4" BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nyeri Punggung Bawah 2.1.1. Definisi Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri diantara sudut kosta sampai daerah bokong yang dapat menjalar sampai ke kedua kaki (Casazza, 2012). Menurut Kravitz dan Andres (2005) dalam penelitian Septi (2010), istilah nyeri punggung bawah digambarkan sebagai bentuk rasa nyeri yang dirasakan pada area lumbosakral dari tulang belakang yang meliputi cakupan dari vertebra lumbalis pertama hingga vertebra sakralis pertama. Ini merupakan area spinalis dimana kurva lordotik terbentuk. Bagian yang paling sering terserang adalah segmen lumbalis keempat dan kelima. 2.1.2. Etiologi a) Diskogenik Sindroma radikuler biasanya merusak saraf-saraf disekitar radiks yang disebabkan oleh suatu hernia nukleus pulposus. Diskus hernia ini bisa muncul dalam bentuk suatu protrusion atau proplaps dari nukleus pulposus dan keduanya dapat menyebabkan kompresi pada radiks. Lokalisasinya paling sering terjadi pada daerah lumbal atau servikal dan jarang sekali terjadi pada daerah torakal (Putri, 2014). Nukleus terdiri dari megamolekul proteoglikan yang dapat menyerap air sampai dengan 250% dari berat asalnya. Sampai dekade ketiga, jeli dari nukleus pulposus mengandung 90% air dan akan terus menyusut sampai dekade keempat menjadi sekitar 65%. Nutrisi dari anulus fibrosis bagian dalam tergantung dari difusi air dan molekul-molekul kecil yang melintasi tepian vertebra. Hanya bagian luar dari anulus yang menerima suplai darah dari ruang epidural. Jika terjadi trauma yang berulang dapat menyebabkan robekan yang bersifat radial maupun anular. Beberapa robekan anular dapat menyebabkan kekurangan pemisahan lempengan, yang menyebabkan berkurangnya nutrisi dan kekurangan cairan pada
5" nukleus. Perpaduan robekan secara melingkar dan radial menyebabkan massa nukleus berpindah dari annulus ke ruang epidural dan menyebabkan iritasi ataupin kompresi pada akar saraf (Cohen, 2007). b) Non-diskogenik Iritasi pada serabut sensorik saraf perifer dapat menyebabkan NBP nondiskogenik, yang membentuk n.iskiadikus dan biasa disebabkan oleh neoplasma, infeksi, proses toksik atau imunologis, yang mengiritasi n. iskiadikus dalam perjalanannya dari pleksus lumbosakralis, daerah pelvis, sendi sakro-iliaka, sendi pelvis sampai sepanjang jalannya n. iskiadikus (Cohen, 2007). 2.1.3. Epidemiologi NPB sangat sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari, terutama di negara-negara yang berpusat pada sektor industri. Hampir 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami penyakit ini dalam hidupnya. Frekuensi terjadinya NPB bervariasi dari 15-45% dengan point prevalence rata-rata 30% (Tjahjono, 2001). Setiap tahun prevalensi NPB dilaporkan sebesar 15-45%, sedangkan untuk presentase terjadinya NPB sekitar 10-15%. Angka kejadian NPB terbanyak ditemukan pada usia 35-55 tahun. NPB merupakan salah satu dari sepuluh penyebab penderita berkunjung ke dokter. Menurut hasil penelitian yang dilakukan PERDOSSI (Persatuan Dokter Saraf Selurh Indonesia) di Poliklinik Neurologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) menemukan prevalensi penderita NPB sebanyak 15,6% (Fajrin, 2009). 2.1.4. Faktor Yang Dapat Menyebabkan NPB Faktor-faktor risiko yang berperan di dalam kemunculan NBP meliputi faktor mayor dan minor. Faktor yang dominan mencakup usia, jenis kelamin, kebiasaan olahraga, status gizi, merokok, masa kerja. Bertambahnya usia seseorang berdampak langsung pada penurunan peforma tulang dan keadaan ini akan terjadi ketika seseorang berusia 30 tahun. Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi tulang berupa kerusakan jaringan,
