I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada umumnya identik dengan tingkat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi akan bersumber pada Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Kimia sebagai salah satu bagian dari IPA mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pengembangan teknologi masa depan. Kimia adalah ilmu pengetahuan yang menggunakan metode ilmiah dalam proses-nya. Dalam pembelajaran kimia, yang harus diperhatikan adalah bagaimana siswa mendapatkan pengetahuan (learning to know), konsep dan teori melalui pengalaman praktis dengan cara melaksanakan observasi atau eksperimen (learning to do), secara langsung (skil objektives) sehingga dirinya berperan sebagai ilmuwan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia di MA Negeri 1 Bandar Lampung kelas X, diperoleh informasi bahwa pada materi pokok hidrokarbon tahun pelajaran 2010-2011, siswa yang mencapai nilai 72 hanya sekitar 60%. Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan di MA Negeri 1 Bandar Lampung untuk mencapai ketuntasan belajar adalah 100% siswa harus memperoleh nilai 72. Jadi, KKM yang telah ditetapkan belum tercapai dan ini berarti, belum tercapai 100 % siswa yang menguasai konsep materi hidrokarbon. Masih belum tercapainya target siswa 100 % yang mencapai KKM tersebut dikarenakan masih kurangnya penguasaan konsep siswa terhadap materi hidro-karbon, yang diduga
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, pembelajaran pada konsep hidrokarbon selama ini dimulai dengan guru memberikan pertanyaan yang membangun konsep, tetapi hanya sekitar 2 siswa yang mau menjawab dan aktif dalam proses pembelajaran, yaitu siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sedangkan sebagian siswa lain lebih banyak diam, belum berani mengungkapkan pendapatnya, kurang terlibat aktif. Selain itu, tidak semua siswa memiliki buku pelajaran sebagai sumber belajar sehingga kegiatan siswa lebih dominan pada mendengarkan dan mencatat materi yang disampaikan oleh guru. Setelah guru menyampaikan materi, guru memberikan latihan soal kepada siswa, namun siswa yang aktif mengerjakan soal latihan hanya beberapa siswa. Siswa lainnya lebih banyak mengandalkan teman yang pandai, dan ada juga yang tidak mengerjakan soal tersebut. Dalam menjelaskan konsep hidrokarbon, diperlukan suatu model pembelajaran disertai adanya media pendukung untuk menarik dan memotivasi siswa. Sehingga, siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan guru tetapi lebih aktif dalam melakukan kegiatan belajar, semakin aktif siswa dalam belajar maka siswa akan semakin mudah memahami konsep-konsep, dan pemahaman yang didapatkan siswa itu akan bertahan lama dalam ingatan siswa. Suasana kelas juga perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain, menciptakan semangat dan motivasi siswa untuk belajar. Oleh karena itu, guru perlu mencipta-kan suasana belajar yang dapat menumbuhkan sikap bekerja sama antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Selain itu, alur proses belajar tidak harus berasal dari guru menuju siswa, sesama siswa juga bisa saling bertukar pikiran dan pada akhirnya dapat menyimpulkan hasil diskusi dalam bentuk lisan maupun tertulis. Model pembelajaran inquiri terbimbing (guided inquiry) adalah model pembe-lajaran dimana siswa diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan
dan bahan penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Guru harus dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang dapat membuat siswa aktif dalam mengkonstruksi atau membangun sendiri pengetahuannya, sehingga pengetahuannya tentang hidrokarbon dapat lebih lama diingat oleh siswa. Untuk dapat memahami hakikat IPA secara menyeluruh yakni IPA mencakup proses, produk, dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan Keterampilan Proses Sains (KPS). Keterampilan Proses Sains adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya sains. KPS penting dimiliki guru agar digunakan sebagai jembatan untuk menyampaikan pengetahuan atau informasi baru kepada siswa atau mengembangkan pengetahuan atau informasi yang telah dimiliki siswa. Salah satu keterampilan proses sains yang penting untuk dikuasai oleh siswa adalah keterampilan inferensi. Terdapat dua indikator dari keterampilan inferensi, yakni (1) siswa mampu membuat