar pengering. 2.3 Energi Berguna (Qu) Jumlah energi yang terpakai untuk memanasi udara di absorber (jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara) disebut dengan energi berguna dan dapat dinyatakan dengan persamaan: Q u = m. C p T out _c T in _c (1) dengan : m : laju massa aliran udara dalam kolektor (kg/detik) C P : panas spesifik udara (J/(kg. O C) T out _c : temperatur udara keluar kolektor ( O C) T in _c : temperatur udara masuk kolektor ( O C) 2.4 Efisiensi Efisiensi dari suatu alat adalah perbandingan dari keluaran yang dihasilkan dengan masukan yang diberikan. Unjuk kerja pengering padi menggunakan energi surya dinyatakan dengan energi berguna (Qu), efisiensi kolektor ( C ), efisiensi pengambilan ( p ) dan efisiensi sistem ( S ).

7 Efisiensi kolektor ( C ) didefinisikan sebagai perbandingan antara energi berguna dengan total energi surya yang datang ke kolektor, dan dapat dinyatakan dengan persamaan: dengan : Q U : energi berguna ( W) η c = G T : intensitas energi surya yang datang (W/m 2 ) A C : luas kolektor surya (m 2 ) Q u G T.A c (2) Besarnya tingkat kelembaban udara (RH) menyatakan banyaknya komposisi kadar air yang terkandung dalam udara (Cengel, 1989), dan dinyatakan dalam persamaan : RH = ω 2 P (.622+ω 1 )P g 1 (3) dengan : ω 1 ω 2 P g1 P : Kelembaban spesifik udara (kg H 2 O/kg udara kering) : Kelembaban spesifik udara jenuh (kg H 2 O/kg udara kering) : Tekanan uap air jenuh pada temperatur kering (kpa) : Tekanan udara luar (kpa)

8 diperoleh dengan persamaan : ω 2 =.622P g2 P P g 2 (4) dengan : P g2 P : Tekanan uap air jenuh pada temperatur basah (kpa) : Tekanan udara luar (kpa) diperoleh dengan persamaan : ω 1 = C p T 2 T 1 +ω 2 fg 2 g 1 f2 (5) dengan : C p : Panas spesifik udara (1.5 kj/kg o C) ω 2 h fg2 h g1 : Kelembaban spesifik (kg H 2 O/kg udara kering) : Enthalpy penguapan pada temperatur basah (kj/kg) : Enthalpy uap jenuh pada temperatur kering (kj/kg) T 1 : Temperatur udara kering ( o C) T 2 : Temperatur udara basah ( o C) Efisiensi pengambilan ( P ) didefinisikan sebagai perbandingan uap air yang dipindahkan (diambil) oleh udara dalam alat pengering dengan kapasitas teoritis udara menyerap uap air, dan dapat dinyatakan dengan persamaan:

9 η p = RH out _p RH out _c RH in _c RH out _c (6) dengan : RH out _p : kelembaban relatif udara keluar alat pengering RH out _c : kelembaban relatif udara masuk alat pengering RH in _c : kelembaban jenuh adiabatis udara masuk alat pengering Efisiensi sistem pengeringan ( S ) didefinisikan sebagai perbandingan antara energi yang digunakan untuk menguapkan air dari hasil pertanian yang dikeringkan dengan energi yang datang pada alat pengering, dan dapat dinyatakan dengan persamaan: W L s (7) G A T c dengan : W L : laju massa air yang menguap (kg/detik) : kalor laten dari air yang menguap saat temperatur pengering (J/kg) G T : intensitas energi surya yang datang (W/m 2 ) A C : luas kolektor surya (m 2 ) 2.5 Tarikan tambahan pada cerobong ( p) Tarikan tambahan pada cerobong yang diciptakan oleh perbedaan massa jenis antara udara di dalam dan di luar pengering atau dengan perkataan lain, penurunan tekanan antara kedua sisi lapisan padi ( p) (arismunandar,w.,1995) dapat dilihat pada Gambar 2.2.

1 Gambar 2.2 Pengering energi surya p dapat dinyatakan dengan persamaan: p = 1 ρ ρ 1 + 2 ρ ρ 2 g (8) dengan : 1 : Tinggi antara lapisan padi permukaan bawah dan dasar udara masuk kolektor (m). : Tinggi cerobong (m). : Massa jenis udara diluar pengering. (kg m 3 ). ρ 1 : Massa jenis udara dibawah lapisan padi (kg m 3 ) ρ 2 : Massa jenis udara diatas lapisan padi (kg m 3 ) g : Percepatan gravitasi (9,81 m s 2 )

11 Massa jenis udara ( ) diperoleh dengan persamaan : ρ = p RT (9) dengan : p : Tekanan absolut (kn m 2 ) R T : Konstanta gas (Udara =,287 kn.m/(kg.k)). : Temperatur absolut ( K atau R). 2.6 Penelitian yang Pernah Dilakukan Pengeringan merupakan cara terbaik dalam pengawetan bahan makanan dan pengering energi surya merupakan teknologi yang sesuai bagi kelestarian alam (Scanlin, 1997). Pengeringan dengan penjemuran langsung (tradisional) sering menghasilkan kualitas pengeringan yang buruk. Hal ini disebabkan bahan yang dijemur langsung tidak terlindungi dari debu, hujan, angin, serangga, burung atau binatang lain. Kontaminasi dengan mikroorganisme yang terdapat di tanah dapat membahayakan kesehatan (Häuser et. Al,29). Kunci dari pengeringan bahan makanan adalah mengeluarkan kandungan air secepat mungkin pada temperatur yang tidak merusak bahan makanan tersebut. Jika temperatur terlalu rendah maka mikroorganisme akan berkembang sebelum bahan makanan kering tetapi jika temperatur terlalu tinggi maka bahan makanan dapat mengalami pengeringan yang berlebih pada bagian permukaan (Kendall, 1998). Kelemahan utama dari pengering energi surya adalah kecilnya koefisien perpindahan panas antara pelat absorber dan udara yang dipanasi, sehingga menyebabkan efisiensi kolektor yang rendah. Beberapa modifikasi telah banyak diusulkan meliputi penggunaan sirip (Garg et al.,

