1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak, bahkan terbanyak ke-5 di dunia, tetapi nampaknya jarang penduduk indonesia yang dapat menyamai prestasi yang sama seperti yang dimiliki penduduk di negara lain. Inilah lemahnya bangsa indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang banyak tetapi masih kurang berkualitas di sumber daya manusianya. Padahal sumber daya yang berkualitas akan memberikan pengaruh yang sangat baik apabila dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya, manfaat yang baik akan berguna bagi diri kita, masyarakat dan negara. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) juga merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan produktivitas kinerja suatu organisasi atau instansi. Oleh karena itu diperlukan sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi tinggi, karena keahlian atau kompetensi akan dapat mendukung peningkatan prestasi dan kinerja. Pengembangan SDM yang terencana dan berkelanjutan merupakan kebutuhan yang mutlak terutama untuk masa depan organisasi. Manajemen sumber daya manusia di sektor publik berusaha mengungkap manusia sebagai sumber daya seutuhnya dalam konsepsi pembangunan bangsa. Tantangan utamanya adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia yang ada dalam 1
2 organisasi yang efektif dan mengahapuskan praktek yang tidak efektif. Dalam kondisi lingkungan tersebut, manajemen dituntut untuk mengembangkan cara baru untuk mempertahankan pegawai pada produktifitas tinggi serta mengembangkan potensinya agar memberikan kontribusi maksimal pada organisasi. Di tengah tengah era globaliasai seperti sekarang dunia birokrasi harus mampu mereformasikan dirinya secara menyeluruh. Bukan hanya menyangkut bidang manajemen organisasi dan keuangan melainkan juga peningkatan mutu dan profesionalisme sumber daya manusianya. Profesionalisme atau bersikap profesional adalah masalah yang kerap dipertanyakan di lingkungan kerja birokrasi. Karena masalah ini sangat terkait dengan kinerja serta produktivitas pegawai. Profesionalisme sebetulnya bukan saja tuntutan dunia global yang membutuhkan keahlian, tetapi juga produktivitas. Semakin produktif dan proaktif SDM, semakin efektif pula birokrasi. Dan semakin efektif birokrasi pemerintahan semakin baik pula negara. Tapi tentu negara dengan aparatur yang bersih dan berwibawa. Pegawai negeri sipil (PNS) sebagai salah satu unsur sumber daya manusia (SDM) mempunyai peranan sangat strategis dan menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan. Sosok pegawai negeri sipil (PNS) yang mampu memainkan peranan itu adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai kompetensi, yang diindikasikan dari sikap dan perilaku PNS yang penuh setia dan taat kepada negara, bermoral dan bermental baik serta taaat terhadap tangungg jawab sebagai pelayan publik.
3 Selama ini pada umumnya di instansi pemerintahan belum mempunyai pegawai dengan kompetensi yang memadai. Ini dibuktikan dengan masih rendahnya produktivitas pegawai dan sulitnya mengukur kinerja pegawai di instansi pemerintahan. Birokrasi yang selama ini diisi lebih banyak oleh kalangan PNS sebagai SDM utama, setidaknya membutuhkan penyegaran kembali, terutama yang menyangkut mental atau mindset, pegawai negeri sipil (PNS) harus mendasarkan orientasi pekerjaannya bukan saja sebagai abdi negara tapi juga abdi masyarakat (pelayan publik). Dalam hal ini PNS yang digaji negara semestinya menyadari bahwa tugas dan tanggung jawabnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat itu harus mengedepankan sikap altruistik atau kepentingan kelompok banyak. Sikap individualistik dalam bekerja justru sangat kontra dengan amanah yang diembannya. PNS, meskipun bukan malaikat, harus mampu membangun citra diri dan korpsnya dengan tetap menjaga etos kerja dan disiplin, bahkan kewibawaan baik di lingkungan kerjanya maupun di tengah masyarakat. Karena itu pelayanan kepada masyarakat dan kecintaannya terhadap pekerjaan serta profesinya harus menjadi perhatian utama sebagai wujud aparatur negara. Dunia birokrasi sedapat mungkin menjadi dunia corporate, yang menuntut adanya SDM tangguh dan profesional. Masalah ini penting mengingat di masa mendatang persaingan global tidak lagi memberikan tempat kepada SDM yang bekerja asal asalan melainkan SDM yang kompetitif, unggul, dan profesional.
