BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran tematik sangat menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembelajaran adalah suatu proses yang tidak mudah. menggunakan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri, masyarakat maupun bangsa. Di dalam Undang-undang nomor 20 tahun. 2003Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berakar pada pihak pendidik. Anshari (1979:15) mengemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki sikap positif terhadap segala hal,

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Hal ini dapat terlihat dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Negara Indonesia termuat dalam pembukaan UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. didik untuk menciptakan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan nasional, dalam Undang - Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. hal kualitas banyak sekali yang menjadi persolan bersama. Berdasarkan Survey

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas

mengembangkan seluruh aspek pribadi peserta didik secara utuh.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan manusia akan belajar mengenai hal hal baru sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjadikan manusia memiliki kualitas yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pondasi utama dalam upaya memajukan bangsa. Suatu bangsa dapat dikatakan maju apabila pendidikan di negara tersebut maju dan dapat mengelola sumber daya manusianya dengan baik. Setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Pendidikan mempunyai arti sebagai suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Dalam dunia yang kompetitif dan bersaing dibutuhkan manusia yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang berkarakter. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, mandiri, mendapatkan keterampilan atau keahlian sehingga mampu mendapatkan nafkah dari suatu pekerjaan, dapat menjadi anggota masyarakat dan warga negara yang baik, demokratis, bertanggung jawab serta terpelajar sehingga dapat belajar terus menerus sepanjang hayat.

2 Menurut Rupert S. Lodge dalam Mohammad Noor Syam, 1984) mengatakan : In the narrower sense, education becomes, in practice identical with schooling, i.e. formal instruction under controlled conditions. Dalam arti sempit, pendidikan dalam prakteknya identik dengan penyekolahan (schooling), yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol. Pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan belajar-mengajar yang terprogram dan bersifat formal. Pendidikan berlangsung di sekolah atau di dalam lingkungan tertentu yang diciptakan secara sengaja untuk pendidikan dalam konteks program pendidikan sekolah. Menurut pasal 17 Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 : Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lainnya yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat. Adapun yang dimaksud dengan sekolah dasar adalah salah satu bentuk pendidikan dasar yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun. Tujuan pendidikan dasar kepada siswa dalam mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, serta mempersiapakan siswa untuk melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (Pasal 2 Keputusan Mendikbud No.0487/U/1992 tentang Sekolah Dasar). Secara kodrati tanggung jawab pendidikan anak berada pada orang tua, namun dalam pendidikan di sekolah dasar guru pun bertanggung jawab atas pendidikan anak didiknya. Karena itu antara guru dan orang tua anak didik perlu menjalin kerjasama yang baik dalam rangka menyelenggarakan pendidikan di SD agar guru dapat memperoleh berbagai masukan sebagai dasar pertimbangan dalam

3 membantu anak didik mengembangkan kepribadiannya. Guru sebagai orang tua kedua di sekolah mempunyai peran memberi bantuan dan dorongan serta tugastugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak dapat mempunyai rasa tanggung jawab dengan apa yang di lakukan. Guru juga berupaya agar pelajaran yang diberikan selalu cukup untuk menarik minat anak. Mengingat peranannya yang begitu penting, maka guru dituntut untuk memiliki pemahaman dan kemampuan secara komprehensif tentang kompetensinya sebagai pendidik. Dalam suatu pembelajaran guru tidak hanya mendidik dan mengamati kegiatan peserta didik, guru mendesain kegiatan belajar sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Kurikulum merupakan salah satu unsur yang memberikan kontribusi untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Ada juga pendapat resmi negara seperti dinyatakan dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (pasal 1 ayat 19). Udin S Winataputra dalam Ngalimun (2016, h. 29) mengatakan : Kata pembelajaran mengandung arti proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rancangan. Lebih jauh ia mengatakan bahwa pembelajaran merupakan sarana untuk memungkinkan terjadinya proses belajar dalam arti perubahan perilaku individu melalui proses mengalami sesuatu yang diciptakan dalam rancangan proses pembelajaran (Udin S Winataputra dalam Ngalimun, 2016, h. 30).