6" penggantian jaringan menjadi jaringan parut dan pengurangan cairan. Hal ini menyebabkan keseimbangan pada tulang dan otot menjadi berkurang. Semakin tua seseorang, semakin tinggi risiko orang tersebut akan mengalami penurunan elastisitas pada tulang, yang menjadi pemicu timbulnya gejala NPB. Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25 sampai 65 tahun (Trimunggara, 2010). Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri pada daerah pinggang sampai dengan usia 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang pada wanita sering terjadi pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen yang juga menyebabkan terjadinya nyeri pinggang. Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rata-rata kekuatan otot wanita hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki yang menyatakan bahwa perbandingan keluhan otot antara pria dan wanita adalah 1:3 (Tarwaka, 2004). Olahraga mempengaruhi kesegaran jasmani seseorang, 80% kasus nyeri tulang punggung disebabkan karena buruknya tingkat kelenturan (tonus) otot (Meliala, 2004). Orang yang berolahraga rutin minimal tiga sampai empat kali per minggu, memiliki risiko lebih rendah untuk mengalami rasa nyeri pada pinggang dibandingkan mereka yang berolahraga kurang dari waktu tersebut dan mereka yang tidak berolahraga sama sekali (Kwon et al., 2006). Pola makan yang tidak seimbang dapat menyebabkan obesitas sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya gangguan muskuloskeletal, terutama pada bagian punggung bawah karena lumbal merupakan titik tumpu dari punggung. Kelebihan berat badan menyebabkan tonus otot abdomen menjadi lemah, sehingga pusat gravitasi seseorang akan condong ke depan dan menyebabkan lordosis lumbalis bertambah yang kemudian akan menimbulkan kelelahan otot (Putri, 2014). Nikotin pada rokok menyebabkan kurang lancarnya aliran darah ke jaringan otot. Selain itu, merokok juga dapat menyebabkan kandungan mineral
7" berkurang pada tulang sehingga dapat menyebabkab nyeri akibat terjadinya kerusakan pada tulang (Trimunggara, 2010). Masa kerja adalah faktor yang berikatan dengan lamanya seseorang bekerja dalam suatu instansi. Menurut UU No.13/2003, jam kerja maksimal adalah 40 jam dalam seminggu yang dalam sehari di bagi atas beberapa jam dengan maksimal 8 jam per hari. Terkait dengan hal tersebut, nyeri punggung merupakan penyakit kronis yang membutuhkan waktu lama untuk berkembang, dimana pekerja akan melakukan kegiatan yang sama secara terus menerus dan berkelanjutan. Semakin lama waktu bekerja maka akan semakin besar faktor risiko untuk terjadinya nyeri punggung (Putri, 2014). 2.1.5. Klasifikasi Menurut lamanya terpajan penyakit NPB dapat dibagi menjadi tiga yaitu akut, sub-akut, dan kronis. Akut jika durasi NPB bertahan kurang dari 6 minggu, sub-akut jika berlangsung antara 6 sampai 12 minggu, dan kronis jika bertahan selama 12 minggu atau lebih (Esther, 2012). 2.1.6. Patologi Keluhan utama pada pasien NPB adalah rasa nyeri sehingga menyebabkan terbatasnya aktivitas fungsional terutama yang berhubungan dengan daya gerak lumbal. Nyeri merupakan bentuk pengalaman tidak mengenakkan secara sensoris dan emosional akibat kerusakan jaringan pada tubuh, baik aktual maupun potensial, sehingga bentuk nyeri dapat dirasakan secara berbeda-beda bedasarkan kualitasnya seperti tajam, terbakar, tumpul; durasinya, intensitasnya seperti, ringan, sedang, dan berat; penjalarannya seperti superficial, profundus, lokal, difus (Meliala, 2004). 2.1.7. Anatomi Pungung Belakang Ada banyak sistem yang terdapat dalam tubuh manusia, yaitu sistem peredaran darah, sistem rangka, sistem pencernaan, sistem saraf, sistem pernafasan, sistem penginderaan, sistem otot, dll. Semua sistem ini saling
8" berkaitan dan memiliki peran dalam menyokong kehidupan manusia. Namun, sistem otot, rangka, dan saraf merupakan sistem yang paling berpengaruh dalam ergonomi (Moore, 2002). Tubuh bagian atas dan bawah dihubungkan oleh punggung. Selain itu, pungung juga menjadi penyanggah tubuh manusia. Tulang belakang (kolumna vertebralis) yang tersusun atas banyak ruas mulai dari bagian leher sampai tulang ekor merupakan komponen utama pada punggung. Gambar 2.1.Kolumna Vertebralis (Netter, 2011) Terdapat beberapa struktur pada tulang belakang, diantaranya Tulang belakang servikal. Tulang ini terdiri atas 7 tulang yang menyanggah bagian leher. Tulang tersebut berbentuk kecil dan mempunyai spina atau procesus spinosus, bagian seperti sayap pada tulang belakang, yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7.