4 Kinerja Pegawai Negeri Sipil (PNS) acap kali mendapat sorotan dari berbagai kalangan, bahkan media massa seringkali memberitakan tentang buruknya kinerja pegawai negeri sipil (PNS), pasalnya para PNS dinilai kurang produktif, tidak disiplin, menghamburkan uang negara, dan berdisiplin serta beretos kerja rendah. Stigma buruk itu umumnya ditujukan kepada hampir semua instansi pemerintahan. Pegawai yang mangkir saat jam kantor atau usai hari libur nasional, ada juga yang terlihat berkeliaran ketika jam kerja di pusat - pusat perbelanjaan, bolos di hari kerja, dan yang paling mengecawakan adalah ketika masyarakat membutuhkan pelayanan, namun para pegawai negeri sipil (PNS) tersebut sedang tidak ada di tempat, bahkan kantor terlihat kosong. Hingga kini hal tersebut memang masih menjadi persoalan, ini mengindikasikan bahwa sikap dan budaya kerja di kalangan PNS belum tumbuh dan menjadi kesadaran kolektif. Membenahi kinerja pegawai, khususnya PNS, di negara kita tak ubahnya seperti balon terpilin, dipencet di sini lalu muncul di sana. Ini tentu bukan saja perkara menyangkut mental, tetapi juga etos serta budaya kerja. Fenomena ini jelas memprihatinkan. Terkait hal ini, pemeritah provinsi DKI Jakarta terus berupaya dan berkomitmen untuk mengatasi permasalahan tersebut, belum lama ini komitmen itu diwujudkan dengan membuat sebuah kebijakan dalam bentuk pemberian uang tunjangan berbasis kinerja atau Tunjangan kinerja daerah (TKD), pemberian TKD ini telah direncanakan sejak tahun 2009, dan telah mulai diberikan sejak tanggal 20 februari 2010 lalu, namun TKD ini
5 hanya akan diberikan kepada pegawai yang memiliki kinerja dan kedisiplinan tinggi. Tunjangan kinerja daerah (TKD) ini diberikan sebagai salah satu solusi dan sebagai pemacu peningkatan kinerja, sekaligus untuk menjamin keadilan dalam pemberian tunjangan. Sebab selain diperhatikan kedisiplinannya melalui kehadiran atau absensi, juga dilihat kinerjanya, jadi tunjangan yang diterima pegawai yang kinerjanya buruk berbeda dengan yang berprestasi. Tunjangan kinerja daerah (TKD) yang diberikan kepada pegawai akan berdasarkan peringkat jabatan pada masing-masing satuan perangkat daerah (SKPD)/unit kerja perangkat daerah (UKPD). Penilaian dasar pemberian tunjangan kinerja daerah (TKD) ini, selain memperhatikan disiplin kehadiran, juga kinerja maupun perilaku pegawai. Saat ini anggaran yang disiapkan untuk pemberian TKD adalah Rp 3,5 triliun dari APBD 2010. Pemberian Tunjangan Kinerja Daerah ini merupakan pelaksanaan dari peraturan gubernur (Pergub) no 215 tahun 2009. Lalu pertanyaan yang muncul adalah, apakah dengan anggaran yang begitu besar, akan dapat diimbangi dengan peningkatan kinerja yang maksimal pula? Akan sangat diharapkan, peningkatan kesejahteraan pegawai ini dapat dibarengi dengan perbaikan kinerja pegawai yang mencapai 78.500 PNS/CPNS DKI. Sebab tujuan dari pemberian tunjangan kinerja daerah (TKD) ini salah satunya adalah untuk peningkatan kualitas kinerja pelayanan publik dan tertib administrasi. Bertolak oleh kompleksitas permasalahan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul : PENGARUH PEMBERIAN TUNJANGAN
6 KINERJA DAERAH (TKD) TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI DI KECAMATAN TEBET, JAKARTA SELATAN. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka penulis merumuskan masalah, yaitu : Bagaimana pengaruh pemberian tunjangan kinerja daearah (TKD) terhadap peningkatan kinerja pegawai? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, maka tujuan yang akan dicapai penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemberian Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) terhadap peningkatan kinerja pegawai di kecamatan Tebet, Jakarta Selatan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis Penelitian ini dapat memberikan wawasan, pengetahuan tentang masalahmasalah yang terjadi dalam tubuh PNS, terutama di bidang sumber daya manusia.
7 2. Bagi Kecamatan Dari penelitian tersebut dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut di dalam pengambilan keputusan untuk meningkatkan kinerja PNS di masa yang akan datang. 3. Bagi pihak lain Semoga penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi yang akan menambah pengetahuan dan dapat menjadi dasar untuk melakukan penelitian yang lebih baik