BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai skandal penipuan dan manipulasi laporan keuangan yang telah dilakukan oleh perusahaan seperti kasus manipulasi laporan keuangan dan pembuatan surat berharga fiktif oleh Bank Global, penggelembungan laporan keuangan PT Kimia Farma, Tbk, pembuatan laporan ganda oleh Bank Lippo serta skandal kasus lainnya menunjukkan masih lemahnya kemampuan perusahaan dalam mengelolanya. Tidak hanya itu, krisis di Indonesia yang pernah terjadi tahun 1997 menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) tahun 2004 bukan hanya disebabkan oleh krisis ekonomi semata melainkan juga belum dilaksanakannya sistem tata kelola perusahaan yang baik atau dikenal dengan good corporate governance. Selain itu, krisiskrisis ekonomi seperti pada tahun 1997 yang melanda Indonesia dan negara lainnya pun banyak memberikan dampak yang merugikan bagi perusahaan di Indonesia. Bukan hanya perusahaan yang merugi, dunia perbankan pun juga terkena dampaknya. Belum diterapkannya good corporate governance ini dibuktikan dengan kinerja manajemen perbankan yang masih buruk serta kurangnya transparansi informasi dari pihak manajemen kepada para stakeholders. Sehingga, salah satu yang disoroti dari pertumbuhan perbankan saat ini adalah praktik corporate governance. Dalam beberapa tahun terakhir 1
ini, corporate governance menjadi pusat perhatian banyak kalangan seperti para akademisi, investor dan pihak berkepentingan lainnya. Hal ini berkaitan dengan risiko baik risiko finansial maupun nonfinansial yang mungkin dihadapi di dunia perbankan yang semakin meningkat. Sehingga kesadaran manajemen perbankan untuk menyediakan informasi kepada para stakeholders mengenai tata kelola perusahaan sangat diperlukan. Respon pemerintah atas perkembangan corporate governance ini dilakukan dengan dibentuknya Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) berdasarkan Keputusan Menko Ekuin Nomor: KEP/31/M.EKUIN/08/1999 yang telah mengeluarkan Pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang pertama. Pada November 2004, KNKCG diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) berdasarkan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004 dan bertugas menyempurnakan Pedoman Umum GCG. Pedoman Umum GCG bukanlah peraturan perundangan tapi berisi landasan bagi perusahaan yang ingin mempertahankan usahanya dalam jangka panjang dengan menerapkan prinsip GCG yang dianjurkan atas kesadaran perusahaan itu sendiri. Sehingga untuk menghindari asimetri informasi terhadap masyarakat, perusahaan dengan kesadaran sendiri seharusnya mengungkapkan laporan pelaksanaan GCG di dalam laporan tahunannya. Hal ini sejalan dengan BAB VII Pedoman Umum GCG KNKG mengenai Pernyataan tentang Penerapan Pedoman GCG. 2
Dalam undang-undang, masing-masing bank baik bank konvensional maupun bank syariah telah diwajibkan untuk menerapkan GCG. Kewajiban menerapkan GCG bagi bank syariah telah diatur dalam UU RI Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang selanjutnya diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Sedangkan Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Konvensional diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006. Dalam PBI masing-masing bank telah diatur kewajiban untuk menyusun laporan pelaksanaan Good Corporate Governance dengan mengungkapkan beberapa hal yang menjadi indikator bahwa perusahaan telah melaksanakan Good Corporate Governance. Kewajiban penyusunan laporan pelaksanaan Good Corporate Governance bank konvensional telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Pasal 61 ayat 2 dan 3, sedangkan untuk bank syariah telah diatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 Pasal 62 ayat 2 dan 3. Dalam penelitian terdahulu, Adiono & Sholihin (2014) menganalisis mengenai corporate governance disclosure dalam laporan tahunan bank syariah di Indonesia dengan menggunakan indikator PBI No 11/33/PBI/2009. Penelitian ini menunjukkan tingkat corporate governance disclosure bank syariah berdasarkan peraturan yang diwajibkan oleh Bank Indonesia. Dari kesembilan sampel bank syariah yang digunakan, Bank Syariah Mandiri, Bank BCA Syariah dan Bank Muamalat memiliki nilai pengungkapan yang 3
