BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KUALITAS JARINGAN GPON PADA LAYANAN IPTV PT. TELKOM DI DAERAH DENPASAR, BALI

SIMULASI PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DI PERUMAHAN LEGOK INDAH MENGGUNAKAN SIMULASI OPTISYSTEM

BAB II DASAR TEORI. Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM

BAB I PENDAHULUAN. jalannya komunikasi maupun transaksi dengan lebih cepat, mudah dan efisien.

Pradika Erta Ardanta. Abstrak

1 BAB 2 LANDASAN TEORI

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) UNTUK PERUMAHAN PESONA CIWASTRA VILLAGE BANDUNG MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI OPTISYSTEM

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO KOPO KE NATA ENDAH KOPO UNIVERSITAS TELKOM

Suatu sistem komunikasi terdiri dari Secara umum komponen sistem komunikasi terdiri dari Pengirim (transmitter), Kanal transmisi (transmission

BAB II TEKNOLOGI JARINGAN KABEL OPTIK

ANALISA SIMULASI RANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO BANJARAN KE GRIYA PRIMA ASRI BANDUNG. Yara romana rachman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu

STT Telematika Telkom Purwokerto

ANALISIS KINERJA JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DI JALAN LOTUS PERUMAHAN CEMARA ASRI MEDAN

ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK

Sistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)

ANALISIS SOLUSI JARINGAN FTTDP DI LOKASI PERUMAHAN PT. VALE INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Saat ini internet tidak hanya digunakan sebagai media bertukar

ANALISA JARINGAN UNTUK LAYANAN BROADBAND BERBASIS TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) ABSTRAK

1. BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON (GIGABIT- CAPABLE PASSIVE OPTICAL NETWORK) UNTUK LAYANAN TRIPLE PLAY

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE PERUMAHAN JINGGA

ANALISA PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK TOWER A BANDUNG TECHNOPLEX LIVING

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY. Fratika Arie Yolanda NIM :

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TUGAS AKHIR. Disusun oleh : ALVEN DELANO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA INDONESIA

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO AHMAD YANI KE APARTEMEN GATEWAY

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE SETRA DUTA BANDUNG

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

BAB III METODE ANALISIS

Analisis Redaman Pada Jaringan Ftth (Fiber To The Home) Dengan Teknologi GPON (Gigabit Passive Optical Network) Di PT MNC Kabel Mediacom

MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN. Oleh :

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) PERUMAHAN NATAENDAH KOPO Atika Fitriyani 1, Tri Nopiani Damayanti, ST.,MT.2, Mulya Setia Yudha 3

Pengabdian Masyarakat di SMK Bangun Nusantara APLIKASI FIBER OPTIK. Oleh :Suyatno Budiharjo

Jaringan Kabel Optik

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO DAGO KE PERUMAHAN DAGO ASRI DAN CISTU INDAH BANDUNG

BAB II DASAR TEORI. Komunikasi data telah berkembang dengan pesat dewasa ini. Hal ini sesuai

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYTEM PADA LINK STO GEGERKALONG KE PERUMAHAN CIPAKU INDAH

(Gigabit Passive Optical Network)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN OPTIK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GPON STUDI KASUS CENTRAL OFFICE TURANGGA

BAB III. 3.1 Pengertian MSAN

DAFTAR ISI v. ABSTRAK.. i ABSTRACK. ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR viii DAFTAR TABEL. x BAB I PENDAHULUAN BAB II TEORI PENUNJANG

INTERNET-INTRANET 2. Bambang Pujiarto, S.Kom

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME PERUMAHAN NATAENDAH KOPO DENGAN OPTISYSTEM

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) MENGGUNAKAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) UNTUK PERUMAHAN JINGGA BANDUNG

BAB II DASAR TEORI. Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan. menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES INDIHOME UNTUK TEKNOLOGI GPON DAN MSAN DI STO DARUSSALAM

