BAB I PENDAHULUAN. yang ia miliki, baik secara vertikal (hablumminallah) maupun secara horisontal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN !"#$%&'

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan agama anak di sekolah. Hal ini sesuai dengan pemikiran jalaluddin

BAB I PENDAHULUAN. keshalehan akan sangat bergantung kepada pendidikan masa kecilnya

BAB I PENDAHULUAN. manusia, karena berkaitan dengan hubungan kita kepada Allah dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. membacanya ibadah dan tidak ditolak kebenarannya (Al-hafidz, 2005: 1).

BAB I PENDAHULUAAN. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001, hal. 13. hal. 69.

KONSEP ANAK DALAM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. yang juga memiliki kedudukan yang sangat penting. Akhlak merupakan buah

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor yang penting dalam membentuk akhlak sejak anak usia dini.

BAB I PENDAHULUAN. membawa kemaslahatan bagi umat manusia (rahmat lil alamin), baik di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agama adalah sebagai dasar utama bagi umat muslim dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH METODE ACTIVE LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR AQIDAH AKHLAK PADA SISWA KELAS VIII SMP DAARUL QUR AN COLOMADU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2010), hlm. 57. Khayyal, Membangun keluarga Qur ani, (Jakarta : Amzah, 2005), hlm 3. 1 Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta,

BAB IV ANALISIS PEMBIASAAN BERIBADAH SHOLAT BERJAMA AH DALAM MEMBINA PERILAKU KEAGAMAAN SISWA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

BAB IV ANALISIS PERANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM DALAM MENINGKATKAN MORAL KLIEN ANAK DI BALAI PEMASYARAKATAN KLAS I SEMARANG A.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun diluar sekolah. Mengingat demikian berat tugas dan pekerjaan guru, maka ia

BAB I PENDAHULUAN. manusia baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ekstrakurikuler seperti yang ada di sekolah-sekolah umum, tapi merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. panjang. Ini adalah kesempatan yang paling penting bagi seorang

UPAYA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN SPIRITUAL (SQ) SISWA. (Studi Program Pembiasaan di SMP Negeri 3 Slahung Ponorogo) SKRIPSI

POLA BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BERBASIS KOMUNITAS (STUDI KASUS DI GUBUK AL-KAUTSAR DESA NGRECO PACITAN)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan. martabat kemanusiaan (Sinegar, UUD 1945: 31).

BAB I PENDAHULUAN. Al-Qur an adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 2009), hlm Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: PT Rineka

BAB I PENDAHULUAN. ini, sebagai cermin tentang merosotnya etika dari pelaku pendidikan, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

MODEL PENANAMAN AKHLAK PADA ANAK AUTISME DENGAN METODE PEMBIASAAN DI SEKOLAH AUTIS PESANTREN ANAK SHOLEH BAITUL QUR AN NGABAR SIMAN PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 2014), hlm Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur an, (Yogyakarta: Jaya Star Nine,

BAB IV ANALISIS POLA BIMBINGAN AGAMA ISLAM ANAK KARYAWAN PT. PISMATEX DI DESA SAPUGARUT

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia. Ayat Al-Qur an yang ditulis dalam bahasa Arab kemudian

BAB I PENDAHULUAN. CV.Pustaka Setia. Bandung, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak-anak merupakan buah kasih sayang bagi orang tua, sumber

BAB I PENDAHULUAN. melalui metode pengajaran dalam pendidikan islam di dalamnya memuat

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an dalam kehidupan sehari-hari sudah menjadi komitmen yang sangan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, karena keterbatasan kemampuan manusia. hubungannya dengan manusia lainnya, baik dirumah, sekolah, tempat berkerja

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang beriman dan bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari manusia pasti mengadakan hubungan interaksi dengan orang lain, serta dalam

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. hasil penelitian yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi

BAB I PENDAHULUAN. tulisan diatas kertas putih tersebut. Seperti pada hadist berikut :

