I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

I. PENDAHULUAN. tidak berkelanjutan. Pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering merusak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) adalah salah satu komoditas perkebunan

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras yang memiliki

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah biasanya diperlukan didalam budidaya tanaman dengan

STAF LAB. ILMU TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tanaman perkebunan penting sebagai

1. PENDAHULUAN. yang biasa dilakukan oleh petani. Tujuan kegiatan pengolahan tanah yaitu selain

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

PENDAHULUAN Latar Belakang

Fahmuddin Agus dan Achmad Rachman Peneliti Balitbangtan di Balai Penelitian Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman

BAB I PENDAHULUAN. isu utama dalam perubahan lingkungan global. Untuk mengurangi pengaruh emisi

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tebu ( Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman penting sebagai penghasil

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Biomassa berperan penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 sekitar ton dan tahun 2010 sekitar ton (BPS, 2011).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung termasuk kelas monocotyledone, ordo graminae, familia

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2011 sampai dengan bulan Mei

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

PEMBAHASAN UMUM. Gambar 52. Hubungan antara nisbah C/N dengan fluks CO 2. Fluks CO2. (mg CO2 kg tanah -1 harī 1 )

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

SIFAT KIMIA ULTISOLS BANTEN AKIBAT PENGOLAHAN TANAH DAN PEMBERIAN PUPUK KOMPOS. Oleh: 1) Dewi Firnia

II. TINJAUAN PUSTAKA. ditanam pada lahan tersebut. Perlakuan pengolahan tanah diperlukan dalam

Geografi. Kelas X ATMOSFER VII KTSP & K Iklim Junghuhn

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KEBERLANGSUNGAN FUNGSI EKONOMI, SOSIAL, DAN LINGKUNGAN MELALUI PENANAMAN KELAPA SAWIT/ HTI BERKELANJUTAN DI LAHAN GAMBUT

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ditinjau dari luasannya, maka lahan alang-alang merupakan lahan yang

I. PENDAHULUAN. Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

Iklim Perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan bagian komoditi ekspor yang strategis dan sangat

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

I. PENDAHULUAN. meningkat seiring dengan pengembangan energi alternatif bioetanol sebagai

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Pemanfaatan lahan pertanian yang intensif dan tanpa memperhatikan

I. PENDAHULUAN. Tanah disebut padat apabila porositas totalnya, terutama porositas yang terisi

LEBIH DALAM : PADI, KARET DAN SAWIT. Disusun oleh : Queen Enn. Nulisbuku.com

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

DISAMPAIKAN PADA ACARA PELATIHAN BUDIDAYA KANTONG SEMAR DAN ANGGREK ALAM OLEH KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menyebabkan kerusakan dan kerugian bagi masyarakat di sekitar

I. PENDAHULUAN. Upaya pemenuhan kebutuhan beras bagi 230 juta penduduk Indonesia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

IV. ORGANISME TANAH UNTUK PENGENDALIAN BAHAN ORGANIK TANAH

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fluks dan Emisi CO2 Tanah

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan 32% Papua 30% dan sebagian kecil ada di Sulawesi, Halmahera

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global terjadi sebagai akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, diantaranya yaitu CO 2, CH 4 dan N 2 O baik yang dihasilkan dari ekosistem alami maupun ekosistem buatan termasuk sektor pertanian (MAF, 2006). Sektor pertanian merupakan salah satu pemasok karbon dalam jumlah besar ke atmosfir. Praktik pengolah tanah pertanian di Indonesia pada umumnya adalah pengolahan tanah intensif. Sistem pertanian dengan olah tanah intensif di lahan kering dapat merusak agregat tanah sehingga partikel-partikel tanah menjadi lepas dan karbon tanah hilang terbawa erosi, dan memacu oksidasi bahan organik tanah sehingga menurunkan cadangan karbon tanah dan meningkatkan emisi gas CO 2 (Utomo, 2004). Peningkatan emisi gas CO 2 perlu diperhatikan, karena dapat meningkatkan pemanasan global yang sudah terjadi pada saat ini. Oleh karena itu perlu dilakukan pengolahan tanah konservasi untuk mengurangi emisi gas CO 2, sehingga tercipta pertanian yang ramah lingkungan.

