Lutfia Kherani Nurhayatun J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

KAJIAN RESIKO PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DAN PIL TERHADAP TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS KABUPATEN NGAWI NASKAH PUBLIKASI

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN ANTARA LAMA PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

KOSALA JIK. Vol. 4 No. 2 September Warsini 1, Herlina Puri Rahayu 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

Rika herawati : Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Pemakaian KB Hormonal Di Desa Pekan Tebih Wilayah Kerja Puskesmas Kepenuhan Hulu

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

ABSTRAK GAMBARAN AKSEPTOR KB DI KECAMATAN CIAMIS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2015

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANYARAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-I Keperawatan. Disusun Oleh: YENI KURNIAWATI J.

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

Staf Pengajar Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, USU

INTISARI PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI ORAL DAN SUNTIK TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH WANITA DI PUSKESMAS TAPIN UTARA KABUPATEN TAPIN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPOMEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS PAAL X KOTA

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. mulai menerapkan Program Keluarga Berencana Nasional pada tahun 1970

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado.

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. sebab apapun yang berkaitan atau memperberat kehamilan diluar kecelakaan. Angka

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

HUBUNGAN ANTARA LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIKAN PROGESTIN (DEPOPROVERA) DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS II DENPASAR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

PROGRAM PEMERINTAH UNTUK MENURUNKAN AKI & AKB DI INDONESIA PARADIGMA BARU HAK-HAK REPRODUKSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

Transkripsi:

PERBEDAAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DI PUSKESMAS GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Lutfia Kherani Nurhayatun J 410 100 067 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

PERBEDAAN PENINGKATAN TEKANAN DARAH PADA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DI PUSKESMAS GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO Lutfia Khaerani Nurhayatun J410100067 Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp (0271) 717417 Surakarta 57102 ABSTRAK Setiap tahun pasangan menikah pada usia subur semakin meningkat, kecenderungan peningkatan pasangan menikah usia subur akan berdampak pada peningkatan angka kelahiran dan kepadatan penduduk, hal ini bisa diatur dengan menggalakkan program Keluarga Berencana. Akan tetapi, pemakaian kontrasepsi dalam pengaturan kehamilan tentunya juga menimbulkan beberapa efek samping terutama kontrasepsi hormonal. Beberapa efek samping yang bisa muncul diantaranya adalah peningkatan tekanan darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan peningkatan tekanan darah pada penggunaan kontrasepsi hormonal di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal suntik DMPA, suntik kombinasi, pil dan implant (susuk) dalam kurun waktu 2 tahun. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan Teknik Simple Random Sampling. Teknik uji statistik menggunakan uji Kruskal Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan peningkatan tekanan darah sistol pada penggunaan kontrasepsi hormonal (p=0,111) sedangkan pada tekanan darah diastol terdapat perbedaan peningkatan tekanan (p=0,041) uji lanjut post hoc pada tekanan darah diastol diketahui bahwa perbedaan peningkatan tekanan darah diastol yang signifikan terdapat pada kontrasepsi jenis suntik kombinasi dan pil (p=0,006). Kata Kunci : Keluarga Berencana, Kontrasepsi Hormonal, Tekanan Darah ABSTRACT The Spouse marriage on fertile old increase more every year, preference of increasing the spouse marriage on fertile old will be effect on increasing birth and population density rates, this matter can be managed with promoted Family Planning program. But, using contraception in managing pregnancy of course will cause some side effects especially hormonal contraception, some side effects be able to arise that as high blood pressure. The result of this research knows the difference of rise blood pressure on using hormonal contraception at local clinic

