BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN TEKNIK KUPANG LIGITARANG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 4 B SDN SIDOMEKAR 08 KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dan pendekatannya juga dalam upaya mencapai hasil belajar yang sesuai. dengan tujuan pembelajaran yang direncanakan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata-kata Kunci : Model Numbered Head Together (NHT), Media Manik-manik, Aktifitas, Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DISKUSI BERBANTUAN MEDIA BAGAN PECAHAN DI KELAS III SDN KALISARI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu bidang pembangunan yang dapat perhatian serius dari pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya proses belajar mengajar merupakan proses komunikasi antara guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Brunner Dalam Romzah (2006:6) menekankan bahwa setiap individu pada waktu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam menciptakan masyarakat yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar erat kaitannya dengan pelaksanaan pendidikan. Pendidikan pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ahmad Nurhayatna 35. Kata Kunci :Meningkatkan, Aktivitas, Hasil Belajar, Media Gambar Balok Pecahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN BILANGAN BULAT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tindakan penelitian adalah sebagai berikut. a. Observasi awal dan wawancara dengan guru kelas II SD Negeri

BAB I PENDAHULUAN. pengertian terdahulu lebih mendasari pengertian berikutnya. 1 Dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN. dan keberhasilan pendidikan akan dicapai suatu bangsa apabila ada usaha untuk. meningkatkan mutu pendidikan bangsa itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 7 Januari 2013 dan diawali dengan

BAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

PENINGKATAN MINAT BELAJAR IPS MELALUI PEMANFAATAN MEDIA KARTU KUIS WHO AM I

BAB I PENDAHULUAN. problema pendidikan yang dihadapinya. Pendidikan harus menyentuh potensi

Lasyuri, Peningkatan Hasil Belajar...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indriani, 2013

Yuliaji *) yuliaji0607gmail.com

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. edukatif untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Melalui proses pengajaran siswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMBAGIAN BILANGAN CACAH DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL DI KELAS II SD NEGERI 2 KOTA BANDA ACEH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Media (Alat Peraga Origami Modular dan Jobsheet)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP SIMETRI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KREATIF DENGAN PERMAINAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Simoro Dalam Pembelajaran IPS Dengan Menggunakan Media Gambar

BAB V PEMBAHASAN. efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada pelajaran PAI kelas VII. di SMPN 1 Kanigoro Blitar tahun ajaran 2015/2016

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF ROLE PLAYING DENGAN CD INTERAKTIF

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di masa mendatang.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Skripsi. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat S-1. Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh : RISMAWATI RATNA ESTRI A

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan IPTEK sekarang ini telah memberikan dampak positif. kemampuan untuk mendapatkan, memilih, dan mengolah informasi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar Matematika 2.1.1.1 Hasil Belajar Hasil Belajar Matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai oleh proses usaha yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah ditetapkan. Nana Sudjana (2002: 22) menyimpulkan Pengertian hasil belajar dalam hal ini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya. Hasil Belajar matematika merupakan suatu perubahan yang dicapai melalui proses usaha dengan pemusatan perhatian dan semangat belajar yang tinggi terhadap aktifitas belajar, yang dilakukan seseorang dalam interaksinya antara pengalaman dengan lingkungannya berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran matematika yang telah ditetapkan. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar itu, dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu: a. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang kita sebut faktor individu. Yang termasuk ke dalam faktor individu antara lain faktor kematangan atau pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. b. Faktor yang ada pada luar individu yang kita sebut dengan faktor sosial. Sedangkan yang faktor sosial antara lain faktor keluarga, keadaan rumah tangga, guru, dan cara dalam mengajarnya, lingkungan dan kesempatan yang ada atau tersedia dan motivasi sosial. Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar menunjukkan bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Artinya pelaksanaan dan hasilnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor di atas. Bagi siswa yang berada dalam faktor yang 5

