AUDIT KLINIK PENGGUNAAN TERAPI ANTI PLATELET DAN LUARAN KLINIK UNTUK STROKE ISKEMIK DI RS BETHESDA YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1438/Menkes/per/IX/ 2010 tentang standar pelayanan kedokteran Bab V pasal 10 ayat 4 berbunyi:

PANDUAN EVALUASI PRAKTEK DOKTER BERKESINAMBUNGAN (ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE EVALUATION/OPPE) BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Stroke merupakan suatu gangguan fungsional otak yang ditandai dengan

Stroke merupakan penyebab kematian ketiga terbanyak di Amerika Serikat. Pada 2002, stroke membunuh sekitar orang. Jumlah tersebut setara

DRAF PEDOMAN AUDIT KEPERAWATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

STUDI PENGGUNAAN ANTIPLATELET (CLOPIDOGREL) PADA PENGOBATAN STROKE ISKEMIK DI RSUD KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di zaman yang semakin berkembang, tantangan. terhadap pelayanan kesehatan ini mengisyaratkan bahwa

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2012, diperkirakan sebanyak 17,5 juta orang di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Sugianto Adisaputro Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. besar. Kecacatan yang ditimbulkan oleh stroke berpengaruh pada berbagai aspek

Gambaran Penderita Stroke di Rumah Sakit Ade Moehammad Djoen Sintang Kalimantan Barat Periode Januari-Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. Stroke Menurut World Health Organization (WHO) (2001) seperti yang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Stroke merupakan masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut WHO MONICA project, stroke didefinisikan sebagai gangguan

CLINICAL PATHWAY (JALUR KLINIS)

A. Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Kepuasan Pelanggan di Atas Segala-galanya. Hasil Capaian. Indikator Hospital Wide

ABSTRAK GAMBARAN KELAHIRAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013-DESEMBER 2014

A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK. GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Stroke merupakan gangguan aliran darah pada suatu bagian otak

BAB I PENDAHULUAN. Clinical Pathway, selanjutnya disingkat CP, merupakan konsep perencanaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mengakibatkan hampir mortalitas (Goldszmidt et al, 2013). Stroke juga

GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. cenderung meningkatkan risiko terjadinya penyakit vaskular seperti stroke

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lima belas juta orang di dunia setiap tahunnya terkena serangan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Komite Mutu dan Keselamatan Pasien. Indikator Hospital Wide Tahun 2017 (Bulan Januari s/d Desember)

DRUG USAGE DESCRIPTION FOR OUTPATIENT IN PKU MUHAMMADIYAH UNIT II OF YOGYAKARTA IN 2013 BASED ON WHO PRESCRIBING INDICATOR

Strategi Nasional Pelayanan Kesehatan Jantung, Otak dan Pembuluh Darah (Kardioserebrovaskular) Di Indonesia

ANGKA KEMATIAN PASIEN PNEUMONIA DI ICU DAN. HCU RSUP dr. KARIADI

Clinical Indicators, Bagaimana Proses Pengembangannya di RS?

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia.

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

KEPUTUSAN DIREKTUR TENTANG KEBIJAKAN PEMBUATAN CLINICAL PATHWAYS

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan keunggulan masing-masing agar bisa bertahan. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

THE IMPORTANCE OF HOSPITAL SPECIFIC CLINICAL PRACTICE GUIDELINES TOWARDS BETTER CLINICAL MANAGEMENT

DESCRIPTIVE ANALYSIS INDICATORS GROSS DEATH RATE ( GDR ) AND NET DEATH RATE ( NDR ) IN RSUD TUGUREJO SEMARANG

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PERSALINAN DENGAN TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2013

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN, INDIKASI SERTA KOMPLIKASI TINDAKAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2011 DESEMBER 2011

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Body of Knowledge dan Standar Kompetensi Dokter Manajemen Medik

Peran dan Fungsi Komite Medik di Rumah Sakit

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan yang utama. Hipertensi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2004).Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lozano et al dengan

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan gangguan neurologis fokal maupun global yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

TINJAUAN REGULASI PADA PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM E-KLAIM BPJS

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU TENTANG FAKTOR RISIKO PENYAKIT SEREBROVASKULAR TERHADAP KEJADIAN STROKE ISKEMIK ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

Penerapan Clinical Governance di Rumah Sakit melalui Sistem Manajemen Mutu ISO 9000

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

Objective: To find out the correlation between stroke subtype, vascular territory with pneumonia and mortality in acute stroke.

