BAB I PENDAHULUAN. Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting. Guru tidak hanya dituntut untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS DALAM BELAJAR EKONOMI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS VII SMP N 2 GATAK SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. guru, isi atau materi pelajaran, dan siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2013, hlm Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Rasail Media Group, Semarang, 2008, hlm.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-undang Sisdiknas Pasal 4 ayat 4 menyatakan bahwa Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 pasal 3 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran yang didalam kegiatannya dilakukan oleh guru dan siswa. Pendidikan juga merupakan elemen yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berkualitas yang mana menjadi subjek pencipta,

I. PENDAHULUAN. Peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. (Bandung: Sinar Baru Al Gensindo, 2005), hlm. 2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pengetahuan dan keterampilan menjadi tanggung jawab satuan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan 9 tahun. Anak-anak yang bersekolah di tingkat Sekolah Dasar (dan

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dan perkembangan suatu negara. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Esa, berakhlak mulia, sehat Jasmani dan Rohani, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Peneliti menjelaskan di dalam bab ini tentang: latar belakang masalah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan dan kelangsungan hidup Bangsa dan Negara di segala bidang. dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah. kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dikatakan berjalan baik apabila mampu berperan secara proporsif,

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan, 2007), hal 1. 2 Tim Pengembang Kurikulum, Panduan KTSP,( Jakarta: Depag, 2007), hal. 31.

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah sebuah sistem yang kompleks dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm. 417

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. dan melaksanakan pendidikan. Anak-anak menerima pendidikan dari

I. PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan mempunyai tujuan untuk membentuk manusia yang maju.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I 1.1 Latar Belakang UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, Bab II Pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak. negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. yang menyenangkan dan mudah dipahami oleh siswa. Pendidikan berfungsi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikanya. Secara jelas tujuan Pendidikan Nasional yang dirumuskan dalam pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik, agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Tujuan pendidikan sebagaimana termuat dalam Undang- Undang tersebut, harus dipahami dan disadari oleh setiap pengembang kurikulum. Sebab, apapun yang direncanakan dan dikembangkan serta dilaksanakan dalam setiap proses pendidikan pada akhirnya harus bermuara pada pengembangan potensi setiap anak agar mereka menjadi manusia yang beriman dan bertakwa, memiliki akhlak yang mulia, manusia yang sehat, berilmu, cakap dan lain sebagainya. 1 Pasal 3 Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta: CV. Mini Jaya Abadi,2003), hlm. 9 1

Penggunaan suatu strategi pembelajaran akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi pencapaian tujuan. Guru dituntut harus dapat menetapkan strategi pembelajaran yang paling tepat dan sesuai untuk tujuan tertentu, penyampaian bahan tertentu, suatu kondisi belajar peserta didik, dan untuk suatu penggunaan strategi atau metode yang memang telah dipilih. Guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang-bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru, untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan pra jabatan. 2 Tujuan utama seorang guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah adalah mengembangkan strategi belajarmengajar yang efektif. Pengembangan strategi ini dimaksudkan sebagai upaya untuk menciptakan keadaan belajar yang lebih menyenangkan dan dapat mempengaruhi peserta didik, sehingga mereka dapat belajar dengan menyenangkan dan dapat meraih prestasi belajar secara maksimal. Oleh karena itu, melaksanakan kegiatan 2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5 2