6 mendukung kegiatan belajar akan dapat dilalui dengan lancar dan pada gilirannya akan memperoleh prestasi atau hasil belajar yang baik. 2.1.1.2 Belajar Matematika Arsyad (2002: 1) menyimpulkan belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dan lingkungannya. Hudoyo Herman (2003: 3) menyimpulkan matematika berkenaan dengan ide (gagasan-gagasan), aturan-aturan, hubungan-hubungan yang diatur secara logis sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak. Menurut Bruner (dalam Hudoyo Herman, 2003: 48) belajar matematika adalah belajar mengenai konsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari, serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan struktur-struktur matematika itu. Cara penyajian harus disesuaikan dengan derajat berpikir anak dan membagi tahap-tahap perkembangan kognitif anak dalam tiga tahap yaitu: (1) Tahap Enaktif. (2) Tahap Ikonik. (3) Tahap Simbolik. Belajar matematika pada hakikatnya adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh konsep-konsep dan struktur-struktur yang terbuat dalam pokok bahasan yang diajarkan dari individu lain atau dari lingkungan. 2.1.1.3 Pembelajaran Matematika di SD Suyitno, (2004: 2) menyimpulkan pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Matematika merupakan mata pelajaran yang cukup mendasar, hampir di setiap jenjang pendidikan diajarkan. Beberapa sifat atau karakteristik pembelajaran matematika adalah sebagai berikut. a) Pembelajaran matematika adalah berjenjang (bertahap). b) Pembelajaran matematika mengikuti metode spiral c) Pembelajaran matematika menekankan pola pikir deduktif.

7 d) Pembelajaran matematika mengikuti kebenaran konsistensi. (Hudoyo herman dkk, 2003:68). Pengembangan model pembelajaran dilakukan dengan pengembangan panduan pembelajaran yang selanjutnya diimplikasikan. Dengan tersusunnya paket panduan pelaksanaan pembelajaran matematika bercirikan pendayagunaan media pembelajaran diharapkan guru mampu menciptakan pembelajaran aktif yang kondusif sehingga akan : (1) memberi kesempatan kepada siswa SD lebih banyak memperoleh pengalaman belajar secara langsung; yaitu belajar dengan cara mencoba-coba dan mengalami sendiri; (2) mempermudah siswa memahami matematika. Sesuai dengan sifat matematika yang abstrak, pembelajaran matematika dengan pendayagunaan media pembelajaran akan menyajikan pembelajaran dari konkret (dengan bantuan alat peraga) semi abstrak (dengan model gambar) abstrak (konsep); (3) menyeragamkan gambaran atau persepsi siswa tentang sesuatu (konsep) yang dipelajari; (4) memberikan motivasi siswa untuk selalu belajar matematika. Pembelajaran matematika dengan pendayagunaan media pembelajaran dapat dilaksanakan dengan variasi/pendekatan/teknik. Pembelajaran tidak hanya dapat dilakukan dengan demonstrasi oleh guru, tetapi juga oleh siswa. Dengan bimbingan guru, siswa menemukan sendiri konsep/prinsip, siswa diberi kesempatan bekerja dengan kelompoknya. Dengan bernyanyi atau bermain siswa belajar/menerapkan konsep/prinsip matematika, siswa tidak merasa bosan, tetapi termotivasi. 2.1.2. Metode Kerja Kelompok dengan Memanfaatkan Media Kartu Berkuis 2.1.2.1 Metode Kerja Kelompok Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan bahwa kerja kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Isjoni (2009: 17) mengemukakan bahwa metode kerja kelompok dapat diartikan sebagi format belajar-mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi anggota yang satu dengan anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama.

8 Dapat disimpulkan bahwa metode kerja kelompok adalah suatu pembelajaran dimana guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama-sama dan bergotongroyong untuk mencapai tujuan bersama. 2.1.2.2 Kelebihan Metode Kerja Kelompok Roestiyah N. K (2001: 15) menyebutkan beberapa keunggulan menggunakan metode kerja kelompok, antara lain: a. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah. b. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah. c. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. d. Dapat memungkinkan guru untuk dapat lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajarnya. e. Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam kegiatan berdiskusi. f. Dapat memberi kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghormati dan menghargai pribadi temannya, menghargai pendapat orang lain, dimana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Metode kerja kelompok, tepat digunakan untuk pendidikan matematika, karena memiliki keistimewaan-keistimewaan sebagai berikut : a. Murid-murid lebih mudah diawasi dan dibimbing, karena di kumpulkan dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil dari pada kelas. b. Membina semangat bekerja sama yang sehat. c. Ditinjau dari segi psikologis, bahwa kerja kelompok dapat membangkitkan semangat bersaing yang sehat diantara kelompok-kelompok. d. Pokok-pokok pikiran yang telah diperbincangkan dan dibahas dalam kelompok kecil, akan merupakan pendapat yang lebih matang dan dapat dipertanggungjawabkan, jika dibandingkan buah pikiran sendiri.