BAB I PENDAHULUAN. maksud untuk mengetahui dan memperbaiki kerusakan otak (Brown CV, Weng J,

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan merupakan prioritas baik bagi pihak penyedia

BAB 1 PENDAHULUAN. (Permenkes RI, 2011). Institusi yang kompleks memiliki arti bahwa rumah sakit

PANDUAN PENUNTUN SURVEI AKREDITASI UNTUK BAB PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN ====================================== ==========================

Dra. Yulia Trisna, Apt., M.Pharm

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tidak menular puskesmas menunjukkan angka yang selalu meningkat ditiap tahun

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Stroke adalah sindroma yang ditandai oleh onset. akut defisit neurologis/ gangguan fungsi otak yang

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

PROGRAM PENINGKATAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN RSUD PASAR REBO

NO JUDUL INDIKATOR FORMULA DATA INTERPRETASI 1 Kelengkapan. KEPERAWATAN Rawat Inap Dalam 24 Jam. 2 Jam Visite Dokter Spesialis

B AB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

BAB I dekade berada pada peringkat ke-3 (Minino et al., 2011). Menurut American

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke adalah cedera otak yang berkaitan dengan gangguan aliran. yang menyumbat arteri. Pada stroke hemoragik, pembuluh darah otak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk usia lanjut tumbuh lebih cepat daripada kelompok umur

Transkripsi:

AUDIT KLINIK PENGGUNAAN TERAPI ANTI PLATELET DAN LUARAN KLINIK UNTUK STROKE ISKEMIK DI RS BETHESDA YOGYAKARTA 1, Iroen Mugiono 2 1 Bagian Neurologi Fakultas Kedokteran UKDW Yogyakarta 2 Bagian Teknologi Informasi RS Bethesda Yogyakarta Email: drpinzon17@gmail.com ABSTRAK Kendali akan mutu pelayanan kesehatan telah dikenal sejak lama. Audit klinik merupakan perangkat yang ditetapkan sebagai alat penjamin mutu pelayanan kesehatan. Data tentang audit klinik di Indonesia masih sangat terbatas. Tujuan dari penelitian ini adalah melaporkan hasil audit klinik pada pelayanan stroke iskemik di RS Bethesda Yogyakarta. Audit klinik dilakukan oleh tim multidisiplin. Tim melakukan audit klinik berdasar pada data register stroke. Kriteria dan standar ditetapkan berdasar pada panduan praktek klinik yang telah ada. Data diperoleh dari register stroke elektronik RS Bethesda Yogyakarta. Data berasal dari 713 pasien stroke iskemik yang dirawat di periode Januari-Oktober 2016. Angka mortalitas adalah 6,03%. Standar untuk pemberian anti platelet pada semua kasus stroke iskemik tidak tercapai. Justifikasi untuk varian tercapai untuk hampir semua kasus. Pada umumnya riwayat perdarahan dan stroke iskmeik ukuran besar merupakan alasan utama tidak diberikannya anti platelet. Ada 10 kasus yang tidak ada penjelasan justifikasinya. Studi kasus ini menunjukkan bahwa audit klinik dapat dilaksanakan dalam praktek klinik sehari-hari. Audit klinik adalah sebuah siklus yang harus dilakukan secara berkesinambungan. Penggunaan data register stroke elektronik membantu pelaksanaan audit menjadi mudah. Kata kunci: audit klinik-stroke-standar-kriteria Artikel diterima: 14 Agustus 2017 Diterima untuk diterbitkan: 11 September 2017 Diterbitkan: 16 Oktober 2017 304