2 Sistem olah tanah konservasi berpengaruh baik terhadap sifat biologi tanah. Menurut Utomo (2006), dengan sistem olah tanah konservasi (OTK) jangka panjang dapat meningkatkan keanekaragaman biota tanah, baik di dalam tanah maupun di permukaan tanah, hal ini terjadi karena semakin membaiknya kondisi agroklimat akibat penggunaan mulsa. Selain pengolahan tanah, pemupukan juga berpengaruh penting dalam pertumbuhan dan produksi tanaman pangan. Pemupukan adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk memberikan unsur hara kepada tanah dan atau tanaman sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman ( Hakim, dkk., 1986). Pada penelitian ini diberikan pemupukan Nitrogen terhadap tanah yang sebagai penambah unsur hara bagi tanaman. Pemupukan N digunakan secara intensif pada produksi tanaman non legum, seperti padi, jagung dan tanaman lain. Nitrogen relatif lebih mudah bergerak dalam tanah, oleh karena itu dia mudah mencapai akar dan juga mudah hilang akibat pencucian ataupun menguap ke udara. Sehingga perlu difikirkan tingkat keefisienan dalam pemupukan N (Hakim, dkk., 1986). Nitrogen diserap tanaman selama masa pertumbuhan tanaman sampai dengan pematangan biji. Tetapi penyerapan N oleh tanaman tidak sama banyaknya pada setiap fase pertumbuhan, sehingga tanaman menghendaki tersedianya nitrogen secara terus menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pemasakan biji (Suprapto, 1996).

3 Pupuk N merupakan masukan utama dalam sistem usahatani. Kekurangan atau ketidaktepatan pemberian pupuk N akan sangat merugikan bagi tanaman dan lingkungan (Hipi, dkk., 2001). Secara umum pupuk N dapat meningkatkan produksi jagung. Nitrogen diperlukan oleh tanaman jagung sepanjang pertumbuhannya. Oleh karena itu perlu dilakukan pemupukan N secara tepat kepada tanaman. Jagung merupakan tanaman yang sangat respon terhadap pemupukan N, sehingga kekurangan N merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan kegagalan panen pada tanaman jagung (Laffite, 2000 dalam Murni, 2007). Hal ini disebabkan karena tanaman jagung memerlukan hara cukup tinggi untuk mencapai pertumbuhan terbaiknya. Di daerah tropis, tanaman jagung yang produksinya 4-5 ton ha -1 menyerap nitrogen 100 150 kg ha -1, sedangkan untuk produksi 8 10 ton ha -1, tanaman jagung menyerap nitrogen lebih dari 200 kg ha -1 (Sanchez, 1992) Laju emisi karbon tanah dapat ditekan menjadi seminimum mungkin sehingga sumbangan karbon dari sektor pertanian kepada pemanasan global dapat berkurang. Dengan penggunan sistem olah tanah ini peningkatan gas rumah kaca ke atmosfer dapat dihambat, sehingga membantu mengurangi pemanasan global (Utomo, 2004). Untuk itu perlu dilakukannya suatu terobosan untuk menjadikan pertanian yang ramah lingkungan dan dapat berkelanjutan. Dengan penelitian pengaruh olah tanah dan pemupukan N jangka panjang terhadap emisi gas CO 2 ini, diharapkan dapat mewujudkan pertanian yang ramah

lingkungan, yang dapat menjaga kestabilan iklim, dan dapat menghindarkan bumi dari pamanasan global yang semakin hari semakin meningkat. 4 B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah konservasi dan pemupukan N jangka panjang terhadap emisi gas CO 2. C. Kerangka Pemikiran Emisi CO 2 dari tanah pertanaman jagung pada saat ini sudah lebih tinggi dari pada emisi CO 2 yang dihasilkan oleh tanah hutan. Penelitian emisi CO 2 yang dilakukan di Thailand menyebutkan bahwa nilai emisi pada tanah pertaman jagung dalam 1 musim sebesar 3810 kg C ha -1, sedangkan emisi dari tanah hutan adalah sebesar 2780 kg C ha -1 (Jaiarree, dkk., 2006). Hal ini perlu diperhatikan agar pemanasan global tidak meningkat. Olah tanah intensif (OTI) dan pemupukan N merupakan cara bertani yang sangat umum dilakukan oleh petani dalam praktik usahatani. Penggemburan tanah dan penambahan hara merupakan tujuan utama dari sistem ini untuk mendapatkan produksi tanaman yang tinggi. Olah tanah intensif dapat meningkatkan aerasi tanah dengan suhu tanah, serta menurunkan kelembaban tanah. Hal ini dapat meningkatkan respirasi tanah yang mengemisikan CO 2 ke udara. Penambahan pupuk N ke tanah dapat meningkatkan ataupun menurunkan jumlah dan aktivitas mikroorganisme tanah (Anas, 1990). Aktivitas mikroorganisme tanah ini dapat berpengaruh terhadap jumlah CO 2 yang