belajar mengajar merupakan pekerjaan kompleks dan menuntut kesungguhan guru. Kesungguhan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dapat diwujudkan dengan menerapkan metode mengajar yang tepat. Metode mengajar yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran pada dasarnya tidak ada yang lebih jelek atau metode mengajar yang lebih baik. 3 Secara umum, dengan kata lain tidak dapat dikatakan bahwa suatu metode mengajar tertentu dikatakan yang paling baik, dan sementara suatu metode mengajar tertentu yang lain dikatakan paling buruk. Lebih dari itu, suatu hal yang penting untuk diperhitungkan guru dalam menetapkan metode ialah mengetahui batas-batas kebaikan dan kelemahan metode yang akan dipergunakannya. Upaya yang dilaksanakan dengan pembelajaran untuk menumbuhkan dan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, guru dapat pula memakai suatu pendekatan yang dikenal istilah Learning Start With A Question (LSQ). Pendekatan ini dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena LSQ adalah suatu pendekatan pembelajaran aktif dalam bertanya agar siswa dapat memiliki daya berinkuiri dan saling bekerjasama. 4 Namun ironisnya, strategi pembelajaran ini tidak semuanya digunakan oleh setiap guru mata pelajaran di sekolah-sekolah. Padahal jika dilihat dari 3 Djamarah, Strategi..., hlm. 196 4 Hisyam Zaini, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 45 3

peran dan fungsi strategi pembelajaran LSQ (Learning Start With A Question), sangat urgen dalam meningkatkan hasil belajar siswa. 5 Adapun secara teknis, LSQ (Learning Start With A Question), diterapkan sebagai suatu strategi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar menurut Slameto untuk meningkatkan efektifitas dan efisien pengajaran. 6 Strategi pembelajaran menurut Nana Sudjana dikatakan sebagai suatu tindakan guru melaksanakan variabel pengajaran (yaitu tujuan, materi, metode, dan alat serta evaluasi) agar dapat memengaruhi siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan. 7 Berdasarkan pendapat mengenai strategi pembelajaran di atas, dapat di simpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mencapai hasil yang diharapkan. Proses belajar-mengajar mempunyai makna dan pengertian yang lebih luas dari pada pengertian mengajar. Dalam proses belajarmengajar tersirat adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara kedua kegiatan ini terjalin interaksi yang saling menunjang. 8 5 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 33 6 Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), hlm. 52 hlm. 44 7 Nana Sudjana, Strategi Pembelajaran, (Bandung: Falah Production, 2000), 8 Moh. UzerUsman,Menjadi..., hlm. 4 4

Namun demikian dalam kenyataannya sering kali dijumpai bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru hanya sebatas formalitas saja. Guru yang seharusnya mengarahkan proses belajar mengajar secara bertahap dari awal hingga akhir dan membantu anak didik dalam mencapai tujuan khusus pengajaran secara langsung, justru lebih banyak menekankan pada kepentingan pribadi, yaitu yang penting kewajiban mengajar telah dilaksanakan sehingga hak berupa pendapatan atau penghasilan dari mengajar tersebut bisa diperoleh. Sehingga tujuan mengajar guru dalam pelaksanaannya banyak yang kurang sesuai dengan realitas yang ada. Apabila tujuan guru dalam mengajar hanya karena pekerjaan dan bukan untuk mengantarkan, membantu peserta didik sehingga memperoleh tujuan pendidikan yang sebenarnya, maka pembelajaran tersebut sudah berhenti hanya pada proses saja. Tujuan pendidikan tidak akan tercapai jika guru tidak lagi mengutamakan kepentingan siswa, dan hanya mengedepankan kepentingan pribadi yaitu kewajiban mengajar telah terpenuhi. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya yang dilaksanakan dengan pembelajaran untuk menumbuhkan dan meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, guru dapat pula memakai suatu pendekatan yang dikenal istilah Learning Start With A Question (LSQ). Pendekatan ini dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik, karena LSQ adalah salah satu cara membuat peserta didik belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka 5