12 1991), penggunaan absorber dengan permukaan kasar (Choudhury et al., 1988), dan penggunaan absorber porus (Sharma et. al., 1991). Penelitian pengering energi surya dengan luas kolektor 1,64m 2 yang dilengkapi 8 sampai 32 sirip segi empat dengan luas total sirip,384 m 2 dapat menaikkan temperatur udara keluar dan efisiensi kolektor. Sirip dipasang di dalam kolektor dengan dua variasi pemasangan yaitu sirip dapat bergerak bebas dan tetap (Kurtbas, 26). Penelitian dengan metode simulasi untuk mengetahui efisiensi tahunan pengering energi surya dengan absorber jenis porus di India menghasilkan nilai yang sesuai dengan penelitian secara eksperimen (Sodha et. al., 1982).

13 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Skema Alat Skema alat penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. Posisi letak pengukuran temperatur dan kelembaban dapat dilihat pada Gambar 3.2. Ukuran kotak absorber yang digunakan adalah 2 m x 1 m. Ketinggian rak pengering yang digunakan adalah,8 m. Dinding kotak pengering terbuat dari pelat alumunium yang dicat hitam dan ditutup dengan kaca, jarak antara dinding pelat alumunium dengan kaca sekitar 25 mm. Tujuan pembuatan dinding kotak pengering dari pelat alumunium, dicat hitam dan ditutup kaca adalah untuk memperbesar penyerapan energi surya kedalam kotak pengering. Tutup kaca berfungsi untuk mencegah panas yang sudah diterima kotak pengering agar tidak keluar lagi ke udara sekitar. Konstruksi dinding kotak pengering seperti ini sering ditemukan pada pada pemanfaatan energi surya untuk kompor pemasak jenis kotak. (Gambar rancangan dapat dilihat pada lampiran). Gambar 3.1 Pengering energi surya dengan tampak depan dan tampak belakang

14 Gambar 3.2 Pengering energi surya dengan tampak samping 3.2 Variabel yang Divariasikan Dalam penelitian ini variabel yang divariasikan adalah sebagai berikut : a. Tinggi cerobong, yaitu dengan ketinggian cerobong,1 m dan 2 m. b. Dengan alat pengering dan pengeringan secara konvensional (penjemuran langsung). 3.3 Variabel yang Diukur Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah sebagai berikut : a. Temperatur udara masuk kolektor (T in_c) b. Temperatur udara keluar kolektor (T out_c) c. Temperatur udara keluar pengering (T out_p)) d. Kelembaban udara sekitar (RH in_c) e. Kelembaban udara masuk pengering (RH out_c) f. Kelembaban udara keluar pengering (RH out_p) g. Energi surya yang datang (G T )

15 Untuk pengukuran temperatur digunakan termokopel, untuk pengukuran tekanan digunakan manometer dan untuk pengukuran energi surya yang datang digunakan pyranometer (lampiran). Gambar 3.3 Posisi-Posisi Pengukuran 3.4 Langkah Penelitian Langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian diawali dengan pembuatan dan penyiapan alat. 2. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan cerobong dengan tinggi,1 m untuk mengeringkan padi. 3. Tiap variasi parameter dilakukan pengambilan data tiap 5 menit. 4. Data yang dicatat adalah temperatur udara masuk kolektor (Tin_c), temperatur udara keluar kolektor (Tout_c), temperatur udara keluar pengering (Tout_p), kelembaban udara sekitar (RHin_c), kelembaban udara masuk

16 pengering (RHout_c), kelembaban udara keluar pengering (RHout_p), dan energi surya yang datang (G T ) 5. Sebelum melanjutkan pengambilan data untuk variasi berikutnya kondisi alat pengering harus didiamkan agar kembali ke kondisi awal sebelum dilakukan pengambilan data berikutnya 6. Langkah 2 sampai dengan 5 diulangi untuk ketinggian cerobong yang berbeda. 3.5 Pengolahan dan Analisa Data Pengolahan dan analisa data diawali dengan melakukan perhitungan pada parameter-parameter yang diperlukan dengan menggunakan persamaan (1) sampai dengan persamaan (9). Analisa akan lebih mudah dilakukan dengan membuat grafik hubungan antara temperatur dan kelembaban dengan waktu (t) dan energi surya yang datang (G T ) untuk tiap variasi ketinggian cerobong. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk grafik hubungan antara energi berguna, efisiensi kolektor, efisiensi pengambilan kadar air, efisiensi sistem dan tarikan tambahan pada cerobong dengan percobaan yang dilakukan.

