REDUKSI PAPR MENGGUNAKAN CODED PTS PADA SISTEM MIMO OFDM 8 x 8. PAPR Reduction Using Coded PTS In 8 x 8 MIMO-OFDM Systems

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KINERJA SPHERE DECODING PADA SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Kinerja Alamouti-STBC pada MC CDMA dengan Modulasi QPSK Berbasis Perangkat Lunak

BAB IV METODE-METODE UNTUK MENURUNKAN NILAI PAPR

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

Analisis Penerapan Teknik AMC dan AMS untuk Peningkatan Kapasitas Kanal Sistem MIMO-SOFDMA

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1654

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KINERJA ESTMASI KANAL DENGAN INVERS MATRIK PADA SISTEM MIMO. Kukuh Nugroho 1.

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

ANALISIS REDUKSI PAPR MENGGUNAKAN ALGORITMA DISTORTION REDUCTION

BAB II TRANSMISI OFDM DAN PAPR

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

Presentasi Tugas Akhir

ESTIMASI KANAL MIMO 2x2 DAN 2x3 MENGGUNAKAN FILTER ADAPTIF KALMAN

Kata Kunci: ZF-VBLAST dan VBLAST-LLSE.

Reduksi Peak to Average Power Ratio (PAPR) Menggunakan Teknik Clipping


Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading

ANALISIS KINERJA OSTBC (Orthogonal Space Time Block Code) DENGAN RATE ½ DAN ¾ MENGGUNAKAN 4 DAN 3 ANTENA MODULASI M-PSK BERBASIS PERANGKAT LUNAK

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Kinerja Teknik Reduksi PAPR Hibrid Partial Transmit Squence (PTS) dan Clipping Filtering Pada Sinyal OFDM Ranah Waktu

Jurnal JARTEL (ISSN (print): ISSN (online): ) Vol: 3, Nomor: 2, November 2016

PENGARUH ERROR SINKRONISASI TRANSMISI PADA KINERJA BER SISTEM MIMO KOOPERATIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

PEMBUATAN MODEL HYBRID 2 TEKNIK REDUKSI PEAK-TO-AVERAGE POWER RATIO PARTIAL TRANSMIT SEQUENCE DAN CLIPPING FILTERING PADA SISTEM MIMO-OFDM

Gambar 2.1 Skema CDMA

SIMULASI PERBANDINGAN KINERJA MODULASI M-PSK DAN M-QAM TERHADAP LAJU KESALAHAN DATA PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

SIMULASI TEKNIK MODULASI OFDM QPSK DENGAN MENGGUNAKAN MATLAB

ANALISIS KINERJA SISTEM MIMO-OFDM PADA KANAL RAYLEIGH DAN AWGN DENGAN MODULASI QPSK

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE

Analisis Throughput Pada Sistem MIMO dan SISO ABSTRAK

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

Analisis Penanggulangan Inter Carrier Interference di OFDM Menggunakan Zero Forcing Equalizer

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Elektro Terapan 2017 Vol.01 No.01, ISSN:

Analisa Kinerja Sistem MIMO-OFDM Pada Estimasi Kanal LS Untuk Modulasi m-qam

Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC

UNIVERSITAS INDONESIA REDUKSI PAPR MENGGUNAKAN HUFFMAN CODING YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN CLIPPING DAN FILTERING UNTUK TRANSMITTER OFDM TESIS

SIMULASI METODE CLIPPING-FILTERING, SELECTIVE MAPPING (SLM) DAN PARTIAL TRANSMIT SEQUENCE (PTS) UNTUK MEREDUKSI PAPR PADA SISTEM OFDM

Simulasi Metode Clipping-Filtering, Selective Mapping (SLM), dan Partial TransmitSequence (PTS) Untuk Mereduksi PAPR Pada Sistem OFDM

Sistem Mimo dan Aplikasi Penggunaannya

ANALISIS KINERJA TEKNIK REDUKSI PAPR DENGAN METODA TONE RESERVATION

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

Analisis Kinerja Sistem MIMO-OFDM pada Kanal Rayleigh dan AWGN dengan Modulasi QPSK

Reduksi Peak-To-Average Power Ratio Pada Sistem STBC MIMO-OFDM dengan Metode Selected Mapping dan Partial Transmit Sequence

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

Analisis Estimasi Kanal Dengan Menggunakan Metode Invers Matrik Pada Sistem MIMO-OFDM

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TTG3B3 - Sistem Komunikasi 2 Modulasi Digital: PSK dan ASK

BAB II ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Pada prinsipnya, teknik OFDM

Visualisasi dan Analisa Kinerja Kode Konvolusi Pada Sistem MC-CDMA Dengan Modulasi QAM Berbasis Perangkat Lunak

Simulasi Peningkatan Kemampuan Kode Quasi-Orthogonal melalui Rotasi Konstelasi Sinyal ABSTRAK

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX

BAB III PEMODELAN SISTEM

Gambar 1.1 Pertumbuhan global pelanggan mobile dan wireline [1].

