penerimaan siswa baru (PSB) di sekolah negeri tidak dibatasi oleh Dinas Pendidikan setempat, sehingga merugikan sekolah swasta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

STRATEGIBERSAING SEKOLAH KRISTEN LENTERA AMBARAWA

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Variabel Distribusi : 1. Apakah Anda mempertimbangkan jarak/lokasi sekolah dengan tempat tinggal Anda?

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu merupakan agenda setiap institusi pendidikan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hardjosoedarmo (2004):

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan, diberikan bimbingan dan dipertanggung jawabkan oleh sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya kewenangannya dipegang oleh pemerintahan pusat sekarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERSYARATAN DAN SELEKSI PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU JALUR REGULER ONLINE SMP DAN SMA NEGERI KOTA BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya, perubahan sikap, perilaku dan nilai-nilai pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga pendidikan (sekolah) adalah tempat transfer ilmu. dalamnya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan bertujuan mendidik siswanya

ANALISIS KEBIJAKAN PENAMBAHAN SEKOLAH MENENGAH NEGERI BARU DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN 2004

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Gambaran Umum Sekolah Kristen Lentera

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. PT Rineka Cipta, 2010), hlm Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Bola voli sendiri tidak terpaku hanya untuk bermain di lapangan outdoor saja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran kewirausahaan adalah salah satu mata pelajaran yang memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan dianggap sebagai sebagai suatu investasi yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan tamatan atau lulusan sebagai sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah sebagai salah satu sarana untuk mencetak generasi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini kemajuan perekonomian bangsa ditambah dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. yang disetujui bagi berbagai usia di sepanjang rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dasar sekaligus kekayaan suatu bangsa, sedangkan sumber-sumber modal dan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN PROGRAM AKSELERASI DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus di SMP Negeri 9 Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

@UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada masa era globalisasi saat ini, akuntansi sangat dibutuhkan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini persaingan bukan hanya hak monopoli bidang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan landasan pendidikan di Indonesia. Dari sekian. berkembangnya kualitas potensi peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. inovasi yang berdampak pada meningkatnya kinerja sekolah. seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Seperti sekolah, universitas, rumah sakit, yayasan, Seperti akuntan, operator komputer, penasihat hukum, arsitek.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia banyak perusahaan sulit mengikuti arus perubahan yang terjadi karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 7 Oktober 2015

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII SMP PANGUDI LUHUR TUNTANG

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, sehingga dapat memfungsikan diri sesuai dengan kebutuhan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA Jl. LMU. Adisucipto 2 Telp Fax S A L A T I G A

BAB I PENDAHULUAN. dunia pendidikan di Indonesia. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah

a. Memberi kesempatan seluas-luasnya bagi penduduk usia sekolah agar memperoleh layanan pendidikan yang sebaik-baiknya;

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang bermutu. Berbagai cara dilakukan oleh masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ADMNISTRATOR SEKOLAH

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan memiliki peran yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Seutuhnya (Integrated School Development) disingkat SID. dan sumber daya untuk meningkatkan mutu sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana

Lampiran-lampiran 57

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (KB), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. ketatnya persaingan antar kompetitor membuat perguruan tinggi terus

BAB V P E N U T U P. Berdasarkan analisis dan pembahasan yang dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Nasional, menyebutkan bahwa pendidikan (education) adalah usaha sadar dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur di bidang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengingat pendidikan memberikan sumbangan yang sangat besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini tantangan yang dihadapi lembaga-lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah sebagai satuan pendidikan dikatakan efektif apabila kepala sekolah

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Manajemen Marketing Mix Dalam Meningkatkan Minat Konsumen Di SMP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu atau kualitas pendidikan, hal ini dapat dilihat dari hasil

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Dalam Undang-undang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. alam, melainkan pada keunggulan sumberdaya manusianya. Perkembangan global

BAB I PENDAHULUAN. sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia pendidikan diperhadapkan dengan berbagai permasalahan, tantangan dan persaingan antar lembaga pendidikan. Tingkat persaingan yang terjadi terbilang sangat kompleks dan beragam. Persaingan tersebut meliputi bidang mutu, layanan, kehadiran lembaga pendidikan baru, keragaman pilihan yang ditawarkan lembaga pendidikan, pencitraan, penerimaan murid, dan sebagainya (Mulyasa 2011). Kondisi persaingan tersebut dapat menjadikan lembaga pendidikan yang mampu bertahan menjadi unggul, namun bagi lembaga yang tidak mampu bertahan akan mengalami penurunan dalam hal mutu pendidikan (Suti 2011). Selain itu, bagi lembaga pendidikan yang mampu bersaing akan mendapatkan jumlah murid yang sesuai dengan daya tampungnya, tetapi bagi lembaga pendidikan yang tidak mampu bersaing maka tidak dapat memenuhi daya tampung. Kondisi nyata persaingan yang dihadapi lembaga pendidikan dapat kita lihat di berbagai daerah. Di Kota Malang pada tahun 2008 sekolah-sekolah swasta di daerah tersebut mulai merugi bahkan beberapa sekolah akhirnya harus ditutup. Hal ini disebabkan karena 1