17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Penelitian Untuk pengering padi energi surya dengan tinggi cerobong,1 m, dilakukan 1 kali pengambilan data, dan untuk pengering padi energi surya dengan tinggi cerobong 2 m, dilakukan sebanyak 5 kali pengambilan data. Waktu Tabel 4.1 Pengambilan data pertama untuk alat pengering dengan tinggi GT cerobong,1 m. Masuk Kolektor Keluar kolektor Keluar Pengering Tin_c Kering Tin_c Basah Tout_c Kering Tout_c Basah Tout_p Kering Tout_p Basah Jam W/m² C C C C C C 12:22 636 35 29 82 38 58 33 12:27 589 35 29 7 37 58 32 12:32 29 33 29 67 37 51 3 12:37 45 31 28 74 37 51 3 12:42 82 32 25 78 37 53 3 12:47 651 32 21 76 37 56 31 12:52 43 32 23 64 35 51 31 12:57 276 31 25 61 33 49 31 13:2 357 31 24 62 33 51 32 13:7 25 31 23 69 37 5 3 13:12 225 31 25 61 35 48 31 13:17 283 31 25 56 33 5 32 13:22 259 31 25 6 33 48 31

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 4 1 35 3 25 9 8 7 6 Tin_c kering (masuk kolektor) 2 15 1 5 5 4 3 2 1 Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 Gambar 4.1 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama 9 1 8 7 6 5 4 3 2 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_c kering (keluar kolektor) Tout_c basah (keluar kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 Gambar 4.2 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 7 1 6 5 4 3 9 8 7 6 5 4 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_p basah (keluar alat pengering) 2 1 3 2 1 GT (Radiasi Surya) 2 4 6 Gambar 4.3 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama 4 35 3 25 2 15 1 5 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p basah (keluar alat pengering) Tout_c basah (keluar kolektor) Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 Gambar 4.4 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama

Massa Padi (gram) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_c kering (keluar kolektor) Tin_c kering (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 1 2 3 4 5 6 Gambar 4.5 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama 31 3 3 3 Alat Pengering Padi Tinggi Cerobong,1 m Pengeringan Konvensional 29 28 27 26 25 27 6 28 Gambar 4.6 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama

Kelembaban Relatif/RH (%) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 RH in_c (masuk kolektor) RH out_p (keluar alat pengering) RH out_c (keluar kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 Gambar 4.7 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m pengambilan data pertama Waktu Tabel 4.2 Pengambilan data kedua untuk alat pengering dengan tinggi GT cerobong 2 m Masuk Kolektor Keluar Kolektor Keluar Pengering Tin_c Kering Tin_c Basah Tout_c Kering Tout_c Basah Tout_p Kering Tout_p Basah Jam W/m² C C C C C C 1:45 935 31 17 48 29 44 38 1:5 83 34 19 55 29 41 32 1:55 98 31 22 47 32 39 33 11: 14 31 22 5 32 4 35 11:5 121 32 22 53 32 42 33 11:1 625 32 22 5 32 42 32 11:15 155 31 23 61 3 46 32 11:2 89 31 24 58 32 45 36 11:25 144 33 22 58 32 48 33 11:3 182 31 22 62 29 47 35 11:35 992 31 24 62 29 48 35 11:4 113 31 23 63 3 48 35 11:45 112 33 24 66 3 5 32

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 Tabel 4.2 Pengambilan data kedua untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m (lanjutan) Waktu GT Masuk Kolektor Keluar Kolektor Keluar Pengering Tin_c Kering Tin_c Basah Tout_c Kering Tout_c Basah Tout_p Kering Tout_p Basah 11:5 951 32 24 68 29 5 32 11:55 158 33 22 56 29 48 32 12: 378 31 24 55 29 48 31 12:5 18 32 22 55 29 47 31 12:1 159 32 24 56 3 43 31 12:15 215 32 24 52 3 42 3 12:2 117 32 23 49 3 42 3 12:25 325 3 23 5 29 43 3 12:3 958 31 23 56 29 47 31 12:35 871 31 23 58 29 48 32 12:4 846 33 25 66 3 49 31 12:45 933 33 27 64 3 49 33 4 35 3 25 2 15 1 5 2 4 6 8 1 12 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tin_c basah (masuk kolektor) Tin_c kering (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) Gambar 4.8 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Intensitas Cahaya (W/m^2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 8 7 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_c kering (keluar kolektor) Tout_c basah (keluar kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.9 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua 6 1 5 4 3 2 9 8 7 6 5 4 3 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_p basah (keluar alat pengering) 1 2 1 GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.1 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 4 1 35 3 25 2 9 8 7 6 5 Tout_p basah (keluar alat pengering) Tout_c basah (keluar kolektor) 15 1 5 4 3 2 1 Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.11 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua 8 7 6 5 4 1 9 8 7 6 5 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_c kering (keluar kolektor) 3 2 1 4 3 2 1 2 4 6 8 1 12 Tin_c kering (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) Gambar 4.12 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua

Kelembaban Relatif/RH (%) Radiasi Surya (W/m2) Massa Padi (gram) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 31 3 3 3 Alat Pengering Padi Tinggi Cerobong 2 m Pengeringan Konvensional 29 29 28 28 27 26 25 12 Gambar 4.13 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua 8 1 7 6 5 4 9 8 7 6 5 RH in_c (masuk kolektor) RH out_c (keluar kolektor) 3 2 1 4 3 2 1 RH out_p (keluar pengering) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.14 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kedua