didik. 10 Tujuan pembelajaran dapat tercapai adalah tergantung bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. 9 Adapun secara teknis, LSQ (Learning Start With A Question), diterapkan sebagai suatu strategi yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan, apa yang dimaksud dengan "strategi pembelajaran" adalah suatu perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh perancang (designer) dalam menentukan metode menyampaikan pesan, penentuan media, atur isi pelajaran, Serta interaksi antar pembelajar, guru dan peserta didik atau antar peserta pada ketepatan strategi yang digunakan. Hal demikian belumlah cukup. Karena sebagus apapun strategi yang digunakan, jika dalam penyampaiannya guru tidak memahami atau menjiwai dari strategi tersebut, maka strategi akan kaku, tidak bisa berkembang. Yang terpenting adalah, strategi yang digunakan haruslah menuntut peran peserta didik lebih dominan ketimbang peran guru. Strategi yang digunakan jangan sampai membungkam kreatifitas peserta didik. Komponen strategi pembelajaran secara garis besar dapat 9 Zaini Hisyam, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008), hlm. 44 10 M.Hanafi, Pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hlm. 176 6

dikelompokkan menjadi 1. Komponen pertama yaitu urutan kegiatan pembelajaran 2. Komponen kedua yaitu metode pembelajaran 3. Komponen ketiga yaitu media yang digunakan. 4. Komponen keempat adalah waktu tatap muka. 5. Komponen kelima adalah pengelolaan kelas. 11 Strategi pembelajaran di atas, dapat di simpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu rencana yang dilaksanakan pendidik (guru) untuk mengoptimalkan potensi peserta didik agar siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mencapai hasil yang diharapkan. Pengertian PAIKEM, secara bahasa dan istilah dapat dijelaskan secara singkat, ia merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Istilah Aktif, maksudnya pembelajaran adalah sebuah proses aktif membangun makna dan pemahaman dari informasi, ilmu pengetahuan maupun pengalaman oleh peserta didik sendiri. Proses belajar peserta didik tidak semestinya diperlakukan seperti bejana kosong yang pasif yang hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang ilmu pengetahuan atau informasi. Karena itu, dalam proses pembelajaran guru dituntut mampu menciptakan suasana yang memungkinkan peserta didik secara aktif menemukan, memproses dan mengkonstruksi ilmu pengetahuan dan keterampilan baru. Istilah Inovatif dimaksudkan 11 Syamsul Ma arif, Selamatkan Pendidikan Dasar Kita, (Sematang: NEED S PRESS, 2009), hlm. 177 7

dalam proses pembelajaran muncul ide-ide baru atau inovasi-inovasi positif yang lebih baik. Istilah Kreatif memiliki makna bahwa pembelajaran merupakan sebuah proses mengembangkan kreatifitas peserta didik, karena pada dasarnya setiap individu memiliki imajinasi dan rasa ingin tahu yang tidak pernah berhenti. Dengan demikian, guru dituntut mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang beragam sehingga seluruh potensi dan daya imajinasi peserta didik dapat berkembang secara maksimal. Istilah Efektif berarti bahwa model pembelajaran apapun yang dipilih harus menjamin bahwa tujuan pembelajaran akan tercapai secara maksimal. Ini dapat dibuktikan dengan adanya pencapaian kompetensi baru oleh peserta didik setelah proses belajar mengajar berlangsung. Di. akhir kegiatan proses pembelajaran harus ada perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan pada diri peserta didik. Sedangkan istilah Menyenangkan dimaksudkan bahwa proses pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang menyenangkan dan mengesankan. Suasana pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menarik minat peserta didik untuk terlibat secara aktif, sehingga tujuan pembelajaran akan dapat tercapai secara maksimal. Disamping itu, pembelajaran yang menyenangkan dan berkesan akan menjadi hadiah, reward bagi peserta didik yang pada gilirannya akan mendorong motivasinya semakin aktif dan berprestasi pada kegiatan belajar berikutnya. 12 12 Ismail, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail, 2008), hlm. 47 8