suatu kesimpulan tentang suatu fenomena, dan (2) siswa mampu menginterpretasi data dan informasi. Keterampilan ini menuntut siswa agar dapat menemukan suatu konsep atau kesimpulan dari data percobaan yang ada dan fakta -fakta yang ada disekitar mereka, yang selama ini belum mereka kuasai seutuhnya, meskipun sudah seringkali menerapkan keterampilan inferensi dalam pemecahan suatu masalah yang mereka hadapi. Dengan menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing, guru dapat melatih keterampilan proses sains (KPS) dan menemukan konsepnya sendiri dari fakta dan data yang diperoleh siswa melalui keterampilan inferensi. Selain itu, dengan mengkonstruksi konsep-konsep kimia akan menjadi lebih bermakna bagi siswa, tidak hanya sekedar menjadi hafalan yang membebani siswa. Hasil penelitian yang dilakukan Kurniasari (2010) yang melakukan penelitian kuasi eksperimen pada siswa kelas XI IPA Semester ganjil SMA Negeri 1 Kauman Tulungagung pada Materi Pokok Laju Reaksi, menunjukkan bahwa (1). Keterlaksanaan pembelajaran
inkuiri terbimbing pada materi pokok laju reaksi telah berlangsung cukup baik; (2). Model inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa; (3). Sikap ilmiah siswa yang dibelajarkan dengan inkuiri terbimbing lebih tinggi dibandingkan siswa yang dibelajarkan dengan konvensional pada materi laju reaksi dengan persentase siswa kelas eksperimen yang memiliki sikap ilmiah sangat baik mencapai 32,6 % sedangkan kelas kontrol hanya mencapai 13,3%. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dilakukan penelitian dengan judul : Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep Hidrokarbon Siswa Kelas X MA Negeri 1 Bandar Lampung T.P 2011/2012 B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran inquiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan keterampilan inferensi? 2. Bagaimana efektivitas model pembelajaran inquiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan penguasaan konsep? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Efektivitas model pembelajaran inquiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan keterampilan inferensi.
2. Efektivitas model pembelajaran inquiri terbimbing pada materi pokok hidrokarbon dalam meningkatkan penguasaan konsep. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa khususnya keterampilan inferensi serta penguasaan konsep kimia siswa pada materi pokok Hidrokarbon. 2. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi dan bahan informasi tentang penggunaan model inquiri terbimbing untuk kepentingan penelitian selanjutnya. E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah: 1. Materi pokok yang dibahas adalah hidrokarbon yang meliputi identifikasi unsur C dan H dalam senyawa karbon, kekhasan atom karbon, alkana, alkena, dan alkuna, isomer alkana, alkena, dan alkuna, sifat fisik dan sifat kimia senyawa hidrokarbon. 2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran yang prosedur pelaksanaan pembelajarannya yakni dimulai dengan mengajukan pertanyaan atau permasalahan oleh guru, lalu siswa merumuskan hipotesis atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Setelah itu, kegiatan mengumpulkan data dimana hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Selanjutnya, tahap analisis data dimana siswa bertanggung jawab dengan menguji hipotesis yang telah dirumuskan dan menganalisis data yang telah diperoleh. Tahap terakhir adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.
3. Keterampilan inferensi siswa adalah salah satu indikator dari keterampilan proses sains siswa yaitu keterampilan siswa dalam menyimpulkan berda-sarkan fakta hasil pengamatan. Pada penelitian ini, ditunjukkan dengan data aktivitas siswa dan hasil pretest serta posttest. 4. Penguasaan konsep menurut Posner dalam Suparno (1997) berkaitan dengan proses belajar yang mencakup dua tahap perubahan konsep yaitu siswa menggunakan konsepkonsep yang telah dimiliki untuk berhadapan dengan fenomena baru. Kemudian, siswa mengubah konsepnya yang tidak cocok lagi dengan fenomena baru yang mereka hadapi. 5. Menurut Nuraeni dkk (2010), model pembelajaran dikatakan efektif mening-katkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menun-jukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemaham-an setelah pembelajaran (ditunjukkan dengan N-gain yang signifikan).