BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sehat melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Dalam melakukan wawancara terkadang proses wawancara terganggu dengan kondisi sekitar.

BAB 1 PENDAHULUAN. penting seperti derasnya arus mobilisasi penduduk dari desa ke kota maupun

BAB I PENDAHULUAN. bangunan kesehatan diklasifisikan bahaya kebakaran ringan, mengingat bahanbahan

PROSEDUR PEMADAM KEBAKARAN

128 Universitas Indonesia

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

Tabel 5.14 Distribusi Frekuensi Tentang Perberdaan pengetahuan Responden Mengenai Emergency Preparedness Berdasarkan Masa Kerja...

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan. Teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan industri di berbagai sektor sangat diharapkan karena

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan usaha pertambangan mempunyai risiko yang tinggi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN.

PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT JANTUNG HASNA MEDIKA NOMOR TENTANG PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA

BAB 1 : PENDAHULUAN. industri penyedia jasa angkutan laut seperti pelayaran kapal laut. (1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

- Mengurangi dan mengendalikan bahaya dan resiko - Mencegah kecelakaan dan cidera, dan - Memelihara kondisi aman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah telah menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB I PENDAHULUAN. teknologi sederhana atau tradisional menjadi teknologi maju dan sangat maju. dari segi modal maupun sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dan kesimpangsiuran informasi dan data korban maupun kondisi kerusakan,

BAB I PENDAHULUAN. maupun dunia industri, dapat menimbulkan kecelakaan bagi manusia dan

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang aman, andal dan ekonomis, maka diperlukan beberapa komponen penyusun

AUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kebutuhan tanah untuk tempat tinggal dan kegiatan aktifitas lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 4 TAHUN TENTANG MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB I PENDAHULUAN. oleh terbakarnya kilang minyak milik British Petroleum di Teluk Meksiko

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Aspek Kemanusiaan Aspek Pencegahan Kerugian: Aspek Komersial:

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tempat penyimpanan barang yang cukup rentan terhadap

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN

I. PENDAHULUAN. DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi disegala bidang maka perindustrian di

PROSEDUR KEADAAN DARURAT KEBAKARAN B4T ( BALAI BESAR BAHAN & BARANG TEKNIK)

K3 KEBAKARAN. Pelatihan AK3 Umum

LAMPIRAN IV PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/MEN/98 TAHUN 1998 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PEMERIKSAAN KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. memperhatikan manusia sebagai human center dari berbagai aspek. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PEMADAM API RINGAN (APAR) (STUDI KASUS PADA PT. TOA GALVA INDUSTRIES)

Manual Prosedur Safety Health

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB V PEMBAHASAN. Area kerja di PT. Lotte Chemical Titan Nusantara meliputi Area 1 (Train

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan berarti memberi. kesempatan kepada karyawan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya

BAB 1 PENDAHULUAN. mengenai bencana alam, bencana non alam, dan bencana sosial.

EVALUASI DAN ANALISIS KONSEKUENSI ALAT PEMADAM API RINGAN DI GEDUNG A FKM UI TAHUN 2009 DENGAN METODE EVENT TREE ANALYSIS SKRIPSI

Nama : Bekerja di bagian : Bagian di tim tanggap darurat :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

MAINTENANCE SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF PROYEK PEMBANGUNAN TANGRAM HOTEL DAN SADIRA PLAZA KOTA PEKANBARU

Soal K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

Walikota Tasikmalaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mentransmisikan dan mendistribusikan tenaga listrik untuk dapat dimanfaatkan

PEDOMAN PENANGGULANGAN BENCANA (DISASTER PLAN) Di RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. 16 lokasi rawan bencana yang tersebar di 4 kecamatan (BPBD, 2013).

Ari Wibisono

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya, hasil karya dan budaya menuju masyarakat adil dan makmur. Sedangkan secara

Kompetensi Dasar 2 : Keadaan darurat. Presented by : Anita Iskhayati, S. Kom NIP

BAB I PENDAHULUAN. sejak lama diterapkan di berbagai sektor industri, kecuali di sektor

IDENTIFIKASI TINGKAT KEANDALAN ELEMEN-ELEMEN PENANGGULANGAN BENCANA KEBAKARAN GEDUNG PD PASAR JAYA DI DKI JAKARTA

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. PT Dan Liris Sukoharjo Divisi Garmen yaitu terjatuh, terjepit, tertimpa,

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kelembagaan Penanggulangan Kebakaran di PPS Nizam Zachman Jakarta. Bagian Tata Usaha. Bidang Tata Operasional