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Waktu Tabel 4.3 Pengambilan data ketiga untuk alat pengering dengan tinggi GT cerobong 2 m Masuk Kolektor Keluar Kolektor Keluar Pengering Tin_c Kering Tin_c Basah Tout_c Kering Tout_c Basah Tout_p Kering Tout_p Basah Jam W/m² C C C C C C 12:5 721 32 27 64 32 49 33 12:55 831 33 25 66 3 53 32 13: 963 32 28 65 3 51 32 13:5 856 34 25 66 3 54 31 13:1 98 32 24 63 29 51 31 13:15 858 33 27 65 3 55 31 13:2 12 33 24 61 3 47 3 13:25 159 32 24 58 3 48 3 13:3 734 32 24 54 3 5 3 13:35 11 31 24 52 32 45 3 13:4 657 31 24 47 3 38 3 13:45 77 31 24 5 29 45 3 13:5 714 32 23 52 29 46 3 13:55 891 32 22 52 3 45 3 14: 558 33 22 5 32 46 3 14:5 836 32 22 48 32 45 31 14:1 164 32 22 49 33 43 31 14:15 758 33 23 46 33 43 3 4 35 3 25 2 15 1 5 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tin_c kering (masuk kolektor) Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 Gambar 4.15 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 8 7 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_c kering (keluar kolektor) Tout_c basah (keluar kolektor) GT (Radiasi surya) 2 4 6 8 Gambar 4.16 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_p basah (keluar alat pengering) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 Gambar 4.17 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 35 3 25 2 15 1 5 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p basah (keluar alat pengering) Tout_c basah (keluar kolektor) Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 Gambar 4.18 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga 8 7 6 5 1 9 8 7 6 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_c kering (keluar kolektor) 4 5 3 2 1 4 3 2 1 Tin_c kering (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 Gambar 4.19 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga

Kelembaban Relatif/RH (%) Radiasi Surya (W/m2) Massa Padi (gram) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 Alat Pengering Padi Tinggi Cerobong 2 m 31 3 29 3 3 Pengeringan Konvensional 295 29 28 27 26 25 85 Gambar 4.2 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga 9 8 7 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 RH in_c (masuk kolektor) RH out_c (keluar kolektor) RH out_p (keluar alat pengering) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 Gambar 4.21 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data ketiga

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Waktu Tabel 4.4 Pengambilan data keempat untuk alat pengering dengan tinggi GT cerobong 2 m Masuk Kolektor Keluar Kolektor Keluar Pengering Tin_c Kering Tin_c Basah Tout_c Kering Tout_c Basah Tout_p Kering Tout_p Basah Jam W/m² C C C C C C 1:4 166 29 22 33 29 32 3 1:45 884 25 22 37 28 35 33 1:5 438 28 22 38 28 36 3 1:55 125 3 22 38 27 35 28 11: 97 29 22 37 28 34 3 11:5 163 31 22 39 27 37 3 11:1 147 31 22 38 28 36 29 11:15 98 3 23 39 28 37 3 11:2 724 29 23 39 28 36 31 11:25 98 29 22 4 27 38 31 11:3 263 31 22 45 28 39 31 11:35 256 31 23 4 29 37 3 11:4 661 3 24 41 28 36 31 11:45 423 31 22 43 28 38 3 11:5 224 31 23 42 28 38 3 11:55 125 31 23 42 29 39 3 12: 625 31 23 43 28 36 3 12:5 942 33 23 46 28 38 3 12:1 844 37 22 5 28 46 3 12:15 946 34 24 55 29 5 3 12:2 916 31 24 57 28 47 3 12:25 822 31 24 59 28 52 31 12:3 213 32 23 52 29 5 31 12:35 144 31 23 53 29 47 31 12:4 831 31 22 54 28 48 31 4 35 3 25 2 15 1 5 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tin_c kering (masuk kolektor) Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.22 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 7 6 5 1 9 8 7 Tout_c kering (keluar kolektor) 4 3 6 5 4 Tout_c basah (keluar kolektor) 2 1 3 2 1 GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.23 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat 6 5 4 3 2 1 2 4 6 8 1 12 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_p basah (keluar alat pengering) GT (Radiasi Surya) Gambar 4.24 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 35 3 25 2 15 1 5 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p basah (keluar alat pengering) Tout_c basah (keluar kolektor) Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.25 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat 7 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_c kering (keluar kolektor) Tin_c kering (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.26 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat

Kelembaban Relatif/RH (%) Radiasi Surya (W/m2) Massa Padi (gram) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 Alat Pengering Padi Tinggi Cerobong 2 m 31 3 3 3 Pengeringan Konvensional 295 29 285 28 27 26 25 12 Gambar 4.27 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 4 6 8 1 12 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 RH in_c (masuk kolektor) RH out_p (keluar alat pengering) RH out_c (keluar kolektor) GT (Radiasi Surya) Gambar 4.28 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keempat

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 Waktu Tabel 4.5 Pengambilan data kelima untuk alat pengering dengan tinggi GT cerobong 2 m Masuk Kolektor Keluar Kolektor Keluar Pengering Tin_c Kering Tin_c Basah Tout_c Kering Tout_c Basah Tout_p Kering Tout_p Basah Jam W/m² C C C C C C 12:5 134 32 22 47 32 43 32 12:55 335 32 23 5 3 48 31 13: 512 31 21 56 3 51 32 13:5 847 32 23 54 32 46 32 13:1 817 32 22 56 32 51 31 13:15 93 32 22 58 32 51 31 13:2 152 32 22 52 32 47 32 13:25 884 31 24 54 3 5 32 13:3 91 31 23 55 3 51 33 13:35 816 31 24 54 33 48 31 13:4 832 31 25 55 3 5 31 13:45 867 31 23 53 32 5 3 13:5 851 31 23 54 3 5 3 13:55 87 33 23 55 32 48 3 14: 839 33 23 48 33 47 3 14:5 832 3 22 5 33 47 3 14:1 814 32 22 47 34 51 31 14:15 783 31 23 47 33 42 3 14:2 72 32 23 44 33 4 3 35 1 3 25 9 8 7 Tin_c kering (masuk kolektor) 2 15 6 5 4 Tin_c basah (masuk kolektor) 1 5 3 2 1 GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 Gambar 4.29 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 7 6 5 4 3 2 1 2 4 6 8 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_c kering (keluar kolektor) Tout_c basah (keluar kolektor) GT (Radiasi Surya) Gambar 4.3 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima 6 5 4 3 2 1 2 4 6 8 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_p basah (keluar alat pengering) GT (Radiasi Surya) Gambar 4.31 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 4 35 3 25 2 15 1 5 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p basah (keluar alat pengering) Tout_c basah (keluar kolektor) Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 Gambar 4.32 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima 7 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_c kering (keluar kolektor) Tin_c kering (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 Gambar 4.33 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima

