BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan jumlah perokok di negara berkembang termasuk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka, apa yang mereka pikirkan tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 PENDAHULUAN. Global Adult Tobacco survey (GATS) pada tahun 2011 menunjukkan bahwa

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di negara-negara besar di dunia walaupun hal tersebut sudah

BAB I PENDAHULUAN. koroner, stroke, kanker, penyakit paru kronik dan diabetes militus yang

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kesehatan dan mempunyai faktor risiko terjadinya beberapa jenis

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

SEBAGAI UPAYA DENORMALISASI PRODUK TEMBAKAU. Made Kerta Duana (AKMI) BALI-BTC

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

dipandang oleh anggota masyarakat Indonesia (Wulandari, 2007). serius pada orang-orang yang bukan perokok.

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah angka perokok di dunia terbilang sangat besar. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di dunia hampir 1 miliar orang dimana 35% berada di Negara maju dan 50% berada di Negara berkembang sedangkan sebanyak 250 juta wanita mengkonsumsi rokok di dunia (Erlinda, 2015). Di Indonesia sendiri pada tahun 2011 menurut Global Adult Tobacco Survey (GATS) prevalensi perokok mencapai angka 34,8% atau sekitar 59,9 juta jiwa dan menurut data dari RISKESDAS (2013) angka terbesar usia pengguna rokok adalah usia sekolah yaitu sebesar 43,3% sedangkan usia merokok saat usia dewasa sebesar 14,3%, angka ini lebih rendah dibandingkan angka menggunakan rokok pada usia remaja. Di Yogyakarta pengguna tembakau juga menyumbang angka yang cukup tinggi yaitu mencapai 21,2% merokok setiap harinya, 5,7% merokok kadang-kadang dengan rata-rata penggunaan rokok 9,9 batang perharinya (RISKESDAS, 2013). Target pengembangan industri rokok terus meningkat dari 250 miliar batang pada tahun 2012 menjadi 260 miliar batang di tahun 2015. Menurut WHO tahun 2008 Indonesia merupakan Negara dengan jumlah perokok terbesar ke-3 di dunia setelah Cina dan India dan menduduki posisi peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah Cina, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang pada tahun 2007. Sangat jelas bahwa target 1

2 industri tembakau adalah perokok pemula khususnya di usia remaja. Hal ini tentu saja sangat memprihatinkan dimana kita tahu bahwa remaja merupakan generasi muda penerus bangsa, selain itu masa remaja merupakan periode penting yang harus diperhatikan dan dijaga dengan baik karena memiliki dampak langsung dan dampak jangka panjang dari perbuatan yang dilakukannya (Suryati & Tarigan, 2013). Menurut Budiantoro dari Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (2012) mengatakan bahwa sebanyak 25% zat yang berbahaya yang terkandung di dalam rokok masuk ke tubuh perokok atau perokok aktif sedangkan 75% terkandung di asap rokok yang beredar di udara yang mana akan beresiko masuk ke tubuh orang di sekitarnya atau perokok pasif. Konsentrasi zat berbahaya yang terdapat pada tubuh perokok pasif lebih besar dibandingkan pada tubuh perokok aktif dikarenakan asap yang terhirup oleh perokok pasif tidak melalui filter tertentu melainkan dari udara langsung dihirup dan masuk ke saluran pernafasan, sedangkan pada perokok aktif asap yang terhirup telah tersaring oleh filter yang ada pada rokok. Asap rokok akan berbahaya untuk perokok aktif apabila asap dari pembakaran rokok tersebut terhirup kembali. Racun rokok yang terbesar berada pada asap yang berada pada unjung rokok yang sedang tidak dihisap karena asap yang ditimbulkan adalah hasil dari pembakaran yang tidak sempurna (Nugroho, et al. 2014). Sebatang rokok mengandung 4000 jenis zat kimia yang 60 zat diantaranya bersifat karsinogenik dan adiktif.