Irfani ISSN E ISSN Volume 11 Nomor 1Juni 2015 Halaman

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

Menggapai Ridha Allah dengan Birrul Wâlidain. Oleh: Muhsin Hariyanto

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, harus menguasai huruf Hijaiyyah beserta perubahannya. Kedua,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya mewariskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peluang sebesar-besarnya kepada setiap anak Indonesia, untuk memperoleh

Menjaga Hak-Hak Orang Yang Sudah Tua

PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SD NEGERI POHGADING KABUPATEN PASURUAN SKRIPSI

( ). BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu-ilmu al-quran Melalui Pendekatan Historis-Metodologis, (Semarang: Rasail, 2005), hlm. 37.

BAB I PENDAHULUAN. perkelahian antar pelajar, munculnya geng-geng siswa di sekolah, adanya

BAB I PENDAHULUAN. Kelas Menengah di Yogyakarta, Kontekstualita, (Vol. 30, No. 2, 2015), hlm. 140.

I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA DI SDN GEDANGAN I KECAMATAN TEGALOMBO KABUPATEN PACITAN ( TINJAUAN KECERDASAN EMOSIONAL )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ibu dan anak. Dalam suatu keluarga, arus kehidupan ditentukan oleh orang

BAB 1 PENDAHULUAN. bukunya Praktikum Qira at adalah Kalam Allah yang mengandung mukjizat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada kedewasaan fisik belaka, akan tetapi dapat dipahami kedewasaan psikis. 1

BAB V PEMBAHASAN. skripsi ini, dapat didiskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia terutama Negara-negara yang sedang berkembang banyak

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM PEMBINAAN AKHLAK SISWA-SISWI SD NEGERI SALIT KAJEN PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Bulan Bintang, 1977), hlm Zakiah Daradjat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. UNNES PRESS, Semarang, 2005, hlm. 1 3 Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, Ar-Ruzz Media,

LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT. Surah dan Ayat / Hadist Riwayat. Q.S. al- Mujadallah/58: 11. hadis. Kahfi/18: 46. Q.S. al- Isra /17: 24.

BAB I PENDAHULUAN. Amzah, 2010), hlm Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. yang serius. Banyak kritikan dari praktisi pendidikan, akademisi dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi pada diri seseorang yang meliputi tiga aspek

Hak-hak Anak dalam Islam

BAB I PENDAHULUAN. dengan surat al-fatihah dan di akhiri dengan surat al-anas. 1

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karakter manusia pada dasarnya sudah dijamin oleh Allah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Masa remaja ditandai dengan pengalaman-pengalaman baru. indah dan tanda tanya (Basri, 1995:4).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Ku anfusakum wa ahlikum naaro... Penggalan al-qur an surat at-

FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. bagi kehidupan manusia yakni al-qur'an dan al-hadits yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. penguasaan kemampuan membaca dan perkembangan dimensi afektif anak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Substansi yang mendasar pada diri seseorang adalah akhlak terutama bagi seorang muslim. Tingkat keimanan seseorang dapat diukur dari akhlak yang ia miliki, baik secara vertikal (hablumminallah) maupun secara horisontal (hablumminannas). Bermunculannya masalah kenakalan remaja yang semakin meningkat, banyak anak berani kepada orangtua, anak-anak cenderung meniru gaya hidup non muslim menjadi bukti kurangnya penanaman akhlak sejak dini, hal ini menjadi urgen untuk benar benar diperhatikan karena penanaman akhlak yang baik akan menjadi modal dasar atas perkembangan pribadi anak selanjutnya. Nabi Muhammad sebagai teladan umat Islam, diutus ke bumi juga untuk meluruskan akhlak umat sebelumnya maupun umat yang akan datang. Hadis yang menjelaskan hal tersebut diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, yang artinya Aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan akhlak. (HR. Bukhari) 1 Hadis tersebut menunjukkan bahwa yang utama harus dibenahi dalam masyarakat yakni masalah akhlak/moral. Hal yang mendasar yang dibahas dalam ilmu akhlak meliputi tingkah laku manusia yakni tingkah laku baik maupun jelek. Objek ilmu akhlak mempelajari tentang perbuatan 1 Imam Bukhori, Al Adaab Al Mufraad, (Yogyakarta: Griya Ilmu, t.t), hlm. 42. 1