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

ESSER PENJELASAN TEHNIS TEHNOLOGY FIRE ALARM SYSTEM PERIODE MARET 2013 BANDARA JUANDA SURABAYA. Fire Alarm System

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu dan perkembangan teknologi, keselamatan dan kesehatan di tempat kerja menjadi sangat penting. Hal ini dikarenakan kerugian yang dialami apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Walaupun perkembangan teknologi semakin pesat, kejadian kebakaran tetap meningkat dan tidaklah berkurang (Depnaker, 1987). Kebakaran merupakan salah satu bahaya keselamatan yang sangat signifikan. Kerugian yang ditimbulkan pun juga sangat besar baik itu terhadap keselamatan jiwa maupun harta benda. Pencegahan pun sangat diperlukan untuk memperkecil bahkan menghilangkan resiko terjadinya kebakaran dan menghindari kerugian yang lebih besar. Berdasarkan situs Masyarakat Profesi Proteksi Kebakaran Indonesia (MP2KI), kebakaran yang terjadi di DKI Jakarta dari tahun 1998-2008 sebanyak 8243 kasus dengan kerugian mencapai kurang lebih 1,2 triliun rupiah. Tabel I.1 Data dan Kerugian Kejadian Kebakaran Tahun Frekuensi Penghuni Korban Luas Kerugian ( Jiwa ) ( Mati ) ( Luka ) ( meter 2 ) ( Rupiah ) 2008 98 2,999 2 3 14,650 12,470,000,000 2007 855 29,334 15 63 352,192 168,675,120,000 2006 902 14,449 17 85 349,181 142,992,500,000 2005 742 22,424 37 35 369,210 144,683,575,000 2004 805 24,553 29 83 335,068 119,767,710,080 2003 888 18,657 39 245 16,157,594 109,838,835,000 2002 869 36,744 23 34 898,936 130,947,140,000 2001 772 33,126 18 38 442,362 191,884,910,000 2000 791 7,380 36 71 358,554 74,344,985,000 1999 725 7,092 31 46 234,410 54,030,165,000 1998 796 29,005 76 54 746,335 105,457,000,000 Total 8,243 225,763 323 757 20,258,492 1,255,091,940,080 Sumber : Situs MP2KI

2 Kebakaran yang terjadi di gedung perkuliahan pun tidak sedikit. Kejadian kebakaran yang juga pernah terjadi adalah di Gedung Dekanat Fakultas Teknik Universitas Indonesia Depok Jawa Barat pada tahun 2001. Kebakaran ini tidak menimbulkan korban jiwa, namun membuat ruang kerja dan seminar di gedung tersebut mengalami kerusakan akibat kebakaran. Api diduga berasal dari hubungan arus pendek (Kompas, 6 Mei 2001). Kebakaran pun ternah terjadi di kampus YAI Salemba, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, Penyebab kebakaran diduga berasal dari panel listrik yang meledak (Kompas, 7 Maret 2009). Kerugian yang disebabkan karena bahaya kebakaran itu sangat besar. Tidak hanya kerugian secara langsung tetapi juga dapat menimbulkan kerugian tidak langsung, seperti biaya kompensasi kepada pekerja, dan juga penurunan citra suatu perusahaan, dll. Dikarenakan kerugian yang tidak sedikit tersebut, perlu diadakan upaya untuk mencegah terjadinya kebakaran atau setidaknya dapat mengurangi resiko yang ditimbulkan bila telah terjadi kebakaran. Penanganan kebakaran di gedung-gedung masih mengandalkan kesigapan dan peralatan dari pemadam kebakaran setempat. Kesiagaan dari pemadam kebakaran gedung pun terkadang masih kurang memadai. (Fatma Lestari, 2008). Salah satu faktor yang dapat memperparah terjadinya suatu kebakaran dan menimbulkan kerugian yang besar adalah fasilitas perlindungan kebakaran yang tidak memadai karena penggunaannya tidak cocok dan tidak tepat, selain itu juga faktor kesalahan dari pemeliharaan alat pemadam kebakaran. Teori kecelakaan model Petersen Accident/Incident menjelaskan bahwa salah satu penyebab terjadinya kecelakaan disebabkan karena kegagalan sistem, contoh dari kegagalan sistem itu sendiri adalah Inspeksi, perawatan, pelatihan, dll (Colling, 1990). Berdasarkan teori tersebut, dapat disimpulkan apabila suatu sistem pencegahan kebakaran tidak berjalan dengan baik maka kerugian akibat kejadian kebakaran akan semakin besar. Salah satu bagian dari sistem proteksi kebakaran tersebut adalah Alat Pemadam Api Ringan (yang selanjutnya disebut dengan APAR).

