I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Tahun (Milyar rupiah)

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini berisikan latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan.

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Agribisnis menurut Arsyad dalam Firdaus (2008:7) adalah suatu kesatuan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Terdahulu Kedelai Edamame

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. khususnya bagi sektor pertanian dan perekonomian nasional pada umumnya. Pada

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

Bab 5 H O R T I K U L T U R A

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lampiran 1. Proyeksi Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun Tahun Konsumsi/capita (kg/th) Proyeksi Penduduk (000 Jiwa)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produksi Tanaman Sayuran di Indonesia Tahun Produksi (Ton)

30% Pertanian 0% TAHUN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

Gambar 2. Tingkat Produktivitas Tanaman Unggulan Kab. Garut Tahun

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN. Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2011)

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional.hal ini dapat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tahun Bawang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan hortikultura juga

I. PENDAHULUAN. bermatapencaharian petani. Meskipun Indonesia negara agraris namun Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penduduk Indonesia usia 15 tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, (juta orang) No.

I. PENDAHULUAN. struktur pembangunan perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor potensial yang memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Pada Tahun (Miliar Rupiah)

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang. peluang karena pasar komoditas akan semakin luas sejalan dengan

VALUE CHAIN ANALYSIS (ANALISIS RANTAI PASOK) UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI KOPI PADA INDUSTRI KOPI BIJI RAKYAT DI KABUPATEN JEMBER ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional. Sektor ini berperan

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

VI KARAKTERISTIK UMUM RESPONDEN

I. PENDAHULUAN. Produksi (kg)

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

Lapangan Usaha. Sumber : Badan Pusat Statistik (2012) 1

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

Transkripsi:

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki berbagai macam potensi sumber daya alam yang melimpah serta didukung dengan kondisi lingkungan, iklim, dan cuaca yang baik untuk mengembangkan potensi pada sektor pertanian. Kondisi alam yang mendukung memberikan kemudahan bagi bangsa Indonesia dalam melakukan kegiatan budidaya di sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang besar bagi bangsa Indonesia, dikarenakan sebagian besar penduduk bangsa Indonesia bermatapencaharian sebagai petani. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2010 diketahui bahwa masyarakat Indonesia yang bergerak dalam bidang pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan adalah sebesar 41,18 %. Data tersebut dapat menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia banyak yang bergantung pada sektor pertanian, kehutanan, perburuan dan perikanan. Hal ini menandakan bahwa sektor pertanian di Indonesia memiliki pengaruh yang besar terhadap kemajuan bangsa Indonesia dan juga menopang perekonomian bangsa Indonesia. Sektor petanian terdiri dari berbagai macam subsektor diantaranya subsektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Berdasarkan data Pusdatin 2010 diketahui bahwa volume ekspor komoditi pertanian Indonesia dari tahun 2007 hingga tahun 2009 mengalami peningkatan. Salah satu subsektor yang mengalami peningkatan volume ekspor adalah subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura pada tahun 2008 mengalami peningkatan volume ekspor sebesar 33,15 persen dibandingkan pada tahun 2007. Peningkatan nilai ekspor subsektor hortikultura menunjukkan subsektor hortikultura masih prospektif untuk dikembangkan. Komoditi hortikultura meliputi sayuran, buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat. Diantara komoditi tersebut komoditi buah-buahan dan sayuran merupakan komoditi yang paling banyak dibudidayakan oleh para petani di Indonesia. Hal tersebut terlihat dari nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Hortikultura, dimana nilai PDB hortikultura buah-buahan dan sayuran menempati urutan kesatu dan kedua. Tabel 1 menunjukkan data nilai PDB hortikultura berdasarkan harga berlaku periode 2004-2008. 16

Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura berdasarkan Harga Berlaku Periode 2004-2008 No Kelompok Komoditas Persentase Pertumbuhan Nilai PDB (Milyar Rp.) Pertahun (%) 2004 2005 2006 2007 2008 2005 2006 2007 2008 1. Buah-buahan 30.765 31.694 35.448 42.362 42.660 1,49 5,59 8,89 0,35 2. Sayuran 20.749 22.630 24.694 25.587 27.423 4,34 4,36 1,78 3,46 3. Biofarmaka 722 2.806 3.762 4.105 4.118 59,07 14,56 4,36 0,16 4. Tanaman Hias 4.609 4.662 4.734 4.741 6.091 0,57 0,77 0,07 12,46 Total Hortikultura 56.844 61.792 68.639 76.795 80.292 4,17 5,25 5,61 2,23 Sumber : Ditjen Hortikultura (2009) Berdasarkan data pada Tabel 1 terlihat bahwa nilai PDB hortikultura dari tahun 2004-2008 terus mengalami peningkatan. Hal tersebut juga berlaku pada komoditi sayuran dimana nilai PDB komoditi sayuran dari tahun 2004-2008 terus meningkat. Jika dibandingkan dengan tahun 2004, nilai PDB komoditi sayuran pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar 32,17 persen. Peningkatan nilai PDB komoditi sayuran menunjukkan bahwa komoditi sayuran merupakan salah satu komoditi yang prospektif untuk dikembangkan. Kegiatan usaha budidaya sayuran di Indonesia masih memiliki prospek yang menjanjikan. Prospek ini terlihat dari dari nilai PDB komoditi sayuran yang terus meningkat dan juga terlihat dari tingkat konsumsi sayuran penduduk Indonesia yang cenderung meningkat setiap tahunnya. Tingkat konsumsi sayuran penduduk Indonesia tahun 2005 sebesar 35,30 kg/kapita/tahun, kemudian tahun 2006 sebesar 34,06 kg/kapita/tahun, dan tahun 2007 meningkat menjadi 40,90 kg/kapita/tahun. Konsumsi sayuran penduduk Indonesia masih bisa terus mengalami peningkatan, dikarenakan standar konsumsi sayuran yang direkomendasikan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) adalah sebesar 73 kg/kapita/tahun, sedangkan standar kecukupan untuk sehat sebesar 91,25 kg/kapita/tahun. 1 Melihat prospek kegiatan usaha budidaya sayuran yang masih menjanjikan, para petani telah merespon dengan meningkatkan usaha budidaya sayuran. Peningkatan ini terlihat dari perkembangan usaha budidaya sayuran di 1 Kemenkominfo http://www.depkominfo.go.id/berita/bipnewsroom/konsumsi-sayur-masyarakatindonesia-di-bawah-rekomendasi-fao/ [diakses 20 November 2010] 17

Indonesia dari tahun ke tahun yang semakin meningkat. Produksi sayuran hingga Oktober 2010 meningkat sebesar 1,3% menjadi 10,655 juta ton dari nilai tahun 2009 yaitu sebesar 10,510 juta ton. 2 Peningkatan produksi sayuran harus terus dijaga agar kebutuhan akan sayuran dapat terus terpenuhi dan tidak terjadi kelangkaan yang nantinya dapat menyebabkan terjadinya peningkatan harga. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi sayuran Nasional. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi sayuran adalah dengan menjalin hubungan kemitraan. Kemitraan merupakan kegiatan kerjasama antara dua belah pihak yang saling menguntungkan. Melalui kegiatan kemitraan diharapkan nantinya petani dapat lebih produktif dalam melakukan kegiatan usaha budidaya sayuran. Kegiatan kemitraan yang biasa dijalin adalah kegiatan kemitraan antara perusahaan dengan petani. Adanya bantuan modal dan penyuluhan dari pihak perusahaan dapat meningkatkan produksi sayuran yang dihasilkan oleh petani, sehingga nantinya produksi sayuran secara keseluruhan pun diharapkan dapat terjadi peningkatan. Kegiatan kemitraan komoditi sayuran antara petani dan perusahaan sudah banyak dilakukan di beberapa provinsi di Indonesia. Misalnya kemitraan komoditi kol dan sawi putih yang dilakukan di Kabupaten Karo, kemitraan cabai merah dan kentang di Provinsi Jawa Barat dan kemitraan komoditi tomat dan buncis di Provinsi Bali (Saptana et al. 2006) Komoditi sayuran lainnya yang memiliki prospek yang baik dan perlu dikembangkan melalui kegiatan kemitraan adalah komoditi kedelai edamame. Komoditi kedelai edamame merupakan komoditi sayuran yang belum terlalu banyak diproduksi dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kedelai edamame yang sering juga disebut sebagai kedelai Jepang memiliki pasar yang berbeda dengan kacang kedelai biasa. Kedelai edamame memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kacang kedelai biasa. Komoditi kedelai edamame biasa dipasarkan ke super market ataupun diekspor ke luar negeri seperti ke Jepang. Permintaan kedelai edamame di negara Jepang sekitar 100.000 ton per tahun, sekitar 70 ribu ton dipasok dari sejumlah negara seperti Cina, Taiwan, Thailand, 2 Herlina KD. 2010. Produksi Sayuran. http://industri.kontan.co.id [diakses 20 November] 2010) 18