2 manusia yang kemudian perbuatan tersebut akan ditentukan termasuk perbuatan baik atau buruk. 2 Anak adalah harapan semua orang tua, tergambar disana bahwa anakanak sangat ditunggu kehadirannya bagi setiap orang tua, karena anak-anak adalah harta dan perhiasan dalam kehidupan, dimana kebanyakan orang tua mendambakan mempunyai buah hati yang memiliki banyak kelebihan atau kesempurnaan ada pada diri anak tersebut, baik secara fisik maupun psikis. Allah telah menciptakan CiptaanNya dengan sempurna. Banyak anak yang terlahir dengan kekurangan yang akan menjadi kelebihan anak tersebut, ada kekurangan yang bisa dikembangkan secara cepat hanya dengan bantuan orang tua, keluarga dan lingkungan tetapi ada juga kekurangan yang harus dikembangkan dengan bantuan seorang yang menjadi ahlinya. Anak adalah permata bagi ayah bunda, kebanggaan bagi orang tua yang mendambakan kehadirannya. Akan tetapi jika Allah Swt menganugerahkan anak yang berbeda atau anak berkebutuhan khusus (ABK), pasti orang tua merasa bersedih dan bingung memikirkan buah hatinya kelak tidak akan bisa menghadapi kehidupan ini. 3 Apabila seperti ini kenyataannya, sebagai orangtua harus ridha menerima dan berusaha mendidik buah hatinya dengan sabar dan ikhlas. Karena kesabaran, keikhlasan dan kasih sayang orangtua akan menjadi sumber kekuatan bagi anak meskipun mereka berbeda. Ujian orangtua salah satunya datang dari anaknya, oleh karena itu Allah menganugerahi anak yang berbeda untuk menguji keimanan dan kesabaran mereka Disisi Allah ada 2 Ahmad Amin, Kitabal al-akhlaq, (Mesir: Daral-Kutub al-mishriyah, cet. III, t.t. ), hlm. 2-3 seperti dikutip Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm. 9. 3 Ferdinand Zaviera, Anak Hiperaktif, (Jogjakarta: Katahati 2012), hlm. 5.

3 pahala yang besar. Artinya akan mendapatkan pahala yang besar. Seperti dalam firman Allah Q.S Al-Anfal ayat 28: Artinya: Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Q.S Al-anfal: 28). Menurut Heward anak berkebutuhan khusus adalah anak yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya dengan menunjukkan ketidakberdayaan dalam menggunakan perasaan, jiwa dan tubuhnya dalam beraktifitas. 4 Anak berkebutuhan khusus (autisme), tetap memerlukan perhatian dan penanganan yang khusus, terutama tentang pendidikan bukan sebaliknya dikucilkan dan diabaikan. Pendidikan akhlak diharapkan tidak hanya sebatas perolehan pengetahuan saja tetapi dapat diamalkan sehingga internalisasi 5 nilai-nilai akhlak dapat tertanam dalam jiwa. Terkait dengan penanaman akhlak tidak dapat terlepas oleh peranan metode, karena metode merupakan alat untuk tercapainya suatu tujuan. Metode pembiasaan salah satu metode yang ada dalam pendidikan Islam. Agar anak terbiasa melakukan segala hal baik dalam aspek kognitif, afektif maupun psikomotoriknya selalu berlandaskan aturan dalam Islam, maka anak didik harus senantiasa dibiasakan. 6 Metode yang tepat 4 Pemerintah Provinsi JATENG Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah (Balai Pengembangan Pendidikan Khusus), Informasi Tentang Anak Berkebutuhan Khusus, hlm 17. 5 Internalisasi adalah nilai-nilai yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku. 6 Armei Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 110.