Belajar sesuatu yang baru akan lebih efektif jika peserta didik itu aktif dan terus bertanya ketimbang hanya menerima apa yang disampaikan oleh pengajar. Salah satu cara untuk membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. Strategi ini dapat menggugah peserta didik mencapai kunci belajar, yaitu bertanya. 13 Proses belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih pokok bahasan Sholat Idul Adha di kelas IV semester genap MI Tarbiyatul Athfal Wedung Demak tahun pelajaran 2014/2015 menggunakan metode ceramah dan menunjukkan hasil yang kurang memuaskan yaitu pada nilai kumulatif ketuntasan belajar siswa, nilai rata-rata kelas dan pada persentase keaktifan belajar siswa Kenyataan tersebut di atas terbukti bahwa aktivitas pembelajaran dan soal test yang ditugaskan oleh guru untuk mengukur belajar secara periodik yang harus dikerjakan siswa menunjukkan proses yang belum mencapai KKM 6,5. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran Fiqih pokok bahasan Sholat Idul Adha pada umumnya di Kelas IV semester genap MI Tarbiyatul Athfal Wedung Demak tahun pelajaran 2014/2015, menurut pengamatan penulis dikarenakan beberapa hal yaitu: (1) Penggunaan pendekatan mengajar yang diterapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang tepat, (2) Strategi mengajar yang diterapkan guru dalam melaksanakan pembelajaran kurang tepat, (3) Interaksi mengajar antara guru dengan siswa dan antar siswa 13 ZainiHisyam, Strategi...,hlm. 44 9

dengan siswa kurang aktif sehingga perhatian dan motivasi belajar siswa masih kurang. Permasalahan yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar Fiqih tersebut, menurut pendapat penulis dapat diberikan solusi dengan menerapkan metode Learning Start With A Question(LSQ) dalam pembelajaran. Metode Learning Start With A Question(LSQ) merupakan salah satu cara membuat peserta didik belajar secara aktif adalah dengan membuat mereka bertanya tentang materi pelajaran sebelum ada penjelasan dari pengajar. 14 B. Rumusan Masalah Berkaitan dengan judul penelitian tersebut, dilakukan batasan permasalahan. Oleh karena itu peneliti membuat rumusan masalah yang akan dijadikan sebagai penuntun dalam langkah-langkah penelitian pada bab berikutnya. Adapun yang menjadi pokok-pokok permasalahan dalam penelitian skripsi ini adalah : Apakah metode Learning Start With A Question dapat digunakan untuk meningkatkan pelajaran Fiqih pokok bahasan Sholat Idul Adha kelas IV semester genap di MI Tarbiyatul AthfalWedung Demak tahun pelajaran 2015/2016? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti didalamnya terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu: Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar aspek kognisi peserta 14 ZainiHisyam, Strategi..., hlm. 44 10

didik menggunakan metode Learning Start With A Question pada pelajaran fiqih pokok bahasan Sholat Idul Adha kelas IV semester genap di MI Tarbiyatul Athfal Wedung demak tahun pelajaran 2015/2016 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini hasilnya akan membawa manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Manfaat teoritis yang akan diperoleh antara lain : a. Sebagai salah satu bahan informasi bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sebagai calon guru yang nantinya akan mendidik anak didiknya agar dapat memberikan metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Fiqih. b. Sebagai bahan kontribusi dan pertimbangan pada penelitian-penelitian berikutnya yang membahas tentang penerapan metode Learning Start With A Question dan hasil belajar siswa. c. Hasil penelitian ini akan memberikan masukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk menambah bahan pustaka. Adapun secara praktis, manfaat yang nantinya akan diperoleh diantaranya adalah: a. Memberikan sumbangan pemikiran kepada masyarakat isi tentang peningkatan hasil belajar aspek kognisi peserta 11

didik menggunakan metode Learning Start With A Question pada pelajaran fiqih pokok bahasan Sholat Idul Adha kelas IV semester genap di MI Tarbiyatul Athfal Wedung Demak. b. Memberikan gambaran pemikiran kepada generasi muda sebagai calon orang tua tentang upaya meningkatkan hasil belajar fiqih siswa melalui metode yang tepat, salah satunya adalah metode Learning Start With A Question. 12