ABSTRACT The quality of healthcare assurance has been established for many years. Clinical audit is adopted as a means of developing high quality care. Clinical audit in daily clinical practice in Indonesia is very limited. The aim of this result was to perform the clinical audit in Ischemic Stroke Care in Bethesda Hospital Yogyakarta. Retrospective cohort study in patients with acute ischemic stroke. The multidisciplinary team performs the clinical audit. The team performed the clinical audit from the stroke registry data. The criteria and standard are established based on the current clinical practice guidelines. The data are obtained from the stroke registry data. The data consist of 713 ischemic stroke patients from January-October 2016. The mortality rate is 6,03%. The standard for anti platelet therapy in all patients with ischemic stroke is not achieved. The variance cases are justified in most cases. In most cases the history of bleeding and large stroke are the main reasons for not prescribing the anti platelet therapy. There are only 10 cases without any justifications. The case study showed that clinical audit can be performed in daily clinical practice. As a cycle the clinical audit should be performed continuously. The use of electronic stroke registry is helpful. Keywords: clinical audit-stroke-standard-criteria Pendahuluan Audit adalah bagian yang penting dari tata kelola klinik yang baik. Audit klinik adalah sebuah siklus yang terus menerus dilakukan untuk mengupayakan peningkatan mutu pelayanan klinik (Dilnawaz et al., 2012). Audit dan pemberian umpan balik adalah upaya untuk mengevaluasi praktek klinik yang ada sekarang dibandingkan dengan standar yang seharusnya. Kajian sebelumnya menunjukkan bahwa audit klinik adalah upaya berkesinambungan untuk memperbaiki mutu pelayanan kesehatan (Dilnawaz et al., 2012; Lokuarchchi, 2006). Stroke adalah penyebab kematian dan kecacatan yang utama secara global (Mackay et al., 2012). Data di Indonesia memperlihatkan bahwa stroke merupakan penyebab kematian utama di seluruh RS di Indonesia (Riskesdas, 2013). Salah satu standar pelayanan dengan rekomendasi yang sangat kuat adalah pemberian anti platelet untuk 305

mencegah serangan ulang stroke (Perdossi, 2011). Audit klinik pelayanan stroke di Indonesia masih sangat jarang dilakukan. Audit klinik ini ditujukan untuk mengevaluasi pencapaian standar mutu proses pelayanan stroke iskemik di RS Bethesda Yogyakarta. Pelayanan stroke iskemik dipilih karena RS Bethesda menetapkan stroke sebagai salah satu pelayanan unggulan. Standar mutu yang ditetapkan adalah pada proses pelayanan pencegahan stroke berulang dengan pemberian anti platelet dan kematian akibat stroke iskemik. Metode Tahap audit klinik stroke yang dilakukan di RS Bethesda Yogyakarta adalah menetapkan tujuan audit, menyusun tim audit, melakukan proses audit, dan memberikan laporan kepada pimpinan di RS Bethesda Yogyakarta untuk upaya tindak lanjut. Tim audit diketuai dokter spesialis saraf dan terdiri dari 1 orang dokter umum, 1 perawat senior sebagai kepala unit perawatan stroke, dan 1 staf TI (Teknologi Informasi) yang mengumpulkan data dari register stroke elektronik. Langkah audit yang dilakukan adalah sebagai berikut: (1) identifikasi topik, (2) menetapkan kriteria dan standar, (3) metode koleksi data, (4) membandingkan kinerja dan standar, (5) mengupayakan perubahan, dan (6) audit ulang. Pada studi kasus ini audit dilakukan sampai langkah kelima. Topik stroke dipilih karena memenuhi kriteria untuk suatu audit klinik, yaitu: jumlah kasus banyak (high volume), berisiko tinggi (high risk), high cost (berbiaya tinggi), dan dikelola multi disiplin. Kriteria adalah pernyataan eksplisit yang menggambarkan hal yang ingin kita ukur. Pada umumnya pernyataan kriteria diperoleh dari evidence based clinical practice guideline (standar pelayanan medik). Pada kasus ini kriteria diperoleh dari guideline AHA/ ASA, Canadian stroke guideline, Singapore Stroke Guideline, Malaysia Stroke Guideline, dan Guideline Stroke Perdossi (Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf 306