3 NFPA 10 menjelaskan bahwa APAR merupakan pertahanan pertama dalam menanggulangi kebakaran yang masih kecil. APAR sangat efektif agar api tidak semakin membesar asalkan dipasang dan digunakan secara benar (www.osha.gov). APAR juga merupakan pertahanan pertama terhadap kebakaran dan sangat efektif bila ditemukan saat kebakaran masih berada pada tahap awal sebelum menjadi bencana yang besar (Ashalf, 1990). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa APAR berguna bila telah terjadi kebakaran kecil, karena alat ini dapat memadamkan api sehingga kebakaran tersebut tidak semakin meluas Menurut penelitian National Association of Fire Equipment Distributor di Amerika bahwa sejumlah 5400 kasus kebakaran dapat diatasi dan dipadamkan dengan menggunakan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), sedangkan sisanya dipadamkan dengan peralatan penyemprotan air otomatis atau dari pemadam kebakaran dengan peralatan yang lebih besar Dalam survey yang sama juga dijelaskan bahwa lebih dari 90% kasus kebakaran dapat ditangani dengan menggunakan APAR, dalam banyak kasus kebakaran dapat dipadamkan dengan menggunakan APAR sebelum pemadam kebakaran datang. Insiden yang berhubungan dengan APAR juga pernah terjadi di biscuit manufacturing UK, APAR berjenis karbondioksida yang berada di ruangan tiba-tiba meledak dan menghancurkan sebuah komputer, tidak ada korban jiwa dalam kejadian ini, incident tersebut diduga disebabkan karena adanya retakan pada katup dari APAR tersebut (Dalton, 2005). Berdasarkan Australian Competition & Consumer Comission (ACCC) menjelaskan beberapa kegagalan dari fungsi APAR yang mengakibatkan terjadinya terjadi kebakaran di Australia, sebagai berikut: 1. Kebakaran yang terjadi di salah satu rumah di kawasan Hobart dikarenakan dua APAR yang tidak berfungsi dengan baik 2. Kebakaran yang terjadi di kawasan bisnis Hobart pada Maret 1997 dikarenakan APAR berjenis tepung kimia kering gagal untuk dioperasikan Srategi yang efektif untuk untuk mencegah injury saat kebakaran ditentukan oleh faktor langsung dan tidak langsung, salah satu faktor tidak langsungnya adalah kurangnya peralatan perlindungan kebakaran. Keberadaan

4 dari sprinklers, smoke alarms dan alat pemadam kebakaran dapat mengurangi injury pada saat kebakaran (Donna Shai, 2006). Bahaya yang dapat ditimbulkan dari tidak beroperasinya alat pemadam kebakaran akan mengakibatkan kebakaran menjadi tidak terkendali dan semakin membesar, dan pada akhirnya dapat menimbulkan kerugian seperti kerusakan property, cidera bahkan dapat menimbulkan kematian (ACCC). Selain itu, penyediaan alat proteksi kebakaran APAR tidak akan berfungsi dengan efektif jika tidak disertai peningkatan pengetahuan wawasan dan pelatihan pencegahan dan penanggulangan kebakaran bagi para pekerja, khususnya pelatihan dan pengetahuan mempergunakan alat tersebut. Penyediaan alat pemadam api ringan (APAR) yang sesuai, pemasangan yang tepat dan juga pemeliharaan yang benar, serta pelatihan penggunaannya merupakan suatu sistem salah satu pencegahan kebakaran yang tidak dapat berdiri sendiri. Apabila salah satu dari sistem tersebut tidak berjalan dengan baik maka telah terjadi kegagalan APAR karena fungsinya akan berkurang. Dapat dikatakan bahwa penyediaan APAR itu sendiri tidak akan efektif dalam menanggulangi kebakaran tanpa adanya unsur-unsur tersebut Universitas Indonesia merupakan salah satu tempat perkuliahan yang tidak terlepas dari adanya bahaya, khususnya bahaya kebakaran, apalagi yang seperti sudah dijelaskan sebelumnya pernah terjadi kebakaran di lingkungan kampus. Bahaya tersebut sangat penting untuk diatur sehingga resiko yang ditimbulkan dapat dimiminalisir. Pada penelitian ini, penulis melakukan penelitian di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia yang merupakan Fakultas yang mengedapankan unsur keselamatan dan kesehatan kerja. Pada penelitian ini, peneliti mengambil gedung A FKM UI sebagai objek penelian. Hal ini didasarkan bahwa gedung A merupakan salah satu gedung yang hanya mengandalkan APAR untuk memadamkan api bila terjadi kebakaran, seperti yang diketahui bahwa gedung A ini belum memiliki alat pemadaman kebakaran seperti sprinklers dan smoke detector.. Pada gedung A ini terdapat laboratorium komputer yang cukup berpotensi menimbulkan percikan api. Selain