4 Tahun 2016 kegiatan pembelajaran di sekolah dasar sudah mulai menerapkan kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan seperangkat pembelajaran yang menekankan kepada kompetensi inti dan kompetensi dasar, bersifat tematik dan melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna pada siswa. Pembelajaran tematik sangat menuntut kreatifitas guru dalam memilih dan mengembangkan bahan ajar. Proses pembelajaran dikembangkan atas prinsip pembelajaran siswa aktif melalui pendekatan scientific mengamati (melihat, membaca, mendengar, menyimak), menanya (lisan dan tulisan), menganalisis (menguhungkan, menentukan keterkaitan, membangun cerita atau konsep), mengkomunikasikan (lisan, tulis, gambar, grafik, tabel, dan lain-lain). Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Pembelajaran tematik berfungsi untuk memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar karena materi yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi peserta didik. Tujuan pembelajaran tematik adalah mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi muatan pelajaran dalam tema yang sama, mengembangkan keterampilan berfikir anak didik sesuai dengan persoalan yang dihadapi, agar peserta didik lebih bergairah belajar karena mereka dapat berkomunikasi dalam situasi nyata seperti bercerita, bertanya, menulis sekaligus mempelajari pelajaran yang lain dan menumbuhkan keterampilan sosial melalui kerjasama.

5 Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada tanggal 10 April 2016 di salah satu SD yang sudah menerapkan kurikulum 2013 yaitu SDN Halimun Bandung khususnya kelas IV A, siswa yang terlihat dapat bekerja sama dalam kelas berjumlah 17 orang, siswa sulit mengerjakan tugas karena siswa cenderung belajar individual, siswa kurang bisa bekerjasama dalam kelompok diskusi sehingga kurang bisa menyelesaikan tugas yang diberikan, kurang tegasnya pemimpin kelompok sehingga menyebabkan beberapa anggota tidak mau bekerja dan malas serta pembagian kerja kelompok yang kurang memacu pada fungsi dan tanggung jawab individu dalam kelompok. Permasalahan tersebut memiliki dampak pada hasil belajar siswa yaitu masih rendahnya pencapaian nilai siswa. KKM siswa kelas IV sekolah ini yaitu 70 dengan jumlah siswa 35. Siswa yang mencapai KKM lebih dari 70 yaitu 60% dan siswa yang nilainya kurang dari 70 yaitu 40%. Dari perolehan nilai tersebut menunjukan bahwa penguasaan materi belum tuntas. Beberapa faktor menyebabkan rendahnya hasil belajar kelas IV A SDN Halimun Bandung dikarenakan pembelajaran kurang bervariatif, pembelajaran hanya mengandalkan metode ceramah dan metode penugasan berupa menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang ada di buku siswa sehingga proses pembelajaran terlihat sangat monoton. Oleh karena itu berdasarkan masalah diatas maka perlu adanya strategi pembelajaran untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa salah satunya dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) tipe Number Heads Together (NHT). Bern dan Erickson (2001 hlm. 5) menegaskan bahwa PBL merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan

6 mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan. PBL adalah konsep pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar dan bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). Teknik belajar mengajar Kepala Bernomor (Numbered Heads) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Teknik ini memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. NHT adalah suatu model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). Menurut Muslimin (2010) tiga tujuan yang hendak dicapai dalam model pembelajaran NHT yaitu: hasil belajar akademik stuktural bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pengakuan adanya keragaman bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan penelitian tentang penerapan model problem based learning tipe number heads together untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN Halimun Bandung.

7 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi beberapa masalah yang terjadi di kelas IV A SDN Halimun Bandung sebagai berikut: 1. Siswa kesulitan dalam menyelesaikan tugas kelompok. 2. Hasil belajar siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70. 3. Metode yang digunakan dalam pembelajaran kurang bervariasi sehingga pembelajaran terkesan monoton. 4. Peran tutor sebaya belum berjalan dengan baik. Dari indentifikasi masalah tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kerjasama dan hasil belajar masih rendah disebabkan model pembelajaran kurang bervariasi. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah penerapan model PBL tipe NHT pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017? Pertanyaan penelitian dapat dijabarkan secara khusus yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran disusun dengan menggunakan model PBL tipe NHT pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017?

8 2. Bagaimana penerapan model PBL tipe NHT pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017? 3. Apakah dengan penerapan model PBL tipe NHT pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman dapat meningkatkan kerjasama siswa kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017? 4. Apakah dengan penerapan model PBL tipe NHT pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017? D. Batasan Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pembatasan masalah dari penelitian ini terfokus pada kurangnya kerjasama dan rendahnya hasil belajar siswa pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman dengan menggunakan model PBL tipe NHT kelas IV A semester satu SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017. E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model PBL tipe NHT pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017.