3 Merokok merupakan faktor risiko utama dari penyakit paru obstruktif kronnik dan meningkatkan risiko aterosklerosis (Loren, 2010. WHO, 2011). Selain itu, beberapa penyakit yang juga disebabkan oleh rokok antara lain batuk menahun, infertilitas, gangguan kehamilan dan beberapa penyakit kanker yaitu kanker mulut dan kanker paru (Bustan, 2007). Pemerintah telah mengeluarkan beberapa peraturan perundangundangan untuk menanggulangi jumlah perokok aktif diantaranya adalah Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan dan Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan. Dalam Undang-Undang tersebut mengamanatkan pentingnya pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di 7 tatanan yaitu Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tempat Proses Belajar Mengajar, Tempat Anak Bermain, Tempat Ibadah, Angkutan Umum, Tempat Kerja dan Tempat Umum. Keseluruhan masalah produk tembakau terutama rokok telah diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan lingkungan. Penerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dilakukan untuk mencegah atau mengurangi angka kejadian penyakit akibat rokok ataupun asap rokok. Menurut Peraturan Pemerintah (PP) nomor 109 tahun 2012 Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, menjalankan dan/ atau mempromosikan produk tembakau (Rahajeng, 2015). Hal ini pun

4 berpengaruh bagi beberapa kota besar di Indonesia diantaranya Surabaya, Bandung, Medan, serta DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali yang dapat dilihat dari dikeluarkannya Peraturan Daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok. Dalam rangka mendukung pengembangan KTR telah dibuat peraturan bersama Mentri Kesehatan dan Mentri Dalam Negeri Nomor 188/Menkes/Pb/I/2011 Nomor 7 tahun 2011 tentang pedoman pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok. Berdasarkan penelitian dengan judul Pengaruh Penerapan Kawasan Tanpa Rokok Terhadap Penurunan Proporsi Perokok di Provinsi DKI Jakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta dan Bali oleh Ekowati Rahajeng pada tahun 2015 memberikan hasil kesimpulan bahwa penerapan peraturan dan perundangan KTR atau Kawasan Tanpa Rokok dapat menurunkan proporsi perokok setiap harinya. Dari sumber yang sama dikatakan bahwa pada daerah yang telah mempunyai peraturan perundangan baik Kawasan Dilarang Merokok (KDM) ataupun Kawasan Tanpa Rokok (KTR), penurunan proporsi perokok dari tahun 2007 hingga 2013, di provinsi DKI Jakarta hanya terjadi pada perokok kadang-kadang yaitu sebesar 1,1%, di Daerah Istimewa Yogyakarta penurunan terjadi pada perokok setiap hari yaitu sebesar 2,6% dan perokok kadang-kadang mengalami penurunan 0,3%, sedangkan di Bali perokok setiap hari menurun sebanyak 1,8% dan perokok kadang-kadang menurun sebanyak 0,4%. Sebaliknya pada provinsi yang belum mempunyai peraturan dan perundangan terkait larangan merokok seperti di Sulawesi

5 Barat terjadi peningkatan proporsi perokok setiap hari sebanyak 2,1% dan terjadi di 80% kabupaten/kota di Sulawesi Barat. Faktor yang ikut berperan terhadap penurunan proporsi perokok adalah komitmen pihak terkait terhadap masalah rokok yang secara konsisten dan kongkrit diwujudkan dengan tindakan sehari-hari dalam kepemimpinannya; penegakan hukum yang konsisten dan pengawasan yang dilakukan secara rutin; kepatuhan stakeholder yang terlihat dalam penerapan kebijakan KTR yang ada dan juga peran aktif dari masyarakat ataupun organisasi mahasiswa dalam mengkampanyekan anti rokok dan upaya berhenti merokok. Suatu kebijakan tidak akan berhasil apabila tidak ada kerja sama oleh kedua belah pihak yaitu pembuat kebijakan dan subyek atau sasaran dari kebijakan tersebut. Kegagalan suatu kebijakan bisa disebabkan oleh kurangnya informasi, metodologi yang tidak tepat, formulasi kebijakan yang tidak realistis dan tidak sejalannya perencanaan dengan implementasi kebijakan. Hasil dari diberlakukannya aturan atau kebijakan tersebut adalah bahwa jumlah perokok aktif dan juga jumlah angka kejadian penyakit akibat rokok ataupun asap rokok terutama di kawasan kampus UMY akan berkurang, dan juga kebiasaan akan peraturan tersebut diharapkan untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa penelitian menunjukan perokok berat telah memulai kebiasaan merokok pada usia remaja, dan hampir tidak ada perokok berat yang baru memulai merokok pada usia dewasa. Karena itulah masa remaja

