ANALISIS UNJUK KERJA ALAT HELIUM LEAK DETECTOR

dokumen-dokumen yang mirip
KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN KELONGSONG BAHAN BAKAR NUKLIR DENGAN ROUGHNESS TESTER SURTRONIC-25

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1

ANALISIS PENGGUNAAN LAS TIG PADA ALAT FUEL PILING UNTUK PENGELASAN PIN BAHAN BAKAR TIPE PWR

UJI FUNGSI ALAT ANALISIS KARBON SULFUR MERK LECO CS-744

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

VALIDASI METODA XRF (X-RAY FLUORESCENCE) SECARA TUNGGAL DAN SIMULTAN. UNTUK ANALISIS UNSUR Mg, Mn DAN Fe DALAM PADUAN ALUMINUM

UNJUK KERJA METODE FLAME ATOMIC ABSORPTION SPECTROMETRY (F-AAS) PASCA AKREDITASI

PEMODELAN SISTEM TUNGKU AUTOCLAVE ME-24

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PEMBUATAN FOIL TARGET DENGAN TINGKAT PENGKAYAAN URANIUM RENDAH

PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN PELET UO 2 MENGGUNAKAN ALAT ROUGHNESS TESTER SURTRONIC 25

PENENTUAN NILAI LIMIT DETEKSI DAN KUANTISASI ALAT TITRASI POTENSIOMETER UNTUK ANALISIS URANIUM

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

OPERASI MESIN BERKAS ELEKTRON (MBE) PTAPB BATAN TIPE BA 350 kev / 10 ma

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS ALPHA PADA BAK PENAMPUNG AIR PENDINGIN ACCUTOM PASCA PEMOTONGAN LOGAM U-Zr

UJI VAKUM BEJANA NITRIDASI PLASMA

SISTEM DETEKSI DAN PEMADAMAN KEBAKARAN

PEMBUATAN TABUNG DETEKTOR GEIGER MULLER TIPE JENDELA SAMPING

PEMBUATAN HEATING CHAMBER PADA TUNGKU KILN / HEAT TREAMENT FURNACE TYPE N 41/H

METODE ANALISIS UNTUK PENENTUAN UNSUR AS DAN SB MENGGUNAKAN ICP AES PLASMA 40

REAKTOR PEMBIAK CEPAT

PERBAIKAN SISTEM KENDALI MOTOR PERALATAN FABRIKASI ELEMEN BAHAN BAKAR CIRENE ME-29

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

RANCANGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN TENTANG KETENTUAN PERAWATAN INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

CONTOH BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

CONTOH KEJADIAN AWAL TERPOSTULASI. Kejadian Awal Terpostulasi. No. Kelompok Kejadian Kejadian Awal

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR NONDAYA

PENGUKURAN KEKASARAN PERMUKAAN TUTUP KELONGSONG DARI ZIRKALOI MENGGUNAKAN ALAT ROUGHNESS TESTER SURTRONIC-25

PARAMETER YANG DIPERTIMBANGKAN SEBAGAI KONDISI BATAS UNTUK OPERASI NORMAL

PERBAIKAN DAN VJI FVNGSI TVNGKV HERAEVS

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN PERAWATAN REAKTOR NONDAYA.

PRINSIP DASAR KESELAMATAN NUKLIR (II)

RANCANG BANGUN SISTEM ANTARMUKA RATEMETER DENGAN PRINTER MENGGUNAKAN KOMPUTER DAN MIKROKONTROLER ATMEGA8535

PENGARUH TEKANAN GAS ISIAN ARGON ALKOHOL TERHADAP KARAKTERISTIK DETEKTOR GEIGER-MÜLLER TIPE SIDE WINDOW CARI RISTIANI M

APLIKASI PROGRAMMABLE LOGIC CONTROLLER (PLC) PADA SISTEM KONTROL PROSES PENGELASAN INNER DAN OUTER TABUNG IRADIASI

PENYIAPAN LARUTAN URANIL NITRAT UNTUK PROSES KONVERSI KIMIA MELALUI EVAPORASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TEKNIK PERBAIKAN SAMBUNGAN TERMOKOPEL TEMPERATUR TINGGI PADA HEATING-01