Kelembaban Relatif/RH (%) Radiasi Surya (W/m2) Massa Padi (gram) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 Alat Pengering Padi Tinggi Cerobong 2 m 31 Pengeringan Konvensional 3 3 3 29 29 28 28 27 26 25 9 Gambar 4.34 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima 8 7 6 5 4 3 2 1 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 RH in_c (masuk kolektor) RH out_p (keluar alat pengering) RH out_c (keluar kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 Gambar 4.35 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data kelima

38 Waktu Tabel 4.6 Pengambilan data keenam untuk alat pengering dengan tinggi GT cerobong 2 m Masuk Kolektor Keluar Kolektor Keluar Pengering Tin_c Kering Tin_c Basah Tout_c Kering Tout_c Basah Tout_p Kering Tout_p Basah Jam W/m² C C C C C C 1:5 183 3 19 37 28 34 29 1:1 162 31 21 42 28 34 29 1:15 163 3 21 38 27 35 3 1:2 234 3 22 39 27 34 3 1:25 519 3 2 45 27 37 3 1:3 855 29 21 4 27 37 32 1:35 787 3 22 44 28 4 32 1:4 276 32 22 46 28 41 32 1:45 288 32 23 44 28 41 31 1:5 26 32 24 45 28 41 3 1:55 952 31 24 46 28 41 31 11: 943 31 23 49 27 43 33 11:5 894 32 25 52 28 48 31 11:1 915 32 24 54 28 47 32 11:15 224 33 22 52 29 47 3 11:2 236 32 24 5 3 43 3 11:25 298 34 23 49 29 42 3 11:3 31 32 23 46 29 43 31 11:35 196 32 24 45 29 42 31 11:4 11 31 24 54 28 48 32 11:45 858 33 23 56 29 49 3 11:5 947 32 25 58 28 51 32 11:55 117 34 25 61 29 53 33 12: 98 32 25 64 29 54 33 12:5 1 34 27 66 32 55 33 12:1 165 33 23 58 33 39 33

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 4 35 3 25 2 15 1 5 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tin_c kering (masuk kolektor) Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.36 Grafik hubungan temperatur basah kering masuk kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam 7 1 6 5 9 8 7 Tout_c kering (keluar kolektor) 4 3 6 5 4 Tout_c basah (keluar kolektor) 2 1 3 2 1 GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.37 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar kolektor, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam

Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 6 1 5 4 3 2 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_p basah (keluar alat pengering) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.38 Grafik hubungan temperatur basah kering keluar alat pengering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam 35 3 25 2 15 1 5 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 Tout_p basah (keluar alat pengering) Tout_c basah (keluar kolektor) Tin_c basah (masuk kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.39 Grafik hubungan temperatur basah, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam

Massa Padi (gram) Temperatur ( C) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 7 6 5 1 9 8 7 Tout_p kering (keluar alat pengering) Tout_c kering (keluar kolektor) 4 3 6 5 4 Tin_c kering (masuk kolektor) 2 1 3 2 1 GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.4 Grafik hubungan temperatur kering, radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam Alat Pengering Padi Tinggi Cerobong 2 m 31 Pengeringan Konvensional 3 3 3 29 29 28 275 27 26 25 125 Gambar 4.41 Grafik hubungan massa padi terhadap waktu untuk alat pengering

Kelembaban Relatif/RH (%) Radiasi Surya (W/m2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam 9 1 8 7 6 5 4 3 2 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 RH in_c (masuk kolektor) RH out_p (keluar alat pengering) RH out_c (keluar kolektor) GT (Radiasi Surya) 2 4 6 8 1 12 Gambar 4.42 Grafik hubungan kelembaban udara dan radiasi surya terhadap waktu untuk alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m pengambilan data keenam 4.2 Perhitungan Data Dibawah ini ditunjukan contoh bentuk perhitungan untuk data percobaan pertama mulai dari menentukan nilai energi berguna (Q u ), efisiensi kolektor ( c ), efisiensi pengambilan ( p ), efisiensi sistem pengering ( u ) dan tarikan tambahan pada cerobong ( p). Menentukan efisiensi kolektor ( c ), dengan menghitung terlebih dahulu nilai dari energi berguna (Q u ), radiasi surya (G T ) dan luasan kolektor (A c ). Untuk menghitung energi berguna (Q u ) digunakan persamaan (1) : Q u = m. C p (T in_c T out _c )