BAB III ANALISIS JARINGAN FTTH DENGAN TEKNOLOGI GPON DI CLUSTER TEBET

BAB III KONFIGURASI LAYANAN TRIPLE PLAY PADA JARINGAN GPON

BAB 2. LANDASAN TEORI

ANALISIS PERFORMANSI SERAT OPTIK PADA LINK CIJAURA - BOJONGSOANG PERFORMANCE ANALYSIS OF FIBER OPTIC LINK CIJAURA - BOJONGSOANG

PERENCANAAN JARINGAN NG-PON2 MENGGUNAKAN TEKNOLOGI TWDM PADA PERUMAHAN GRAND SHARON BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. pada media konduktor terbilang cukup cepat, yaitu 2.25x10 8 m/s, atau 75% dari. sangat sering dipergunakan sampai sekarang.

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER ELOK

FTTX. 1. Latar belakang

JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP)

PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) DI WILAYAH PERMATA BUAH BATU II, BANDUNG

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

ANALISIS PERANCANGAN TEKNOLOGI HYBRID GPON DAN XGPON PADA JARINGAN FTTH DI PERUMAHAN BATUNUNGGAL

JARINGAN AKSES. Akses Tembaga. Akses Optik. Akses Radio

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan

BAB 2 DASAR TEORI. luar yang disebut Cladding. Cladding adalah selubung dari inti (core). Indeks

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE KOMPLEK PERUMAHAN PESONA CIGANITRI

BAB II DASAR TEORI. Merupakan suatu media pemandu gelombang cahaya (light wave guide)

BAB 1 PENDAHULUAN. praktis, mudah, dan efisien meningkat. Kebutuhan pelanggan (user) yang

JARINGAN AKSES BROADBAND

Jaringan Lokal Akses (Jarlok) Eka Setia Nugraha,S.T. M.T Uke Kurniawan Usman,MT

ANALISIS DAN PERANCANGAN JARINGAN FTTH (FIBER TO THE HOME) DENGAN TEKNOLOGI GPON DI PT TELKOM, Tbk

BAB 4 PERANCANGAN JARINGAN. Bab ini membahas tentang bagaimana merancang sebuah jaringan Fiber To The

Sukiswo Jartel, Sukiswo 1

Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto

PERENCANAAN JARINGAN FIBER TO THE HOME(FTTH) DI TAMAN KOPO INDAH 3 BANDUNG (Design of FTTH Network In Taman Kopo Indah 3 Bandung) TUGAS BESAR OPLAN

ANALISIS PENGUKURAN KUALITAS JARINGAN MSAN PADA LAYANAN IPTV PT.TELKOM DI DAERAH DENPASAR BALI


MODUL VII MATA KULIAH : SALURAN TRANSMISI

ANALISIS PENGUJIAN IMPLEMENTASI PERANGKAT FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM PADA LINK STO CIJAWURA KE BATUNUNGGAL REGENCY CLUSTER PERMAI

LAPORAN KERJA PRAKTIK JARINGAN AKSES WIFI PT TELKOM INDONESIA WITEL BANTEN BARAT

BAB II LANDASAN TEORI

Teknologi Jarlokaf. DLC (Digital Loop Carrier) PON (Passive Optical Network) AON (Active Optical Network) Point to Point. 1 Digital Loop Carrier (DLC)

Ignatius Yoslan Kurniawan. Prodi S1 Teknik Telekomunikasi, Fakultas Teknik Elektro, Universitas Telkom

TUGAS AKHIR ANALISIS LINK BUDGET JARINGAN SERAT OPTIK GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK. Puti Mayangsari Fhatony NIM :

BAB I PENDAHULUAN.