ANALISIS DAN KRITERIA PENERIMAAN

PEMELIHARAAN SISTEM PENDINGIN PRIMER JE 01 DI REAKTOR GA. SIWABESSY

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

PEMERIKSAAN KUALITAS BOOM FOOT MENGGUNAKAN TEKNIK UJI TAK RUSAK

VALIDASI METODE UNTUK ANALISIS KANDUNGAN URANIUM MENGGUNAKAN POTENSIOMETER T-90

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

REACTOR SAFETY SYSTEMS AND SAFETY CLASSIFICATION

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

Instalasi hydrant kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran tetap yang menggunakan media pemadam air bertekanan yang dialirkan melalui

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PENENTUAN UNSUR PEMADU DALAM BAHAN ZIRCALOY-2 DENGAN METODE SPEKTROMETRI EMISI DAN XRF

DESAIN DAN PEMBUATAN PERANGKAT MEKANIK PADA PORTAL MONITOR RADIASI NON SPEKTROSKOPI

FORMAT DAN ISI BATASAN DAN KONDISI OPERASI REAKTOR NONDAYA. I. Kerangka Format Batasan dan Kondisi Operasi Reaktor Nondaya

PENGUJIAN SISTEM VAKUM MBE 350keV/10 ma PASCA PENGGANTIAN POMPA TURBOMOLEKUL

SISTEM PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS AIR TANGKI REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA ON-LINE

PENGUJIAN KADAR AIR, RASIO DIU, KANDUNGAN F DAN CL, DAN KEKASARAN PERMUKAAN PELET UOz SINTER

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL 2012

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR... TAHUN... TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN DESAIN REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENIK PENGUKURAN TINGKAT DAYA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA NUKLIR TIPE CANDU

TAHAPAN PENGEMBANGAN DESAIN, DAN VERIFIKASI DAN VALIDASI SISTEM YANG PENTING UNTUK KESELAMATAN BERBASIS KOMPUTER

KAJIAN KEGAGALAN PENGUKURAN KETINGGIAN AIR SISTEM PENAMPUNGAN LIMBAH CAIR AKTIVITAS RENDAH (KPK01 CL001) DI RSG-GAS

III. METODOLOGI PENELITIAN. berdasarkan prosedur yang telah di rencanakan sebelumnya. Dalam pengambilan data

OPTIMALISASI PROSES PEMEKATAN LARUTAN UNH PADA SEKSI 600 PILOT CONVERSION PLANT

KAJIAN KESELAMATAN PADA PROSES PRODUKSI ELEMEN BAKAR NUKLIR UNTUK REAKTOR RISET

PEMBUATAN SAMPEL INTI ELEMEN BAKAR U 3 Si 2 -Al

LAMPIRAN III PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BATASAN DAN KONDISI OPERASI INSTALASI NUKLIR NONREAKTOR

PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR. Harwata Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PROSES PENGUJIAN TIDAK MERUSAK

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Reactor Safety System and Safety Classification BAB I PENDAHULUAN

Pemeriksaan secara visual dengan mata, kadang kadang memakai kaca pembesar. 2.

PENGUKURAN TINGKAT KONTAMINASI PERMUKAAN MESIN BUSUR LISTRIK PASCA PELEBURAN LOGAM U-Zr

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS KALSIUM DEN CAN METODA POTENSIOMETRI

KENDALI KUALITAS SERBUK UO2 HASIL UJI FUNGSI PILOT CONVERTION PLANT (PCP) DI INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

PEMrnUATANTABUNGDETEKTOR GEIGER MULLER TIPE SIDE-WINDOWS. Gunarwan Prayitno Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir - BATAN

PENENTUAN UNSUR IMPURITAS DALAM SERBUK U 3 SI 2 DENGAN MENGGUNAKAN ALAT ICPS

UJI FUNGSI COMBINED Pt-RING ELECTRODE METROHM

PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN BENGKEL IPLR

ANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY

STUDI KESELARASAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR TINGKAT FASILITAS/ INSTALASI NUKLIR PTBN TERHADAP PERKA BAPETEN NO.1 TAHUN 2010

MODEL AUTOMATA PENGOPERASIAN DAN PERSIAPAN UNTAI UJI TERMOHIDRAULIKA BETA

FORMAT DAN ISI LAPORAN PENILAIAN KESELAMATAN BERKALA KONDISI TERKINI STRUKTUR, SISTEM, DAN KOMPONEN

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

VALIDASI METODE ANALISIS UNSUR TANAH JARANG (Ce, Eu, Tb) DENGAN ALAT ICP-AES PLASMA 40

EVALUASI PENGARUH POLA ALIR UDARA TERHADAP TINGKAT RADIOAKTIVITAS DI DAERAH KERJA IRM

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IDENTIFIKASI LOGAM-LOGAM BERAT Fe, Cr, Mn, Mg, Ca, DAN Na DALAM AIR TANGKI REAKTOR DENGAN METODE NYALA SPEKTROMETRI SERAPAN ATOM (SAA)

