BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pendidikan nasional dilandasi oleh paradigma membangun

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam tulisan ini adalah data sekunder (Time Series) dari

BAB I PENDAHULUAN. sosio-ekonomi dan budaya serta interaksi dengan kota kota lain di sekitarnya. Secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. akan memberikan dukungan bagi pelaksanaan pembangunan. Pendidikan yang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. hak dasar rakyat. Infrastruktur adalah katalis pembangunan. Ketersediaan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

TERWUJUDNYA MASYARAKAT MADANI DAN SEJAHTERA YANG MENERAPKAN NILAI-NILAI DINUL ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti

BAB I PENDAHULUAN. tidak terpisahkan serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan daerah dan

pengolahan produksi serta menunjang pembangunan wilayah (Antonius,1993).

BAB I PENDAHULUAN. bermaksud menjelaskan hubungan antara lingkungan alam dengan penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Sumber data statistic BPS DKI Jakarta. Dinas Pemadam Kebakaran DKI Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan adalah usaha menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep pembangunan yang berkembang disekitar kita antara lain konsep

ASPEK STRATEGIS PENATAAN RUANG KAWASAN PERKOTAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pemetaan digital Sistem Informasi Geografis (SIG) atau Geographic

BAB I PENDAHULUA N. mensejahterakan kehidupan masyarakat. Ketatnya persaingan dunia dengan

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. sehingga investasi dalam pendidikan bukan hanya memberikan dampak bagi

2014 ANALISIS LOKASI SEKOLAH DI KECAMATAN PARONGPONG KAB. BANDUNG BARAT

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terbawah kedua setelah Rukun Tetangga (RT), akan tetapi desa justru menjadi

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai Negara berkembang terus mengalami perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. terutama negara sedang berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan terjadi tatkala

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor penyebab..., Rika Aristi Cynthia, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan global mengharuskan Indonesia harus mampu bersaing

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB I PENDAHULUAN. usaha manusia dalam rangka memajukan aktivitas. Pendidikan sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas ekonomi dan tugas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

PP 27/1994, PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batas administratif yang memisahkan dua wilayah, mempunyai berbagai

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk yang hidup dan tinggal di daerah kota tersebut. Penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

Visi, Misi, Tujuan Dan Sasaran

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM

PENDAHULUAN Latar Belakang

STUDI PEMANFAATAN PARKIR UMUM DAN PARKIR KHUSUS TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PERPARKIRAN DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

I. PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewajiban yang diberikan kepada daerah otonom

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah memberikan kewenangan secara luas kepada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang sedang berkembang tidak lepas dari masalah-masalah yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. Mulai berlakunya Asia Free Trade Area (AFTA) dan Asia Free. akan melibatkan para pelaku bisnis di Indonesia dan secara luas akan

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB IV KONDISI UMUM KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. wilayah tanah air Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN CILACAP dan BUPATI CILACAP MEMUTUSKAN :

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

I. PENDAHULUAN. tempat hidup setiap warga kota. Oleh karena itu, kelangsungan dan kelestarian kota

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

BAB I PENDAHULUAN. upaya pemberdayaan ekonomi rakyat adalah koperasi. Hal ini dikarenakan

KATA PENGANTAR. hidayah-nya. Rencana Strategis (Renstra) Dinas Sosial Tenaga Kerja dan

BAB II PROGRAM KERJA. Dinas Tenaga Kerja merupakan instansi teknis yang melaksanakan salah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dimana dua pertiga wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sektor penting yang secara langsung memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian atau kedewasaan manusia seutuhnya baik secara mental,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pendidikan nasional dilandasi oleh paradigma membangun Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan dimensi kemanusiaan secara optimal. Upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya melalui pemerataan pendidikan dan menempatkan guru pendidik professional yang memiliki tugas utama yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan mengevaluasi peserta didik pada tingkatan-tingkatan tertentu. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan. Karena itu tujuan pendidikan memiliki dua fungsi, yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Sehubungan dengan fungsi tujuan yang demikian penting, maka menjadi keharusan bagi pendidikan untuk memahaminya, karena tujuan pendidikan bersifat memuat nilai-nilai yang sifatnya abstrak. Pelaksanaannya hanya mungkin apabila tujuan yang ingin dicapai dibuat jelas, konkret dan memiliki berbagai fasilitas-fasilitas yang mendukung. Sistem pendidikan menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial budaya dan masyarakat sebagai suprasistem. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sosial budaya sebagai suprasistem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya, menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan intern sistem pendidikan itu 1