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KINERJA INTERNET SERVICE MSAN

Fahmi Pahlawan*, Dwi Astuti Cahyasiwi, Kun Fayakun

ANALISIS PERFORMANSI MIGRASI JARINGAN DSLAM CASCADE KE JARINGAN GPON UNTUK MENDUKUNG LAYANAN TRIPLE PLAY

SIMULASI PERFORMANSI MODULASI DIRECT PADA JARINGAN FTTH DENGAN GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) di PERUMAHAN BATUNUNGGAL pada OPTISYSTEM

Faktor Rate data. Bandwidth Ganguan transmisi(transmission impairments) Interferensi Jumlah receiver

BAB 2 LANDASAN TEORI. independen (Foruzan, 2003). komunikasi yang lain, di antaranya: atau sistem operasi tertentu

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PASSIVE SPLITTER PADA JARINGAN PASSIVE OPTICAL NETWORK (PON)

11/9/2016. Jenis jenis Serat Optik. Secara umum blok diagram transmisi komunikasi fiber optik. 1. Single Mode Fiber Diameter core < Diameter cladding

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, teknologi memegang peranan penting di hampir semua sektor kehidupan, tak terkecuali pada sektor telekomunikasi dan komunikasi. Teknologi informasi di bidang telekomunikasi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Semakin beragamnya aktifitas manusia, semakin menuntut adanya teknologi yang dapat membantu jalannya komunikasi maupun transaksi dengan lebih cepat, mudah, dan efisien. Perkembangan teknologi menuntut telekomunikasi untuk terus berkembang dan maju khusunya dari segi kualitas. Triple Play Service adalah layanan yang dibutuhkan saat ini, dimana layanan komunikasi data, suara, dan video melewati akses broadband didapatkan hanya dengan berlangganan satu jenis media koneksi saja. Dibutuhkan perangkat akses yang canggih serta handal agar dapat menyalurkan triple play service langsung kepada pelanggan. Oleh karena itu teknologi yang sudah ada harus terus berinovasi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dibidang telekomunikasi. Jaringan lokal akses fiber merupakan jaringan di dalam sistem telekomunikasi yang menggunakan serat optik sebagai media transmisi. Fiber optic dalam jaringan telekomunikasi digunakan dalam jaringan Fiber To The Home (FTTH). PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) sedang membangun infrastruktur jaringan akses pita lebar (broadband) di berbagai wilayah dengan berbagai layanan berbasis TIME (Telecommunication, Information, Media, Edutainment). Program TELKOM berbasis TIME ini dinamakan IndiHome (Indonesia Digital Home) yang memiliki kemampuan layanan Triple Play terdiri dari Telepon Rumah, Internet on Fiber atau High Speed Internet dan UseeTV Cable (IP TV). Sebagai

konsekuensi perubahan besar-besaran layanan IndiHome, TELKOM memberikan perhatian dan upaya yang ekstra terkait pengembangan kapabilitas akses. Salah satunya dengan mengaplikasikan teknologi jaringan Fiber To The Home (FTTH) yang merupakan format penghantaran isyarat optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna atau pelanggan dengan menggunakan serat optik sebagai mediumnya. 1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 1. Agar penulis (presentator) dan pembaca (audience) dapat memahami dan mengetahui aplikasi jaringan FTTH dengan teknologi GPON di PT. Telekomunikasi Indonesia. 2. Untuk melengkapi dan menyelesaikan salah satu mata kuliah semester 6 yaitu Seminar Kerja Praktek. 1.3 Batasan Masalah Dalam penyusunan makalah ini, pembahasan hanya dibatasi pada masalah seperti berikut: a. Pembahasan tentang jaringan FTTH b. Pembahasan tentang teknologi GPON c. Pembahasan tentang optimalisasi layanan produk IndiHome 2

BAB II PEMBAHASAN 2.1 FTTH Fiber To The Home (disingkat FTTH) merupakan suatu format penghantaran isyarat optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna dengan menggunakan serat optik sebagai medium penghantaran. Perkembangan teknologi ini tidak terlepas dari kemajuan perkembangan teknologi serat optik yang dapat mengantikan penggunaan kabel konvensional. Dan juga didorong oleh keinginan untuk mendapatkan layanan yang dikenal dengan istilah Triple Play Services yaitu layanan akan akses internet yang cepat, suara (jaringan telepon, PSTN) dan video (TV Kabel) dalam satu infrastruktur pada unit pelanggan. Sebelum penjelasan lebih lanjut terlebih dahulu lihat analogi dari jarlokat dengan jarlokaf, seperti gambar dibawah ini. Gambar 2.1 Analogi Jarlokat dengan Jarlokaf 3