of Grogol Sukoharjo district. The research type is analytic observational with cross sectional design. The populations are mothers who used hormonal contraception of DMPA injection, combination injection, pill and implant for 2 years. Choosing the sample was carried on with using simple random sampling technic. Test statistic technic used kruskal walls. The result of result showed that were not differences of systole blood pressure rising at using hormonal contraception (p=0,111) whereas on diastole blood pressure that were difference blood pressure rising (p=0,041), advanced test post hoc on diastole blood pressure was known that difference of diastole blood pressure rising was significantly, be found in contraception of combination injection and pill (p =0,006). Keywords: Family planning, Hormonal contraception, Blood pressure PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% per tahun hingga 2,49% per tahun. Indonesia menerapkan pengendalian penduduk dengan menggalakkan program KB (Prawirohardjo, 2007). Gerakan KB di Indonesia telah berhasil dengan baik. Total fertility rate (TFR) turun dari 5,6 pada tahun 1970 menjadi 2,6 tahun 2002/2003. Pada tahun 1997, sebesar 66,67% perempuan menikah di Indonesia menggunakan kontrasepsi modern, salah satunya implant sebanyak 11,0%. Pilihan kontrasepsi sekarang memungkinan wanita atau pasangan memilih kontrasepsi yang paling sesuai untuk keadaan khusus mereka (Handayani, 2010). Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia atau SDKI (2007) munculnya berbagai macam cara kontrasepsi memberikan lebih banyak pilihan bagi pemakainya. Alat kontrasepsi spiral banyak digunakan di negara-negara berkembang, sedangkan di Indonesia, akseptor KB paling banyak menggunakan alat kontrasepsi suntik (57%). Persentase peserta KB di Indonesia mencapai 59,5% terdiri dari beberapa metode kontrasepsi yaitu suntik (27,8%), pil (13,2%), 1

IUD (6,2%), susuk (4,3%), kondom (0,9%), tubektomi (3,7%), dan vasektomi (0,4%) (SDKI, 2002-2003). Sedangkan pada tahun 2007, prevalensi peserta KB di Indonesia sebanyak 66,2%. Terdiri dari suntik (34%), pil (17%), IUD (7%), implant (7%), MOW (2,6%), MOP (0,3%), dan kondom (0,6%) (BKKBN, 2007). Jumlah peserta KB mengalami peningkatan pada tahun 2009 menjadi 66,9% dengan jumlah peserta terbanyak yaitu suntik sebesar 36,8% jumlah ini kemudian kembali mengalami peningkatan di tahun 2010 sebesar 0,7% atau sebesar 67,6% (BKKBN, 2010). Berdasarkan data dari profil Kesehatan Indonesia (2012) persentase KB aktif menurut alat kontrasepsi hormonal meliputi pil 25,13% dan suntik 46,84%. Adapun profil Kesehatan Jawa Tengah (2012) ditemukan jumlah akseptor baru suntik 54% dan pil 16,6%. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo (2012) total jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) dari 12 kecamatan diantaranya 156.889 PUS dengan jumlah PUS tertinggi di Kecamatan Kartasura yaitu sebesar 18.234 PUS, untuk jumlah peserta KB baru tertinggi juga Kecamatan Kartasura yaitu sebesar 2.985 (16,38%). Sedangkan untuk jumlah angka penggunaan alat kotrasepsi tertinggi digunakan alat kontrasepsi IUD sebesar 1.782 (13,42%), suntik sebesar 1.3689 (1,47%), dan pil sebesar 5.670 (4,21%) yang kemudian diikuti oleh alat kontrasepsi lain seperti MOW sebesar 520 (46%) MOP sebesar 6 (3987%), kondom sebesar 987 (24,31%) dan implant sebesar 1271 (18,82%). Jumlah Kecamatan dengan akseptor suntik tertinggi berada di Kecamatan Grogol sebesar 1.655(1,42%) akseptor, dan pil tertinggi di Kecamatan Kartasura sebesar 835(3,34%) akseptor. 2

METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah studi observasional analitik, lokasi penelitian ini di wilayah kerja puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo yang dilaksanakan pada bulan September 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu-ibu yang menggunakan KB suntik DMPA, suntik kombinasi, pil dan implant (susuk) yang sudah menggunakan kontrasepsi hormonal selama 2 tahun pemakaian. Besar sampel sebanyak 114 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. HASIL A. Karakteristik responden Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Pengguna Kontrasepsi Hormonal Di Puskesmas Grogol Menurut Kelompok Umur, Pendidikan dan Pekerjaan Umur Frekuensi Persentase 20-29 tahun 36 31,6 30-39 tahun 54 47,4 40-49 tahun 24 21,1 Jumlah 114 100 Pendidikan SD 29 25,4 SMP 38 33,3 SMA 38 33,3 Perguruan Tinggi 9 7,9 Jumlah 114 100 Pekerjaan IRT 36 31,6 Buruh 33 28,9 Wiraswasta 36 31,6 PNS 9 7,9 Jumlah 114 100 3

