BAB I PENDAHULUAN. Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi setiap saat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Effendi 2009). Di awal tahun 2000 banyak terjadi bencana di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. letusan dan leleran ( Eko Teguh Paripurno, 2008 ). Erupsi lelehan menghasilkan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DI PUSKESMAS DESA DAYEUH KOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB 1 : PENDAHULUAN. Akan tetapi udara yang benar-benar bersih saat ini sudah sulit diperoleh, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

Gunung api yang meletus akan mengeluarkan berbagai jenis debu serta gas dari dalam perut. Debu Vulkanik Dan Gangguan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nigeria masing-masing 6 juta episode (Kemenkes RI, 2011). (15%-30%). Berdasarkan hasil penelitian Khin, dkk tahun 2003 di Myanmar

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

I. PENDAHULUAN. dan berada di jalur cincin api (ring of fire). Indonesia berada di kawasan dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang sosial, kematian, luka-luka, sakit, hilangnya tempat tinggal, dan kekacauan

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi suatu negara atau bahkan roda perekonomian dunia. Sektor industri telah

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa teori yang menjelaskan mengenai riwayat perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia dengan 400 gunung berapi, terdapat sekitar 192 buah

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai padanan istilah bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang secara geografis, geologis,

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

Beda antara lava dan lahar

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kematian dan kesakitan karena ISPA. Penyakit infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. (Infeksi Saluran Pernafasan Akut). Saat ini, ISPA merupakan masalah. rongga telinga tengah dan pleura. Anak-anak merupakan kelompok

BAB I PENDAHULUAN. berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan. Puskesmas sebagai penyedia

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN UPAYA PENCEGAHAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS NGORESAN SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan negara kepulauan terletak pada pertemuan empat lempeng tektonik dan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan parameter..., Duniantri Wenang Sari, FKM 2 UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

BAB I PENDAHULUAN. dari 30 gunung api aktif terdapat di Indonesia dengan lereng-lerengnya dipadati

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

Jenis Bahaya Geologi

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Secara historis, Indonesia merupakan Negara dengan tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Letusan Gunung Merapi pada tanggal 26 Oktober sampai 5 Nopember

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. menjadi dua yaitu bahaya primer dan bahaya sekunder. Bahaya primer

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan gizi, sehingga membutuhkan perhatian dan

SKRINING DAN PENGOBATAN GRATIS PENYAKIT HIPERTENSI DI DESA PANDANSARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang cepat dan sangat penting atau sering disebut masa kritis anak

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

XI. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. erupsi Merapi terhadap sektor pertanian dan lingkungan TNGM di Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. epidemik campak di Nigeria, dan banjir di Pakistan (ISDR, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1. Sepuluh Besar Penyakit Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Tahun 2010 di Idonesia (Kemenes RI, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang besar. Bencana yang datang dapat disebabkan oleh faktor alam

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Annissa Rizkianti, FKM UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat dijelaskan di dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan infeksi saluran pernafasan

PERANCANGAN DETEKTOR ASAP SEDERHANA UNTUK MENJAGA KESEHATAN SISTEM PERNAPASAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana alam merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi setiap saat, kapan saja dan dimana saja. Beberapa bencana yang telah terjadi di dunia pada tahun 2005 antara lain gempa bumi di Pakistan, badai Stan di Guatemala, badai Katrina di Amerika Serikat, gempa bumi dan banjir di India, gempa bumi di Indonesia, banjir di Cina, gempa bumi di Iran, dan banjir di Pakistan (ISDR, 2009). Kondisi alam yang variatif menyebabkan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai potensi yang bervariasi pula, baik potensi sumberdaya maupun potensi bencana. Secara fisiografis, bencana alam yang mengancam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu bencana berasal dari Gunungapi Merapi, bencana longsor lahan dan erosi, dan bencana banjir. Keberadaan Gunung Merapi membawa berbagi dampak. Selain sebagai sumber penghasil sirtu (pasir dan batu) dan penyubur tanah, keberadaan Gunung Merapi merupakan salah satu aset wisata yang dapat mengahasilkan devisa bagi daerah. Disisi lain, keberadaan gunung merapi membawa dampak negatif berupa bencana alam (Pemerintah DIY, 2010). Pada tanggal 26 Oktober 2010 Gunung Merapi mengalami uninterupted eruption atau erupsi tak terputus. Erupsi yang bersifat eksplosif 26 Oktober 1

mengalami jeda, tetapi mulai 3 November 2010 erupsi terjadi terus-menerus sampai 6 November 2010 (Pemerintah DIY, 2010). Sebagai seorang muslim, ada hal yang harus selalu diingat bahwa kehidupan adalah ujian sehingga manusia tidak akan merasa putus asa ketika kehilangan sesuatu yang sangat dicintai, seperti yang disebutkan didalam Al- Quran Surat Al Hadiid ayat 20, yang artinya: Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti), ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. Surat Al Hadiid: 20). Lima dampak kesehatan utama yang diakibatkan oleh erupsi Gunung Merapi 2010, antara lain: (1) Luka bakar dengan berbagai derajat keparahannya, (2) Cedera dan penyakit langsung akibat batu, kerikil, larva dan lain-lain, (3) Dampak dari abu Gunung Merapi yaitu berbagai jenis gas seperti Sulfur Dioksida, gas Hidrogen Sulfida, Nitrogen Dioksida, serta debu dalam bentuk partikel debu (Total Suspended Particulate atau Particulate Matter), (4) Perburukan penyakit yang sudah lama diderita pengungsi, (5) Kecelakaan lalu lintas akibat jalan berdebu licin, jatuh karena panik, serta makanan yang terkontaminasi (DepKes RI, 2010). Berdasarkan hasil pemeriksaan kualitas udara di sekitar Merapi di Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL) Daerah Istimewa Yogyakarta 2