PENYUSUNAN PROGRAM KESIAPSIAGAAN NUKLIR INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

2014, No MANAJEMEN TERAS. Langkah-langkah Manajemen Teras terdiri atas:

BAB I PENDAHULUAN. alat ukur suhu yang berupa termometer digital.

SISTEM SWITCHING POMPA VAKUM TAMBAHAN PADA TUNGKU REDUKSI ME-11. Achmad Suntoro Pusat Rekayasa PerangkatNuklir- BATAN

VERIFIKASI METODA GRAVIMETRI UNTUK PENENTUAN THORIUM

Transkripsi:

ISSN 1979-2409 Analisis Unjuk Kerja Alat Helium Leak Detector (Pranjono, Ngatijo, Torowati, Nur Tri Harjanto) ANALISIS UNJUK KERJA ALAT HELIUM LEAK DETECTOR Pranjono 1), Ngatijo 2), Torowati 3), Nur Tri Harjanto 4) Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir Badan Tenaga Nuklir Nasional, Serpong, Banten, Indonesia. 15310 pranjono@batan.go.id ABSTRAK Telah dilakukan analisis uji unjuk kerja alat Helium Leak Detector berdasarkan hasil analisis pengujian Standar Leak Tes TL8. Pelaksanaan dilakukan dengan mengumpulkan data hasil uji pengujian dengan standar laju uji kebocoran 2,80 x 10-8 mbar l/s. Pengujian dilakukan dengan 7 kali pengulangan. Dari hasil tersebut diperoleh rata-rata perhitungan sebesar 2,76 x 10-8 mbar l/s dengan standar deviasi sebesar 9,00 x 10-11 mbar l/s. Rata rata hasil pengujian masih dalam keberterimaan standar kebocoran antara 2,38 x 10-8 mbar l/s sampai batas atas 3,22 x 10-8 mbar l/s.. Presisi hasil pengujian memenuhi kriteria acceptance limit yaitu data berada pada rentang rata-rata ± 1 σ atau berada diantara 2,75 x 10-8 mbar l/s dan 2,77 x 10-8 mbar l/s. Kata kunci : Helium Leak Detector, Calibrator Leak TL8, Presisi, Akurasi. ABSTRAC An analysis of performance of leakage detector machine had been done based on Leak detector TL8 standard. The analysis is conducted using accumulated data from leakage detector using leakage rate of 2.80 x 10-8 mbar l/s. The detector is replicated seven times, which resulted an average of 2.76 x 10-8 and deviation standard of 9,00 x 10-11 mbar l/s. The result average is within acceptable standard of leakage, ranging from 2.38 x 10-8 mbar l/s to 3.22 x 10-8 mbar l/s. The precision of leakage detector result fulfilled criteria of acceptance limit, which stated the data should be in the range of average ± 1 σ, or between 2,75 x 10-8 mbar l/s and 2,77 x 10-8 mbar l/s. Key words : Helium Leak Detector, Calibrator Leak TL8, Precission, Accuracy I. PENDAHULUAN Uji kebocoran terhadap pin merupakan salah satu kegiatan uji kualitas di Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE). Salah satu uji kualitas yang harus dilakukan terhadap pin yang digunakan untuk perakitan bundel elemen bakar nuklir adalah uji kebocoran. Uji kebocoran bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kebocoran dari hasil pengelasan tutup kelongsong pada komponen untuk pembuatan pin elemen bakar nuklir, hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa tidak ada kebocoran pada semua pin yang akan dirakit menjadi bundel elemen bakar nuklir. Dimana elemen bakar nuklir merupakan komponen utama untuk beroperasinya suatu reaktor nuklir. Alat yang digunakan untuk melakukan uji kebocoran adalah Helium Leak Detector. Alat ini harus mempunyai unjuk kerja yang memenuhi kualifikasi tertentu dalam melakukan uji kebocoran. Oleh karena itu untuk mengetahui kemampuan alat tersebut perlu dilakukan pengujian unjuk kerja. Pengujian dilakukan dengan standar laju kebocoran dilakukan untuk menjamin terpantaunya kinerja alat dan mengetahui sejauh mana kemampuan alat Helium Leak Detector. 33