Penghantaran dengan menggunakan teknologi FTTH ini dapat menghemat biaya dan mampu mengurangkan biaya operasi dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan. Ciri-ciri inheren serat optik membenarkan penghantaran isyarat telekomunikasi dengan lebar jalur yang lebih besar dibandingkan dengan penggunaan kabel konvensional. Dari gambar mengilustrasikan arsitektur umum dari suatu jaringan FTTH. Jaringan titik ke titik (P2P) merupakan rancangan jaringan FTTH yang paling ringkas, dimana isyarat dihantar terus dari Central Office kepada setiap pelanggan dengan satu serat optik dan laser yang terpisah. Serat optik bentuk tunggal digunakan untuk isyarat bolakbalik dengan satu kabel serat optik sampai pertukaran setempat (Local Exchange) dan kemudian dipisah untuk masing-masing pelanggan pengguna akhir (End User). Biasanya jarak antara pusat layanan dengan pelanggan dapat berkisar maksimum 20 km. Dimana pusat penghantaran penyelenggara layanan (service provider) yang berada di kantor utama disebut juga dengan central office (CO), disini terdapat peralatan yang disebut dengan OLT. Kemudian dari OLT ini dihubungkan kepada ONU/ONT yang ditempatkan di rumah-rumah pelanggan (customer's) melalui jaringan distribusi serat optik (Optical Distribution Network, ODN). 2.2 Jaringan serat optik pasif (Passive Optical Network, PON) Jaringan serat optik pasif juga merupakan jaringan P2MP hampir sama dengan AON (Active Optical Network). Perbedaannya dimana pada titik komponen aktif digantikan oleh pencerai optik pasif (passive optical splitter). Jika dibandingkan dengan jaringan jenis AON, pemasangan jaringan jenis PON adalah lebih mudah dan murah serta tidak menggunakan komponen elektronik aktif sehingga mengurangi biaya pemeliharaan peralatan. 4

Gambar 2.2 Jaringan PON 2.2.1 Prinsip Dasar GPON Prisip kerja dari GPON yaitu ketika data atau sinyal dikirimkan dari OLT, maka ada bagian yang bernama splitter yang berfungsi untuk memungkinkan serat optik tunggal dapat mengirim ke berbagai ONT. Untuk ONT sendiri akan memberikan data data dan sinyal yang diinginkan oleh user. Pada prinsipnya, Passive Optical Network adalah sistem point-to-multipoint, dari fiber ke arsitektur premise network dimana unpowered optikal splitter (splitter fiber) serat optik tunggal. Arsitektur sistem GPON berdasarkan pada TDM (Time Division Multiplexing) sehingga mendukung layanan T1, E1, dan DS3. ONT mempunyai kemampuan untuk mentransmisikan data di 3 mode power. Pada mode 1, ONT akan mentransmisikan pada kisaran daya output yang normal. Pada mode 2 dan 3 ONT akan mentransmisikan 3 6 db lebih rendah daripada mode 1 yang mengizinkan OLT untuk memerintahkan ONT menurunkan dayanya apabila OLT mendeteksi sinyal dari ONT terlalu kuat atau sebaliknya, OLT akan memberi perintah ONT untuk menaikkan daya jika terdeteksi sinyal dari ONT terlalu lemah. 5

