BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi. Kondisi tersebut menjadikan Kota Yogyakarta semakin padat penduduknya, sehingga penyediaan dan pelaksanaan fasilitas bagi penduduk harus terpenuhi dengan baik. Salah satu fasilitas bagi penduduk yang penyediaan dan pelaksanaannya harus terpenuhi dengan baik adalah fasilitas yang berkaitan dengan kesehatan. Fasilitas tersebut dapat berupa bangunan secara fisik, seperti puskesmas, maupun pelayanan yang ada di dalamnya, seperti penanganan terhadap beberapa penyakit dan imunisasi. Penanganan terhadap beberapa penyakit yang terjadi di Kota Yogyakarta yang berupa penyakit menular maupun tidak menular perlu dilakukan. Penyakitpenyakit tersebut dapat dikategorikan sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dengan melihat ciri-cirinya. KLB sering kali terjadi dengan jumlah penderita yang tidak dapat diprediksi. Oleh sebab itu, penanganan, pemantauan dan pengawasan terhadap perkembangan KLB perlu dilakukan agar jumlah penderita KLB dapat dikendalikan. 1
Jumlah Kasus Tabel 1.1 Jumlah Kasus dan Jumlah Penderita Meninggal Kejadian Luar Biasa Penyakit di Kota Yogyakarta Tahun 2013 dan 2014 No. Kejadian Luar Biasa Jumlah Kasus Jumlah Penderita Meninggal 2013 2014 2013 2014 1. Keracunan Makanan 111 83 0 0 2. Campak 11 26 0 0 3. Leptospirosis 0 7 0 5 4. Chikungunya 0 229 0 0 5. Rubella 0 38 0 0 6. HFMD 10 29 0 0 Sumber: Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013-2014 Diagram 1.1 Jumlah Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Yogyakarta Tahun 2013 120 111 100 80 60 40 20 0 11 0 0 0 10 Kejadian Luar Biasa (KLB) Sumber: Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013 2
Jumlah Kasus Diagram 1.2 Jumlah Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kota Yogyakarta Tahun 2014 250 229 200 150 100 83 50 0 26 7 38 29 Kejadian Luar Biasa (KLB) Sumber: Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014 Selain penanganan terhadap KLB penyakit, pelaksanaan imunisasi juga perlu pengawasan terhadap perkembangannya. Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai imunisasi menyebabkan adanya tanggapan yang bervariasi berkaitan dengan imunisasi. Terdapat pihak yang menerima dengan terbuka ada pula yang menolak imunisasi dengan alasan-alasan tertentu. Padahal jika seluruh masyarakat mengetahui pentingnya imunisasi, generasi selanjutnya akan terselamatkan dari berbagai macam penyakit. Namun karena terdapat penolakan dari beberapa pihak, pemberian imunisasi dasar lengkap kepada balita tidak terlaksana dengan baik. Untuk mempermudah dalam hal pemantauan dan pengawasan penyebaran KLB dan imunisasi diperlukan suatu media pendukung demi terlaksanakannya 3
kegiatan pemantauan dan pengawasan tersebut. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan sistem informasi geografi (SIG). Dewasa ini, pemetaan kesehatan yang berbasis SIG mulai menjadi perhatian berbagai pihak. Sebab, dengan memetakan KLB misalnya, persebaran KLB maupun penderitanya dapat diketahui dengan lebih mudah karena tersaji dalam bentuk peta dengan unsur keruangan, begitu pula dengan imunisasi. Hal tersebut sangat membantu bagi tim surveilans sebagai tim pemantau dan pengawas persebaran KLB dan penderitanya serta cakupan imunisasi pada suatu daerah untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang dianggap perlu perhatian khusus. KLB yang menjadi kajian pada Tugas Akhir (TA) ini meliputi a) keracunan makanan, b) campak, c) leptospirosis, d) chikungunya, e) rubella, dan f) Hand, Foot, and Mouth Diseases (HFMD). Alasan pengambilan jenis KLB tersebut adalah karena keenam KLB tersebut merupakan KLB yang terjadi di Kota Yogyakarta pada tahun 2014. Pemetaan yang dilakukan kaitannya dengan imunisasi meliputi a) persentase imunisasi lengkap tingkat kelurahan, b) persentase imunisasi campak anak sekolah, c) persentase imunisasi dasar lengkap anak sekolah, dan d) lokasi penolakan imunisasi. Aplikasi SIG untuk pemetaan KLB dan cakupan imunisasi di Kota Yogyakarta merupakan salah satu upaya untuk membantu menyajikan data yang berkaitan dengan KLB dan cakupan imunisasi yang pada umumnya berbentuk data tabel menjadi lebih informatif dan mudah dipahami jika disajikan dalam bentuk peta yang memiliki unsur keruangan (lokasi). Dengan diketahuinya lokasi persebaran KLB dan penderitanya serta cakupan imunisasi, proses pemantauan dan/atau 4