No. 18/Tahun X April 2017 ISSN 1979-2409 Uji unjuk kerja dilakukan dengan memantau dan mengevaluasi apabila terjadi menyimpang dari standar laju kebocoran yang telah ditetapkan yaitu 2,80 x 10-8 mbar l/s. Informasi yang diperoleh dari hasil pemantauan tersebut sangat penting dalam perencanaan program perawatan, seperti penyusunan jadwal perbaikan ataupun penggantian komponen, secara sistematis. Dengan adanya perencanaan program perawatan yang baik, maka diharapkan dapat diperoleh tingkat produktivitas yang optimum, serta dapat dicegah sedini mungkin agar tidak terjadi kecelakaan akibat kerusakan komponen yang disebabkan kurangnya pemantauan secara baik. II. TEORI Alat Helium Leak Pengujian kebocoran dengan helium leak tes merupakan salah satu uji secara tak merusak (Non Destructive Detectoring). Non Destructive Detectoring (NDT), atau juga dikenal dengan Non Destructive Evaluation Methode (NDE) serta Non Destructive Inspection (NDI) adalah suatu metoda atau teknik pengujian untuk mengetahui kondisi fisik dari suatu benda uji (detector object) tanpa menimbulkan kerusakan padanya. Selain itu dengan metoda NDT memungkinkan dilakukan pengujian di lokasi di mana komponen yang sedang diuji berada (in-situ). Dengan metoda NDT maka memungkinkan untuk mengetahui kondisi fisik seperti cacat, retak atau korosi dari bagian komponen yang tidak tampak dari bagian luar (terletak dibawah permukaan) atau lokasinya sangat sulit dijangkau karena terhalang oleh komponen lain di sekitarnya, atau terletak di daerah dengan tingkat radiasi yang tinggi, dan sebagainya. Dari beberapa keunggulan tersebut, maka metoda NDT telah digunakan secara luas dan menjadi bagian dari program perawatan komponen vital terutama pada sektor industri, untuk menjamin tingkat keandalan yang tinggi dari setiap komponen [1]. Alat Helium Leak Detector (Gambar 1) merupakan alat yang digunakan untuk mendeteksi lokasi kebocoran pada suatu sistem. Sebagaimana namanya, alat ini bekerja dengan cara menginjeksikan gas helium ke dalam suatu sistem, selanjutnya, dengan detektor helium dideteksi keberadaan helium di luar sistem. Sistem kerja dari alat Helium Leak Detector adalah berdasarkan jumlah massa ion Helium yang tertangkap oleh ion colector. Apabila pada objek yang dianalisa terdapat kebocoran maka gas helium yang digunakan sebagai detektor akan masuk ke dalam ruang vacuum dan mengalami proses ionisasi. Ion-ion yang terjadi dilewatkan dalam suatu medan magnet sehingga gerak ion tersebut akan dibelokkan sesuai dengan massa ionnya. Ion yang massanya lebih ringan dari massa ion Helium akan dibelokkan lebih cepat dibandingkan ion yang massanya lebih besar. Oleh karena itu untuk mendapatkan ion 34

ISSN 1979-2409 Analisis Unjuk Kerja Alat Helium Leak Detector (Pranjono, Ngatijo, Torowati, Nur Tri Harjanto) dengan massa yang tertentu, perlu pengaturan posisi gate (window) diapraghmanya sesuai dengan massa ion yang diinginkan. Gas helium dipakai sebagai gas detektor, maka gate diapraghma harus diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan massa ion 4 (massa He). Sehingga ion yang massanya lebih besar dari 4 akan jatuh dibawah gate sedangkan ion yang massanya lebih kecil dari 4 akan jatuh diatas gate. Ion-ion bermassa 4 yang melewati gate akan berkumpul di ion collector dan digunakan untuk menentukan total potensial spectrum yang ditunjukkan oleh alat ukur. Total potensial yang terukur oleh alat ukur tersebut merupakan equivalent kebocoran volumetri dari obyek yang dianalisa kebocorannya [2,3]. Pengujian dengan alat Helium Leak Detector Inficon UL 1000 dapat dilakukan dengan dua metode pengujian yaitu Metode Vakum dan Metode Sniffing [2]. Metode vakum dilakukan dengan menempatkan benda uji yang telah berisi gas Helium kemudian dimasukkan ke dalam chamber yang selanjutnya akan dikondisikan dalam suasana vakum. Chamber ini dihubungkan dengan alat Helium Leak Detektor, bila terdapat kebocoran pada benda uji maka gas helium akan keluar melalui lubang kebocoran. Gas helium yang keluar akan tersedot ke sistim deteksi alat Helium Leak Detektor. Detektor gas helium akan menangkap ion helium dan memberikan sinyal besarnya nilai kebocoran. Hal lain dapat dilakukan yaitu benda uji divakumkan kemudian disemprot gas Helium seperti yang terlihat pada Gambar 2. Pada metode sniffing benda uji diberi tekanan dengan gas helium dan bila terjadi kebocoran, gas helium akan keluar melalui pori atau lubang, gas helium akan ditangkap dengan probe yang terhubung dengan alat Helium Leak Detektor seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3. Metode sniffing ini mudah dilakukan namun memiliki sensivitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan cara deteksi kebocoran dengan menggunakan sistim vakum. 35