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Kinerja Kombinasi Sistem CDMA-OFDM dengan MIMO

Analisis Kinerja Jenis Modulasi pada Sistem SC-FDMA

SIMULASI LOW DENSITY PARITY CHECK (LDPC) DENGAN STANDAR DVB-T2. Yusuf Kurniawan 1 Idham Hafizh 2. Abstrak

BAB IV. PAPR pada Discrete Fourier Transform Spread-Orthogonal. Division Multiplexing

Estimasi Doppler Spread pada Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) dengan Metode Phase Difference

EVALUASI KINERJA TEKNIK ADAPTIVE MODULATION AND CODING (AMC) PADA MOBILE WiMAX MIMO-OFDM

Simulasi Dan Analisis Pengaruh Kecepatan Pengguna Terhadap Kualitas Layanan Data Dengan Menggunakan Encoder Turbo Code Pada Sistem CDMA EV-DO Rev A

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

REDUKSI EFEK INTERFERENSI COCHANNEL PADA DOWNLINK MIMO-OFDM UNTUK SISTEM MOBILE WIMAX

ANALISIS PENERAPAN MODEL PROPAGASI ECC 33 PADA JARINGAN MOBILE WORLDWIDE INTEROPERABILITY FOR MICROWAVE ACCESS (WIMAX)

KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi dari penelitian ini diskemakan dalam bentuk flowchart seperti tampak

REDUKSI PEAK-TO-AVERAGE POWER RATIO PADA SINYAL OFDM MENGGUNAKAN SKEMA HYBRID ENHANCED PARTIAL TRANSMIT SEQUENCE-TONE RESERVATION

SIMULASI ESTIMASI FREKUENSI UNTUK QUADRATURE AMPLITUDE MODULATION MENGGUNAKAN DUA SAMPEL TERDEKAT

DAFTAR ISI. ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR.vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR SINGKATAN...x

Analisa Kinerja MIMO 2X2 dengan Full-Rate STC pada Mobile WiMAX

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

Analisis Kinerja SISO dan MIMO pada Mobile WiMAX e

Pengujian Teknik Channel Shortening Pada Multicarrier Modulation Dengan Kriteria Minimum Mean Squared Error (MMSE). ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

ANALISIS KINERJA TEKNIK DIFFERENTIAL SPACE-TIME BLOCK CODED PADA SISTEM KOMUNIKASI KOOPERATIF

ANALISIS UNJUK KERJA EKUALIZER PADA SISTEM KOMUNIKASI DENGAN ALGORITMA GODARD

ANALISA PERFORMA SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION DALAM CONVOLUTIONAL CODE PADA SISTEM MULTICARRIER DS CDMA. Disusun Oleh: Nama : Rendy Santosa