Tabel 2.1 Standar dari Teknologi GPON Karakteristik GPON Standardization ITU-T G.984 Frame ATM / GEM Speed Upstream 1.2 G / 2.4 G Speed Downstream 1.2 G / 2.4 G Service Data, Voice, Video Transmission Distance 10 km / 20 km Number of Branches 64 Wavelength Up 1310 nm Wavelength Down 1490 nm Splitter Passive 2.2.2 Standar Umum Perangkat Persyaratan teknik perangkat yaitu mampu menyalurkan atau membawa multilayanan (voice, data, video) dalam satu platform teknologi berbasis Passive Optical Network (PON) pada lingkungan jaringan masa depan (NGN). Persyaratan system GPON yaitu : a. Beroperasi dengan line rates pada 2.488 Gbps downstream dan 1.244 Gbps upstream dengan menggunakan single fiber, sistem G-PON harus sesuai dengan ITU-T G.984.x series (G.984.1/2/3/4). b. Modul GPON dapat diekspansi, yang memungkinkan terbentuknya sistem perangkat yang fleksible. c. Sistem arsitektur GPON harus dalam satu rak yang terintegrasi untuk semua layanan. Semua layanan dikontrol oleh sebuah NMS 6

d. Arsitektur internal backplane perangkat GPON harus berbasis arsitektur IP. Kemampuan switching bersifat non-blocked matrix. 2.2.3 Komponen GPON Komponen-komponen pada teknologi GPON antara lain yaitu : 1. Sumber cahaya Sumber cahaya yang digunakan untuk memancarkan cahaya yang membawa informasi merupakan hasil pengubahan sinyal listrik menjadi sinyal optik. Sumber cahaya yang digunakan dalam teknologi GPON adalah Injection Laser Diode (ILD). Jenis ILD yang digunakan pada sistem GPON antara lain Fabry Perot Laser dan Distributed Feddback Laser (DFB), dengan lebar spektrum masing masing 3nm dan 1nm. 2. Serat optik yang digunakan Jenis serat optik yang digunakan dalam GPON yang diaplikasikan untuk komunikasi jarak jauh harus memiliki kemampuan untuk membawa banyak sinyal dengan laju bit yang tinggi. Dari dua jenis serat optik yang ada yaitu single mode dan multimode, yang digunakan sebagai media transmisi teknologi GPON adalah jenis single mode, hal ini dikarenakan daerah kerja panjang gelombang single mode lebih tinggi daripada daerah kerja panjang gelombang multimode. Sehingga serat optik jenis ini lebih sesuai digunakan pada transmisi jarak jauh yang memerlukan transmisi kecepatan tinggi dan rugi rugi yang kecil. 3. Optical Line Termination (OLT) Optikal Line Termination (OLT) sebagai daerah pusat dari sistem jaringan. OLT merupakan gabungan dari CWDM, Gigabitcapable Ethernet (GbE) dan SONET/SDH yang dipergunakan untuk mentransmisikan suara, data dan video yang melewati Gigabit- 7

capable Passive Optikal Network (GPON). OLT mempunyai fungsi untuk melakukan konversi dari sinyal elektrik menjadi optik. Bagian bagian dari OLT: 4. Optical Network Terminal (ONT) Gambar 2.3 Optical Line Termination Gambar 2.4 Optical Network Terminal 8

Optikal Network Terminal (ONT) berada di sisi pelanggan dari sistem jaringan. Optimate 1000NT (ONT) mempunyai tugas utama yaitu dipergunakan untuk mentransmisikan suara, data dan video yang melewati jaringan Gigabit-capable Passive Optikal Network (GPON) kepada para pelanggan dan OLT. 5. Flex Manage Flex Manage yang adalah suatu software untuk memonitor dari layanan GPON. Flex Manage merupakan solusi dari management jaringan dari FlexLight yang dirancang berdasarkan system yang berbasiskan web. Flexmanage dioperasikan untuk mensetting jaringan atau mengoperasikan jaringan guna menghindari downtime (dapat untuk menanggulangi ataupun menghindari downtime. Dari Flex Manage dapat diketahui alarm apa yang aktif, sistem reporting, ataupun kegagalan jaringan GPON. 6. Splitter Splitter adalah optikal fiber coupler sederhana yang membagi sinyal optik menjadi beberapa path (multiple path) atau sinyal sinyal kombinasi dalam satu path. Selain itu, splitter juga dapat berfungsi untuk merutekan dan mengkombinasikan berbagai sinyal optik. Splitter terdiri dari 3 port dan bisa mencapai dari 32 port. Berdasarkan ITU G.983.1 BPON Standart direkomendasikan agar sinyal dapat dibagi untuk 32 pelanggan, namun ratio meningkat menjadi 64 berdasarkan ITU-T G.984 GPON standart. Splitter mendukung beberapa pilihan ratio pembagian sinyal. Ratio pembagian dapat menggunakan sebuah alat untuk splitter, sebagai contoh pemakaian splitter tunggal 1:32, atau pemakaian splitter secara pararel seperti 1:8 dan 1:4 atau 1:16 atau 1:2. 9

