24 BAB II KONDISI UMUM MASYARAKAT DESA JERUKLEGI A. Keadaan Desa Jeruklegi Desa jeruklegi merupakan salah satu wilayah di Kecamatan Desa tersebut berbatasan dengan: - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sumingkir Kecamatan - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tritih Lor Kecamatan - Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jeruklegi Kulon Kecamatan - Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Cilibang Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap. Dengan memperhatikan batasan-batasan desa di atas maka dapat disimpulkan bahwa wilayah Desa Jeruklegi sangat luas. Luas wilayah Desa Jeruklegi adalah 710, 673 hektar. Desa Jeruklegi merupakan daerah yang terluas di wilayah Kecamatan Jeruklegi yang jumlah desanya ada 13 Desa. Wilayah Desa Jeruklegi merupakan daerah yang berbukitbukit. (Data Monografi). Wilayah Desa Jeruklegi yang berbukit-bukit cocok untuk areal tegalan/kebonan/perkebunan, wilayah yang datar dijadikan lahan pertanian dan lahan yang teksturnya miring juga bisa dijadikan lahan 24
25 pertanian yang penting bisa dialiri air dari irigasi maupun lahan tadah hujan. Wilayah Desa Jeruklegi yang berbukit-bukit dan dekat dengan hutan menyebabkan akses menuju ke kota kecamatan bisa ditempuh selama 15 menit kalau memakai kendaraan roda dua. Apabila ingin ke kabupaten membutuhkan waktu 1 jam kalau memakai kendaraan roda dua. Hal ini membuat Desa Jeruklegi sulit dijangkau arus modernisasi, tetapi dengan berjalannya waktu, sekarang semua daerah di wilayah Desa Jeruklegi sudah dapat dijangkau dengan kendaraaan, baik roda dua maupun roda empat. Masyarakat Desa Jeruklegi 90% sebagai petani sehingga mereka sangat memerlukan lahan pertanian sebagai sumber perekonomian. Dalam mengolah lahan pertanian masyarakat Desa Jeruklegi masih tradisional sehingga hasil yang diperoleh kurang memuaskan. Dalam mengolah lahan pertanian, masyarakat masih menggunakan tenaga manusia. Hal ini memakan waktu dan biaya yang mahal dan lama. Apabila masyarakatnya sudah menggunakan traktor sebagai alat untuk membajak sawah akan memperoleh keuntungan dalam waktu dan biaya yang lebih sedikit. Walaupun penduduknya bermatapencaharian sebagai petani, tetapi dengan masuknya arus modernisasi ke pelosok Desa Jeruklegi menyebabkan pola pikir masyarakat berubah dalam penilaian terhadap pernikahan. Ada faktor yang lain, misalnya, pendidikan orang tua
26 banyak yang menyekolahkan anak-anak mereka ke pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan agar nantinya dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan dapat membantu perekonomian keluarga dan untuk mencegah terjadinya pernikahan usia dini. B. Kondisi Budaya Masyarakat Jawa Tahun 1960-1965 Kondisi budaya masyarakat Jawa pada tahun 1960-1965, sangat kental dengan kegiatan nyadran bagi masyarakat Jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menziarahi makam para leluhur. Ritus ini dipahami sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya para nenek moyang. Nyadran dalam tradisi Jawa biasanya dilakukan pada bulan tertentu, seperti menjelang bulan Ramadhan, yaitu Sya'ban atau Ruwah. Nyadran dengan ziarah kubur merupakan dua ekspresi kultural keagamaan yang memiliki kesamaan dalam ritus dan objeknya. Perbedaannya hanya terletak pada pelaksanaannya, di mana nyadran biasanya ditentukan waktunya oleh pihak yang memiliki otoritas di daerah. Tradisi nyadran merupakan simbol adanya hubungan dengan para leluhur, sesama, dan Yang Mahakuasa atas segalanya. Nyadran merupakan sebuah pola ritual yang mencampurkan budaya lokal dan nilai -nilai Islam, sehingga sangat tampak adanya lokalitas yang masih kental islami. Budaya masyarakat yang sudah melekat
27 erat menjadikan masyarakat Jawa sangat menjunjung tinggi nilai - nilai luhur dari kebudayaan itu. Dengan demikian tidak mengherankan kalau pelaksanaan nyadran masih kental dengan budaya Hindhu - Buddha dan animisme yang diakulturasikan dengan nilai - nilai Islam oleh Wali Songo. Secara sosio - kultural, implementasi dari ritus nyadran tidak hanya sebatas membersihkan makam -makam leluhur, selamatan (kenduri), membuat kue apem, kolak, dan ketan sebagai unsur sesaji sekaligus landasan ritual doa. Nyadran juga menjadi ajang silaturahmi keluarga dan sekaligus menjadi transformasi sosial, budaya, dan keagamaan. Prosesi ritual nyadran biasanya dimulai dengan membuat kue apem, ketan, dan kolak. Adonan tiga jenis makanan dimasukkan ke dalam takir, yaitu tempat makanan terbuat dari daun pisang, di kanan kiri ditusuki lidi (biting). Kue-kue tersebut selain dipakai munjung/ ater-ater (dibagi-bagikan) kepada sanak saudara yang lebih tua, juga menjadi ubarampe (pelengkap) kenduri. Tetangga dekat juga mendapatkan bagian dari kue - kue tadi. Hal itu dilakukan sebagai ungkapan solidaritas dan ungkapan kesalehan sosial kepada sesama. Selesai melakukan pembersihan makam, masyarakat kampung menggelar kenduri yang berlokasi di sepanjang jalan menuju makam atau lahan kosong yang ada di sekitar makam leluhur (keluarga). Kenduri dimulai setelah ada bunyi kentongan yang ditabuh dengan
28 kode dara muluk (berkepanjangan). Lalu seluruh keluarga dan anakanak kecil serta remaja hadir dalam acara kenduri itu. C. Kondisi Sosial Ekonomi Tahun 1960-1965 Kondisi sosial ekonomi pada tahun 1960-1965 masih sangat rendah hal ini memicu perekonomian masyarakat. Karena masyarakat Desa Jeruklegi mayoritas besar penduduknya adalah petani. Masyarakat menggantungkan hidupnya dengan bercocok tanam dan berkebun dengan menanam palawija, dan hasil bumi lainnya yang bisa untuk mencukupi kebutuhan masyarakat sehari-hari. Hubungan tingkat sosial ekonomi masyarakat dengan pernikahan dini di Jeruklegi sangat berkaitan. Karena sekarang budaya pernikahan dini sudah dihindari. Oleh karena itu pada tahun 1960-1965 banyak terjadi budaya pernikahan dini, di mana pelaku pernikahan dini pada saat itu berpenghasilan pas-pasan. Hal tersebut sangat berpengaruh kepada perekonomian masyarakat di Desa Jeruklegi. Dengan perekonomian yang pas-pasan, masyarakat Desa Jeruklegi menikahkan anak-anak mereka pada usia dini. Dengan tujuan agar beban keluarga berkurang. (Wawancara, Suwito tanggal 3 Mei 2012).