9 e. Mempercepat penyelesaian pemecahan suatu problema, karena dipikirkan oleh beberapa orang secara bersama-sama. Isjoni (2009: 21) mengemukakan bahwa penggunaan metode kerja kelompok agar dapat mencapai sasarannya, guru matematika harus memperhatikan langkah-langkah pelaksanannya sebagai berikut: a. Menjelaskan tugas kepada siswa. b. Menjelaskan apa tujuan kelompok itu. c. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok. d. Seorang kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja kelompok tersebut. e. Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran atau pertanyaan. f. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. Metode kerja kelompok bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara siswa, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran. Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para siswa dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan siswa lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang disebut sebagai hasil kerja kelompok. 2.1.2.3 Pengertian Media Pembelajaran Martinis Yamin, (2007:197) menyimpulkan media adalah kata jamak dari medium berasal dari kata latin yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Secara definisi media adalah suatu perangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi. Yudi Nugraha (2009:1) berpendapat bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar mengajar terjadi. Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media adalah suatu perangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemauan seseorang sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada siswa sebagai dasar yang sangat diperlukan yang bersifat

10 melengkapi, dan merupakan bahan integral demi keberhasilan proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah. 2.1.2.4 Pengertian Media Kartu Berkuis Arief S. Sadiman (2003:6) mengatakan bahwa media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audiovisual serta peralatannya. Media hendaknya dapat dilihat, didengar dan dibaca. Media juga dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa dalam pembelajaran. Mahmuda (2008: 101-104) media kartu merupakan alat bantu yang menggunakan indra penglihatan paling dominan. Kartu seringkali dimanfaatkan guru untuk memberi penguatan pada siswa (drilling) mengenai suatu konsep Bahasa tertentu ataupun untuk memberi kesempatan siswa mempraktekan aspek Bahasa yang sudah dikenal oleh guru. Jadi kartu merupakan alat media yang membantu menggunakan indra penglihatan dominan dan juga alat yang memperjelas pengertian. Dalam penelitian ini menggunakan jenis kartu berkuis. Jadi media kartu berkuis adalah media yang mana mempunyai sifat universal, mudah mengerti dan juga mempunyai peranan penting menyampaikan pesan dengan tujuan pendidikan dan pembelajaran, baik dalam pembelajaran anak tingkat TK, SD, SMP atau SMA. Media kartu berkuis ini dibuat sebagai tugas kelompok siswa yang isi dalam berupa pertanyaan-pertanyaan yang dikemas dalam sebuah kartu. 2.1.2.5 Pemanfaatan Media Kartu Berkuis Mayke S (2001) mengatakan bahwa alat yang tepat atau sesuai dengan minat dan perkembangan kemampuan siswa, dapat meningkatkan kompetensi siswa dalam pembelajaran. Demikian juga dengan kompetensi dasar dalam mata pelajaran matematika dapat semakin ditingkatkan dengan menyajikan media-media rekreatif, sehingga siswa tidak merasa kesulitan dalam memahami konsep, proses belajar mengajar pun berlangsung menyenangkan dan kondusif sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan pun dapat tercapai. Contoh media kartu berkuis pada pelajaran matematika siswa kelas III dengan standar kompetensi: melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka.