2 menjadi sangat kompleks. Artinya suatu permasalahan intern dalam pendidikan selalu ada kaitannya dengan masalah-masalah di luar sistem pendidikan itu sendiri. Misalnya masalah pemerataan sarana dan prasaran sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi geografis suatu wilayah, serta masih banyak lagi faktorfaktor lainnya diluar sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu kesuksesan hasil pendidikan secara nasional. Ketertinggalan mutu pendidikan saat ini mulai dirasakan, baik pendidikan formal maupun informal, dan hasil itu diperoleh setelah membandingkan dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumberdaya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, seharusnya sumberdaya manusia Indonesia terus ditingkatkan agar tidak kalah bersaing dengan sumberdaya manusia di negara-ngara lain. Salah satu penyebab utama ketertinggalan mutu pendidikan di Indonesia adalah karena kurangnya pemerataan pendidikan, terkhusus dalam bidang pemerataan sarana fisik sekolah seperti ketersediaan gedung-gedung sekolah di seluruh wilayah Indonesia. Pemerataan pendidikan menjadi hal yang penting dalam iklim demokrasi dimana semua anak bangsa berhak untuk mengenyam pendidikan secara layak, sehingga tidak ada diskriminasi dimana yang kaya bisa mendapatkan pendidikan secara layak dan setinggi-tingginya, sementara yang kurang mampu belum bisa mendapatkan pendidikan sesuai dengan keinginan mereka meskipun secara intelektual mereka mumpuni. Proses pendidikan merupakan kegiatan memobilisasi segenap komponen pendidikan oleh pendidik yang terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Bagaimana proses pendidikan itu dilaksanakan sangat menentukan kualitas

3 hasil pencapaian tujuan pendidikan. Kualitas proses pendidikan menggejala pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya. Kedua pengelolaan tersebut satu sama lain saling mempengaruhi. Walaupun komponenkomponen cukup baik seperti tercukupinya tenaga-tenaga pendidik, namun jika tidak tersedianya prasarana dan sarana seperti gedung-gedung sekolah, maka tujuan pendidikan tidak dapat dicapai secara optimal. Demikian pula bila pengelolaan dan perencanaan baik tetapi di dalam kondisi serba kekurangan, akan mengakibatkan hasil yang tidak optimal. Untuk itu perlu diperhatikan setiap komponen-komponen yang mendukung terhadap proses pencapaian pendidikan yang seutuhnya seperti keberadaan peserta didik, tenaga pendidik, lingkungan sekolah dan pembangunan fasilitas yang memadai yang akan menyokong tercapainya tujuan pendidikan. Pada saat ini pendidikan nasional dihadapkan pada beberapa permasalahan yang menonjol, diantaranya masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan, masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan serta masih lemahnya manajemen pendidikan, disamping itu belum terwujudnya kemandirian dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di kalangan satuan tingkat pendidikan. Ketimpangan pemerataan pendidikan juga terjadi antarwilayah geografis yaitu antara perkotaan dan perdesaan, serta antara kawasan timur Indonesia (KTI) dan kawasan barat Indonesia (KBI), dan antartingkat pendapatan penduduk ataupun antargender. Ketidakmerataan distribusi sarana pendidikan begitu tampak jelas di berbagai wilayah, kurangnya perencanaan dalam penentuan letak suatu sarana pendidikan diklaim menjadi penyebab utama tidak seimbangnya ketersediaan

4 gedung-gedung sekolah dengan persebaran penduduk dilokasi tertentu yang mengakibatkan tidak terakomodasinya kebutuhan masyarakat akan pendidikan. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk memajukan bangsa dan kebudayaan nasional, pendidikan nasional diharapkan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara Indonesia untuk memperoleh pendidikan. Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anaka usia sekolah yang tidak dapat ditampung di dalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anakanak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar, maka mereka akan memiliki kemampuan dasar dalam bersaing dengan lingkungan hidup mereka. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan. Pada tahap pembangunan pendidikan telah diselenggarakan usaha penyediaan fasilitas pelayanan pendidikan yang lebih luas dan lebih merata bagi seluruh masyarakat. Pemerintah telah memperluas jaringan pelayanan pendidikan sampai tingkat kecamatan melalui penyediaan fasilitas pendidikan, agar masyarakat memperoleh pelayanan pendidikan yang cukup. Pembangunan pendidikan dilaksanakan melalui pengembangan dan perluasan jaringan pelayanan

5 pendidikan agar berada sedekat mungkin dengan penduduk yang membutuhkannya. Pertumbuhan penduduk di Indonesia yang terus meningkat dari tahun ketahun mengakibatkan banyaknya permasalahan yang terjadi. Pertambahan jumlah penduduk yang tinggi menuntut tersedianya tempat bermukim serta fasilitas sarana dan prasarana baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas yang dapat menopang hidup manusia. Namun demikian pada kenyataannya pembangunan di Indonesia kurang mampu berpacu dengan pesatnya pertumbuhan penduduk. Sistem pendidikan juga perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan diberbagai bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan. Pendidikan yang merupakan suatu proses yang berkaitan dengan berbagai faktor penting, seharusnya perlu memperhatikan beberapa unsur-unsur yang dipertimbangkan dalam proses pendidikan itu sendiri sehingga diharapkan dapat menghasilkan sebuah kualitas (out put) yang baik. Sebagai Negara yang berkembang dan tengah melaksanakan pembangunan disegala bidang. Indonesia sekaligus menghadapi berbagai masalah kependudukan. Baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif, diantaranya masih banyaknya jumlah penduduk yang belum bisa merasakan pelayanan pendidikan dengan baik, susahnya untuk mendapatkan akses penuh terhadap sekolah, maupun kendala tentang penyediaan sarana dan prasarana sekolah yang tersebar diseluruh wilayah kesatuan Indonesia. Dari segi pendidikan, Indonesia masih mengalami masalah ketidakmerataan pendidikan. Gini Index untuk pemerataan pendidikan di