Indonesia) tentang penggunaan anti platelet untuk pencegahan stroke sekunder pada stroke iskemik akut (CSN, 2010; Perdossi, 2011; Micheils et al., 2012; Basri et al., 2012). Semua guideline tersebut menyebutkan bahwa antiplatelet (pada umumnya aspirin dosis rendah) direkomendasikan pada semua pasien stroke iskemik dalam waktu 24 jam sejak masuk RS. Standar adalah tingkat pencapaian yang ingin dipenuhi. Pada audit ini kriteria menyebutkan semua kasus stroke iskemik maka standar yang akan dicapai adalah 100%. Perkecualian diberikan pada pasien dengan riwayat alergi terhadap anti platelet, perdarahan saluran cerna, pasca operasi mayor/ trauma kepala mayor dalam 3 bulan terakhir, dan ada tindakan operasi dalam waktu bersamaan. Kasus yang tidak diberikan anti platelet tanpa penjelasan perkecualian dianggap sebagai variansi dan dianalisis faktor yang berkontribusi. Pengumpulan data dilakukan secara kohort retrospektif selama bulan januari-oktober 2016 dari sistem register stroke elektronik RS Bethesda Yogyakarta. Analisis data dilakukan secara deskriptif untuk menilai kesenjangan antara pencapaian standar dengan yang telah ditentukan sebelumnya. Bila ada kesenjangan apakah dapat dipertanggungjawabkan (termasuk dalam perkecualian). Hasil disampaikan dalam bentuk rekomendasi kepada pimpinan unit kerja untuk dilakukan tindak lanjut dan perbaikan. Hasil Data dikumpulkan dari register stroke elektronik RS Bethesda Yogyakarta. Eksplorasi terhadap catatan medik akan dilakukan pada kasus-kasus perkecualian untuk mencari justifikasi tidak diberikannya anti platelet. Justifikasi perkecualian dicatat dan ditampilkan dalam tabel. Data yang dikumpulkan adalah mulai bulan Januari 2016-Oktober 2016. Pasien stroke iskemik dari Januari sampai dengan Oktober 2016 ada 713 orang yang tercatat di register stroke elektronik RS Bethesda Yogyakarta. Kematian dijumpai pada 43 kasus selama periode 10 bulan 307

tersebut. Hal ini berarti angka kematian adalah 6,03%. Pemberian anti platelet tidak dilakukan pada 116 pasien diantara 713 pasien dengan stroke iskemik akut. Hal ini berarti ada deviasi sebesar 16,2% kasus. Pada 106 diantara 116 kasus tersebut ada justifikasi tidak diberikannya anti platelet (91,3%). Alasan terbanyak tidak diberikannya anti platelet adalah karena riwayat perdarahan (terutama perdarahan saluran cerna). Ada 10 (8,6%) kasus yang tidak memiliki justifikasi. Tabel 1. Pencapaian standar penggunaan anti platelet bulan Januari-Oktober 2016 Bulan Stroke Iskemik Anti Platelet (%) Januari 86 68 (79,07%) Justifikasi perkecualian 8 kasus, 6 kasus karena perdarahan saluran cerna, 2 kasus tidak diberikan dari awal Februari 63 50 (79,37%) 13 kasus, 12 kasus perdarahan saluran cerna, 1 kasus infark luas Maret 57 48 (84,21%) April 70 57 (81,43%) 9 kasus, 8 kasus perdarahan saluran cerna, 1 kasus hemicraniektomi dekompresi 13 kasus, 11 kasus perdarahan saluran cerna, 1 kasus perdarahan saluran kencing, 1 kasus tidak diberikan dari awal Mei 71 62 (87,32%) 9 kasus, 9 kasus perdarahan saluran cerna Juni 57 50 (87,72%) 7 kasus, 7 kasus perdarahan saluran cerna Juli 92 70 (76,09%) Agustus 78 56 (71,79%) September 66 58 (87,88%) Oktober 73 59 (80,82%) 22 kasus, 20 kasus perdarahan saluran cerna, 2 kasus tidak diberikan sejak awal 22 kasus, 18 kasus perdarahan saluran cerna, 2 kasus perdarahan saluran kencing, 2 kasus tidak diberikan sejak awal 8 kasus, 7 kasus perdarahan saluran cerna, 1 kasus tidak diberikan sejak awal 14 kasus, 10 perdarahan saluran cerna, 2 kasus perdarahan saluran kencing, 2 kasus tidak diberikan sejak awal 308