5 itu, aktivitas yang dilakukan di gedung A ini cukup banyak dan bervariasi dibanding dengan gedung lainnya, dikarenakan terdapat 3 ruangan departemen, ruangan mahalum, akademik, lobi dan juga terdapat aktivitas perkuliahan. Pengelolaan APAR yang terdiri dari pemilihan dan pemasangan APAR yang tepat, pemeriksaaan dan pengisian kembali secara rutin, dan penggunaan yang tepat dilakukan agar APAR yang ada dapat berfungsi secara efektif untuk memadamkan api yang masih kecil. Pengelolaan APAR yang baik tersebut diharapkan dapat memperkecil atau menghilangkan konsekuensi yang ditimbulkan dari kebakaran. Gedung A FKM UI sudah dilakukan pemasangan APAR, tetapi pemasangan tersebut juga tidak akan efektif tanpa disertai dengan pengelolaannya. Oleh karena itu, peneliti akan melihat keefektifan dari APAR dengan mengevaluasi pengelolaan APAR dan menganalisis konsekuensi yang akan ditimbulkan sehingga tidak akan menimbulkan kerugian yang fatal. I.2 Rumusan Masalah Kejadian kebakaran banyak terjadi di berbagai gedung. Salah satu contohnya adalah kebakaran yang terjadi di gedung Dekanat Fakultas Tehnik Universitas Indonesia pada tahun 2001. Kejadian kebakaran menimbulkan kerugian yang tidak sedikit, baik itu keselamatan jiwa maupun harta benda. Dikarenakan banyaknya kasus kebakaran dan kerugian yang ditimbulkan maka perlu dilakukan upaya penanggulangan dan pencegahan kebakaran. Salah satunya adalah penyediaan Alat Pemadam Api Ringan yang dapat mengurangi resiko, dikarenakan fungsinya untuk memadamkan api sehingga kebakaran tidak semakin meluas. Gedung A FKM UI sudah dilakukan pemasangan APAR. Pemasangan APAR tersebut tidak akan efektif bila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik, diantaranya pemasangan yang tidak tepat, kurangnya pemeliharaan, tidak adanya pelatihan pada penggunaan oleh pekerja, dll. Pengelolaan yang tidak baik tersebut akan dapat menimbulkan konsekuensi, yang berakibat pada menurunya

6 fungsi APAR pada saat dibutuhkan, khususnya pada saat terjadinya kebakaran. Oleh karena itu, peneliti akan mengevaluasi pengelolaan APAR di gedung A FKM UI serta menganalisis konsekuensi yang ditimbulkan dari hasil evaluasi tersebut. I.3 Tujuan Penelitian I.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan pada saat pengelolaan APAR yang tidak baik I.3.2 Tujuan Khusus - Mengevaluasi Pengelolaan APAR di Gedung A FKM UI yang meliputi pemilihan dan pemasangan, pemeliharaan dan pengisian kembali, dan penggunaan APAR yang tepat - Mengananalisis konsekuensi yang ditimbulkan dari hasil evaluasi pengelolaan APAR yang telah diperoleh - Dengan analisis konsekuensi, maka pihak universitas dapat melakukan pengelolaan APAR yang baik sehingga APAR tersebut efektif. I.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak, antara lain : a. Bagi Ilmu Pengetahuan Sebagai tambahan referensi mengenai evaluasi dan konsekuensi dari Alat Pemadam Api Ringan b. Bagi Peneliti

7 Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan serta pengetahuan tentang bagaimana pengelolaan APAR yang baik, dan dapat mengetahui konsekuensi yang akan ditimbulkan bila terjadinya kegagalan dalam pengelolaan tersebut. Selain itu, berguna sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Universitas Indonesia. c. Bagi Pihak Fakultas Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan pihak Fakultas untuk mengetahui keadaan Alat Pemadam Api Ringan dan dengan mengetahui konsekuensi yang ditimbulkan diharapkan pihak Fakultas dapat melakukan pengelolaan APAR tersebut dengan lebih baik. d. Bagi Peneliti Lain Penelitian ini berguna sebagai bahan referensi dan sebagai informasi dalam melakukan penelitian lebih lanjut atas permasalahan yang akan diteliti. I.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan di gedung A Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok dari minggu terakhir bulan Mei sampai dengan minggu pertama bulan Juni 2009. Penelitian ini dilakukan pada gedung A dikarenakan gedung ini merupakan salah satu gedung yang hanya mengandalkan APAR sebagai pencegahan kebakaran, dan pada gedung ini juga terdapat laboratorium komputer yang cukup berpotensi menimbulkan kebakaran. Penelitian ini diawali dengan melakukan evaluasi terhadap pengelolaan APAR yang ada selanjutnya akan dianalisis konsekuensi yang akan ditimbulkan dengan menggunakan metode Event Tree Analysis. Untuk mendapatkan data dan menunjang penelitian, maka peneliti melakukan pengamatan sevara langsung, pengukuran dan wawancara pada pihak terkait yang berhubungan dengan penelitian ini.