6 dianggap masa kritis untuk menentukan individu nantinya akan menjadi perokok atau bukan (Utamadi, 2002). Selain itu kebiasaan merokok pada usia remaja dampaknya akan lebih berbahaya, karena factor pergaulan yang salah, sangat mungkin bahwa perilaku merokok akan menjadi jembatan untuk remaja tersebut menggunakan NAPZA. Remaja merupakan generasi muda penerus bangsa, maka sangat penting untuk mempersiapkan generasi muda yang memiliki gaya hidup sehat dan terhindar dari perilaku merokok. Apabila kita meninjau kembali ayat dalam Al-Qur an: Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan. (QS. Al Baqarah: 195) Di dalam ayat ini menerangkan bahwasanya Allah SWT melarang hambanya untuk melakukan sesuatu yang merugikan dan mencelakakan diri sendiri sehingga kita akan menjadi binasa. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat merusak tubuh dan mengakibatkan timbulnya berbagaimacam penyakit yang berbahaya yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian. Dan juga Hadist Rasulullah SAW berikut: Tidak boleh memulai memberi dampak buruk (mudhorot) pada orang lain, begitu pula membalasnya. (HR. Ibnu Majah no. 2340, Ad Daruquthni 3/77, Al Baihaqi 6/69, Al Hakim 2/66. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih). Dalam Hadist ini Rasulullah SAW melarang kita sebagai umatnya untuk memberikan dampak buruk (mudhorot) pada orang lain yang mana

7 kaitannya dalam merokok adalah dampak buruk dari rokok tersebut bagi orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh implementasi program kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bersih dan bebas asap rokok terhadap perilaku merokok mahasiswa di dalam dan di luar area kampus. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah yaitu bagaimana hubungan tingkat pengetahuan mengenai program kampus UMY bersih dan bebas asap rokok dengan sikap dan tindakan merokok mahasiswa di dalam dan di luar area kampus. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Menilai hubungan tingkat pengetahuan mengenai program kampus UMY bersih dan bebas asap rokok dengan sikap dan tindakan merokok mahasiswa di dalam dan di luar area kampus. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai program kampus UMY bersih dan bebas asap rokok. b. Mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan mengenai program kampus UMY bersih dan bebas asap rokok mempengaruhi

8 mahasiswa dalam bersikap dan bertindak merokok di dalam dan di luar area kampus. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis : Menambah pengetahuan khususnya pengetahuan tentang hubungan tingkat pengetahuan mengenai program kampus UMY bersih dan bebas asap rokok dengan sikap dan tindakan merokok mahasiswa di dalam dan di luar area kampus. 2. Manfaat Praktis : a. Bagi peneliti Menambah wawasan mengenai rokok dan tindakan merokok serta menyediakan data bagi penelitian selanjutnya b. Bagi masyarakat atau mahasiswa Sebagai salah satu refrensi atau penambah wawasan bagi pembaca atau peneliti selanjutnya yang ingin meneruskan penelitian ini atau membuat penelitian lain yang berhubungan. c. Bagi Universitas Dapat digunakan sebagai pertimbangan dan masukan yang membangun dalam menilai keberhasilan implementasi program kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta bersih dan bebas asap rokok

9 E. Keaslian Penelitian Penelitian ini merupakan hasil pemikiran berdasarkan latar belakang masalah yang kemudian ditentukan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Mengenai Program Kampus UMY Bersih Dan Bebas Asap Rokok Dengan Sikap dan Tindakan Merokok Mahasiswa Di Dalam dan Di Luar Area Kampus. Penelitian ini serupa dengan penelitian yang pernah dilakukan yaitu Efektivitas Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Kabupaten Sragen oleh Agung Kurniawan pada tahun 2015. Persamaannya adalah meneliti tentang kebijakan kawasan bebas asap rokok atau kawasan tanpa rokok. Perbedaannya adalah : 1. Lokasi yang dilakukan penelitian oleh peneliti sekarang berada di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sedangkan pada penelitian terdahulu dilakukan di Sragen. 2. Peneliti terdahulu melakukan penelitian tentang keefektifan peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok sedangkan peneliti yang sekarang meneliti tentang pengaruh implementasi kebijakan terhadap sikap dan perilaku subyek yang diberikan kebijakan tersebut.