Distribusi umur responden pengguna kontrasepsi hormonal terbanyak terdapat pada umur 30-39 tahun dengan jumlah 54 orang (47,4%). Sedangkan distribusi umur responden pengguna kontrasepsi hormonal terendah terdapat pada umur 40-49 tahun(21,1%). Sedangkan untuk tingkat pendidikan kurang dari sepertiga responden merupakan tamatan SMP dan SMA yaitu sebanyak 38 orang (33,3%). Sedangkan tingkat pendidikan dengan jumlah responden paling sedikit adalah perguruan tinggi yaitu sebanyak 9 orang (7,9%). Adapun untuk jenis pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) dan Wiraswasta yaitu sebanyak 36 orang (31,6%), hanya sedikit responden yang bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 9 orang (7,9%). B. Analisis Univariat Tabel 2 Distribusi Pengguna Kontrasepsi Hormonal Di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo Jenis Kontrasepsi Hormonal n % DMPA 15 13,2 Kombinasi 11 9,6 Implant 12 10,5 Pil 76 66,7 Jumlah 114 100 Berdasarkan tabel 2 diatas distribusi akseptor kontrasepsi homonal sebesar 114 responden dengan responden akseptor kontrasepsi hormonal terbanyak yaitu pada kontrasepsi pil yaitu sebesar 76 orang (66,7%). 4

Tabel 3 Distribusi Rata-rata Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo Keterangan DMPA (mmhg) Jenis KB Implant (mmhg) Kombinasi (mmhg) Pil (mmhg) Rata-rata sistol sebelum memakai kontrasepsi 118 123 117 122 Rata-Rata sistol setelah memakai kontrasepsi 114 121 116 125 Rata-rata diastolsebelummemakaiko ntrasepsi 74 73 75 73 Rata-rata diastol setelah memakai kontrasepsi 74 71 68 73 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa rata-rata tekanan darah sistol dan diastol responden pengguna kontrasepsi hormonal tertinggi adalah rata-rata sistol setelah memakai kontrasepsi hormonal jenis pil sebesar 125 mmhg, sedangkan untuk rata-rata terendah adalah rata-rata diastol setelah memakai kontrasepsi hormonal jenis suntik kombinasi. 5

C. Analisi Bivariat Tabel 4 Analisis Perbedaan Peningkatan Tekanan Darah Sistol Dan Diastol Sebelum Dan Sesudah Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo Variabel Penelitian Pre Post P_Value Tekanan darah sistol sebelum-sesudah menggunakan suntik DMPA Tekanan darah diastol sebelum-sesudah menggunakan suntik DMPA Tekanan darah sistol sebelum-sesudah menggunakan implant Tekanan darah diastol sebelum-sesudah menggunakan implant Tekanan darah sistol sebelum-sesudah menggunakan suntik kombinasi Tekanan darah diastol sebelum-sesudah menggunakan suntik kombinasi Tekanan darah sistol sebelum-sesudah menggunakan pil Tekanan darah diastol sebelum-sesudah menggunakan pil 118 115 0,371 74 74 1,000 122 121 0,923 73 71 0,504 117 116 0,779 75 68 0,012 121 137 0,000 73 73 0,791 Berdasarkan uji Paired t-test pada empat jenis kontrasepsi hormonal hanya terdapat dua jenis kontrasepsi hormonal yang memiliki perbedaan peningkatan tekanan darah yaitu pada jenis pil dan kombinasi. Peningkatan tekanan darah diastol sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi suntik kombinasi diketahui bahwa nilai (p=0,012) yang berarti ada perbedaan peningakatan tekanan darah pada diastol sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi hormonal pada jenis suntik kombinasi, sedangkan tekanan darah sistol sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi hormonal jenis pil (p=0,000) yang berarti juga ada perbedaan. 6