11 Berapa hasil penjumlahan dari 1000 + 500 + 25 =... Berapa hasil operasi hitung dari 18 x 8 =... Contoh Media Kartu Kuis Aplikasi media kartu berkuis dalam proses peningkatan kompetensi dasar mata pelajaran matematika dalam penerapan metode kerja kelompok berfungsi sebagai berikut : a. Meningkatkan aktifitas siswa dalam pembelajaran. b. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistik. c. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indra. d. Mengembangkan kemampuan siswa mengambil suatu alternatif pemecahan masalah berdasar pertimbangan yang seksama dengan kelompoknya. e. Melatih siswa mengembangkan sikap kerja sama yang kompak dengan kelompok. Dari diskripsi tersebut tampak hubungan yang signifikan antara metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu berkuis dengan kompetensi dasar mata pelajaran matematika. Hal ini dikarenakan adanya motivasi yang tinggi diantara siswa untuk menyelesaikan masalahnya dengan adanya keinginan untuk menguasai konsepkonsep yang diberikan kepada siswa dalam kelompok dengan cara yang menyenangkan. Dengan kegiatan menyenangkan guru dapat menyampaikan konsep yang diajarkan dan siswa dapat menggunakannya serta mengingat konsep yang diberikan guru lebih cepat karena ada dorongan internal dari diri siswa sendiri agar dapat menguasai konsep yang diberikan oleh guru dalam suasana yang menyenangkan. Kegiatan menyenangkan juga dapat meningkatkan interaksi berkomunikasi efektif antara guru dengan siswa, sehingga siswa tidak malu bertanya bila ada konsep yang tidak mereka kuasai. Dengan demikian metode kerja kelompok berbantuan media kartu berkuis diharapkan mampu meningkatkan minat dan hasil belajar mata pelajaran matematika.

12 Keadaan demikian dimungkinkan karena dalam kegiatan menyenangkan, dari diri siswa motivasi, keaktifan, dan keinginan memecahkan masalah timbul secara menyenangkan. 2.1.2.6 Penerapan Metode Kerja Kelompok dengan Memanfaatkan Media Kartu Berkuis dalam Pembelajaran Matematika Untuk meningkatkan minat dan hasil belajar pada siswa kelas III dapat dipilih media dengan menggunakan model berkuis. Sebuah media yang akan bertujuan untuk menimbulkan rasa ingin tahu siswa. Media kartu berkuis merupakan alat bantu guru dalam mengajar untuk menyampaikan pesan kepada siswa. Siswa dapat mengajukan pertanyaan kepada siswa lain dalam kelompok dan mempunyai otoritas untuk memberikan penilaian. Jadi pelaksananan media dan penilaiannya diserahkan sepenuhnya kepada siswa. Aturan yang diterapkan dalam media kartu berkuis adalah sebagai berikut : 1) Siswa membentuk kelompok, masing-masing kelompok 5-6 siswa 2) Setiap pemain mendapat 5-6 kartu, dari kartu berkuis yang telah dikocok guru 3) Siswa berdiskusi mencari jawaban dari kartu berkuis yang telah dibagikan guru 4) Siswa mengajukan pertanyaan dengan cara membaca kartu berkuis yang dibagikan guru kepada kelompok lain yang ditunjuk. 5) Siswa yang mengajukan pertanyaan memberikan penilaian terhadap jawaban kelompok lain. Bila jawaban benar nilai : 1 jawaban salah nilai 0 6) Bila jawaban salah, jawaban dapat dilemparkan kepada kelompok lain, dengan penilaian jawaban benar nilai 0,5 dan jawaban salah nilai 0. 7) Laporan hasil penilaian Moh. Uzer Usman (2005:94) menyatakan langkah-langkah dalam penerapan kerja kelompok dalam pembelajaran adalah sebagai berikut : a. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok. b. Guru menjelaskan tujuan pembagian kelompok. c. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan pada setiap kelompok. d. Guru membimbing proses penyelesaian tugas dalam setiap kelompok. e. Setelah selesai masing-masing kelompok melaporkan hasil kerja kelompok. f. Kelompok yang lain memberikan umpan balik pada kelompok yang melukukan presentasi. g. Guru menarik kesimpulan dengan melibatkan siswa.