43 Untuk mempermudah perhitungan untuk laju aliran massa udara didalam kolektor, maka digunakan dengan massa udara dalam kolektor yang diperoleh dengan melakukan operasi perkalian antara ρ udara dengan volume udara dalam kolektor. Volume udara dalam kolektor dihitung dengan persamaan mencari volume dan dinyatakan sebagai berikut : V udara kolektor V udara kolektor = p x l x t = 2m x 1m x,12m V udara kolektor =,24m 3 Massa jenis udara didalam kolektor (ρ udara ) ditentukan dengan menghitung harga rata-rata dari temperatur masuk dan temperatur keluar kolektor. Temperatur masuk (T in_c) dan keluar kolektor (T out_c) besarnya 31,76 o C dan 56,72 o C. Sehingga ρ udara pada temperatur 44,24 o C = 1,8 kg m 3 m = V udara kolektor x ρ udara m =,24m 3 x1,8 kg m 3 m =,2592 kg Maka nilai energi berguna dapat dihitung. Q u = mc p (T o T i ) Q u =,2592 kg x15 J/kg o Cx(56,72 o C 31,76 o C) Q u = 651,98 J Radiasi surya (G T ) diambil nilai rata-rata dalam 5 menit (3 detik) = 71.96 W/m 2 x 3 detik = 213288 J/m 2. Luas kolektor surya yaitu 2 m 1m = 2m 2

44 Sehingga efisiensi kolektor dapat dihitung dengan persamaan (2) : Q u η c = G T A c 651,98 J η c = 213288 J/m 2 x2 m 2 η c =,15242 η c =,15242 x 1% η c = 1,5242 % Menentukan efisiensi pengambilan ( p ) yaitu dengan persamaan (6) : η p = RH out _p RH out _c RH in _c RH out _c Besarnya nilai tingkat kelembaban udara masuk kolektor RH in _c, kelembaban udara keluar kolektor RH out _c dan kelembaban udara keluar pengering RH out _p dapat dicari dengan menghitung nilai kelembaban spesifik ω 2 dan ω 1. 1. Contoh perhitungan untuk mengetahui kelembaban relatif (RH). Variabel yang diketahui : T 1 = 35 C c p = 1,5 kj/kg. C T 2 = 29 C h f2 = 121,439 kj/kg P 2 = 11,325 kpa h g1 = 2563,2 kj/kg P g1 = 4,511 kpa p g1 = 4,511 kpa P g2 = 3,627 kpa h fg2. = 2431,283 kj/kg

45 Perhitungan untuk ω 2 dan ω 1 adalah dengan persamaan (4) dan persamaan (5) ω 2 =,622P g2 P 2 P g2 ω 2 =,622 3,627 11,325 3,627 ω 2 =,231 kg H 2 O/kg udara kering ω 1 = C p T 2 T 1 + ω 2 fg2 g1 f2 ω 1 = 1,5 29 35,231 2431,283 2563,2 121,439 ω 1 =,25 kg H 2 O/kg udara kering.setelah ω 2 dan ω 1 diketahui, maka kelembaban relatif (RH) dihitung dengan persamaan (3) : RH = RH = ω 1 P 2,622 + ω 2 P g1,25 11,325,622 +,231 3,627 RH =,7182 RH = 71,82 % Langkah perhitungan diatas diterapkan untuk perhitungan kelembaban udara masuk kolektor RH in _c, kelembaban udara keluar kolektor RH out _c dan kelembaban udara keluar pengering RH out _p pada tiap data percobaan. Kemudian dirata-rata, sehingga didapat :

46 RH in _c = 53,34 RH out _c = 18,24 RH out _p = 46,76 η p = RH out _p RH out _c RH in _c RH out _c η P = 46,76 18,24 53,34 18,24 η p =,8125 η p = 81,25 % Efisiensi Sistem Pengering (η s ) dapat ditentukan besarnya dengan persamaan (7) : η s = WL G T A c Persamaan disederhanakan menjadi : η s = m fg G T A c Penyederhanaan dilakukan untuk mempermudah penghitungan sesuai dengan variabel data yang diketahui. fg rata rata = 2446,616kJ/kg = 2446616 J/kg Radiasi surya (G T ) yang dipakai adalah radiasi surya rata-rata dalam 5 menit, sehingga G T rata-rata = 71,96 W/m 2 x 3 detik = 213288 J/m 2 m = Rata-rata massa air yang menguap tiap 5 menit (3 detik). m = m awal m akhir t total 5

47 m = 3 kg 2,8 kg 12 menit m =,83 kg 5 Sehingga efisiensi sistem pengering diperoleh, η s =,83 kg x 2446616 J/kg 853152 J/m 2 x (2m x 1m) η s =,478 η s = 4,78 % Tarikan tambahan pada cerobong yang diciptakan oleh perbedaan massa jenis antara udara di dalam dan di luar pengering atau penurunan tekanan antara kedua sisi lapisan padi ( p). Tinggi antara permukaan bawah lapisan padi dengan dasar udara masuk kolektor (H 1 ) adalah 1,29 m, dan tinggi cerobong dengan permukaan atas lapisan padi (H 2 ) adalah 2,7 m. Menentukan tarikan pada cerobong ( p) dengan persamaan (8) : p = 1 ρ ρ 1 + 2 ρ ρ 2 g p = 1,29 1,148 1,69 + 2,7 1,148 1,87. 9,81 p = 2,61 Pascal Perhitungan tarikan pada cerobong ( p) dilakukan setiap 5 menit waktu pengambilan data, kemudian dirata-rata untuk tiap data percobaan.