9 2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui penyusunan perencanaan pembelajaran yang tepat dengan menggunakan model PBL tipe NHT pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017. b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan model PBL tipe NHT pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017. c. Untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam pembelajaran subtema Kebersamaan dalam Keberagaman dengan menggunakan model PBL tipe NHT kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017. d. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran subtema Kebersamaan dalam Keberagaman dengan menggunakan model PBL tipe NHT kelas IV A SDN Halimun Bandung tahun pelajaran 2016/2017. F. Manfaat Penelitian Hasil dari Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis maupun teoritis: 1. Manfaat Praktis a. Bagi Guru 1) Dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengevaluasi terhadap pembelajaran yang sudah berlangsung

10 2) Memberikan wawasan pengetahuan dan pengalaman tentang pendekatan pembelajaran yang inovatif. 3) Menciptakan kreativitas baru dalam pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan tidak membosankan dan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal. b. Bagi Siswa 1) Mengembangkan kemampuan berfikir siswa sesuai dengan tujuan kurikulum 2013, siswa aktif dan semangat belajar. 2) Meningkatkan hasil belajar siswa pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman. 3) Meningkatkan kerja sama antar siswa dalam kegiatan pembelajaran berlangsung. c. Bagi Sekolah Model PBL dapat dijadikan model pembelajaran yang tepat untuk diterapkan di kelas dan dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. d. Bagi Peneliti 1) Mendapatkan pengalaman dalam menyusun, merencanakan, melaksanakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. 2) Mendapatkan wawasan ilmu pengetahuan mengenai penggunaan model PBL tipe NHT dalam meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa. 2. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian dapat bermanfaat bagi penulis lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap faktor-faktor penyebab timbulnya

11 masalah belajar yang telah teridentifikasi dan belum teridentifikasi dalam rangka pengembangan pembelajaran tematik di sekolah dasar. G. Kerangka Pemikiran Pencapaian hasil belajar siswa kelas IV A SDN Halimun masih rendah nilainya dikarenakan siswa cenderung bersifat individual kurang bisa bekerjasama dalam kelompok dan tidak bisa menyelesaikan tugas yang diberikan sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai KKM. Kegiatan pembelajaran cenderung mengandalkan model ceramah dan model penugasan berupa menjawab pertanyaan dan mengerjakan tugas yang ada di buku siswa sehingga proses pembelajaran terlihat sangat monoton. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model PBL tipe NHT dapat dijadikan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa karena dengan PBL tipe NHT diyakini akan membuat siswa mudah memahami materi pembelajaran dengan penyajian masalah nyata yang dapat dipecahkan bersama kelompok kecil. Kelebihan PBL tipe NHT adalah dapat merangsang siswa untuk berfikir dan menghubungkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam masyarakat sehingga menjadi lebih ingat dan meningkatkan pemahamannya atas materi pelajaran. Menurut hasil penelitian tindakan kelas Nurul Adilah model pembelajaran PBL dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada subtema Bersyukur atas Keberagaman kelas IV sedangkan menurut Arie Depiro model

12 pembelajaran PBL dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar pada pembelajaran IPS materi Kenampakan Alam dan Keberagaman Sosial Budaya. Untuk lebih jelas akan dipaparkan melalui tabel berikut ini : H. Kurang kerjasama dan rendahnya hasil belajar siswa Pelaksanaan Siklus I Membentuk kelompok kecil, setiap siswa diberi nomor, mengorientasikan masalah, mendefinisikan masalah, penyelidikan mandiri dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, mengevaluasi pemecahan masalah. Tidak Ya Siklus II Membentuk kelompok I. kecil, setiap siswa diberi J. nomor, mengorientasikan masalah, mendefinisikan K. masalah, penyelidikan mandiri dan kelompok, L. mengembangkan dan menyajikan hasil karya, mengevaluasi pemecahan masalah. Kerjasama dan hasil belajar siswa meningkat Kerjasama dan hasil belajar siswa meningkat Tidak Siklus III Membentuk kelompok kecil, setiap siswa diberi nomor, mengorientasikan masalah, mendefinisikan masalah, penyelidikan mandiri dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, mengevaluasi pemecahan masalah. Ya Kerjasama dan Prestasi Belajar Siswa meningkat Tabel 1.1 Tabel Kerangka Pemikiran Sumber : Hasni F.R. (2016, h.10) Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan jika penggunaan pembelajaran PBL tipe NHT efektif maka hasil belajar siswa pada subtema Kebersamaan dalam Keberagaman akan meningkat.