13 Penerapan metode kerja kelompok berbantuan dengan memanfaatkan media kartu berkuis dalam pembelajaran matematika yang dilaksanakan di Kelas III SD Negeri 2 Kuripan dilakukan dengan langkah-langkah kegiatan sebagai berikut: a. Kegiatan awal (1) Menyiapkan peralatan mengajar dan mengkondisikan kelas. (2) Memberikan motivasi kepada siswa. (3) Melakukan apersepsi terhadap materi pelajaran yang akan disampaikan. (4) Menyampaikan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dicapai. b. Kegiatan inti Eksplorasi (1) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok. (2) Mengocok dan membagikan kartu berkuis kepada kelompok siswa. Elaborasi (1) Meminta siswa dalam kelompok untuk berdiskusi dalam menjawab kartu berkuis yang diperolehnya. (2) Membantu siswa yang mengalami kesulitan. (3) Meminta siswa mengajukan pertanyaan dengan cara membaca kartu berkuis yang dibagikan guru kepada kelompok lain yang ditunjuk. (4) Meminta siswa yang mengajukan pertanyaan memberikan penilaian terhadap jawaban kelompok lain. Bila jawaban benar nilai : 1 jawaban salah nilai 0 (5) Siswa melaporkan hasil penilaian Konfirmasi (1) Memberikan motivasi pada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif. (2) Memberikan rangkuman kepada siswa c. Kegiatan akhir (1) Melakukan uji kompetensi (2) Melakukan tindak lanjut.

14 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas pembelajaran dengan menerapkan metode kerja kelompok sudah pernah dilakukan, akan tetapi berbeda dengan penelitian yang dilakukan ini, diantaranya adalah: Sunardiyana (2010) dalam penelitian yang berjudul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode Kerja Kelompok dengan Memanfaatkan Media Kartu Berkuis Pada Siswa Kelas IV Semester I SD Negeri Tidar 4 Kota Magelang Tahun Ajaran 2010/2011. Menyimpulkan Bahwa bahwa metode kerja kelompok dengan Memanfaatkan Media Kartu Berkuis dapat meningkatkan hasil belajar Matematika pada siswa kelas IV. Pada tahap prasiklus memperoleh nilai rata-rata 55, selanjutnya setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I perolehan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 73. Dari hasil tersebut belum diperoleh ketuntasan belajar, sehingga diadakan perbaikan pembelajaran siklus II. Pada perbaikan pembelajaran siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 85. Kridawati (2010) menyimpulkan Bahwa bahwa metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu berkuis dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV. Pada tahap prasiklus memperoleh nilai rata-rata 53,18, selanjutnya setelah diadakan perbaikan pembelajaran siklus I perolehan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 70,45. Pada perbaikan pembelajaran siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 80,00. Jadi penggunaan metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu berkuis dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2.3 Kerangka Pikir Mengingat pentingnya mata pelajaran matematika sebagai bekal hidup dilingkungan masyarakat, maka perlu adanya perhatian khusus dari guru pada mata pelajaran matematika. Kerangka pikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

15 Kondisi Awal Guru belum menerapkan metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu a. Hasil belajar siswa rendah b. Keaktifan siswa rendah c. Pembelajaran berpusat pada guru TINDAKAN Guru menerapkan metode kerja kelompok dengan memanfaatkan media kartu Siswa akan tukar menukar gagasan, pemikiran atau informasi sehingga dicapai kesepakatan siswa. Sehinnga pembelajaran menjadi aktif, kreatif dan mampu meningkatkan pemahaman yang dipelajarinya. Kondisi Akhir Hasil belajar matematika siswa kelas III meningkat Gambar. 2.1 Skema Kerangka Pikir Dari skema kerangka pikir jelas bahwa kondisi awal sebelum diterapkannya pemanfaatan media kartu dalam penerapan metode kerja kelompok hasil belajar siswa pada pelajaran matematika rendah dan siswa kurang aktif dalam pembelajaran serta pembelajaran hanya berpusat pada guru. Setelah diterapkannnya metode kerja kelompok berbantuan media kartu berkuis hasil belajar siswa pada pelajaran matematika meningkat. 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian dari kajian teori dan kerangka pikir maka dapat diturunkan hipotesis tindakan: melalui penerapan metode kerja kelompok dengan menggunakan media kartu berkuis diduga dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas III SD Negeri 2 Kuripan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2013/2014.