5 dihasilkan dari respirasi mikroorganisme tanah. Penelitian Fernando (2010) menyatakan bahwa sistem olah tanah intensif dengan pemupukan N maupun tanpa pemupukan N dapat mempercepat pelepasan C-CO 2 ke udara. Pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus dalam waktu yang lama dapat menurunkan kualitas sifat sifat tanah, ketersediaan bahan organik dan unsur hara, kemudian menyebabkan tanah menjadi rentan terhadap erosi yang di sebabkan oleh pukulan air hujan. Karena seringnya tanah terbuka, maka tanah lebih riskan terhadap dispersi agregat, erosi dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah (Pankhurst dan Lynch, 1993 dalam Rahman dkk., 2008). Olah tanah konservasi (OTK) terdiri dari tanpa olah tanah (TOT) dan olah tanah minimum(otm). Sistem TOT dan OTM merupakan cara bertani yang menyisakan sisa tanaman di atas permukaan tanah sebagai mulsa dengan tujuan mengurangi erosi dan penguapan air dari permukaan tanah. Sistem TOT sama sekali tidak melakukan pembongkaran tanah, artinya tanah sama sekali tidak diberi perlakuan mekanik, sedangkan pada sistem OTM, bagian permukaan tanah dibesit, yaitu diberi sedikit cacahan pada bagian permukaan tanah, tanpa adanya pembongkaran tanah (Utomo, 1995). Olah tanah konservasi dapat mempertahankan suhu dan kelembaban tanah, sehingga aktivitas mikroorganisme tanah berlangsung normal. Mulsa yang terdekomposisi dapat dijadikan sumber hara yang kemudian dimanfaatkan oleh tanaman, sehingga pemupukan tidak perlu dilakukan dengan dosis besar. Suwardjo (1981) mengatakan bahwa penggunaan mulsa tanpa dikaitkan dengan OTK adalah kurang efisien, tetapi penerapan sistem OTK tanpa menggunakan

mulsa adalah kesalahan. Hal ini berarti bahwa keefektifan sistem OTK ditentukan oleh penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa di permukaan tanah. 6 Menurut Anas (1990) pengolahan tanah berpengaruh besar terhadap aktivitas dan jumlah mikroorganisme. Peningkatan aktivitas dan jumlah mikroorganisme berpengaruh pula terhadap emisi CO 2 ke udara yang dihasilkan dari proses respirasi mikroorganisme dan akar tanaman. Sistem OTK dapat mengurangi emisi CO 2 yang dihasilkan oleh sistem OTI karena kondisi tanah tidak terganggu. Pada pertanian tanaman pangan, kelembaban dan air tersedia tanah sistem OTK relatif lebih tinggi dibandingkan dengan OTI (Utomo, 2006). Peningkatkan kelembaban tanah pada sistem olah tanah konservasi tidak lepas dari peranan mulsa. Mulsa adalah berbagai macam sisa tanaman yang dihamparkan di permukaan tanah dengan tujuan melindungi tanah dan akar tanaman dari pengaruh benturan air hujan, retakan tanah, kebekuan, penguapan erosi dan sebagainya (Jack, dkk., 1955 dalam Suwardjo dan Dariah, 1995). Beberapa manfaat dari penggunaan mulsa adalah : (1) melindungi agregat tanah dari daya perusak air hujan, (2) meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah, (3) mengurangi volume dan kecepatan aliran permukaan, (4) mengurangi erosi, (5) memelihara suhu dan kelembaban tanah, (6) memelihara kandungan bahan organic tanah, (7) meningkatkan stabilitas agregat tanah dan (8) mengendalikan pertumbuhan tanaman pengganggu (Suwardjo dan Dariah, 1995). Dengan penggunaan mulsa, sistem olah tanah konservasi diharapkan dapat menurunkan emisi gas CO 2.

7 D. Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Emisi gas CO 2 (respirasi tanah) pada sistem tanpa olah tanah dan sistem olah tanah minimum lebih rendah daripada emisi gas CO 2 (respirasi tanah) pada sistem olah intensif. 2. Semakin tinggi pemupukan N maka emisi CO 2 akan semakin tinggi. 3. Interaksi perlakuan pengolahan tanah TOT dengan perlakuan pemupukan 0 kg N ha -1 menghasilkan emisi CO 2 (respirasi tanah) yang paling rendah.