tertinggi, sedangkan Bank Bukopin memiliki rata-rata tertinggi. Semakin berkembangnya regulasi pengungkapan corporate governance di Indonesia maka faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan informasi corporate governance perusahaan menjadi hal yang penting pula untuk diteliti. Penelitian yang pernah dilakukan tersebut belum meneliti mengenai corporate governance disclosure perusahaan atas dasar sukarela dan tidak meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perusahaan untuk mengungkapkan informasinya. Sehingga, berbeda dari penelitian sebelumnya, penulis akan memilih untuk meneliti corporate governance disclosure dari sudut pandang voluntary dan faktor-faktor yang mempengaruhi seperti profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan serta penambahan sampel penelitian tidak hanya perbankan syariah tetapi juga perbankan konvensional. Penelitian mengenai voluntary disclosure ini dilakukan dengan membandingkan indikator pengungkapan pelaksanaan corporate governance yang disarankan oleh Pedoman Umum GCG oleh KNKG, namun tidak diwajibkan oleh PBI masing-masing bank. Sehingga indikator-indikator yang belum terdapat di PBI namun disarankan oleh Pedoman Umum GCG akan menjadi indikator voluntary corporate governance disclosure. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengambil judul penelitian Pengaruh Profitabilitas, Leverage dan Ukuran Perusahaan terhadap Voluntary Corporate Governance Disclosure Dalam Laporan Tahunan Perbankan di Indonesia: Studi Empiris Bank Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia. 4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah a. Sejauh manakah tingkat voluntary corporate governance disclosure dalam laporan tahunan perbankan di Indonesia selama periode 2011-2013? b. Apakah profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap tingkat voluntary corporate governance disclosure dalam laporan tahunan perbankan di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk menguji sejauh mana tingkat voluntary corporate governance disclosure dalam laporan tahunan perbankan di Indonesia dan untuk menguji apakah profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat voluntary corporate governance disclosure dalam laporan tahunan perbankan di Indonesia. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa: 1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan di bidang akuntansi, khususnya mengenai tingkat voluntary corporate governance disclosure dan pengaruh profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap tingkat voluntary corporate governance disclosure dalam laporan tahunan perbankan di Indonesia. 5
2. Bagi perbankan, dapat memberikan pemikiran mengenai tingkat voluntary corporate governance disclosure dan pengaruh profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap tingkat voluntary corporate governance disclosure dalam laporan tahunan perbankan di Indonesia. 3. Bagi masyarakat, dapat memberikan gambaran mengenai perbankan yang secara serius peduli dengan transparansi tata kelola perusahaan sehingga akan menjadi pertimbangan bagi masyarakat dalam memilih produk dan jasa perbankan yang akan mereka pilih. 1.5 Batasan Penelitian Penelitian ini dibatasi pada objek pengamatan bank konvensional dan bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia sejak periode 2011 sampai dengan 2013. Selain itu, selama periode tersebut masing-masing bank menerbitkan laporan tahunan dapat diunduh di www.idx.co.id atau di website masing-masing bank. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini terdiri dari lima bab yang runtut dan dimaksudkan untuk mempermudah pembahasan dalam penulisan. Adapun sistematika penulisan tersebut sebagai berikut : Bab I adalah Bab Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, batasan penelitian dan sistematika penulisan. Bab ini ditujukan sebagai pengantar untuk memahami penelitian yang dilakukan oleh penulis. 6
Bab II adalah Bab Kajian Pustaka. Pada bab ini penulis memberikan definisi terkait dengan variabel penelitian seperti voluntary corporate governance disclosure, serta pengaruh profitabilitas, leverage dan ukuran perusahaan terhadap voluntary corporate governance disclosure serta teori-teori yang mendasari hipotesis, termasuk di antaranya penelitian sebelumnya. Dalam bab ini juga dijelaskan bagaimana terbentuknya hipotesis yang akan diteliti. Bab III adalah Bab Metode Penelitian. Bab ini menjelaskan mengenai definisi variabel, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV adalah Bab Analisis Data dan Pembahasan. Dalam bab ini berisi tentang analisis data dan pembahasan mengenai olahan data dari informasi yang telah terima dan diinterpretasikan oleh penulis untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan di awal. Bab V adalah Bab Penutup. Dalam bab ini, penulis akan menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya berdasarkan hasil penelitian yang telah dijabarkan pada Bab Analisis Data dan Pembahasan. Selain itu, penulis juga menuliskan keterbatasan penelitian dan merumuskan saran untuk penelitian selanjutnya. 7