No. 18/Tahun X April 2017 ISSN 1979-2409 1 2 3 4 Keterangan Gambar : 5 6 7 1. Kontrol Panel 2. Tombol Pengaturan 3. Tombol STOP/VENT 4. Inlet Port 5. Tombol MENU 6. Tombol START 7. Tombol ZERO Gambar 1. Alat Helium Leak Detektor 6 2 1 2 4 3 1 5 3 Gambar 2. Uji Metode Vakum Keterangan Gambar : 1. Gas Helium 2. Obyek Uji 3. Helium Leak Detektor 4. Sniffer 5. Pompa Vakum 6. Gun Spray Gambar 3. Uji Metode Sniffing Standar Leak Detector TL8. Standar Uji Kebocoran TL8 (Calibrated Leak TL8) adalah sebuah chamber yang berisi Helium yang mempunyai tingkat kebocoran tertentu. Alat ini dilengkapi dengan katub diapragma untuk membuka dan menutup aliran helium. Nilai nominal tingkat kebocoran untuk kode TL8 adalah sampai mencapai 10-8 mbar l/s. Pada penggunaannya, 36

ISSN 1979-2409 Analisis Unjuk Kerja Alat Helium Leak Detector (Pranjono, Ngatijo, Torowati, Nur Tri Harjanto) alat ini dihubungkan ke alat Helium Leak Detector dengan menggunakan konektor yang dilengkapai dengan seal dan flange [4]. 1 4 2 3 Gambar 3. Standar He Leak Detector TL 8 Keterangan gambar : 1. Standar He Leak Detector TL 8 2. Konektor 3. Seal 4. Flange III. METODOLOGI Bahan Bahan yang dibutuhkan pada pengujian adalah Standar Helium Leak Detector TL 8 dengan besar laju kebocoran 2,80 x 10-8 mbar l/s adalah konektor, flange dan seal. Alat Alat yang digunakan adalah seperangkat alat Helium Leak Detector Inficon UL 1000. Tata Kerja : Sebelum alat dihidupkan, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap sistem ventilasi ruangan, sistem elektrik serta sistim mekanik. Apabila semua sistim tersebut dalam kondisi aman untuk operasi, maka langkah selanjutnya Helium Leak Detector dihidupkan hingga alat dalam kondisi siap operasi yaitu dengan waktu pemanasan alat sekitar 20 menit. Setelah waktu pemanasan alat tercapai, kemudian standar uji kebocoran 2,80 x 10-8 mbar l/det dipasang pada port dengan menggunakan konektor serta kelengkapan lainnya seperti seal dan flange. Alat diatur dengan menggunakan sistem vakum agar helium yang keluar dari standar uji kebocoran mengalir ke dalam alat melalui port. Proses pengujian alat dengan menggunakan standar uji kebocoran yaitu 37