tanggal 10 November 2010, ditemukan kadar debu vulkanik masih dibawah ambang baku baik setelah maupun sebelum letusan Gunung Merapi. Parameter gas Hidrogen Sulfida (H2S), Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon Monoksida (CO), Amoniak (NH3), Sulfur Dioksida (SO2), dan silica pada debu di udara masih berada dibawah normal. Begitu juga untuk kadar partikel halus (Particulate Matter) sebesar 10 masih dibawah normal, dimana sebelum letusan sebesar 11. Sedangkan partikel debu TSP nilainya diatas baku mutu yaitu 230 dibandingkan sebelum letusan hanya 56,61 (DepKes DIY, 2010). Sampai dengan tanggal 3 November 2010 jumlah pengungsi mencapai 73.421 orang. Tersebar di 93 titik pengungsian, antara lain di Kab. Sleman 21.782 orang, diantaranya terdiri dari 10 bayi, 821 balita, 62 ibu hamil, 205 ibu menyusui dan 1.139 lansia dan 39.000 orang lainnya di Kab.Magelang. Berikut adalah10 besar penyakit yang terjadi di pengungsian akumulatif sampai dengan tanggal 26 November 2010 : ISPA (8210), Cepalgia (3340), Common cold (3230), Myalgia (2626), Hipertensi primer (2517), Faringitis akut (1672), Dispepsia (1383), Dermatitis kontak alergi (1376), Batuk (1304), Iritasi mata (1301). Total kunjungan pasien sebanyak 39.2169 orang. Penyakit potensial yang bisa menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah ISPA dan Diare (DepKes DIY, 2010). Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada Balita. ISPA mengakibatkan sekitar 20% - 30% kematian anak Balita (Depkes RI, 2000). ISPA juga merupakan salah satu 3

penyebab utama kunjungan pasien pada sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15% - 30% kunjungan berobat di bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit disebabkan oleh ISPA (Dirjen P2ML, 2000). Host, lingkungan dan sosiokultural merupakan beberapa variabel yang dapat mempengaruhi insiden dan keparahan penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Sharma et al., 1998). Hingga saat ini angka mortalitas ISPA yang berat masih sangat tinggi. Kematian seringkali disebabkan karena penderita datang untuk berobat sudah dalam keadaan berat dan sering disertai penyulit-penyulit dan kurang gizi. Data morbiditas penyakit pneumonia di Indonesia per tahun berkisar antara 10-20 % dari populasi balita. Hal ini didukung oleh data penelitian dilapangan (Kecamatan Kediri, NTB adalah 17,8 % ; Kabupaten Indramayu adalah 9,8 %). Bila kita mengambil angka morbiditas 10 % pertahun, ini berarti setiap tahun jumlah penderita pneumonia di Indonesia berkisar 2,3 juta.penderita yang dilaporkan baik dari rumah sakit maupun dari Puskesmas pada tahun 1991 hanya berjumlah 98.271. Diperkirakan bahwa separuh dari penderita pneumonia didapat pada kelompok umur 0-6 bulan (DepKes RI, 1992). Berdasarkan berbagai macam data dan fakta yang telah di cantumkan di atas, peneliti berkeinginan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan angka kejadian penyakit ISPA di dua daerah yang berbeda jarak dari pusat erupsi Gunung Merapi 2010, yaitu Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dan Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. 4

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan sebuah masalah penelitian, yaitu: Apakah terdapat perbedaan angka kejadian penyakit ISPA di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dan Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta sebelum dan sesudah erupsi Gunung Merapi 2010? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan angka kejadian penyakit ISPA di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dan Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta sebelum dan sesudah erupsi Gunung Merapi 2010. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan 2. Manfaat Praktis a. Untuk memberikan informasi mengenai angka kejadian penyakit ISPA di Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman dan Kecamatan Kasihan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta sebelum dan sesudah erupsi Gunung Merapi 2010. b. Memberikan masukan dan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang terkena erupsi Gunung Merapi 5

E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang ISPA yang pernah dilakukan adalah : 1. Judul penelitian Kejadian ISPA Balita Pada Barak Pengungsian Bencana Alam Gunung Merapi 1994 di wilayah Kerja Puskemas Pakem oleh Novi Kusuma, 1995. Jenis penelitian adalah dengan pendekatan deskriptif analitik. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa di barak pengungsian 78, 88% balita menderita ISPA, dan di luar barak pengungsian 5, 21% balita menderita ISPA. 2. Judul penelitian Hubungan Antara ISPA dan Perkembangan Asupan Makan Dengan Status Gizi Anak Usia 2-14 Tahun di Rumah Sakit DR. Soeradji Tirtonegoro Klaten oleh Sari Rahayu, 2005. Jenis penelitian adalah dengan pendekatan deskriptif longitudinal. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan rata-rata konsumsi energi dan protein pasien yang mengalami perawatan sangat kurang, perbedaan yang nyata adalah antara asupan energi dan protein anak yang mengalami sesak nafas nafas dengan yang tanpa sesak nafas. 6