Tabel 2. Proporsi kematian stroke iskemik akut Bulan Stroke Iskemik Kematian Januari 86 4 Februari 63 2 Maret 57 6 April 70 4 Mei 71 6 Juni 57 4 Juli 92 3 Agustus 78 4 September 66 3 Oktober 73 7 Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka kematian stroke iskemik mencapai target yang ditetapkan yaitu dibawah 10% kasus. Angka ini jauh lebih rendah daripada angka kematian stroke di tingkat nasional yang mencapai 23,48% (WHO, 2014). Angka kematian stroke di RS Bethesda hampir mendekati angka kematian stroke di Singapura (terbaik di Asia Tenggara) yaitu sebesar 9,69% (WHO, 2014). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa ada 10 kasus tanpa justifikasi di dalam rekam medik mengapa anti platelet tidak diberikan. Hal ini dapat saja menjadi bagian dari pertimbangan klinis dokter dengan meninjau manfaat dan risiko efek samping (mis: infark luas dengan kemungkinan transformasi hemoragik yang besar). Diskusi Hasil audit menunjukkan bahwa kriteria penggunaan anti platelet belum mencapai standar. Justifikasi perkecualian pemenuhan standar belum dapat dipenuhi pada semua kasus. Penyebab perkecualian terbesar adalah perdarahan saluran 309

cerna. Ada kasus-kasus yang tidak mendapat anti platelet sejak awal, namun tidak dijumpai justifikasi yang jelas dalam catatan rekam medik. Audit klinik adalah upaya untuk memastikan bahwa pelayanan yang seharusnya diberikan sudah diberikan, dan bila belum diberikan sebagaimana seharusnya dicari latar belakangnya. Bila latar belakang yang mendasari kesenjangan dalam pelayanan tersebut telah teridentifikasi, maka dicari upaya terbaik untuk mengatasi kesenjangan tersebut. Bila upaya tersebut telah dilakukan, maka diukur kembali pencapaian standar. Audit klinik adalah siklus yang berkesinambungan untuk mencapai standar pelayanan sebagaimana ditetapkan (Lokuarchchi, 2006; Al- Baho & Senour, 2002). Audit yang dilakukan di unit stroke RS Bethesda Yogyakarta ini adalah audit berbasis standar. Peneliti mengidentifikasi standar dari berbagai clinical practice guideline yang ada dan menetapkan standar. Ada beberapa tipe audit, yaitu: (1) audit berbasis standar, (2) monitor terhadap kejadian tidak diharapkan/ cedera, (3) audit dari peer group, dan (4) survey dari pasien. Audit berbasis standar adalah yang paling umum dilakukan. Audit terhadap kejadian tidak diharapkan dan audit dari peer group adalah hampir samadan dilakukan secara reaktif terhadap cedera aksidental dan laporan ketidakpuasan (Dilnawas et al., 2012; Tsaloglidou, 2009). Pada studi kasus ini dipilih 2 topik audit, yaitu: yang berfokus pada proses (pemberian antiplatelet) dan berfokus pada luaran klinik (angka kematian dalam perawatan di RS). Hasil menunjukkan bahwa audit luaran klinik telah tercapai (angka kematian stroke iskemik <10%). Audit proses belum tercapai. Salah satu alasan utama belum tercapainya audit proses adalah tidak adanya justifikasi perkecualian pada kasus yang tidak mendapat anti platelet. Salah satu langkah terpenting dalam audit klinik adalah menyampaikan hasil dan merencanakan adanya perubahan (Dilnawas et al., 2012; Tsaloglidou, 2009). Pada studi kasus ini data 310