Vietnam dan Indonesia. 3 Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa pada periode tahun 2001-2005, Indonesia baru bisa memasok kedelai edamame ke Jepang sekitar 2.000 ton per tahunnya sementara itu masih ada kelebihan permintaan sekitar 30.000 ton per tahun. Hal tersebut merupakan suatu peluang yang dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk dapat meningkatkan produksi kedelai edamame di dalam negeri dan memasarkannya ke negara Jepang. Tabel 2 menyajikan volume impor kedelai edamame segar beku negara Jepang periode tahun 2001-2005. Tabel 2. Volume Impor Edamame Segar Beku Negara Jepang Periode 2001-2005 No Negara Asal Volume (ton) 2001 2002 2003 2004 2005 1. Cina 44.980 34.617 20.424 29.013 31.086 2. Taiwan 22.696 23.587 26.130 27.103 23.572 3. Thailand 7.767 8.836 11.377 11.214 10.960 4. Indonesia 1.738 2.416 2.722 2.404 2.936 5. Vietnam - - 58 57 663 6. lain-lain - 10-23 3 Total 77.181 69.466 60.711 69.814 69.220 Sumber : Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan (2007) Permintaan komoditi kedelai edamame yang tinggi, baik untuk diekspor maupun dijual ke super market menyebabkan perusahaan produsen kedelai edamame kesulitan dalam memenuhi permintaan yang ada. Oleh karena itu untuk dapat memenuhi permintaan kedelai edamame perusahaan produsen kedelai edamame melakukan kegiatan kemitraan. PT Saung Mirwan merupakan salah satu perusahaan yang menjadi pelopor dalam kegiatan kemitraan kedelai edamame dengan petani. PT Saung Mirwan melakukan kegiatan kemitraan dengan mitra tani edamame di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 1.2. Perumusan Masalah Salah satu perusahaan yang menjalin kegiatan kemitraan komoditi kedelai edamame dengan petani adalah PT Saung Mirwan. Kegiatan kemitraan yang terjalin antara PT Saung Mirwan dengan petani yaitu petani sebagai pemasok 3 Maxi I, Adhi W. 2008. Kedelai Jumbo di Pasar Jepang.http://www.trust.com [diakses 8 Juni 2010]. 19

kedelai edamame ke PT Saung Mirwan, sedangkan PT Saung Mirwan memiliki peranan sebagai penerima hasil panen petani atau dapat disebut juga sebagai pihak yang memasarkan hasil kedelai edamame yang ditanam oleh petani. PT Saung Mirwan juga memiliki peranan untuk memberikan penyuluhan mengenai cara atau teknik budidaya kedelai edamame yang baik, agar hasil yang ditanam oleh petani menghasilkan produk yang sesuai dengan permintaan pasar. Terjalinnya kerjasama kemitraan antara PT Saung Mirwan dengan petani tentunya memiliki banyak manfaat bagi kedua belah pihak. Bagi PT Saung Mirwan adanya kegiatan kemitraan bermanfaat dalam hal ketersediaan pasokan yang cukup dan kontinyu, sedangkan bagi petani adanya kegiatan kemitraan memiliki manfaat berupa adanya kepastian pasar dari produk yang mereka hasilkan. Petani hanya cukup menanam kedelai edamame yang benihnya didapatkan dari perusahaan dan selanjutnya PT Saung Mirwan siap membeli kedelai edamame petani ketika waktu panen tiba. Kegiatan kemitraan antara petani mitra dengan PT Saung Mirwan tidak terlepas dari adanya permasalahan yaitu masih rendahnya produktivitas kedelai edamame yang dihasilkan oleh para petani mitra. Berikut adalah Tabel 3 yang menyajikan rata-rata tingkat produktivitas kedelai edamame yang dihasilkan oleh petani mitra. Tabel 3. Rata-rata Produktivitas Kedelai Edamame Petani Mitra PT Saung Mirwan Periode 2008-2010 Tahun Produktivitas setiap kg benih (kg) 2008 46,0 2009 60,5 2010 64,5 Sumber : PT Saung Mirwan Berdasarkan data pada Tabel 3 terlihat bahwa rata-rata produktivitas kedelai edamame yang dihasilkan oleh petani mitra PT Saung Mirwan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Namun nilai tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan rata-rata produktivitas petani mitra kedelai edamame PT 20