48 4.3 Grafik Hasil Perhitungan Dalam perhitungan terdapat hasil-hasil yang tidak valid. Ketidakvalidan data ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : 1. Padi yang digunakan dalam percobaan, kandungan airnya berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh umur dan kwalitas padi yang berbeda. 2. Ketidakakuratan alat ukur temperatur sehingga terjadi perbedaan antara temperatur yang terbaca dalam alat ukur dan temperatur sebenarnya. Energi Berguna /Qu. (Watt) 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1 9367 521 2,1 Tinggi Cerobong (m) Gambar 4.43 Energi berguna (Qu) Energi berguna (Qu) adalah jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara didalam kolektor surya, ditunjukkan pada gambar 4.43. Untuk pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m besarnya adalah 9367 W, dan untuk pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m besarnya 521 W. Untuk pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m, energi bergunanya lebih besar dari pengering dengan tinggi

Efisiensi kolektor (%) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 cerobong 2 m disebabkan karena pada pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m laju aliran massa udara yang melewati absorber lebih tinggi yang disebabkan oleh tarikan tambahan pada cerobong, sehingga perpindahan kalor konveksi yang terjadi pada absorber ke udara didalam kolektor lebih cepat. 5 4 3.8 3 2 1.3 1 2,1 Tinggi Cerobong (m) Gambar 4.44 Efisiensi kolektor Efisiensi kolektor adalah perbandingan antara jumlah energi yang dipindahkan dari absorber ke udara dengan total energi yang surya yang datang ke kolektor, ditunjukkan pada gambar 4.44. Untuk pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m, efisiensi kolektor adalah sebesar 3,8 %, lebih tinggi dari pengering dengan tinggi cerobong 2 m yang besarnya 1,3 %. Hal ini disebabkan karena besar energi berguna untuk alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m lebih besar.

Efisiensi Pengambilan ( %) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 1 8 66.4 6 4 2 25.3 2,1 Tinggi Cerobong (m) Gambar 4.45 Efisiensi pengambilan Efisiensi pengambilan didefinisikan sebagai perbandingan uap air yang dipindahkan (diambil) oleh udara dalam alat pengering dengan kapasitas teoritis udara menyerap uap air, ditunjukkan pada gambar 4.45. Untuk pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m, efisiensi pengambilan adalah sebesar 25,3 %, lebih rendah dari pengering dengan tinggi cerobong 2 m yang besarnya 66,4 %. Hal ini dikarenakan kelembaban absolut keluar pengering untuk pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m lebih tinggi dari kelembaban absolut keluar pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m. Dalam perhitungan efisiensi pengambilan, terdapat hasil yang tidak valid, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu sebagai berikut : 1. Pada temperatur basah untuk tiap titik pengukuran terpengaruh oleh temperatur air yang digunakan sebagai media basahnya. Semakin tinggi temperatur udara sekitarnya maka temperature airnya juga akan ikut naik

Efisiensi Sistem Pengeringan (%) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 temperaturnya, yang mengakibatkan hasil pengukuran temperatur basah pada tiap titik pengukuran tidak valid. 2. Penambahan pelat alumunium yang ditutup kaca pada dinding kotak pengering sehingga, bertambahnya energi surya yang diserap didalam kotak pengering akan menaikkan temperatur didalam kotak pengering. 3 25 24.6 2 15 1 5 5.3 2,1 Tinggi Cerobong (m) Gambar 4.46 Efisiensi sistem pengeringan Efisiensi sistem pengeringan didefinisikan sebagai perbandingan antara energi yang digunakan untuk menguapkan air dari hasil pertanian yang dikeringkan dengan energi yang datang pada alat pengering, ditunjukkan pada gambar 4.46. Dari perhitungan diketahui bahwa efisiensi sistem pengering untuk pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m adalah sebesar 24,6%, lebih besar dari pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m yang besarnnya 5,3 %. Dari hasil perhitungan efisiensi sistem

Tarikan Pada cerobong (Pa) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 diatas terdapat hasil yang kurang valid, hal ini disebabkan oleh penambahan plat alumunium yang ditutup kaca pada dinding kotak pengering sehingga, bertambahnya energi surya yang diserap didalam kotak pengering akan menaikkan temperatur didalam kotak pengering yang akan menyebabkan perbedaan temperatur antara atas dan bawah lapisan padi yang dikeringkan pada kotak pengering menjadi semakin kecil. 3. 2.95 2.9 2.85 2.8 2.75 2.7 2.65 2.6 2.55 2.5 2.9 2.8 2,1 Tinggi Cerobong (m) Gambar 4.47 Rata-rata tarikan pada cerobong untuk tiap percobaan Tarikan tambahan pada cerobong atau dengan perkataan lain, penurunan tekanan antara kedua sisi lapisan padi, ditunjukkan pada gambar 4.47. Untuk pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m, tarikan tambahan pada cerobong adalah sebesar 2,9 Pa, sedangkan untuk pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m, tarikan tambahan yang dihasilkan cerobong adalah 2,8 Pa.

Massa Padi (kg) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53 31 35 3 295 29 285 28 275 27 265 26 255 25 Massa Awal Padi Pengeringan dengan alat pengering Pengeringan Konvensional 3 3 3 3 3 3 295 295 29 29 29 29 285 28 28 28 275 27 2 2 2 2 2,1 Tinggi Cerobong (m) Gambar 4.48 Penurunan massa padi untuk tiap proses pengeringan Penurunan massa padi untuk tiap proses pengeringan ditunjukkan pada gambar 4.48. Untuk Proses pengeringan padi dengan alat pengering rata-rata penurunan massanya lebih besar dari proses pengeringan secara konvensional yaitu dengan selisih penurunan massa padi sebesar 5 gram hingga 15 gram, tergantung dari lamanya proses pengeringan tersebut. Dalam proses pengeringan padi dengan alat pengering dengan tinggi cerobong,1 m, penurunan massa padi yang terjadi tidak berbeda jauh dengan proses pengeringan dengan alat pengering dengan tinggi cerobong 2 m yaitu sebesar 1 gram.