1

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Kode Konvolusi pada Modulasi Quadrature Phase Shift Keying (QPSK) Menggunakan WARP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 75 REDUKSI PAPR MENGGUNAKAN CODED PTS PADA SISTEM MIMO OFDM 8 x 8 PAPR Reduction Using Coded PTS In 8 x 8 MIMO-OFDM Systems Sabrina, Achmad Ali Muayyadi., Linda Meylani 3,,3 Prodi S Teknik Telekomunikasi, Fakultas Elektro dan Komunikasi, Telkom University sabrina@students.telkomuniversity.ac.id, alimuayaadi@telkomuniversity.ac.id, 3 lim@telkomuniversity.ac.id Abstrak Perbedaan daya antara puncak daya dengan subcarrier lainnya menyebabkan nilai PAPR (Peak to Average Ratio) semakin tinggi. Tinggi nya PAPR menyebabkan distorsi gelombang dikarenakan karakteristik non-linearitas dari amplifier. Salah satu metode yang digunakan untuk menurukan nilai PAPR yang tinggi adalah dengan menggunakan metode Partial Transmit Sequence (PTS). Pada Tugas Akhir ini mengangkat metode coded PTS yang digunakan dalam sistem MIMO OFDM 8 x 8. Pengerjaan Tugas Akhir ini bertujuan untuk mereduksi PAPR dengan low error transmission yang dicapai dengan menggunakan coded PTS, sehingga penurunan performansi yang ditimbulkan oleh HPA dapat ditekan dengan coded PTS. Ini dapat dilihat dari hasil simulasi dengan parameter yang telah ditentukan melalui grafik karakteristik BER (Bit Error Rate) dan grafik CCDF (Cummulative Distribution Fuction). Hasil dari simulasi memperlihatkan kinerja dari sistem MIMO-OFDM OSTBC 8x8 dengan menggunakan blok reduktor coded PTS lebih baik dari menggunakan blok reduktor PTS pada kecepatan user 0 km/jam dengan ukuran IFFT sebesar 0 menggunakan teknik modulasi 6 QAM. Sistem ini mencapai nilai BER 0-6 pada nilai Eb/No 6 db. Kata kunci : MIMO-OFDM, PAPR, PTS, coded PTS Abstract The differences between the peak power with the other subcarrier causes the value of PAPR higher. The higher value of PAPR will cause the waveform distortion due to the characteristics of the non-linearity of the amplifier. One of method than can be used to decrease the value of a high PAPR is using Partial Transmit Sequence (PTS). This final project is using coded PTS as method for reducing value of PAPR in MIMO OFDM 8 x 8 systems. This Final Project s aim is to reduce PAPR with low error transmission which is achieved by using coded PTS, so the decreasing of performance caused by the HPA can be suppressed with coded PTS. This can be seen from the simulation results with the parameters that have been determined through the graph characteristics of BER (Bit Error Rate) and CCDF chart (cumulative Distribution Fuction). The simulation shows the result of MIMO- OFDM OSTBC 8x8 system along coded PTS as reductor block is better than the system along PTS as redactor block with Doppler speed 0 km/hr, size of IFFT whereas 0, and 6 QAM as modulation type. This system reaches 0-6 of BER on 6 db of Eb/No. Keywords : MIMO-OFDM, PAPR, PTS, coded PTS. Pendahuluan Sinyal OFDM terdiri dari beberapa subcarrier, maka menimbulkan high peak power. Distorsi gelombang akibat dari karakteristik amplifier yang nonlinear ini disebabkan oleh High peak power [] sehingga, sistem OFDM terkenal memiliki Peak-to- Average Power Ratio (PAPR) yang tinggi. Tingginya PAPR merupakan kerugian dalam sistem OFDM, karena dapat menurunkan SQNR (Signal-to- Quantization Noise Ratio) dari ADC (Analog-to- Digital Converter) dan DAC (Digital-to-analog Converter) saat menurukan efisiensi daya pada