pengawasan dari tim surveilans dapat dengan mudah dilakukan. Dari informasi yang disajikan dengan memanfaatkan aplikasi SIG, persebaran KLB dan penderitanya serta cakupan imunisasi di Kota Yogyakarta dapat dimonitor sehingga proses pengendalian terhadap persebaran KLB dan penderitanya serta cakupan imunisasi dapat segera ditindaklanjuti. 1.2 RUMUSAN MASALAH Informasi mengenai pola persebaran penyakit berbasis KLB dan cakupan imunisasi puskesmas di Kota Yogyakarta pada tahun 2014 belum dapat dilihat secara langsung. Hal tersebut dikarenakan pada umumnya informasi mengenai pola persebaran penyakit berbasis KLB dan cakupan imunisasi puskesmas disajikan dalam bentuk tabel. Karena informasi-informasi tersebut ada kaitannya dengan lokasi/wilayah dan pola persebaran penyakit dapat dianalisis, penyajian dalam bentuk tabel saja dirasa kurang tepat. Berdasarkan dari uraian di atas, maka pertanyaan yang muncul adalah: 1. Bagaimana pola persebaran penyakit berbasis KLB di Kota Yogyakarta pada tahun 2014? 2. Bagaimana cakupan imunisasi puskesmas-puskesmas di Kota Yogyakarta pada tahun 2014? 1.3 TUJUAN adalah: Dari rumusan masalah yang ada, tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini 5
1. Mengetahui pola persebaran penyakit berbasis KLB di Kota Yogyakarta pada tahun 2014. 2. Mengetahui cakupan imunisasi puskesmas-puskesmas di Kota Yogyakarta pada tahun 2014. 1.4 MANFAAT 1. Dapat dijadikan sebagai rujukan untuk mendapatkan informasi mengenai pola persebaran penyakit berbasis KLB dan cakupan imunisasi di Kota Yogyakarta tahun 2014. 2. Dapat dijadikan aplikasi di bidang kesehatan sehingga dapat menjadi rujukan awal penelitian selanjutnya. 1.5 BATASAN ISTILAH Tugas Akhir ini akan membahas beberapa istilah. Istilah-istilah tersebut meliputi: 1. Kejadian Luar Biasa (KLB) Penyakit Suatu penyakit dapat dikatakan sebagai KLB jika memenuhi salah satu atau semua dari kriteria berikut: a. Timbulnya suatu penyakit yang sebelumnya tidak ada/tidak diketahui b. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, dan seterusnya) c. Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali atau lebih dibandingkan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun) 6
d. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. e. Angka rata-rata perbulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya. f. Case fatality rate (CFR) dari suatu penyakit dalam kurun waktu tertentu menunjukkan 50% atau lebih dibandingkan CFR dari periode sebelumnya. g. Proportional rate (PR) penderita baru dari periode tertentu menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih dibandingkan periode yang sama dalam kurun waktu/tahun sebelumnya. h. Terdapat peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis) i. Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan. j. Beberapa penyakit yang dialami satu atau lebih penderita: keracunan makanan dan keracunan pestisida. (Effendi, 2009) 7
2. Imunisasi Dasar Imunisasi dasar yang dimaksud adalah imunisasi yang diberikan pada anak yang memberikan perlindungan terhadap 9 penyakit, yaitu hepatitis B, TBC, difteria, tetanus, batuk rejan, pneumonia, meningitis, polio dan campak. Imunisasi dasar ini merupakan program pemerintah yang didasarkan pada Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, melalui Program Pengembangan Imunisasi (PPI). 3. Imunisasi Campak Imunisasi campak merupakan imunisasi campak Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) tahap 1 yang dilakukan pada siswa kelas 1 Sekolah Dasar (SD). Imunisasi yang diberikan berupa imunisasi campak dan imunisasi DT. 4. Imunisasi Total Imunisasi total merupakan imunisasi BIAS tahap 2, yaitu hasil penjumlahan dari imunisasi BIAS tahap 1 (imunisasi campak dan imunisasi DT pada siswa kelas 1 SD) dengan imunisasi Td pada siswa kelas 2 SD, dan Td pada siswa kelas 3 SD. 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keracunan Makanan Menurut Departemen Kesehatan RI, keracunan makanan adalah suatu keadaan peradangan akut pada selaput lendir lambung atau usus kecil. Keracunan makanan dapat disebabkan oleh makanan atau air yang tercemar atau terkontaminasi oleh organisme menular, seperti bakteri, virus, dan parasit. Kontaminasi dapat terjadi saat air atau makanan yang tidak ditangani, disimpan, diproses atau dimasak dengan baik dan benar. 2.2 Campak Campak merupakan infeksi yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini akan memunculkan ruam atau bercak di seluruh tubuh dan sangat menular. Bayi, anak-anak dengan gizi buruk, dan orang yang memiliki kondisi kekebalan tubuh yang buruk (misalnya penderita AIDS, penderita kanker yang menjalani kemoterapi dan penderita penyakit kronis) menjadi kelompok yang paling rentan tertular campak. 2.3 Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang menjangkiti banyak jenis hewan, termasuk burung, reptil, amphibi, dan mamalia. Jadi pada dasarnya leptospirosis merupakan penyakit hewan yang ditularkan ke manusia melalui air, makanan, dan lingkungan yang terkontaminasi. Bakteri 9