BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin baik suatu bangsa maka semakin baik pula kualitas bangsa itu, itulah asumsi secara umam terhadap program pendidikan suatu bangsa (Saiful 2005). Berdasarkan penelitian World Health Organization (WHO), diseluruh dunia terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa pertahun dan kemudian bayi khususnya neonatus sebesar 10.000.000 jiwa pertahun,menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2000 2003 (Manuaba,2002). Pelayanan Keluarga Berencana adalah suatu paket pelayanan kesehatan reproduksi yang memegang peranan penting dalam kehidupan di dalam masyarakat. Oleh karena itu faktor yang sangat menentukan dalam pelayanan tersebut adalah aspek tenaga kesehatan yang berkompeten dalam bidang ini. Salah satu caranya dengan optimalisasi kemampuan bidan dalam penguasaan alat alat dan bahan yang berhubungan dengan kontrasepsi (Prawirohardjo,2003). Pemakaian kontrasepsi IUD merupakan upaya pencegahan kehamilan sehingga berpengaruh dalam akselerasi penurunan AKI,dibutuhkan tenaga bidan yang berkualitas (Manuaba,2002). Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang mempunyai peran pemberi pelayanan kebidanan,pengelola pelayanan kebidanan,pendidik dan peneliti.didalam pelayanan kebidanan salah satu berwenang memberi pelayanan 1
2 kebidanan keluarga berencana,sehingga berpengaruh dalam keberhasilan pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi (Depkes RI,2004). Kemampuan bidan dalam memberi pelayanan IUD yang bermutu dapat dinilai dari pelayanan yang diberikan apakah dapat memuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan,baik pelayanan tehnis bidan maupun komunikasi interpersonal/konseling (KIP/K/KB) Untuk mencapai hal tersebut perlu dilatih pengetahuan, kemampuan dan tingkat kemampuan tehnis bidan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan tersebut selain kemampuan tehnis juga diperlukan komunikasi interpersonal dalam bentuk konseling berupa latihan untuk membantu orang lain memperoleh pengertian lebih baik,mengenai diri nya, sikap, kecemasan dalam usaha untuk memahami masalah yang sedang dihadapi klien (Sofyan,2006). Untuk menghasilkan tenaga bidan yang bermutu harus memiliki kemampuan komprehensif, profesional,melalui instansi pendidikan tenaga kesehatan yang berkualitas dilihat dari tersedianya dosen (Sumber Daya Manusia),kualitas sarana prasarana,kurikulum pembelajaran kelas laboratorium dan praktek klinik serta keadaan lahan praktek (Depkes RI,2004). Tenaga dosen (SDM) harus memiliki kemampuan kepribadian, pedagogik,profesional dan sosial sesuai standar. Sarana prasarana memadai baik alat bantu belajar mengajar laboratorium perpustakaan dan lahan praktek harus sesuai dengan standar. Kurikulum Pendidikan D.III kebidanan adalah kurikulum berdasar paradigma kompeten based memuat 100 sks, teori 40 % dan praktek 60 %.
3 Mata kuliah D.III kebidanan terdiri dari mata kuliah Pengembangan Kepribadian (MPK),mata kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK). Salah satu mata kuliah MKK adalah mata kuliah Asuhan Kebidanan pelayanan KB, dengan mempelajari mata kuliah ini calon bidan akan mempunyai kemampuan dalam menguasai materi dan mampu mengaplikasinya dalam memberikan asuhan kebidanan pelayanan KB termasuk pelayanan kontrasepsi IUD. Kemampuan mahasiswa memberi asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi IUD disamping melalui belajar teori perlu pembelajaran praktek laboratorium, mahasiswa tidak hanya mendengar dan melihat, tapi bisa langsung melakukan simulasi pada phantom, sehingga bisa dinilai kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan insersi IUD sesuai standart (Suparman,2003). Selain yang disebutkan diatas, bahwa keberhasilan pembelajaran dilaboratorium adalah juga ditentukan oleh kemampuan dosen karena dosen merupakan ujung tombak yang secara langsung memimpin dan membimbing mahasiswa dalam melakukan praktek. Oleh karena itu dosen harus mampu memahami berbagai ketrampilan termasuk penguasaan pengajaran dalam laboratorium. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk meneliti hubungan praktek laboratorium mata kuliah askeb KB dengan pencapaian kompetensi mahasiswa dalam melakukan insersi IUD di Akbid Sehat Medan.
4 1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum Tujuan umum adalah untuk mengetahui hubungan praktek laboratorium mata kuliah askeb KB dengan pencapaian kompetensi mahasiswa dalam melakukan insersi IUD. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui kemampuan dosen dalam praktek laboratorium. 2. Untuk mengetahui hubungan praktek laboratorium terhadap pencapaian kompetensi Askeb Pelayanan KB. 3. Untuk mengetahui kompetensi mahasiswa dalam melakukan insersi IUD. 4. Untuk mengetahui pelaksanaan praktek laboratorium dalam melakukan insersi IUD. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1 Apakah ada hubungan antara kemampuan dosen dalam memberi materi terhadap pencapaian kompetensi mahasiswa dalam melakukan insersi IUD dengan hasil yang di perolehnya. 1.3.2 Apakah dengan adanya sarana prasarana yng baik akan menunjang kompetensi mahasiswa dalam melakukan insersi IUD dengan hasil yang diperolehnya.
5 1.3.3 Apakah pelaksanaan praktek laboratorium akan berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi mahasiswa dalam melakukan insersi IUD dengan hasil yang diperolehnya. 1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Dapat menjadi masukan bagi pihak instansi Akbid Sehat Medan untuk mengetahui hubungan pelaksanaan praktek laboratorium dengan kemampuan mahasiswa memberi pelayanan IUD sehingga pihak instansi dapat melakukan tindak lanjut dari hasil penelitian serta juga dapat meningkatkan pengetahuan ketrampilan mahasiswa dalam praktek pelayanan pemasangan IUD. 1.4.2 Dapat menjadi masukan bagi mahasiswa bahwa pentingnya ketrampilan dalam memberikan pelayanan kontrasepsi yang baik dan benar. 1.4.3 Dapat menjadi pengalaman bagi peneliti dan menjadi masukan bagi peneliti selanjutnya.