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 76 amplifier di pemancar sehingga menyebabkan distorsi non-linear pada High Power Amplifier (HPA) []. Salah satu metode yang digunakan untuk menurukan nilai PAPR yang tinggi adalah dengan menggunakan metode Partial Transmit Sequence (PTS) yang telah dikenalkan pada penelitian [] [3] [] [5]. Skema coded PTS menghasilkan codebook yang berisi polapola rotasi fasa yang berfungsi untuk mengoptimalkan penurunan PAPR [] [3]. Tugas akhir ini mengusung metode coded PTS yang digunakan dalam sistem MIMO OFDM 8 x 8 dengan melakukan beberapa perubahan parameter, yaitu modulasi, bandwidth sinyal, jumlah subcarrier yang didemultipleks menjadi N subcarrier paralel. Kemudian, setiap subcarrier iniakan menjadi input untuk modulator pada masing-masing subcarrier yang saling orthogonal, lalu masing-masing subcarrier dipetakan ke aliran simbol yang menggunakan beberapa konstelasi modulasi, yaitu QAM atau PSK. Konstelasi dapat menyebabkan beberapa aliran memiliki kecepatan bit yang lebih tinggi dari yang lainnya. Invers FFT setiap set simbol dihitung dengan menggunakan persamaan dalam domain waktu []. digunakan, ukuran IFFT yang digunakan, jenis decoding MIMO yang digunakan, dan kecepatan doppler. Coded PTS [] disini merupakan metode untuk () = () [sin (π ) =0 cos (π )] () mengurangi computational cost dengan skema PTS yang akan menghasilkan codebook yang berisi polapola rotasi fase. Metode coded PTS ini sendiri merupakan hasil penggabungan dari metode PTS dengan metode Adaptive Peak Power Reduction (APPR) [3]. Parameter yang telah diubah dari penelitian [] [3] adalah modulasi, channel coding, signal bandwidth, jumlah subcarrier, channel model, metode decoding pada sistem MIMO, dan Doppler =0 besar nilai spektrum untuk frekuensi ke k, dan x(n) adalah besar nilai sinyal pada waktu n []. Keluaran dari subcarrier-subcarrier ini akan jika dijumlahkan akan menjadi sinyal transmisi s(t). () = () [sin (π ) () speed. Hasil simulasi dari Tugas Akhir ini akan ditampilkan dalam bentuk grafik CCDF dan PAPR. Parameter yang digunakan pada simulasi ini hanya terbatas pada menggunakan teknik modulasi 6 QAM dan 6 QAM, coding rate ½ dengan code generator (7,33), bandwidth Signal 60 MHz, ukuran IFFT sebesar 5 dan 0, tipe Kanal AWGN dan Rayleigh, decoding MIMO menggunakan Zero Forcing, serta kecepatan user sebesar 0 Km/jam dan 00 Km/jam.. Dasar Teori dan Perancangan. Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) adalah suatu skema transmisi, dimana suatu aliran data serial yang memiliki rate tinggi akan dibagi menjadi beberapa aliran data yang masing-masing aliran data akan memiliki rate rendah atau dapat disebut dengan subcarrier [6]. Pada suatu transmisi single-carrier dengan data rate yang tinggi akan mengalami frequency selective fading karena menggunakan wideband channel, multi-carrier cos (π )]. Peak to Average Ratio (PAPR) Sinyal OFDM terdiri dari sejumlah subcarrier yang dimodulasi sendiri-sendiri sehingga dapat menghasilkan perbandingan antara daya puncak dan daya rata-rata (peak-to-average power ratio) yang cukup besar ketika dijumlahkan (superposisi) secara koheren. Ketika N sinyal dengan fasa yang sama dijumlahkan akan menghasilkan daya puncak sebesar N kali dari daya rata-rata. Daya puncak didefinisikan sebagai daya dari gelombang sinus dengan amplitudo sama dengan nilai envelope maksimum. PAPR yang besar akan mengakibatkan kerugian seperti kompleksitas analog-to-digital dan digital-to-analog konvertor yang meningkat dan menurunkan efisiensi amplifier daya (power amplifier) [5]. PAPR dirumuskan sebagai max () = (3) [ () ] transmission dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ini. Multi-carrier transmission mengubah wideband channel menjadi beberapa narrowband channel yang memiliki data rate yang rendah.narrowband ini yang disebut dengan subcarrier. Subcarrier pada OFDM bersifat saling orthogonal. Suatu aliran serial s[n] akan

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 77 dengan () menyatakan simbol OFDM dan [ () ] menyatatakan ekspektasi. Biasanya PAPR dideskripsikan secara statistik dengan menggunakan Complementary Cumulative Distribution Function (CCDF = CDF). CCDF dinyatakan sebagai

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 78 = ( exp( )) ().3 Partial Transmit Sequence dan Coded PTS Metode ini berdasarkan phase shifting dari subblock data dan perkalian struktur data oleh vector random. Metode ini fleksibel dan efektif untuk sistem Menggunakan hasil dari rumus tersebut akan menghasilkan pola fase optimal akan ditemukan pada langkah selanjutnya. 3) Kalkulasikan pola fase yang optimal Tentukan pola fase yang memiliki reduksi PAPR tertinggi dari semua pola fase dengan cara sebagai berikut 0 M OFDM Frame data input dibagi menjadi non- arg i x overlapping subblocks dan setiap subblock ditukar fasanya oleh faktor konstan untuk mengurangi PAPR [ 0,, ] = [,, ] { 0 [] } (8) []. Berikut skema pembentukan blok Partial Transmit Sequence: () = (), (= 0,,, ) { =0 ) Input data partisi dan penyisipan bit 0 Dimana b = [ 0,, ] adalah pola fase Sinyal input X yang merupakan simbol OFDM optimal dan () adalah sinyal setelah rotasi fasa didefinisikan sebagai berikut ) Tentukan rotasi fase optimal Berdasarkan nilai rotasi fase yang optimal, sinyal 0 0 0 0 [ T,,..., ] (5) yang terjadi setelah IFFT berotasi, dan jumlah dari semuanya dapat ditulis sebagai berikut Kemudian sinyal OFDM yang termodulasi dipartisikan didefinisikan menjadi dengan sub. Ukuran blok. Sub pada blok setiap ke sub blok adalah. Setelah dipartisi, bit 0 x = =0 (9) disisipkan kedalam setiap sub blok agar memiliki ukuran yang sama dengan. Setelah melakukan partisi dan penyisipan bit 0, dapat dirumuskan dengan X 0 = [X 0,, X 0 0,,0 ] T (0) ( ) X = [0,,0,, X 0,,0 ] T ( ) ((+) ) Coded PTS adalah sebuah metode untuk mereduksi nilai komputasi pada skema PTS. Pada coded PTS, terdapat codebook dimana elemen elemen nya adalah pola rotasi fasa. Karena setiap pola fasa dipilih dari semua pola fasa yang memungkinkan, jumlah dari pola fasa sebenarnya digunakan untuk memperoleh kumpulan oprimal dari (6) pola fasa untuk mereduksi PAPR. Coded PTS yang digunakan sebagai metode pada tugas akhir ini {X = [0,,0,, X 0,,0 ] T ( ) ((+) ) Total dari koresponden sub blok terhadap data input awal sebagai berikut merupakan hasil penggabungan antara konvensional PTS dengan Adaptive Peak Power Reduction (APPR).. Adaptive Peak Power Reduction (APPR) APPR akan membantu PTS dalam X = =0 sehingga dapat dengan mudah dalam demodulasi sinyal pada penerima. ) Gunakan IFFT pada setiap sub-blok IFFT diterapkan pada setiap sub blok sebagai berikut (7) mereduksi tinggi dari nilai PAPR dengan cara mengatur level puncak dari sinyal modulasi menggunakan algoritma adaptif. Berikut akan = { } (=,,3,, ) (8)