9" Tulang belakang toraks atau disebut juga tulang dorsal. Pada tulang yang terdiri atas 12 tulang ini dapat terjadi beberapa gerakan memutar. Spina pada tulang ini terhubung dengan tulang kosta. Tulang belakang lumbal merupakan tulang yang menanggung beban paling berat dan memiliki konstruksi paling tegap diantara tulang lainnya. Tulang ini terdiri atas 5 tulang yang memungkinkan terjadinya beberapa gerakan rotasi dengan derajat yang kecil serta gerakan fleksi dan ekstensi tubuh. Tulang sakrum menghubungkan bagian punggung dan panggul, terdiri atas 5 tulang yang tidak memiliki celah diantara kelima tulang tersebut dan bergabung satu sama lain. Tulang belakang coccyx terdiri atas 4 tulang yang juga tidak memiliki celah diantara tulang tersebut. Tulang coccyx dan sakrum membentuk tulang yang kuat dengan tergabung menjadi satu kesatuan. Pada sepanjang tulang belakang terdapat bantalan atau disebut juga intervertebral disc yang berfungsi sebagai sambungan antar tulang dan melindungi jalinan tulang belakang. Intervertebral disc memiliki bagian luar yang terbentuk dari tulang rawan disebut juga annulus fibrosus dan jeli yang mengandung banyak air yang disebut nukleus pulposus. Tekanan yang timbul pada tulang belakang diredam oleh intervertebral disc sehingga jika bantalan ini rusak dapat menimbulkan rasa sakit pada punggung bagian bawah. Oleh karena itu, struktur dari tulang belakang harus dijaga dan dalam kondisi yang baik sehingga tidak terjadi kerusakan yang dapat menimbulkan rasa sakit maupun cedera (Cailliet, 2005). 2.1.8. Pencegahan Cara berikut dapat dilakukan sebagai pencegahan NBP dan cara mengurangi rasa nyeri yang diakibatkan oleh NBP (Kaufmann,2000). a) Latihan punggung setiap hari Beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai latihan punggung yaitu :
10" 1) Terlentang pada permukaan yang keras lalu tekuk lutut dan gerakkan lutut kearah dada kemudian tahan beberapa detik. 2) Terlentang sambil kedua kaki ditekuk kemudian luruskan ke lantai. Saat melakukan gerakan ini, kencangkan perut dan bokong sambil menekan punggung ke lantai. Tahan beberapa detik dan ulangi beberapa kali. 3) Terlentang dengan menekuk kedua kaki dengan telapak tangan di letakkan sejajar dengan permukaan lantai, lakukan sit up parsial, dengan melipat tangan dan bahu di angkat 6-12 inci dari lantai. Lakukan beberapa kali. b) Berhati-hati saat mengangkat Jangan menekuk pungung saat mengambil atau meletakkan benda yang rendah. Sebaiknya tekuk lutut saat mengambil benda yang rendah dan pegang benda di dekat perut dan dada. Tekuk kembali lutut saat menurunkan benda. c) Lindungi punggung saat duduk dan berdiri Sebisa mungkin menghindari duduk dikursi yang empuk terlalu lama. Jika memerlukan waktu yang lama untuk duduk saat bekerja usahakan lutut sejajar dengan paha. Jika diharuskan berdiri lama dalam bekerja, letakkan salah satu kaki pada bantalan kaki secara bergantian. Sempatkan untuk berjalan sejenak dan mengubah-ubah posisi. Jika berada di dalam mobil, tegakkan kursi mobil sehingga lutut dapat tertekuk dengan baik dan tidak teregang. Gunakan bantalan pada punggung bila sandaran kursi tidak cukup menyangga pada saat duduk. d) Tetap aktif dan hidup sehat Gunakan sepatu berhak rendah ketika berjalan. Jaga pola makan dengan menu makanan seimbang dan perbanyak konsumsi sayur dan buah. Tidur dikasur yang nyaman. Hubungi petugas kesehatan jika terjadi trauma atau nyeri punggung memburuk
11" 2.2. Pengaruh Lamanya Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah Posisi kerja merupakan hal yang sangat penting terhadap kejadian nyeri punggung bawah. Posisi kerja yang mengharuskan untuk banyak duduk lebih berisiko daripada posisi kerja yang mengharuskan untuk banyak berdiri (Tana, 2009). Duduk terlalu lama dengan posisi yang tidak benar dapat menyebabkan ketegangan pada otot-otot dan keregangan pada ligamentum tulang belakang. Posisi tubuh yang tidak benar selama duduk menimbulkan tekanan abnormal dari jaringan yang menyebabkan rasa sakit (Samara, Basuki, dan Janis, 2005). Menurut Lam (1999) dalam penelitian Hidayat (2012), duduk monoton yang dilakukan lebih dari 2 jam/hari dapat meningkatkan risiko timbulnya nyeri punggung. Selama posisi duduk tulang belakang bagian lumbal terus menerus dalam zona netral dan fungsi otot yang menstabilkan daerah tersebut menjadi penting dibandingkan penggunaan ligamen dan tendon. Stabilisasi yang melemah dapat menambah beban yang tidak diperlukan pada ligamen dan tendon. Jika posisi ini berkelanjutan dapat membuat individu rentan terhadap rasa sakit (Naude, 2008).