6 Indonesia mencapai 0,32, angka ini mengindikasikan bahwa adanya ketidakmerataan dibidang sektor pendidikan (www.yohanli.com.//upayapemerataan-pembangunan). Rendahnya tingkat pendidikan akan mengakibatkan rendahnya produktivitas dan berakibat pula pada rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat, hal ini terus menjadi lingkaran setan (the vicious circle). Kesenjangan tingkat pendidikan mengakibatkan adanya kesenjangan tingkat pendapatan yang semakin besar, hal ini juga akan mengakibatkan kerawanan sosial. Perencanaan yang matang sangat diperlukan dalam pembangunan fasilitas bidang pendidikan. Pengadaan fasilitas dan layanan tersebut tentunya terkait erat dengan jumlah penduduk disuatu wilayah, sehingga dibutuhkan pengkajian analisis keberadaaan penduduk untuk pembangunan fasilititas sarana pendidikan. Wilayah Tapanuli Tengah adalah salah satu Kabupaten yang terdapat di provinsi Sumatera Utara. Menurut hasil pendaftaran dan pendataan penduduk berkelanjutan ( P3B ) jumlah penduduk daerah ini pada tahun 2011 adalah 311.232 jiwa. Dari jumlah tersebut terdapat anak usia anak sekolah sebesar 98.899 jiwa, dengan persebaran usia 6-12 tahun ( SD ) sebesar 57.187 jiwa, usia 13-15 tahun (SMP) sebesar 22.332 Jiwa, dan usia 16-18 tahun ( SMA / SMK) sebesar 19.380 Jiwa. Namun berdasarkan data yang ada di kantor dinas pendidikan Kabupaten Tapanuli Tengah, jumlah anak usia sekolah pada tahun 2011 adalah: umur SD sebanyak 51.114 jiwa, SMP 18.465 jiwa dan tingkat SMA / SMK sebesar 13.349 jiwa, dengan demikian berarti ada anak usia sekolah yang tidak sekolah sebanyak 15.971 Jiwa. Disisi lain sekolah yang dapat menampung kebutuhan masyarakat di Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Sekolah dasar berjumlah 326 unit, Sekolah

7 Menengah Pertama 99 unit dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA /SMK) di Kabupaten Tapanuli Tengah berjumlah 58 unit (SMA 39 dan SMK 19), yang menyebar di 20 Kecamatan ( BPS 2012). Pemerataan sebaran sarana dan prasarana berupa gedung-gedung sekolah disetiap kecamatan di wilayah Kabupaten Tapanuli tengah belum menunjukkan keseimbangan antara fasilitas yang tersedia dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari indikasi dari banyaknya anak usia sekolah pergi jauh dari tempat tinggal untuk memperoleh pendidikan dengan berbagai sarana transportasi, baik transportasi umum maupun kendaraan pribadi ( diantar oleh orang tua atau dengan berkendara sendiri). B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut: Penyebaran sekolah yang tidak merata, bagaimana persebaran jumlah dan jenis sekolah, jarak tempuh sekolah yang jauh, akses transportasi yang sulit, pertumbuhan penduduk tinggi. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada perimbangan jumlah anak usia sekolah dengan penyebaran sarana pendidikan ( SD, SMP, SMA / SMK) di Kabupaten Tapanuli Tengah. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka yang menjadi rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana angka partisipasi sekolah di Kabupaten Tapanuli Tengah?

8 2. Bagaimana penyebaran sarana pendidikan di Kabupaten Tapanuli Tengah? 3. Bagaimana perimbangan jumlah anak usia sekolah dan persebaran sekolah di Kabupaten Tapanuli Tengah? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui angka partisipasi sekolah di Kabupaten Tapanuli Tengah 2. Mengetahui penyebaran sarana pendidikan di Kabupaten Tapanuli Tengah 3. Mengetahui perimbangan anak usia sekolah dengan penyebaran sarana pendidikan di Kabupaten Tapanuli Tengah. F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan instansi terkait dalam hal ini dinas pendidikan Kabupaten Tapanuli Tengah dalam membuat kebijakan penyebaran dan penempatan lokasi sekolah. 2. Sebagai bahan referensi bagi peneliti lanjutan dalam bidang yang sama pada waktu dan tempat yang berbeda. 3. Bagi penulis sebagai penambah pengetahuan dalam menyusun karya tulis dalam bentuk skripsi.