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 79 dijelaskan mengenai konvensional APPR. Algoritma adaptif yang dimiliki oleh sistem APPR ini akan mengurangi amplitudo pada rentang yang telah ditetapkan sebelumnya.

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 730 Gain dapat () dapat dihitung dengan () () = { () () > 0 () Gambar. Blog Diagram dari konvensional APPR [] Pada gambar. dapat terlihat blog diagram dari konvensional APPR.. Nilai () merepresentasikan sinyal OFDM dan sebagai sinyal input dari APPR.. Kemudian, () dimasukkan kedalam modul clipping dimana komponen amplitude () dibentuk dengan () = { h. exp{. arg(())} () > h () = 0 5. Kemudian dikalikan dengan sinyal modulasi kompleks untuk mereduksi level puncak dari sinyal..5 Orthogonal Space Time Block Code (OSTBC) Space-time blok coding (STBC) merupakan suatu sistem coding yang menggunakan domain frekuensi dan ruang. STBC untuk antena pengirim lebih dari satu pertama kali dikembangkan oleh S.M. Alamouti [7]. Kemudian, Vahid Tarokh memcentuskan metode pengambangan dari STBC, yaitu OSTBC [8]. Pada sistem OSTBC, pembentukan matriks encoder OSTBC dimulai dengan membentuk suatu desain orthogonal yang dapat dibentuk kedalam matriks. Pada matriks ini akan berisi nilai-nilai () () h (0) yang akan bersifat negasi pada beberapa kolom tertentu untuk membentuk suatu matriks yang bersifat orthogonal. Dimana pada bagian baris pertama harus 3. Lalu, () dikalikan bersama dan hasil dari perkasian tersebut dimasukan kedalam filter FIR. Korelasi silang antara sinyal target kompleks dan sinyal modulasi kompleks dibebankan dengan () yang dirumuskan sebagai memiliki nilai positif. Selanjutnya akan dilakukan permutasi pada setiap kolom. Hasil dari permutasi tersebuat Kemudian akan matriks menghasilkan tersebut akan,, digeneralisasi,. [8]. yang adalah akan. menghasilkan matriks. Besar matriks G () = + / (+ = / ). ( ) ). ( () 3 G = [ 3 ] (5) 3 Dimana koeefisien beban () berasal dari fungsi window Blackman-Harris : 3 3 5 6 7 8 8 = 3 6 5 8 7 3 7 8 5 6 3 8 7 6 5 (6) () = 0,35875 0,889 cos (π ) + 0,8 (π ) 0.068 cos (6π ). Disaat yang sama, () menuju modul (. ) 5 6 7 8 3 6 5 8 7 3 [ 8 7 6 5 3 ] () 7 8 5 6 3 kemudian dimasukkan ke filter FIR tahap (+ ). Fungsi autokorelasi dari () dibebankan dengan () dapat dihitung dengan