Mitra Tani Dua Tujuh yang mencapai angka 90 kg per satu kilogram benih. 4 PT Saung Mirwan dan PT Mitra Tani Dua Tujuh merupakan dua perusahaan yang sama-sama menjalin kemitraan kedelai edamame dengan petani. Berdasarkan wawancara dengan penyuluh PT Saung Mirwan pada kondisi optimal produksi kedelai edamame dapat mencapai 100 kg per satu kilogram benih. Beberapa petani mitra PT Saung Mirwan ada yang mampu mencapai produktivitas sebesar 90 kg per satu kilogram benih, namun jumlahnya sedikit. Diduga salah satu penyebab yang menyebabkan rendahnya produktivitas kedelai edamame yang dihasilkan oleh petani mitra PT Saung Mirwan adalah para petani mitra terkadang tidak mengikuti Standar Operasional Procedure (SOP) yang telah ditetapkan oleh PT Saung Mirwan seperti dosis penggunaan pupuk, dosis penggunaan pestisida dan lain-lain. Hal inilah yang mengindikasikan bahwa budidaya yang dilakukan selama ini oleh petani mitra kedelai edamame PT Saung Mirwan masih belum efisien secara teknis. Kegiatan budidaya yang belum efisien tentunya akan berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh. Hasil ataupun panen yang diperoleh oleh petani akan berpengaruh juga terhadap pendapatan usahatani para petani mitra. Oleh karena itu untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi teknis dan juga seberapa besar pendapatan usahatani yang diperoleh oleh petani mitra, maka perlu dilakukan suatu penelitian yang mengkaji mengenai: 1. Bagaimana keragaan usahatani kedelai edamame di petani mitra edamame PT Saung Mirwan? 2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan? 3. Apakah usahatani kedelai edamame yang dilakukan oleh petani mitra kedelai edamame PT Saung Mirwan sudah efisien secara teknis? Serta faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat efisiensi teknis tersebut? 4 Hasil wawancara dengan Bapak Sartum ( Bagian budidaya dan pengendalian OPT PT Saung Mirwan serta mantan karyawan PT Mitra Tani Dua Tujuh) 21

1.3. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Menganalisis keragaan usahatani kedelai edamame di petani mitra kedelai edamame PT Saung Mirwan. 2. Menganalisis tingkat pendapatan usahatani kedelai edamame petani mitra PT Saung Mirwan. 3. Menganalisis fungsi produksi stochastic frontier dan efisiensi teknis usahatani kedelai edamame di petani mitra kedelai edamame PT Saung Mirwan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4. Memberikan saran atau rekomendasi kepada PT Saung Mirwan dan petani mitra mengenai hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produksi kedelai edamame. 1.4. Manfaat Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi dan masukan ke berbagai pihak yaitu : 1. Bagi petani dan perusahaan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu pertimbangan dalam melaksanakan budidaya kedelai edamame yang lebih efisien yang nantinya dapat meningkatkan produksi kedelai edamame yang diproduksi oleh petani mitra. 2. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu pembelajaran mengenai penerapan di lapangan terhadap teori-teori mata kuliah usahatani yang selama ini dipelajari oleh peneliti selama proses perkuliahan. 3. Bagi pembaca, penelitian ini berguna dalam hal memperkaya informasi dan ilmu pengetahuan yang diharapkan nantinya bisa bermanfaat bagi pihak yang memerlukannya. 22