13 H. Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan untuk menghindari salah penapsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai berikut: 1. PBL merupakan sebuah model pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world). 2. NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Pengertian NHT yang dikemukakan oleh Herdian, (2009) tersedia online: https://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numberedhead-together/ diakses pada tanggal 08 Juni 2016. 3. Kerjasama merupakan suatu kegiatan yang dilakukan bersama-sama oleh sekelompok orang yang memiliki tujuan yang sama. Kerjasama adalah seseorang yang memiliki kepedulian dengan orang lain, atau sekelompok orang sehingga membentuk suatu kegiatan yang sama dan menguntungkan seluruh anggota dengan dilandasi rasa saling percaya antar anggota serta menjunjung tinggi adanya norma yang berlaku. Pengertian Kerjasama yang dikemukakan oleh Zainudin, (2015) tersedia online: http://www.informasi-pendidikan.com/2015/12/pengertian-bimbingan-dankerjasama.html diakses pada tanggal 8 Juni 2016.

14 4. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai dalam bentuk angka-angka atau skor setelah diberikan tes hasil belajar pada setiap akhir pembelajaran. Nilai yang diperoleh siswa menjadi acuan untuk melihat penguasaan siswa dalam menerima materi pelajaran Dimyati dan Mudjiono (2006). Definisi Hasil Belajar menurut Himitshuqalbu (2014) tersedia online: https://himitsuqalbu.wordpress.com/2014/03/21/definisi-hasil-belajar-menurutpara-ahli/ diakses pada tanggal 8 Juni 2016. 5. Subtema keberagaman dalam kebersamaan merupakan bagian materi ajar kedua dari tema 1 yakni Indahnya Kebersamaan, dalam pembelajaran tematik pengetahuan berbagai kompetensi pelajaran dimuat dalam tema yang sama. Satu tema terdiri dari beberapa subtema dan satu subtema memuat enam pembelajaran. subtema ini memuat enam pembelajaran dengan alokasi waktu satu minggu pada pembelajaran di kelas IV semester satu. I. Struktur Organisasi Skripsi Bab I Pendahuluan Bab ini berisikan uraian pendahuluan skripsi yakni, latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka pemikiran atau diagram/skema paradigma penelitian, definisi operasional, struktur organisasi skripsi.

15 Bab II Kajian Teoretis Berisikan kajian teori model pembelajaran Problem Based Learning tipe Number Heads Together, sikap kerjasama dan hasil belajar yang berfungsi sebagai landasan teori yang digunakan peneliti untuk membahas dan meneliti masalah yang dibahas oleh peneliti. Hasil penelitian yang relevan sesuai dengan peneletian, ruang lingkup materi, karakteristik materi, bahan dan media, strategi pembelajaran dan sitem evaluasi Bab III Metode Penelitian Bab III membahas tentang metode penelitian yaitu rangkaian kegiatan penelitian, pendekatan yang dipilih oleh peneliti. Bab ini berisikan setting penelitian,subjek dan objek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, tahapan pelaksanaan PTK, rancangan pengumpulan data, pengembangan instrumen penelitian, rancangan analisis data dan indikator keberhasilan (proses dan output) Pada bab ini menjelaskan secara sistematis dan terperinci langkah-langkah dan cara yang digunakan dalam menjawab permasalahan dan memperoleh kesimpulan terhadap penelitian yang dilakukan di SDN Halimun Bandung. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV terdiri dari deskripsi hasil dan temuan penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang ditetapkan, pembahasan penelitian tentang hasil dan temuan penelitian yang hasilnya sudah disajikan. Pada bagian ini adalah uraian tentang data yang terkumpul dari hasil pengolahan data serta analisis terhadap kondisi dan hasil pengolahan data kelas IV A SDN Halimun Bandung.

16 Bab V Simpulan dan Saran Pada Bab V ini berisikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan jawaban dari setiap tujuan penelitian dan kondisi hasil penelitian di kelas IV A SDN Halimun Bandung. Saran merupakan rekomendasi yang ditujukan kepada para pembuat kebijakan, penggunaan tentang tindak lanjut dan masukan untuk guru serta sekolah. Pada struktur organisasi skripsi merupakan gambaran dari susunan skripsi yang terdiri dari V bab. Setiap bab terdiri dari beberapa sub bab yang pada akhirnya tersusun sesuai dengan struktur organisasi penulisan skripsi.