FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN Pendahuluan Pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1950-an fonologi adalah cabang linguistik yang banya dibicarakan di antara cabang-cabang linguistik lainnya. Pada masa itu, setiap mengkaji linguistik tidak pernah terlepas dari pengaruh cara pandang fonologi, misalnya penggunaan istilah morf/alomorf/ morfem (dalam tataran morfologi) yang dapat disejajarkan dengan istilah fon/alofon/fonem (dalam fonologi). Dalam mengkaji fonologi pada masa itu dikenal beberapa ahli yang mempelopori timbulnya aliran fonologi generatif. Pada awalnya aliran ini oleh para ahli linguistik dipandang sebagai subordinat dari teori fonologi yang dilahirkan oleh Chomsky dan para pengikutnya. Teori-teori sintaksis Chomsky disebut generatif dengan alasan teori sintaksis tersebut berkaitan dengan tatabahasa yang dianggap lebih mudah daripada mengkaji fonologi secara terpisah. Dikatakan lebih mudah karena fonem-fonem dapat disimbolkan dengan huruf-huruf alfabet dan bunyi ujarnya dapat ditranskripsikan secara fonemik dengan bentuk yang sama (mirip) dan dengan penulisan ortografi biasa. Pada kenyataannya fonologi generatif bermula sebagai pengembangan hasil kajian Roman Jakobson tentang teknik-teknik fonologi universal. Namun, tradisi cara ini di Amerika di nertralisir pada tahun 1950-an, maka fonologi generatif mengalihkan perhatiannya pada macam bentuk pengkajian fonologi universal lainnya. Istilah fonologi generatif selanjutnya digunakan oleh Morris Halle yang merupakan teman sejawat Roman Jakobson. Di tangan Halle ini basis empiris dari teori fonologi universal diperluas meliputi kategori-kategori data yang baru. Halle tetap menggunakan teori Jakobson tentang ciri pembeda dalam menjabarkan fenomena perubahan alternasi morfofonemik. Menurut pengikut aliran fonologi generatif, data rekaman suatu bahasa dapat dianalisis dengan cara menentukan hipotesis representasi dasar dari representasi fonetik yang ada. Hal ini ditempuh, karena fonologi generatif percaya bahwa beberapa aspek realisasi 1
fonetik suatu morfem merupakan ciri idiosinkratik dari morfem itu, sedangkan aspek realisasi yang lain mengikuti prinsip keteraturan yang sistematik. Oleh karena itu, sesudah hipotesis mengenai representasi dasar ditentukan, dicari aturan-aturan yang dapat mengubah representasi dasar menjadi representasi fonetik. Aturan-aturan yang disusun itu, harus diaplikasikan kepada data yang tersedia. Dengan kata lain, dalam analisis fonologi generatif representasi dasar haruslah ditentukan lebih dahulu. Sesudah itu aturan-aturan fonologi perlu dibuat. Langkah berikutnya adalah meneliti apakah aturan-aturan yang ada itu perlu disusun penerapannya menurut aturan-aturan tertentu. Sebab fonologi generatif percaya bahwa aturan-aturan yang ada itu saling mengadakan interaksi. Dalam fonologi generatif ada representasi dasar dan representasi fonetik. Representasi fonetik diperoleh karena diterapkannya aturan-aturan fonologi. Namun demikian, ada faktorfaktor penting yang sifatnya non-fonetik yang mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi, dan dengan demikian faktor itu memainkan peranan yang penting di dalam pembentukan struktur fonologi, dan dengan demkian faktor itu memainkan peranan yang penting di dalam pembentukan struktur fonologi sesuatu bahasa. Faktor-faktor non-fonetik yang mempengaruhi penerapan aturan fonologi itu dapat dibagi menjadi dua kategori besar. Pertama, ada faktor ekstra-gramatika. Disebut demikian, karena faktor-faktor itu ada di luar gramatika sesuatu bahasa. Kedua, faktor yang juga non-fonetik yang mempengaruhi penerapan aturan fonologi itu ialah informasi gramatika, yang selanjutnya juga dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: faktor sintaksis dan morfologis serta faktor leksikal. Faktor Ekstra-gramatika Faktor ekstra-gramatika yang sering dijumpai dan yang sering memegang kendali dalam penerapan aturan-aturan fonologi ialah kecepatan berbicara seseorang. Dalam banyak bahasa, kecepatan berbicara dapat memberikan konteks penerapan aturan-aturan fonologi yang tidak berlaku pada saat berbicara perlahan-lahan. Umpamanya, dalam bahasa Inggris yang diujarkan akan mempengaruhi struktur suku kata yang ada dalam bahasa itu. Yang tadi merupakan satu suku kata, karena ada penanggalan schwa, kata yang dimaksud berubah menjadi berisi consonant clusters, misalnya pengucapan yang cepat kata-kata : b(e)come, p(e)dantic, d(e)posit, C(a)nadian, M(i)raculous, dan sebagainya. 2