4 diterapkan untuk anak usia dini yaitu dengan pembiasaan. Mengingat jiwa mereka yang masih belum matang sehingga kebiasaan-kebiasaan yang baik sangat tepat dijadikan metode untuk mendidik mereka. Bimbingan khusus sangat dibutuhkan untuk mengatur kebiasaan anak autisme. Anak autisme apabila tidak dibimbing dikhawatirkan dapat melukai fisiknya sendiri. Bermasalahnya syaraf pada otaknya menyebabkan anak autisme tidak bisa berpikir maksimal sehingga sulit membedakan sesuatu yang baik dan sesuatu yang membahayakan. Mengingat anak berkebutuhan khusus (autisme) yang tidak dapat diajak berbicara sebagaimana anak pada umumnya, maka terlihat disana ada model penanaman akhlak dengan pembiasaan yang dilakukan Sekolah Autis untuk mendidik santri-santrinya. Pembiasaan yang terlihat seperti bagaimana saat santri datang, disambut dengan senyum, sapa, jabat tangan dan mengucapkan salam, akan tetapi anak autisme tersebut tetap asyik dengan dirinya sendiri, sama sekali tidak merespon. Ada juga yang merespon kemudian melamun, ada juga yang merespon kemudian loncat-loncat dan lari-lari. Kesabaran ustazahnya yang terus memotivasi supaya santri mau mengulurkan tangannya dan jabat tangan. Keunikan terjadi disetiap pembiasaan yang ditanamkan. Misalkan pembiasaan wudu, santri dipegang ustazahnya, respon santri ada yang mau, ada juga yang meronta seperti takut air, namun ustazah terus melakukan pembiasaan tersebut dengan membasuhkan air disetiap anggota yang harus dibasuh ketika wudu, hal itu dilakukan berulang-ulang, terus menerus dan akhirnya santri mampu melakukan sendiri. Pembiasaan yang

5 terlihat lainnya seperti melepas sepatu diletakkan dirak, berdoa ketika memulai pelajaran dan berdoa ketika selesai pelajaran, mengambil tas, berdoa sebelum makan atau minum dan berdoa sesudah makan atau minum, makan dan minum memakai tangan kanan, membuang sampah pada tempatnya, hafalan surat pendek, praktek sholat dan masih banyak pembiasaan lainnya. Setiap hari jumat ada kegiatan kelas bersama untuk menumbuhkan jiwa sosial para santri. 7 Penelitian ini diadakan di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Baitul Qur an Ngabar Siman Ponorogo. Alasan penelitian ini diadakan di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Ngabar, karena Sekolah Autis ini satu-satunya sekolah di Ponorogo yang memberikan pelayanan terapi dan pendidikan untuk anak autisme, serta penanaman nilai-nilai atau norma dalam pendidikan Islam bagi anak autisme. Fakta ini menunjukkan bahwa sekolah ini adalah sekolah Islam karena menekankan pada penanaman nilai-nilai ajaran Islam. Anak autisme yang cenderung diabaikan juga harus memiliki akhlak yang baik dan pendidikan seperti anak normal pada umumnya. Perilakunya yang tidak terkontrol akan bisa berubah dengan pola asuh yang tepat. Dengan latar belakang dan alasan tersebut, judul yang penulis angkat adalah Model Penanaman Akhlak Pada Anak Autisme Dengan Metode Pembiasaan Di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Baitul Qur an Ngabar. 7 Sumber: Hasil Observasi Pembiasaan Nilai-nilai Keislaman untuk Anak Autisme di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Baitul Qur an, pada tanggal 31 Maret 2017.