ditampilkan dalam bentuk tabel dan dilakukan eksplorasi rekam medik untuk menilai justifikasi perkecualian. Hasil audit menunjukkan masih ada sedikit kesenjangan dalam praktek pemberian anti platelet. Pada kasus yang tidak diberikan antiplatelet tidak dijumpai justifikasi yang terdokumentasi nyata alasan tidak diberikannya anti platelet. Justifikasi yang sangat jelas pada sebagian besar kasus yang tidak mendapat anti platelet adalah perdarahan saluran cerna. Kelemahan audit klinik pada studi kasus ini adalah penggunnan data yang bersifat retrospektif dan tidak ada eksplorasi mendalam (mis: wawancara dengan dokter yang merawat) untuk mencari alasan pembenaran tidak diberikannya anti platelet. Langkah perbaikan yang diusulkan adalah: sosialisasi guideline secara berkala, perbaikan pencetatan di rekam medis, dan audit secara berkala. Audit adalah sebuah siklus yang dilakukan secara berkesinambungan untuk perbaikan mutu pelayanan klinik (Lokuarchchi, 2006; Tsaloglidou, 2009; Chan et al., 2005). Audit klinik yang dilakukan di RS Bethesda Yogyakarta ini adalah audit klinik secara sistematik yang pertama kali dilakukan. Pada umumnya audit klinik yang dilakukan adalah audit kasus yang bersifat reaktif terkait keluhan pelanggan. Audit klinik ini akan dilakukan secara berkala setiap tahunnya. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan audit klinik yang dipersiapkan dengan baik dan berkesinambungan akan memperbaiki proses pelayanan klinik (Tsaloglidou, 2009; Chan et al., 2005). Kesimpulan Audit klinik penggunaan anti platelet untuk stroke iskemik dan pencapaian luaran klinik di RS Bethesda Yogyakarta dapat dilaksanakan. Luaran stroke iskemik di RS Bethesda Yogyakarta lebih baik daripada luaran klinik stroke di tingkat nasional. Dukungan sistem register elektronik yang kuat membantu 311

pengumpulan data secara cepat. Hasil audit menunjukkan ada sedikit kesenjangan dalam perecualian pemberian anti platelet. Hasil audit dilaporkan kepada pimpinan dan disosialisasikan secara berkala. Audit akan dilakukan secara berkesinambungan untuk mempersempit kesenjangan tersebut di waktu mendatang. Daftar pustaka Al Baho AK, Senour M, Clinical Audit in General Practice, Bull of Kuwait Med Specialization, 2002, 163-168 Basri H, Piaw CS, Irane L, Soon MC, et al, Clinical Practice Guideline: Management of Ischemis Stroke, 2012, Ministry of Health Malaysia Canadian Best Practice Recommendation for Stroke Care, A Guide to The Implementation of Stroke Unit Care. 2010, Canadian Stroke Network Chan SC, Chandramani T, Chen TY, et al, 2005, Audit of Hypertension in General Practice, Med J Malaysia, 2005, 60(4) Dilnawaz M, Mazhar H, Shakih ZA, Clinical Audit: A Simplifed Approach, Journal Pakistan Assoc of Dermatol, 2012, 22(4): 358-362 Lokuarchchi SK, Clinical Audit, What is it and how to do it?, Galle Med J, 2006,11(1): 42-45 Mackay J, Merdash GA, The Atlas of Heart Disease and Stroke,WHO, 2012, Geneva Micheils D, Sun Y, Thijs V, et al, Stroke Unit: Efficacy, Quality Indicators, and Organisation, 2012, Belgian Healthcare Knowledge Center Perdossi, Guideline Stroke Perdossi, 2011, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia Riskesdas, Laporan Riset Kesehatan Dasar Indonesia, Kementerian Kesehatan RI, 2013, Jakarta Tsaloglidou A, Does Audit Improve the Quality of Care, Int Jnof Car Sci, 2009, 2(2) WHO, WHO Atlas of stroke and cardiovascular disease, WHO, 2014, Geneva 312