No. 18/Tahun X April 2017 ISSN 1979-2409 dengan cara membuka katup diapraghma ketika proses pengujian, kemudian menutup kembali katup ketika mengakhiri proses pengujian. Pengujian berikutnya dilakukan dengan selang waktu sekitar 60 detik antara pengujian pertama dengan pengujian tahap selanjutnya. Rumus rumus yang dipakai dalam analisis unjuk kerja alat yaitu, Untuk mencari rata rata [5,6] =... 1 Untuk mencari standar deviasi [5,6] s =.....2 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis unjuk kerja alat uji kebocoran dilakukan menggunakan standar uji laju kebocoran. Standar uji laju kebocoran ini mempunyai keberterimaan kurang lebih ± 15 % dari nilai nominalnya yaitu sebesar 2,80 x 10-8 mbar l/s. Pengujian standar leak dilakukan sebanyak 7 kali pengulangan. Data hasil pengujian yang diperoleh kemudian dianalisis. berikut; Dari hasil pengujian diperoleh data pengujian seperti terlihat pada Tabel 1 sebagai Tabel 1. Hasil Pengukuran Standar Uji Laju Kebocoran No. Pengujian ke Besar Helium Leak Rate (mbar l/s) 1 1 2,76 x 10-8 2 2 2,75 x 10-8 3 3 2,77 x 10-8 4 4 2,75 x 10-8 5 5 2,77 x 10-8 6 6 2,76 x 10-8 7 7 2,77 x 10-8 Dengan menggunakan rumus 1, dari tabel 1 diperoleh perhitungan rata rata nilai uji kebocoran sebesar 2,76 x 10-8 mbar l/s dan dengan menggunakan rumus 2 diperoleh standar deviasi sebesar 9,00 x 10-11 mbar l/s. Dari spesifikasi standar leak 38

ISSN 1979-2409 Analisis Unjuk Kerja Alat Helium Leak Detector (Pranjono, Ngatijo, Torowati, Nur Tri Harjanto) keberterimaannya adalah ± 15% dari nilai 2,80 x 10-8 mbar l/s dengan demikian hasil pengujian dapat diterima jika berada diantara batas bawah 2,38 x 10-8 mbar l/s sampai batas atas 3,22 x 10-8 mbar l/s. Presisi diukur dengan simpangan baku atau simpangan baku relatif (Relative Standard Deviation biasa disingkat RSD). Presisi juga memiliki nilai ambang batas kualitas yang mengacu pada standard deviasi (σ) yaitu :acceptance limit yaitu data pada range rata-rata ± 1σ, warning limit yaitu data pada range rata-rata ± 2σ, dan action limit yaitu data pada range rata-rata ± 3σ [7]. Data hasil pengujian berada pada 2,76 x 10-8 ± 9,00 x 10-11 mbar l/s atau berada diantara 2,75 x 10-8 mbar l/s dan 2,77 x 10-8 mbar l/s dengan demikian data data yang diperoleh dari pengujian, semua data berada diantara nilai ambang batas acceptance limit yang mengacu pada spesifikasi dari Standar Helium Leak Test TL8. V. KESIMPULAN Uji unjuk kerja alat Helium Leak Detector merujuk pada hasil pengujian terhadap Standar Leak Detector dengan batas penerimaan diantara batas bawah 2,38 x 10-8 mbar l/s sampai batas atas 3,22 x 10-8 mbar l/s. Berdasarkan pengolahan data hasil uji yang telah dilakukan, diperoleh rata rata pengujian sebesar 2,76 x 10-8 mbar l/s dengan nilai standar deviasi sebesar 9,00 x 10-11 mbar l/s. Hasil ini berada diantara batas bawah dan batas atas yang diperbolehkan berdasarkan spesifikasi standar Helium Leak TL8, sehingga alat dianggap masih mempunyai unjuk kerja yang baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Tegas Sutondo, 2005, Pelatihansistem Instrumentasi Dan Kendali Reaktor Nuklir, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Maju, BATAN, Yogyakarta. 2. Technical Hand Book UL 1000 Helium Leak Detector, 2011, Inficon GmbH, Germany 3. Operating Instruction Ultradetector F/F-AG, 1984, Leybold Heraeus GMBH, Germany. 4. Operating Instruction Calibrated Leaks with Helium Reservoir TL8, 2011, Inficon GmbH, Germany. 5. Riduwan, 2004, Statistika untuk Lembaga dan Instansi Pemerintah/Swasta, Alfabeta, Bandung 39

No. 18/Tahun X April 2017 ISSN 1979-2409 6. Sugiyono, 2003, Statistik untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung. 7. Muhammad Yusro, 2013, Validasi Metode Penentuan Cs 137 dan K 40 dalam Sampel Lingkungan dengan Spektrometri Gamma Berdasarkan ISO 17025, Jurnal Teknofisika Vol 2 No 1, Edisi Januari. 40