6 B. Rumusan Masalah Dengan uraian latar belakang tersebut, peneliti memfokuskan kajian penelitian pada: 1. Bagaimana perencanaan penanaman akhlak pada anak autisme melalui metode pembiasaan di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Baitul Qur an Ngabar? 2. Bagaimana bentuk-bentuk pembiasaan yang dilakukan Sekolah Autis dalam menanamkan akhlak anak autisme? 3. Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembinaan akhlak pada anak autisme di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Baitul Qur an Ngabar? C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui perencanaan penanaman akhlak pada anak autisme di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Ngabar. 2. Mengetahui bentuk-bentuk pembiasaan yang dilakukan Sekolah Autis dalam menanamkan akhlak anak autisme. 3. Mengetahui sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembinaan akhlak pada anak autisme di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Ngabar.

7 D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Menambah khazanah keilmuan bagi dunia pendidikan khususnya yang berkaitan dengan model penanaman akhlak pada anak autisme dengan metode pembiasaan. b. Menambah referensi keilmuan tentang penanaman akhlak pada anak autisme dengan metode pembiasaan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Sebagai wacana memperdalam wawasan pemikiran dan pengetahuan tentang penanaman akhlak pada anak autisme. b. Bagi Guru Menambah pengetahuan guru dalam mendidik terutama Pendidikan Agama Islam karena mendapat ilmu baru tentang penanaman akhlak pada anak autisme. c. Bagi sekolah yang diteliti Fokus penelitian diharapkan menjadi wacana baru bagi lembaga yang diteliti untuk memajukan dan mengembangkan sekolah tersebut. d. Bagi masyarakat Bagi masyarakat, diharapkan pandangan negatif mereka tentang anak autisme akan hilang, karena anak autisme juga dapat belajar seperti anak pada umumnya.

8 E. Sistematika Pembahasan Agar penelitian ini mudah dipahami, maka peneliti menyusun sistematika pembahasan yang terdiri dari: BAB I, merupakan gambaran umum tentang isi skripsi secara keseluruhan, yang meliputi, latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. Hal ini dimaksudkan untuk mengarahkan pembaca pada esensi dari penelitian ini. BAB II, berisi tinjauan pustaka dan landasan teori tentang model penanaman akhlak pada anak autisme dengan metode pembiasaan yang terdiri dari enam subbab. Sub bab pertama yaitu tinjauan pustaka. Sub bab kedua model penanaman akhlak yang meliputi akhlak dan macam-macam akhlak. Sub bab ketiga yaitu perencanaan dan evaluasi penanaman akhlak meliputi perencanaan dan evaluasi. Sub bab keempat anak autisme yang meliputi autisme, karakteristik autisme, faktor penyebab autisme, dan pendekatan terapi autisme. Sub bab kelima metode pembiasaan yang meliputi metode, macammacam metode dan dasar-dasar penanaman akhlak. Sub bab keenam kerangka teoritik. BAB III, berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subyek penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, uji keabsahan data dan analisis data. BAB IV, berisi tentang paparan hasil penelitian yang terdiri dari tiga subbab. Sub bab pertama yaitu gambaran umum Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Baitul Qur an yang terdiri dari letak geografis dan sejarah berdiri,

9 tujuan dan visi misi, struktur lembaga, profil sekolah, daftar nama santri dan guru sekolah, serta data sarana prasarana. Sub bab kedua yaitu paparan data dimana peneliti akan menguraikan masalah-masalah penelitian yang ada, meliputi perencanaan penanaman akhlak pada anak autisme melalui metode pembiasaan di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Baitul Qur an Ngabar, bentuk-bentuk pembiasaan yang dilakukan Sekolah Autis dalam menanamkan akhlak anak autisme, sistem monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembinaan akhlak pada anak autisme di Sekolah Autis Pesantren Anak Sholeh Baitul Qur an Ngabar. Sub bab ketiga analisis dan pembahasan. BAB V, merupakan bab terakhir yaitu penutup. Dalam bab ini berisi kesimpulan dari penelitian dan saran-saran yang diperlukan. Setelah penutup maka peneliti akan menyajikan daftar pustaka sebagai kejelasan dan pertanggungjawaban referensi skripsi.