Tabel 5 Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sistol dan Diastol Antar Alat Kontrasepsi Hormonal Di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo Variabel jenis KB Pada Tekanan Darah Sistol n Mean P_Value Suntik DMPA 15 49.17 Suntik Kombinasi 11 57.00 0,111 Implant 12 39.36 Pil 76 61.85 Jumlah 144 Variabel jenis KB Pada Tekanan Darah Diastol Suntik DMPA 15 55.20 Suntik Kombinasi 11 59.92 0,041 Implant 12 82.36 Pil 76 53.97 Jumlah 144 Berdasarkan uji kruskal wallis diketahui nilai (p=0,111) yang berarti bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah sistol antar alat kontrasepsi hormonal, sedangkan analisis tekanan darah diastol diketahui bahwa nilai (p=0,041) yang berarti bahwa ada perbedaan tekanan darah diastol antar alat kontrasepsi hormonal. Tabel 6 Analisis Post Hoc Pada Tekanan Darah Diastol Antar Alat Kontrasepsi Hormonal Di Puskesmas Grogol Kabupaten Sukoharjo Variabel Jenis KB P Suntik Kombinasi 0,006 Pil Berdasarkan uji lanjut post hoc diketahui bahwa yang mempunyai perbedaan peningkatan tekanan darah diastol yang signifikan adalah pada kontrasepsi jenis suntik kombinasi dan pil dengan nilai (p=0,006). 7

PEMBAHASAN A. Analisis distribusi Rata-rata Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Dari keempat jenis kontrasepsi hormonal dan berdasarkan analisis statistik yang menunjukkan adanya peningkatan tekanan darah paling tinggi adalah tekanan darah sistol setelah memakai kontrasepsi hormonal jenis pil yaitu 125 mmhg. Hal ini sesuai dengan pendapat Baziad (2002), bahwa telah dijumpai pada 2-4 % wanita pengguna pil KB, terutama yang mengandung etilestradiol, mengalami peningkatan tekanan darah. Etilestradiol merupakan kandungan yang terdapat pada kontrasepsi hormonal yang dapat mempengaruhi perubahan tekanan darah. B. Analisis Perbedaan Peningkatan Tekanan Darah Sistol Dan Diastol Sebelum Dan Sesudah Menggunakan Kontrasepsi Hormonal Berdasarkan hasil uji menggunakan Paired-T tes disimpulkan bahwa ada perbedaan peningkatan tekanan darah diastol sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi hormonal jenis kombinasi, dan ada perbedaan peningkatan tekanan darah sistol sebelum dan sesudah menggunakan kontrasepsi jenis pil. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Runiari (2011) ada hubungan yang signifikan antara lama pemakaian kontrasepsi suntikan progestin (depoprovera) dengan tekanan darah pada akseptor KB (p=0,018) studi yang dilakukan Faristin di Semarang tahun 2005, menyatakan bahwa dari 100 responden yang menggunakan kontrasepsi suntikan depoprovera, terdapat 22 8

orang responden yang mengalami peningkatan tekanan darah dan 88 orang yang tekanan darahnya stabil. C. Analisis Perbedaan Tekanan Darah Sistol dan Diastol Antar Alat Kontrasepsi Hormonal Berdasarkan hasil uji menggunakan Kruskall Wallis disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah sistol antar alat kontrasepsi hormonal (p=0,111), sedangkan untuk nilai diastol antar alat kontrasepsi hormonal terdapat perbedaan tekanan darah diastol (p=0,041), dan kemudian dilakukan uji lanjut post hoc, dengan hasil hanya terdapat perbedaan tekanan darah signifikan pada alat kontrasepsi jenis kombinasi dan pil (p=0,006). Dalam teori yang dipaparkan Bustan (2007), bahwa kandungan estrogen yang ada pada kontrasepsi hormonal berpengaruh terhadap pembuluh darah sehingga terjadi hipertropi arteriole dan vasokonstriksi. Estrogen juga mempengaruhi sistem renin-aldosteron-angiostenin sehingga terjadi perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit, sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Hartanto (2008) bahwa estrogen merupakan salah satu hormon yang dapat meningkatkan retensi elektrolit ginjal, sehingga terjadi peningkatan reabsorbsi natrium dan air yang menyebabkan hipervolemi sehingga curah jantung menjadi meningkat dan mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Kontrasepsi hormonal memang terbukti efektif untuk mencegah kehamilan namun jenis kontrasepsi tersebut juga memiliki kekurangan yang mencakup efek samping yang merugikan, pada kontrasepsi suntik perlu diperhatikan 9