penerimaan siswa baru (PSB) di sekolah negeri tidak dibatasi oleh Dinas Pendidikan setempat, sehingga merugikan sekolah swasta (www.nasional.kompas.com). Di Palembang, hal yang sama juga terjadi dimana dari total 516 sekolah swasta di kota tersebut, sekitar 60 persennya terancam tutup karena sulitnya persaingan antar sekolah. Mayoritas sekolah swasta ini kekurangan murid karena maraknya lokal kelas yang dibuka sekolah negeri yakni ± 15 kelas (www.palembangnews.com). Di Bekasi, hal yang sama juga dikeluhkan oleh sejumlah Kepala Sekolah Swasta yang mengalami kekurangan siswa akibat meningkatnya jumlah siswa yang masuk ke sekolah negeri sejak tahun 2009 dan 2010. Hal ini menyebabkan 95 % sekolah swasta di Bekasi teramcam bangkrut (www.pikiran-rakyat.com). Beberapa sekolah di daerah lainnya yang juga pernah mengalami penurunan jumlah murid bahkan mutu pendidikan karena adanya persaingan yaitu SMP Kristen Satya Wacana Salatiga, SMA Theresiana Salatiga dan SMP Taman Dewasa Ambarawa. SMP Kristen Satya Wacana pada awalnya merupakan sekolah favorit di Salatiga dan mempunyai banyak prestasi, akan tetapi mengalami penurunan dalam beberapa tahun belakangan ini (Sumarni 2011). SMA Theresiana sebagai satu-satunya SMA Katolik di Salatiga juga mengalami penurunan dalam kurun 2

waktu 10 tahun terakhir (Panny, 2012). Sedangkan SMP Taman Dewasa sebagai salah satu sekolah tertua di Kecamatan Ambarawa juga mengalami penurunan yaitu sejak tahun 2000 hingga saat ini. Hal ini dikemukakan oleh Kepala SMP Taman Dewasa. Untuk mengatasi kondisi tersebut, setiap lembaga pendidikan dituntut untuk melakukan berbagai penataan sehingga mampu bersaing dan dapat terus meningkat menjadi lebih baik. Hal yang hendaknya dilakukan seperti memperbaiki kondisi fisik sekolah, memperkokoh sumber daya manusia (SDM), memperkuat bidang dana, mempromosikan dan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak seperti orang tua, pemerintah, dan antar lembaga pendidikan. Kerjasama yang dilakukan dapat meningkatkan kemampuan suatu lembaga demi mempertahankan keberadaannya ditengah-tengah situasi yang sulit (Wahyono 2009). Kondisi persaingan dan berbagai permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan juga dialami oleh Sekolah Kristen di Ambarawa yang dikelola oleh Yayasan PSAK Semarang, yang sekarang berubah menjadi Sekolah Kristen Lentera. Persaingan yang terjadi tentunya dalam hal penerimaan siswa. Meskipun demikian, kondisi persaingan tersebut tidak menjadi sebuah permasalahan bagi Sekolah Kristen di 3

Ambarawa karena hal tersebut mampu diatasi oleh pihak sekolah. Sekolah Kristen di Ambarawa merupakan sekolah yang berdiri tahun 1961. Dalam keberadaannya, Sekolah Kristen di Ambarawa menerapkan School Based Management dimana pengelolaan sekolah diserahkan sepenuhnya kepada Kepala Sekolah. Kepala Sekolah dan SDM di sekolah diberdayakan dan diberikan kepercayaan penuh dalam memimpin sekolah dan melakukan berbagai strategi untuk kemajuan sekolah. Pihak Yayasan PSAK akan terlibat dalam hal subsidi ketika adanya kekurangan dana dan juga ketika adanya permasalahan yang serius seperti keputusan untuk melakukan pergantian atau alih kelola sekolah. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan pihak YPSAK disebutkan bahwa penyebab utama terjadinya pergantian sekolah yaitu karena adanya permasalahan yang terjadi antara YPSAK dan pihak gereja (GKI) tentang status tanah yang selama ini dihibahkan untuk sekolah. Permasalahan tersebut berdampak pada perjalanan Sekolah Kristen di Ambarawa yang kurang mendapatkan dukungan sepenuhnya dari pihak gereja dan warga jemaat. Agar permasalahan tersebut tidak berkepanjangan, pada akhirnya YPSAK dan gereja (GKI) memutuskan untuk menyerahkan sekolah tersebut untuk dikelola oleh GKI, 4