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 73 / Pada suatu desain orthogonal untuk complex linear processing dengan menggunakan variabel,,, adalah suatu matriks dengan bentuk. Nilai-nilai masukan dari matriks E adalah kombinasi complex linear dari variabel,,, dan konjugasi dari nilai-nilai tersebut. Kemudian, () = + (+ = / ). ( (3) E E = (7) Dimana adalah matriks diagonal yang nilai pada ). ( ) diagonalnya adalah kombinasi linear dari

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 73,,..., yang nilai koefisien nya harus real positif. Pada nilai yang telah ditentukan, matriks sebesar, dan rate R=R pada variabel,,, k akan membentuk suatu matriks baru yang didapat dari nilai = (, ). Matriks baru tersebut adalah matriks G dengan besarnya menjadi. Kemudian,,, k akan diubah sesuai dengan nilai konjugasinya, sehingga menciptakan matriks G. Pada nilai 0.5 akan menghasilkan (, ) <. Persamaan ini akan membentuk F = ( H. ). H () Pada rumus X F, detektor zero forcing dapat dibentuk baik dengan cara dikuantisasi lalu melakukan demapping pada bit-bit biner atau dapat juga digunakan untuk menghitung Log-Likelihood Ratio (LLR) [9]..7 Desain Model Sistem matriks 8 dan. 3 3 3 3 Gambar. Diagram Blok transceiver menggunakan (8) Coded PTS = 3 [ 3 3 3 5 6 7 8 3 6 5 8 7 3 7 8 5 6 3 8 7 6 5 5 6 7 8 3 6 5 8 7 3 7 8 5 6 3 8 7 6 5 3 3 ] 8 (9).7. Pada Sisi Transmitter ) Input ) Convolutional coding 3) Inteleaver ) Mapping 5) Serial to Parallel 6) Menambah Zero Padding 7) IFFT dan Coded PTS 8) Penambahan CP 9) Parallel to Serial 0) HPA = 3 [ 5 6 7 8 3 5 6 8 7 3 7 8 5 6 3 78 6 5 5 6 7 8 3 65 8 7 3 78 5 6 3 8 6 7 5 3 ] ) STBC Encoding.7. Pada Sisi Receiver ) Equalization ) Serial to Parallel 3) Penghapusan CP ) FFT &inverse PTS 5) Parallel to Serial 6) Menghilangkan Zero Padding.6 Equalization dengan Deteksi Linear Zero 7) De-mapping Forcing (ZF) 8) De- Inteleave Konsep dari detektor menggunakan ZF 9) Viterbi Decoding adalah detektor ini hanya meyelesaikan sinyal yang 0) Output telah dikirim oleh transmitter tanpa memperdulikan

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 733 ada atau tidak adanya suatu noise dalam sinyal tersebut. Formula dari detektor ZF ini, yaitu X F = Z (0).8 Parameter Simulasi sebuah matriks Dimana, yang F adalah dapat dirumuskan pseudo-inverse sebagai dari Modulasi Coding rate 6 QAM & 6 QAM Kode konvensional :

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 73 Bandwidth signal Jumlah subcarrier data 68 60 MHz Jumlah point FFT 5 dan 0 Jumlah kemungkinan rotasi fasa Tipe kanal Metode decoding MIMO Kecepatan user Model HPA 3. Pembahasan [ - j -j] Rayleigh dan AWGN Zero Forcing 0 Km/jam& 00 Km/Jam SSPA (IBO= 6 db) 3. PAPR pada Sistem MIMO-OFDM dengan Menggunakan Blok Reduktor Coded PTS 3.. Pengaruh Jumlah Antena pada nilai PAPR Grafik pada gambar 3. menampilkan grafik CCDF yang pengukurannya terletak pada receiver, sehingga efek dari sistem MIMO dapat terlihat pada grafik CCDF. Dari grafik pada gambar 3. dapat dilihat bahwa pengaruh dari perubahan sistem antena MIMO OSTBC 8x8 menjadi sistem MIMO OSTBC x membawa pengaruh yang cukup signifikan pada rentang db 0 db. Data simulasi dapat dilihat pada tabel., dimana probabilitas nilai PAPR sebesar 97% pada sistem MIMO OSTBC 8x8 dan sistem MIMO OSTBC x tidak terjadi perubah nilai PAPR. Namun, pada probabilitas nilai PAPR sebesar 0%, dan 0.% mulai terlihat adanya perubahan nilai PAPR dari kedua sistem. Pada akhirnya, nilai PAPR pada probabilitas terendah, yaitu 0.00%, sistem MIMO OSTBC 8x8 memiliki perbedaan nilai PAPR sebesar.8 db dari sistem MIMO OSTBC x. Hal ini dikarenakan semakin banyak antenna yang digunakan sebagai bentuk diversitas ruang akan mengurangi dampak dari fading yang diterima oleh sinyal yang ditransmisikan. Gambar 3. Grafik CCDF Sistem MIMO-OFDM dengan Perubahan Jumlah Antena Gambar 3. Grafik CCDF Sistem MIMO-OFDM dengan Perubahan Jumlah Antena Grafik 3. menampilkan grafik CCDF yang pengukurannya terletak pada output dari serial to parallel di sisi transmitter. sehingga efek dari sistem MIMO tidak dapat terlihat pada grafik CCDF. Dari grafik pada gambar. dapat dilihat bahwa pengaruh dari perubahan sistem antena MIMO OSTBC 8x8 menjadi sistem MIMO OSTBC x tidak membawa pengaruh pada nilai PAPR. Namun, pada nilai PAPR dengan probabilitas sekitar 0.000% mulai terlihat peruabahan nilai PAPR yang signifikan antara kedua sistem sekitar.5 db.