Gambar 2.5 Splitter 7. Splicer Alat sambung Serat Optik dikenal dengan sebutan fusion splicer yaitu suatu alat yang digunakan untuk menyambung core serat optik yang berbasis kaca yang mengimplementasikan daya listrik yang sudah dirubah menjadi sebuah media sinar berbentuk sinar laser yang berfungsi memanasi kaca yang putus pada core sehingga terhubung kembali secara baik. Alat sambung splicer ini harus memiliki keakuratan tinggi sehingga pada saat penyambungan (splicing) bisa mendekati sempurna, karena proses terjadinya pengelasan media kaca terjadi proses peleburan kaca yang menghasilkan suatu media yang tersambung dengan utuh tanpa adanya celah karena memiliki karakter media yang memiliki senyawa yang sama. Penyambungan bisa saja tidak utuh, karena tidak mengikuti prosedur penyambungan yang benar. Bila hal ini terjadi maka proses penyambungan harus diulangi lagi, hingga mendekati redaman yg sekecil-kecilnya (dibawah 0.2 db). 8. Konektor Konektor terdapat pada ujung dari serat optik yang terhubung langsung pada perangkat. Konektor pada fiber optik terbuat dari 10

material yang sederhana seperti plastik, karet dan kaca sehingga lebih praktis. Konektor memiliki beberapa jenis, antara lain : a. FC (Fiber Connector) b. SC (Subsciber Connector) c. ST (Straight Tip) 2.3 Keunggulan GPON Keunggulan GPON antara lain : 1. Mendukung aplikasi triple play (voice,data,dan video) pada layanan FTTx. 2. Memberikan power hingga loop terakhir. 3. Alokasi bandwidth dapat diatur atau managable. 4. Passive component membutuhkan biaya maintenence yang ringan dan. 5. Proses instalasi dan upgrade menjadi sederhana. Program perangkat sistem GPON dikemas dalam bentuk modul agar memudahkan proses instalasi. Disamping itu, penambahan kapasitas jaringan pada GPON dapat dlakukan secara mudah dan tidak mahal. 6. Transparan terhadap laju bit dan format data. GPON dapat secara fleksibel mentransferkan informasi dengan laju bit dan format yang berbeda karena setipe laju bit dan format data ditransmisikan melalui panjang gelombang yang berbeda. Laju bit 1.244 Gbit/s untuk upstream dan 2.44 Gbit/s untuk downstream. 7. Biaya pemasangan,pemeliharaan dan pengembangan lebih efisien. Halini dikarenakan arsitekture jaringan GPON lebih sederhana daripada arsitektur jaringan serat optik konvensional. 8. Dengan adanya GPON mengurangi penggunaan banyak serat optik dan peralatan pada kantor pusat atau central office bila dibandingkan dengan arsitektur point to point, Hanya satu port optik di central office (menggantikan multiple port). 11