hingga berdirilah Sekolah Kristen Lentera dibawah pengelolaan Yayasan Lentera Edukasi pada 1 Juli 2007. Sebagai sekolah yang berdiri dengan identitasnya yang baru, keberadaan Sekolah Kristen Lentera terus mengalami perkembangan khususnya pada tingkat pendidikan SMP. Hal ini ditunjukan melalui beberapa prestasi yang diraih seperti kelulusan 100 % pada UN tahun 2010-2012, juara II Mapel Fisika dalam Olimpiade Sains tingkat Kabupaten Semarang, dan juara untuk beberapa kategori dalam Festival Seni dan Kreativitas Kabupaten Semarang (lihat lampiran 3). Prestasi yang dicapai SMP Kristen Lentera hingga saat ini jauh lebih baik dari sekolah sebelumnya. Pada masa SMP Kristen Ambarawa, prestasi yang diraih pada umumnya untuk bidang non akademik seperti voli dan atletik sedangkan untuk bidang akademik tidak terlalu nampak. Prestasi tersebut juga tidak mencapai pada tingkat Kabupaten dan Provinsi seperti yang berhasil diraih oleh SMP Kristen Lentera pada masa sekarang. Selain itu, SMP Kristen Lentera juga menjadi salah satu sekolah yang banyak diminati oleh masyarakat, tidak hanya yang berasal dari Kecamatan Ambarawa saja, melainkan juga dari beberapa kecamatan disekitarnya seperti Bawen, Banyubiru, Bandungan dan Tuntang. Banyaknya peminat pada SMP Kristen Lentera dapat dilihat dalam data penerimaan siswa pada tabel 1. Berkaitan dengan hal 5

tersebut, Trimantara (2007) mengemukakan bahwa lembaga pendidikan yang maju dan mampu memberikan layanan yang maksimal sesuai kebutuhan masyarakat akan menjadi lembaga pendidikan yang banyak diminati oleh masyarakat. Beberapa aspek yang menentukan sehingga suatu sekolah banyak diminati yaitu kemampuan guru dalam mentransfer ilmu, lingkungan pergaulan siswa, fasilitas, dan citra sekolah. Tabel 1.1 Penerimaan Siswa Tahun SMP Kristen Ambarawa Tahun SMP Kristen Lentera Daftar Terima Daftar Terima 2002 50 37 2007 25 25 2003 53 46 2008 69 43 2004 59 53 2009 50 29 2005 47 41 2010 45 42 2006 55 28 2011 51 43 2012 59 49 Sumber: SMP Kristen Lentera Data penerimaan siswa tersebut menunjukkan bahwa jumlah penerimaan siswa pada SMP Kristen Lentera mengalami peningkatan setiap tahunnya meskipun sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 dikarenakan keterbatasan ruang kelas pada saat itu. Menurut Kepala SMP Kristen Lentera, banyaknya peminat pada SMP Kristen Lentera merupakan sesuatu yang tidak dirancang sejak awal karena pihak sekolah selama ini membuka kesempatan bagi semua 6

masyarakat untuk mendaftar meskipun penerimaan dibatasi hanya untuk dua kelas. Sedangkan untuk penerimaan siswa pada SMP Kristen Ambarawa terjadi peningkatan pada tahun 2002-2004 dan terjadi penurunan pada dua tahun terakhir. Penurunan tersebut berkaitan juga dengan permasalahan yang dihadapi Sekolah Kristen Ambarawa yang berujung pada alih kelola sekolah. Perkembangan yang terjadi pada SMP Kristen Lentera menunjukkan bahwa sekolah mampu menghadapi persaingan sehingga dapat sukses sebagai pendatang baru dalam dunia pendidikan. Hal tersebut bahkan diakui oleh beberapa sekolah lainnya di Ambarawa seperti yang dikemukakan oleh Kepala SMP Taman Dewasa saat wawancara tanggal 30 Januari 2013. Berikut pernyataan beliau : Sekolah Lentera dapat menjadi seperti sekarang ini karena adanya gebrakan-gebrakan yang dilakukan seperti pergantian nama dan juga tenaga pendidik. Walaupun baru, sekolah Lentera mengalami peningkatan karena mampu menunjukkan jati diri dan nilai plusnya. Pengakuan yang sama juga diungkapkan oleh Wakasek Kesiswaan SMP Pangudi Luhur yang mengatakan bahwa SMP Kristen Lentera terus mengalami perkembangan dan kemajuan sebagai sekolah baru. Keberhasilan tersebut sejauh ini dapat diraih SMP Kristen Lentera karena tidak terlepas dari usaha dan kerja keras pihak sekolah yakni pengurus 7