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 735 3.. Pengaruh Ukuran IFFT pada nilai PAPR Dari grafik pada gambar 3. dapat dilihat bahwa pengaruh dari perubahan jenis modulasi, yaitu modulasi 6 QAM dan 6 QAM. Pada tabel. memperlihatkan bahwa pada nilai PAPR dengan probabilitas 99%, sistem dengan modulasi 6 QAM memiliki bilai PAPR lebih kecil 0.6 db terhadap sistem dengan modulasi 6 QAM. Perubahan yang signifikan mulai terjadi mulai dari nilai PAPR dengan probabilitas % sampai nilai probabilitas 0.00%. Pada nilai PAPR dengan probabilitas 0.00%, sistem dengan modulasi 6 QAM memiliki perbedaan 7.86 db terhadap sistem dengan modulasi 6 QAM. 3. BER pada Sistem MIMO-OFDM OSTBC 8x8 Gambar 3.3 Grafik CCDF Sistem MIMO-OFDM dengan Perubahan Ukuran IFFT Dari grafik 3.3 dapat dilihat bahwa pengaruh dari perubahan ukuran IFFT dengan jumlah 5 dan 0 sangat mempengaruhi sistem MIMO-OFDM dengan reduktor Coded-PTS ini. Pada tabel.3, nilai PAPR pada probabilitas terbesar (99%) untuk ukuran IFFT sebesar 5 adalah.5667 db, sedangkan untuk ukuran IFFT sebesar 0 adalah 6.30 db. Hal ini menciptakan perbedaan sebesar.70535 db diantara keduanya. Kemudian, pada nilai PAPR dengan probabilitas terendah (0.%), perbedaan diantara ukuran IFFT sebesar 5 dan 0 naik menjadi.9388 db. Hal ini disebabkan adanya perbedaan jumlah cyclic prefix yang dibentuk dari, sehingga semakin banyak jumlah cyclic prefix yang disisipkan, semakin sinyal dari sistem tersebut kuat menghadapi ISI. Kemudian, dengan bertambahnya ukuran IFFT yang digunakan, maka variansi dari sinyalnya juga akan bertambah banyak. 3..3 Pengaruh Jenis Modulasi pada nilai PAPR Gambar 3. Grafik CCDF Sistem MIMO-OFDM dengan Perubahan Jenis Modulasi Gambar 3.5 Grafik BER Sistem MIMO-OFDM OSTBC 8x8 Nilai BER mengartikan kinerja dari suatu sistem mengirim suatu sinyal input dari transmitter, apakah sesuai dengan sinyal output yang diterima oleh receiver pada suatu Eb/No tertentu. Jika sinyal output semakin diterima baik oleh receiver, maka nilai BER akan semakin kecil. Sebaliknya, jika sinyal output semakin buruk diterima oleh receiver, maka nilai BER akan semakin besar. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kinerja sistem MIMO OFDM menggunakan blok reduktor lebih baik dari tanpa menggunakan blok reduktor. Pada nilai Eb/No sebesar 0, sistem MIMO OFDM tanpa blok reduktor dan sistem OFDM dengan blok reduktor memiliki perbedaan nilai BER sebesar 0.758-0.0. Sistem dengan blok reduktor mengatasi tinggi nya nilai PAPR sebagai dampak akibat distorsi gelombang yang disebabkan oleh sifat non-linear dari HPA. Blok reduktor Coded-PTS memiliki nilai BER yang lebih kecil daripada blok reduktor PTS. Meskipun perbedaan nya tidak besar, tetapi nilai BER yang dimiliki oleh Coded PTS lebih kecil daripada nilai BER yang dimiliki blok reduktor PTS. Untuk mencapai nilai BER 0-6, blok reduktor PTS

ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.3, No. Agustus 06 Page 736 membutuhkan nilai Eb/No sebesar sekitar 7.5 db, sedangkan blok reduktor Coded PTS membutuhkan nilai Eb/No sebesar 7 db. Berdasarkan gambar 3.5 dapat dilihat bahwa blok reduktor Coded PTS lebih baik dari blok reduktor PTS.. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari Tugas Akhir ini, yaitu. Pada sistem MIMO-OFDM dengan blok reduktor coded PTS dengan variasi antena OSTBC 8x8 memiliki kinerja lebih baik dari variasi dengan antenna OSTBC x pada nilai PAPR 0.00%, dimiliki oleh sistem MIMO OSTBC 8x8 dengan perbedaan.8 db db terhadap sistem MIMO OSTBC x.. Pada sistem MIMO-OFDM dengan blok reduktor coded PTS dengan variasi kecepatan user 0 km/jam dan kecepatan user 00 km/jam tidak membawa pengaruh yang signifikan bagi sistem MIMO OFDM dengan OSTBC 8x8. Hal ini dibuktikan dengan nilai PAPR pada probabilitas 97% hingga probabilitas 0.% pada ketiga sistem yang diteliti memiliki nilai yang relative sama 3. Pada sistem MIMO-OFDM dengan blok reduktor coded PTS dengan variasi ukuran IFFT nilai PAPR pada probabilitas terbesar (99%) untuk ukuran IFFT sebesar 5 adalah.5667 db, sedangkan untuk ukuran IFFT sebesar 0 adalah 6.30 db. Kemudian, pada nilai PAPR dengan probabilitas terendah (0.%), perbedaan diantara ukuran IFFT sebesar 5 dan 0 naik menjadi.9388 db.. Pada sistem MIMO-OFDM dengan blok reduktor coded PTS dengan variasi teknik modulasi 6 QAM dan teknik modulasi 6 QAM saat nilai PAPR dengan probabilitas 0.00%, sistem dengan modulasi 6 QAM memiliki perbedaan 7.86 db terhadap sistem dengan modulasi 6 QAM Daftar Pustaka : [] Y. Inooue, H. Tsutsui and Y. Miyanaga, "Study of PAPR Reduction Using Coded PTS in 8 x 8 MIMO-OFDM Systems," Study of PAPR Reduction Using Coded PTS in 8 x 8 MIMO- OFDM Systems, 03. (Asia) Pte Ltd, 00. [3] P. C., S. Yoshizawa, Y. Miyanaga and K. Dejhan, "A New PAPR Reduction in OFDM- WLAN Systems by Hybrid Algorithm of PTS and APPR Methods," in Proceedings of Asia- Pacific Conference on Communications 007, Bangkok, 007. [] A. Maddanaca, "Reduksi Peak-To-Average Power Ratio Pada Sistem STBC MIMO-OFDM dengan Metode Selected Mapping dan Partial Transmit Sequence," Jurnal Telekomunikasi dan Komputer, vol. 3, no. IncomTech, pp. 85 -, 0. [5] D. Phetsomphou, S. Yoshizawa and Y. Miyanaga, "A Partial Transmit Sequence technique for PAPR Reduction in MIMO- OFDM System," in Communications and Information Technologies (ISCIT), 00 International Symposium, Tokyo, 00. [6] R. Prasad, OFDM for Wireless COmmunications System (Artech House Universal Personal Communications series), Boston: British Library Cataloguing, 00. [7] S. M. Alamouti, "A Simple Transmit Diversity Technique for Wireless Communications," IEEE Journal on Selected Areas in Communications, vol. 6, no. 8, pp. 5-58, 998. [8] V. Tarokh, "Space-Time Block Codes from Orthogonal Designs," IEEE transactions on Information Theory, vol. 5, no. 5, pp. 56-67, July 999. [9] T.-D. Chiueh, P.-Y. Tsai and I.-W. Lai, Baseband Receiver Design for Wireless MIMO- OFDM Communications, nd ed., Singapore: John Wiley & Sons Singapore Pte. Ltd., 0. [0] K. D. Rao, Channel Coding Techniques for Wireless Communication, M. Swamy, Ed., Hyderabad: Springer, 05. [] Y. S. Cho, J. Kim, W. Y. Yang and C.-G. Kang, MIMO-OFDM Wireless Communications with MATLAB, Singapore: John Wiley & Sons