2.4 Kekurangan Teknologi GPON Terlepas dari kelebihan atau keunggulan teknologi GPON, kekurangan yang dapat menjadi tambahan pertimbangan adalah: a. Capital expense, biaya untuk mengimplementasikan teknologi ini harus diperhatikan karena lamanya waktu untuk menggelar service ke pelanggan dalam pengadaan infrastruktur yang menimbulkan biaya pengadaan perangkat dan jasa instalasi, biaya perawatan, biaya listrik, dan lain-lain yang membutuhkan dana yang lebih besar. b. Dibutuhkan kerja sama dengan pihak-pihak lainnya ketika menjalankan teknologi ini, salah satunya ketika melakukan sambungan fusi dimana teknik ini memerlukan orang yang ahli dan berpengalaman karena penjajaran kabel serat optik membutuhkan komputer terkontrol untuk mencapai kerugian yang sedikit. 2.5 Indihome PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (TELKOM) sedang membangun infrastruktur jaringan akses pita lebar (broadband) di berbagai wilayah dengan berbagai layanan berbasis TIME (Telecommunication, Information, Media, Edutainment). Program TELKOM berbasis TIME ini dinamakan IndiHome (Indonesia Digital Home) yang memiliki kemampuan layanan Triple Play Services terdiri dari Telepon Rumah, Internet on Fiber atau High Speed Internet dan UseeTV Cable (IP TV). Gambar 2.6 Layanan Indihome Fiber 12

Sebagai konsekuensi perubahan besar-besaran layanan IndiHome, TELKOM memberikan perhatian dan upaya yang ekstra terkait pengembangan kapabilitas akses. Salah satunya dengan mengaplikasikan teknologi jaringan Fiber To The Home (FTTH) yang merupakan format penghantaran isyarat optik dari pusat penyedia (provider) ke kawasan pengguna atau pelanggan dengan menggunakan serat optik sebagai mediumnya. Dengan jaringan FTTH ini mampu menghantarkan kapasitas jaringan yang besar dengan lose lebih sedikit dibandingkan dengan teknologi metal. Semakin besar kapasitas jaringan akses, semakin besar pula kemampuan jaringan tersebut untuk mengakomodasi berbagai layanan dan aplikasi, termasuk layanan berbasis triple play services yang terdiri dari Data (Internet atau Intranet), Voice dan Video (Interactive TV dan Multimedia). 2.5.1 Tingkatkan Terus Kapabilitas Akses Sebagai konsekuensi perubahan besar-besaran portofolio layanannya ke arah layanan berbasis TIME, TELKOM memberikan perhatian dan upaya yang ekstra terkait pengembangan kapabilitas akses. Kebijakan TELKOM tentang rencana pengembangan akses pita lebar antara lain menyebutkan bahwa kapasitas true broadband (yakni akses dengan kecepatan 20 Mbps dan 100 Mbps) yang di tahun 2010 diperkirakan hanya mencapai 21% saja, di tahun 2015 akan berkembang menjadi 85%. Saat ini, sebagian besar jaringan akses yang ada masih didominasi kecepatan 1-4 Mbps dan di bawahnya dengan porsi 79%. Semakin besar kapasitas jaringan akses, semakin besar pula kemampuan jaringan tersebut untuk mengakomodasi berbagai layanan dan aplikasi, termasuk layanan berbasis triple play services yang terdiri dari Data (Internet atau Intranet), Voice dan Video (Interactive TV dan Multimedia). Akses pita lebar 4 Mbps yang dilayani dengan teknologi DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer) baru mampu memberikan 13

layanan Internet dan Warnet berkecepatan 512 Kbps. Sedangkan akses pita lebar 20 Mbps yang dilayani teknologi MSAN (Multi-Service Access Node) sudah mampu memberikan layanan Triple Play. MSAN (Multi Services Access Network) merupakan perangkat access network yang melayani multi services, seperti ADSL, SHDSL, E1, POTS, Ethernet. Topologi MSAN sendiri merupakan biasanya stacking (bertingkat) atau master slave architecture yang berarti node slave digunakan sebagai perpanjangan tangan dari master. Jika node master tidak cukup maka akan digunakan slave untuk menambah kapasitas master. Chassis dan module biasanya sama antara master dan slave. Akses pita lebar 100 Mbps yang menggunakan teknologi GPON (Gigabyte Pasive Optical Network) tentu memiliki kemampuan yang jauh lebih tinggi lagi. GPON merupakan teknologi FTTx yang dapat mendeliver services sampai kepremise pelanggan menggunakan fiber optic cable. Jika sebelumnya customer menggunakan kabel tembaga pada instalasi perkabelan di sisi pelanggan, maka sekarang instalasi perkabelan bisa menggunakan optik. Keunggulannya adalah bandwidth yang ditawarkan bisa mencapai 2.488 Gbps (downstream) sampai pelanggan tanpa ada kehilangan bandwidth. Konfigurasi network GPON adalah Optical Line Terminal (OLT), Optical Distribution Network (ODN), dan Optical Network Termination/Unit (ONT/ONU). Jadi FTTH (fiber to the home) ataupun FTTB (fiber to the building) merupakan skema yang pas untuk GPON. 14