penggunaannya untuk wanita yang berusia lebih dari 35 tahun mengingat resiko yang bisa ditimbulkan diantaranya adalah gangguan perubahan tekanan darah, stroke, serangan jantung, gangguan pola haid diantaranya adalah amenorea, monargia dan muncul bercak (spotting) sedangkan jenis kontrasepsi pil dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah atau hipertensi pada kurang lebih 4-5% perempuan yang tekanan darahnya normal sebelum memakai kontrasepsi tersebut dan meningkatkan tekanan darah kurang lebih sebesar 9-16%, jenis kontrasepsi implant dapat menyebabkan perubahan-perubahan sistemik seperti fungsi hepar, metabolisme karbohidrat, pembekuan darah, tekanan darah dan lain-lain dan kontrasepis pil menjadi kontrasepsi hormonal yang paling bermakna terhadap perubahan tekanan darah, hormon yang terdapat di dalam pil kontrasepsi hormonal dapat mempengaruhi sistem renin dalam tubuh sehingga menyebabkan penimbunan garam dan air dalam tubuh (Hartanto, 2010). KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Distribusi umur responden akseptor kontrasepsi hormonal terbanyak terdapat pada umur 30-39 tahun dengan jumlah 54 orang (47,4%), untuk tingkat pendidikan kurang dari sepertiga responden merupakan tamatan SMP dan SMA sebanyak 38 orang (33,3%), sedangkan untuk jenis pekerjaan sebagian besar responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan wiraswasta sebanyak 36 orang (31,6%). 10

2. Tidak ada perbedaan peningkatan tekanan darah sistol (p=0,371) dan juga tekanan darah diastol (p=1,000) sebelum dan sesudah memakai kontrasepsi DMPA. 3. Tidak ada perbedaan peningkatan tekanan darah sistol (p=0,923) dan juga tekanan darah diastol (p=0,504) sebelum dan sesudah memakai kontrasepsi implant. 4. Tidak ada perbedaan peningkatan tekanan darah sistol (p=0,779) tetapi ada peningkatan tekanan darah diastol (p=0,012) sebelum dan sesudah memakai kontrasepsi kombinasi. 5. Ada perbedaan peningkatan tekanan darah sistol sebelum dan sesudah memakai kontrasepsi pil (p=0,000), namun tidak terdapat perbedaan peningkatan diastol sebelum dan sesudah memakai kontrasepsi hormonal pil (p=0,791). 6. Tidak ada perbedaan peningkatan tekanan darah antar alat kontrasepsi hormonal. B. Saran 1. Bagi masyarakat/keluarga Khususnya pasangan suami istri yang akan mengikuti program Keluarga Berencana dan merencanakan menggunakan kontrasepsi hormonal dapat meminta petunjuk kepada tenaga medis atau kader kesehatan mengenai cara penggunaan serta komplikasinya terhadap berbagai permasalahan kesehatan wanita terutama kaitannya dengan 11

kejadian peningkatan tekanan darah, disarankan untuk akseptor yang mempunyai riwayat hipertensi atau mempunyai faktor resiko hipertensi untuk menghindari pemakaian kontrasepsi jenis pil dan suntik kombinasi. 2. Bagi instansi terkait (Rumah sakit/dinas kesehatan) Penelitian ini dapat memberikan informasi dan masukan mengenai perbedaan peningkatan tekanan darah pada akseptor kontrasepsi hormonal, sehingga dapat menjadi tambahan bahan masukan dalam pengambilan kebijakan dan tindakan seperti mendukung gerakan program Keluarga Berencana, membangun kerjasama lintas sektor, penyuluhan alat kontrasepsi, dan screening awal pada akseptor baru oleh tenaga medis guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. 3. Bagi peneliti lain Peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kontrasepsi hormonal, misalnya perbedaan kadar lemak, perbedaan kadar glukosa dan lain-lain 12

DAFTAR PUSTAKA Baziad, A. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Bustan, M. N. 2007. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Rineka Cipta Dinkes Sukoharjo. 2012. Data Akseptor KB Aktif Kabupaten Sukoharjo. Sukoharjo: DKK Sukoharjo. Profil Kesehatan Jawa Tengah. 2012. Buku Profil Kesehatan Jawa Tengah 2012. Semarang: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Runiari N. (2011). Hubungan Antara Lama Pemakian Kontrasepsi Suntikan Progestin Dengan Tekanan Darah Pada Akseptor KB Di Puskesnas II Denpasar Selatan Hartanto. 2008. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan 13