54 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari semua penelitian, uji coba, perhitungan dan analisa data dapat disimpulkan sebagai berkut : 1. Energi berguna (Q u ), pada pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m, ratarata lebih rendah 55,5 % dari pengering dengan tinggi cerobong.1 m 2. Efisiensi pengambilan kadar air (ηp), pada pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m, rata-rata lebih tinggi 38,1 % dari pengering dengan tinggi cerobong.1 m. 3. Efisiensi kolektor (ηc), pada pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m, lebih rendah 35,7 % dari pengering padi dengan tinggi cerobong.1 m. 4. Efisiensi sistem pengeringan (ηs), pada pengering padi dengan tinggi cerobong 2 m,lebih rendah 21,6 % dari pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m. 5. Tarikan tambahan pada cerobong (Δp), untuk pengering padi dengan tinggi cerobong,1 m lebih tinggi 96,5 % dari rata-rata tarikan tambahan pada cerobong untuk pengering dengan tinggi cerobong 2 m. 6. Penurunan massa padi pada proses pengeringan dengan alat pengering ratarata lebih tinggi 2 % dari proses pengeringan padi secara konvensional.

55 5.2 Saran Setelah melakukan penelitian maka penulis memberikan beberapa saran untuk mendapatkan hasil yang lebih optimal sebagai berikut: 1. Perlunya pembanding alat ukur, kalibarasi temperatur antara temokopel dengan termometer air raksa. 2. Pengecekan alat seperti termokopel selalu dilakukan sebelum pengambilan data untuk mencegah bila ada termokopel yang rusak tidak mengganggu saat pengambilan data. 3. Pengambilan data di setiap titik dilakukan pada saat yang sama dan di setiap titik dipasang display untuk menghindari salah pembacaan temperatur. 4. Pengambilan data sebaiknya pada saat kondisi cuaca yang baik, intensitas cahaya matahari cukup. 5. Bahan penelitian yang digunakan mempunyai sifat-sifat yang sama untuk tiap percobaan 5.3 Penutup Demikian Tugas Akhir ini penulis susun. Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penyusunan Tugas Akhir ini. Oleh karena itu penulis akan sangat terbuka menerima kritik dan saran yang membangun penulis. Semoga Tugas Akhir ini dapat berguna bagi pembaca dan demi perkembangan teknologi pengering energi surya. Sekian dan terima kasih.

56 DAFTAR PUSTAKA Arismunandar, W., (1995), Teknologi Rekayasa Surya. Jakarta : Pradnya Paramita,pp 141-152. Cengel, Y.A.,&, M.A., (1989) Thermodynamics an Enginering Aproach 5 th, Mc. Graw Hill New York,pp 717-739. Choudhury C.; Anderson S.L.; Rekstad, J., (1988) A solar air heater for low temperature applications, Solar Energy 4, pp 335-344. Duffie, J.A.; Beckman, W.A., (1991). Solar Engineering of Thermal Processes, New York : John Wiley. Garg, H.P.; Choudhury, C.;, Datta, G., (1991), Theoretical analysis on a new finned type solar air heater, Solar Energy, 16, pp1231-1238. Häuser; Markus; Ankila; Omar, (29) Morroco Solar Dryer Manual; Centre de Développement des Energies Renouvelables (CER), http://lwww.gtz.de/gate/isat Kendall, P.; Allen, L.,(1998), Drying Vegetables; Food and Nutrition Series Preparation, Colorado State University Cooperative Extension Service Publication 1 / 1998. Kurtbas, I.; Turgut, E. (26), Experimental Investigation of Solar Air Heater with Free and Fixed Fins: Efficiency and Exergy Loss, International Journal of Science & Technology, Volume 1, No 1, 75-82. Lansing, F. L.; Clarke, V.; Reynolds, R., (1979), A High Performance Porous Flat- Plate Solar Collector, Energy (UK), vol. 4, Aug. 1979, p. 685-694. Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral, (23), Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan Dan Konservasi Energi (Energi Hijau), Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, Jakarta Scanlin, D., (1997), The Design, Construction And Use Of An Indirect, Through- Pass, Solar Food Dryer, Home Power, Issue No. 57, pages 62-72, February/March 1997. Scanlin, D; Renner, M.; Domermuth, D.; Moody, H., (1999), Improving Solar Food Dryers, Home Power, Issue No. 69, pages 24-34, February / March 1999 Sharma, S.P.; Saini J.S.; Varma, K.K.; (1991), Thermal performance of packed-bed solar air heaters, Solar Energy, 47, pp 59-67. Sodha, M. S.; Bansal, N. K.; Singh, D.; Bharadwaj, S. S., (1982), Performance of a matrix air heater, Journal of Energy, vol. 6, Sept.-Oct. 1982, p. 334-339

57 LAMPIRAN Gambar pengering padi energi surya dengan tinggi cerobong 2 m tampak samping Gambar pengering padi energi surya dengan tinggi cerobong 2 m tampak depan

58 Gambar pengering padi energi surya dengan tinggi cerobong,1 m Gambar kotak pengering padi energi surya

59 Gambar kotak kolektor pengering padi energi surya

6 Gambar pengeringan padi secara langsung (pengeringan konvensional) Gambar timbangan untuk mengetahui penurunan massa padi

61 Gambar pyranometer

62 Gambar display termokopel