122 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Larangan bagi Pialang Berjangka dalam Menerima Kuasa Penuh dari Nasabah Penyebab terjadinya pelanggaran larangan bagi Pialang Berjangka dalam menerima kuasa penuh ketika mentransaksikan dana Nasabah disebabkan oleh tiga faktor. Ketiga faktor tersebut dijabarkan sebagai berikut: a) Faktor Nasabah 1) Nasabah yang ada kebanyakan merupakan Nasabah yang telah berumur sehingga sulit untuk mempelajari tata cara transaksi 2) Nasabah tidak memiliki waktu untuk melakukan transaksi 3) Nasabah tidak memiliki keberanian untuk melakukan transaksi secara pribadi 4) Nasabah tidak mengetahui adanya larangan bagi Pialang Berjangka dalam menerima kuasa penuh dari Nasabah 5) Nasabah tidak mengetahui risiko yang dapat terjadi apabila Nasabah memberikan kuasa untuk mentransaksikan dananya kepada Pialang Berjangka
123 b) Faktor Perusahaan 1) Perusahaan tidak kuasa menolak keinginan dari Nasabah 2) Perusahaan tidak mau ambil puasing dan berdebat dengan Nasabah masalah pemberian kuasa 3) Perusahaan tidak ingin kehilangan Nasabahnya c) Faktor Pemerintah 1) Tidak adanya tindak lanjut dari pemerintah mengenai larangan tersebut 2) Pemerintah membiarkan praktik tersebut tetap ada 3) Tidak diaturnya sanksi yang jelas bagi pelanggaran tersebut dalam Peraturan Pemerintah serta Perka Bappebti Dari ketiga faktor tersebut, dapat disimpulkan pelanggaran tersebut dapat terjadi bukan hanya karena kesalahan satu pihak saja. Pihak-pihak lainnya turut andil dalam adanya pelanggaran tersebut. Sehingga aspek kesalahan atas terjadinya pelanggaran tersebut tidak dapat dibebankan hanya kepada satu pihak saja. 2. Keabsahan dan Konsekuensi Hukum Transaksi Derivatif Sehubungan dengan Adanya Pemberian Kuasa Penuh yang Bertentangan dengan Undang-Undang Perjanjian pemberian kuasa yang dilakukan oleh Nasabah dengan Pialang adalah tidak sah dan menjadi batal demi hukum karena tidak memenuhi ketentuan syara sah perjanjian yang ke empat. Konsekuensinya adalah, perjanjian yang batal demi hukum tidak memiliki kekuatan ketika akan digugat di Pengadilan. Perjanjian yang batal demi hukum dianggap tidak
124 pernah ada, sehingga tidak memiliki perlindungan ketika salah satu pihak dirugikan. Sementara itu, perjanjian dalam transaksi derivatif tetap sah menurut hukum. Hal tersebut dikarenakan keseluruhan syarat sah perjanjian telah terpenuhi. Dengan demikian, maka transaksi derivatif yang dilakukan pun menjadi sah. Adapun mengenai pelanggaran yang dilakukan pada saat melakukan transaksi, yakni adanya perjanjian pemberian kuasa, tidak berpengaruh pada perjanjian dalam transaksi derivatif. Transaksi tersebut tetap sah meskipun terjadi pemberian kuasa yang melanggar ketentuan perundang-undangan. Yang melanggar hanyalah pemberian kuasanya saja. Transaksi yang dilakukan tetap legal di mata hukum. B. Saran Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas, Penulis memberikan saran-saran untuk dijadikan bahan pertimbangan sebagai berikut: 1. Saran terhadap Perusahaan Pialang Berjangka. Pialang Berjangka harus lebih menaati ketentuan peraturan perundang-undangan. Penerapan larangan tersebut selain ditunjukkan untuk melindungi Nasabah, ditunjukkan pula untuk melindungi Pialang Berjangka. Jangan sampai Pialang Berjangka digugat atas kesalahannya ketika Nasabah menderita kerugian karena ditransaksikan penuh oleh Pialang Berjangka. Pialang Berjangka harus mampu menolak keinginan Nasabah yang
125 menginginkan dananya untuk ditransaksikan secara penuh oleh Pialang Berjangka. Agar tidak sampai kehilangan Nasabah, Pialang Berjangka dapat dengan hati-hati memberitahu kepada Nasabah mengenai peraturan yang berlaku dalam Undang-Undang. Pialang Berjangka dapat pula memberitahu kepada Nasabah bahwa transaksi secara mandiri lebih aman, baik untuk Nasabah maupun untuk Pialang Berjangka untuk menghindari konflik yang dapat terjadi. 2. Saran terhadap Nasabah pelaku Transaksi Derivatif dalam Sistem Perdagangan Alternatif. Nasabah harus lebih berhati-hati sebelum melakukan transaksi dan berpikir ulang sebelum Nasabah menyerahkan kuasanya kepada Pialang Berjangka untuk mentransaksikan dananya. Dengan memberikan kuasa penuh bagi Pialang Berjangka, risiko kerugian yang terdapat dalam diri Nasabah semakin besar. Selain itu, Nasabah juga perlu untuk membaca ketentuan perundangundangan sebelum melakukan transaksi. Hal ini bertujuan agar Nasabah mengetaui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Minimnya pengetahuan Nasabah akan transaksi tersebut menyebabkan banyaknya pelanggaran yang terjadi. 3. Saran terhadap Pemerintah yang diwakili oleh Bappebti Pemerintah yang diwakili oleh Bappebti perlu untuk melakukan pengawasan secara rutin untuk memastikan tidak adanya lagi pelanggaran
126 yang terjadi. Baik yang dilakukan oleh Pialang Berjangka, maupun yang dilakukan oleh Nasabah. Pemerintah harus berupaya mengedukasi para calon Nasabah tersebut mengenai apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Kemudian pemerintah yang diwakili Bappebti tersebut harus menuliskan dengan jelas dalam ketentuannya, sanksi apabila terjadi pelanggaran berupa pemberian kuasa secara penuh bagi Pialang Berjangka tersebut untuk mentransaksikan dana Nasabah. Dengan demikian, maka diharapkan tidak adanya lagi pelanggaran serupa yang terjadi di kemudian hari.