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, bahwa jaringan FTTH dengan teknologi GPON memiliki banyak keunggulan daripada kekurangannya. Jadi, jaringan FTTH berteknologi GPON yang diaplikasikan pada produk baru PT. Telkom yaitu Indihome yang berbasis triple play services, pastinya mampu mengoptimalkan pelayan ke pelanggan maupun kinerja dari sistem jaringan komunikasi itu sendiri. Semakin besar kapasitas jaringan akses, semakin besar pula kemampuan jaringan tersebut untuk mengakomodasi berbagai layanan dan aplikasi, termasuk layanan berbasis triple play services yang terdiri dari Data (Internet atau Intranet), Voice dan Video (Interactive TV dan Multimedia). Layanan terbaru PT. Telkom berbasis triple pley services ini dinamakan Indihome (Indonesia Digital Home) yang saat ini terus berkembang dan terus mengoptimalkan pelayanannya dengan bermigrasi dari Jarlokat ke Jarlokaf yang merupakan sistem yang lebih baik. 3.2 Saran Seiring dengan berjalannya waktu teknologi komunikasi semakin maju, PT. Telkom sebagai salah satu provider lokal yang dimiliki Indonesia memang sebaiknya terus meningkatkan pelayanannya. Indonesia melalui PT. Telkom sebaiknya mempercepat proses migrasi dari Jarlokat ke Jarlokaf karena kebutuhan pasar dan juga kulaitas yang semakin meningkat. Kerjasama dengan pemerintah juga sangat disarankan demi terpenuhinya kebutuhan akan jaringan komunikasi publik untuk masyarakat, tidak hanya unutk berkomunikasi saja tetapi juga untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan menggunakan komunikasi FTTH dengan baik. 15

DAFTAR PUSTAKA Annas, Awaludin. (2010), Perancangan Sistem Informasi Geografis Sebagai Alat Bantu Perancangan Jaringan Optik Layanan Triple Play (Studi Kasus: Wilayah Bandung Turangga). Tugas Akhir Institut Teknologi Telkom. B. Amar, PERANCANGAN JARINGAN OPTIK UNTUK LAYANAN INTERNET DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GPON STUDI KASUS GEDUNG WISMA LIPPO BANDUNG, Sekolah Tinggi Teknologi Telkom, Bandung, 2008. Dwi Safitri.Rinna, EVALUASI PERANCANGAN JARINGAN FTTH (Fiber To TheHome) DENGAN TEKNOLOGI GPON (Gigabit Passive Optical Network) (Studi Kasus Plaza 1 Pondok Indah Jakarta Selatan), Institut Teknologi Telkom, Bandung, 2011. Fitriani, ANALISIS PERFORMANSI TEKNOLOGI GPON UNTUK LAYANAN BROADBAND STUDI KASUS TELKOM RDC BANDUNG, IT TELKOM,Bandung, 2008 FTTH Fiber To The Home. http://www.opfibrecorp.com/info/articles/fttb.html (diakses tanggal 25 Februari 2015). Produk dan layanan http://www.telkom.co.id/produk-layanan/ (diakses tanggal 1 Maret 2015). Rosanti rahayu PERANCANGAN JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN TEKNOLOGI GIGABIT PASSIVE OPTICAL NETWORK (GPON) (STUDI KASUS DI BUAH BATU REGENSI BANDUNG), Intitut teknologi telkom, Bandung, 2012. Telkom Risti, Pedoman Perancangan Jarlokaf,1996 16