Faktor-faktor ekstra-gramatika yang lainnya yang juga mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi itu ialah gaya bahasa seseorang. Dalam banyak bahasa, ada kontras antara gaya seseorang, bila ia berbicara secara resmi dan tidak resmi. Berbicara secara resmi biasanya dipelajari setelah berbicara secara tidak resmi. Biasanya gaya yang lebih formal itu sifatnya lebih konservatif, dalam arti output fonetik gaya yang tidak resmi itu bisa diturunkan dari gaya yang formal, dengan aturan-aturan fonologi yang baru. Sebagai tambahan faktor kecepatan berbicara dan gaya berbicara seseorang faktor lain yang juga yang mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi ialah umur, kelas sosial, atau jenis kelamin seseorang. Faktor-faktor Gramatika Sebelumnya sudah diuraikan, bahwa faktor-faktor gramatika yang mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi itu ada dua macam : Informasi Leksikal dan Sintaksis atau Morfologi. 1. Informasi Leksikal Tekanan kata biasanya sudah tertentu pada suku kata yang ada pada kata-kata itu. Umpamanya, suku kata yang mendapat tekanan pada kata explain dalam bahasa Inggris jatuh pada suku kata kedua. Tetapi, apabila kata itu mengalami derivasi menjadi kata benda explanation, maka tekanan itu pindah ke suku kata yang ketiga. Dengan demikian, pemindahan tekanan ini akan mengubah pola tekanan kata, dan dengan sendirinya, juga mengubah aturan fonologi yang ada, terutama yang bersangkutan dengan aturan-aturan tekanan suara. Perubahan pola tekanan suara itu juga berlaku bila ada perubahan kategori pada kata yang mempunyai arti dasar yang sama. Umpamanya, tekanan suara pada import sebagai kata benda akan lain letaknya dengan kata yang sama, bila kategorinya berubah menjadi kata kerja. Pada kategori yang pertama, tekanan suara ada pada suku kata yang pertama, sedangkan pada kategori yang kedua, tekanan suara jatuh pada suku kata yang kedua. Ini pun juga akan mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi, khususnya yang berkaitan dengan aspek fonologi yang menyangkut supra segmental. 3
2. Kategori Gramatik Fonologi generatif telah menetapkan bahwa struktur sintaksis permukaan sesuatu kalimat merupakan input komponen fonologi dari gramatika suatu bahasa. Karena itu, aturan-aturan fonologi secara potensial biasa mengacu pada setiap informasi yang ada pada struktur permukaan itu. Suatu tugas penting yang menghadang teori fonologi ialah menetapkan aspek mana dari struktur sintaksis itu dengan penerapan suatu aturan fonologi. Pada saat sekarang, sangat sedikit yang biasa diketahui tentang masalah ini. Salah satu alasan ialah sering tidak jelas bagaimana struktur sintaksis permukaan itu sebenarnya. Hambatan lebih jauh ialah kurangnya teori yang memadai tentang struktur morfologi kata-kata. Akhirnya, peran gramatika dalam fonologi merupakan subjek yang selama ini diabaikan baik sejak masa aliran strukturalis, maupun masa sekarang, jamannya aliran generatif transformasi ini. Jadi, aspek mana dari gramatika itu yang paling relevan dengan masalah ini, masih sangat miskin. Kalau kita mau menyebut-nyebut pengaruh gramatika terhadap aturan fonologi itu, dapat kita sebutkan contoh yang sudah pernah kita bahas pada bagian yang terdahulu, yaitu yang menyangkut bahasa Rusia.Dalam aturan fonologi, kita mengenal ada dental stop deletion dari sesuatu kata jika segmen itu diikuti oleh bunyinya l yang menyatakan past tense. Di samping itu, -l akhiran yang menunjukkan past tense itu juga ditanggalkan, manakala ia didahului oleh konsonan dan tidak diikuti oleh segmen lain, atau bila ia ada pada posisi akhir. Dalam bahasa Indonesia pengaruh morfologi itu jelas kelihatan pada gejala asimilasi yang homorganic. Perhatikanlah data berikut. Kata Dasar Kata Jadian Karang mengarang Kirim mengirim Tari menari Tulis menulis Pasang memasang Pudar memudar Data di atas menunjukkan bahwa bunyi asal pada awalan men(asal) mengalami asimilasi dengan awal pada kata berikutnya, dan sesudah itu bunyi awal yang 4
mempunyai cirri voiceless itu hilang. Hilangnya bunyi awal itu karena kontek di mana bunyi awal itu terdapat pada akar kata. Tetapi, jika bunyi awal itu bukan akar kata, bunyi itu masih ada. Umpamanya, Memperhatikan Mempertinggi Memperoleh Mempertajam Mempermudah, dan sebagainya Bunyi p pada kata-kata perhatikan, pertinggi, peroleh, pertajam, permudah, dan sebagainya itu masih tetap ada pada derivasi itu. Dengan kata lain, informasi gramatika atau morfologi pada derivasi di atas mempengaruhi aturan-aturan fonologi, khususnya yang bersangkutan dengan hilangnya bunyi awal sesuatu akar kata, jika bunyi awal itu bercirikan voiceless. Contoh lain terdapat pada kata ulang dalam bahasa Indonesia. Perhatikan data di bawah. Menari-nari tetapi tarimenari Memikir-mikiri piker memikir Mengeruk-ngeruk kerukmengeruk Tidak terpengaruhnya bunyi awal pada kata-kata ulang yang terdapat pada kolom kedua itu karena kontek morfologi juga. DAFTAR ACUAN Ibrahin, Abd. Syukur. 1987. Model Linguistik Dewasa ini. Surabaya:Usaha Nasional Schane, Sanford A. 1973. Generative Phonology. New Jersey:Prentice Hall, Inc. 5