yayasan, guru dan staff yang terus mengupayakan berbagai cara untuk memperkenalkan SMP Kristen Lentera kepada masyarakat. Menurut Kepala SMP Kristen Lentera, salah satu cara yang dilakukan yaitu mengikutsertakan siswa dalam berbagai kegiatan yang mewakili sekolah. Cara yang dilakukan tersebut selain untuk memperkenalkan sekolah, juga dapat menjadi strategi bersaing sekolah untuk menghadapi sekolahsekolah lainnya. Strategi bersaing merupakan upaya mencari posisi bersaing yang menguntungkan dalam suatu lembaga. Strategi bersaing bertujuan membina posisi yang menguntungkan dan kuat dalam melawan kekuatan yang menentukan persaingan dalam lembaga (Porter 1992). Strategi bersaing telah banyak dijalankan pada perusahaan, perbankan, industri atau di dunia bisnis seperti penelitian yang dilakukan oleh Anisah (2007) tentang strategi bersaing koperasi Artha Prima Ambarawa dalam menghadapi persaingan, Zahara (2011) tentang strategi bersaing PT Barokah Gemilang Perkasa pada pengangkutan minyak PT Pertamina di Balikpapan berdasarkan pendekatan Dynamic Capability, dan juga Wahyudi tentang strategi bersaing bisnis Franchice dengan pendekatan strategi pemasaran. Dunia pendidikan pun telah menjalankan strategi bersaing, akan tetapi penelitian sebelumnya yang 8

membahas tentang hal tersebut masih terbatas. Sejauh ini, ditemukan beberapa penelitian sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Sulung (2010) tentang strategi bersaing Sekolah Teknologi Informasi Komunikasi. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menentukan strategi bisnis pada sekolah tersebut untuk dapat bersaing dengan sekolah-sekolah negeri dan swasta lainnya. Hasil dari penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam menghadapi persaingan sekolah tersebut harus menerapkan strategi fokus, baik terhadap biaya maupun diferensiasi. Selain itu penelitian juga dilakukan Narjono (2011) tentang pengaruh kekuatan persaingan industri Pendidikan Tinggi terhadap strategi bersaing program S1 Manajemen pada PTS yang menunjukkan hasil hasil adanya pengaruh terhadap strategi bersaing yang telah dilakukan. Penelitian lainnya yaitu oleh Shofwan tentang analisis strategi bersaing dalam manajemen peningkatan mutu di SMK Negeri 4 Kota Malang. Hasilnya menunjukkan bahwa untuk mendapatkan keunggulan bersaing maka terdapat beberapa aspek yang dilakukan pada tahapan input, proses dan output. Dalam sumber lainnya disebutkan juga bahwa untuk meningkatkan daya saing sekolah maka dilakukan pemasaran jasa pendidikan (Wijaya 2008). Selain itu juga salah satu kunci keberhasilan dalam persaingan sekolah adalah manajemen pemasaran 9

sekolah (Octavian 2005). Sedangkan bagi perguruan tinggi dilakukan strategi bersaing untuk menarik peserta didik, strategi bersaing untuk mengembangkan proses pembelajaran dan strategi bersaing untuk menghilangkan batas (Sulistyawati 2007). Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, penelitian ini ingin mengungkap strategi bersaing dari SMP Kristen Lentera untuk dapat terus maju dan berkembang sehingga mampu menghadapi persaingan dengan sekolahsekolah lainnya. Mengingat belakangan ini banyak sekolah yang mengalami kemunduran khususnya sekolah swasta, akan tetapi tidak demikian bagi keberadaan Sekolah Kristen Lentera. Selain itu juga karena masih terbatasnya penelitian sebelumnya tentang strategi bersaing yang dilakukan di dunia pendidikan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana strategi bersaing yang diterapkan SMP Kristen Lentera Ambarawa? 10

1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan strategi bersaing yang diterapkan SMP Kristen Lentera Ambarawa. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan khususnya bidang Manajemen Pendidikan yang berhubungan dengan perubahan dalam lembaga pendidikan dan juga manajemen strategi dalam kaitannya dengan strategi bersaing sekolah. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi sekolah-sekolah dalam menjalankan strategi untuk menghadapi persaingan yang terjadi di dunia pendidikan. 11