FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Gejala kelainan..., Dian Novrina, FIB UI, 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. selalu berkaitan dengan menggunakan referensi yang berhubungan, sehingga

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

TATARAN LINGUISTIK FONOLOGI

Pendahuluan. 4-Nov-16 Adi Yasran, UPM 2

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB 4 TATARAN LINGUISTIK (1): FONOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara lisan adalah hubungan langsung. Dalam hubungan langsung

SATUAN ACARA PERKULIAHAN. Fonologi DR 411. Dr. Yayat Sudaryat, M.Hum. Hernawan, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menguraikan penelitian-penelitian yang dijadikan acuan

BAB I PENDAHULUAN. sistem penulisan tidak dapat menggambarkan bunyi yang diucapkan oleh manusia

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

BAB 1 WACANA FONOLOGI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kesatuan yang terdiri atas beribu pulau, yang

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

Nama : Hari Agus Prasetyo NIM : Tataran Linguistik (1) : fonologi

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

Bab 1. Pendahuluan. berbeda-beda. Lain bahasa, lain pula bunyinya, dan tidaklah mudah mempelajari suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa selalu melibatkan unsur-unsur seperti materi, guru, siswa,

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Debby Yuwanita Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa dihasilkan dari alat ucap

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

Bab 1. Pendahuluan. Dalam berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya, manusia membutuhkan bahasa. Bahasa

Kandungan. Pendahuluan. Proses Fonologi. Pengajaran Sebutan Kesimpulan. Sebutan Baku Sebutan Standard (ala Johor-Riau) Fonologi Generatif

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan kualitatif, artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka,

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa; penyelidikan bahasa secara ilmiah (Kridalaksana,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dardjowidjojo (2005: 5) untuk berkomunikasi, seseorang tidak dapat

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Kridalaksana,

HMT 322/4 Aspek-aspek Teori Linguistik Am Dan Penerapannya

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Dibawah ini merupakan paradigma penelitian KAJIAN MORFOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat pengungkapan pikiran maupun perasaan (Sutedi, 2003 :

BAB 5 PENUTUP. Campur code..., Annisa Ramadhani, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara rutin manusia pasti berintaraksi dengan lingkungan sekitar. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

LAPORAN BACA. OLEH: Asep Saepulloh ( ) Hikmat Hamzah Syahwali ( ) Suherlan ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB IV TATARAN LINGUISTIK (1) : FONOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan kalimat tersebut juga harus memperhatikan susunan kata

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

1. Identitas Mata Kuliah 2. Tujuan Mata Kuliah 3. Deskripsi Mata Kuliah 4. Pendekatan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

KAIDAH FONOTAKTIK GUGUS KONSONAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA YANG BERSUKU DUA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Itulah gunanya tertib berbahasa yang sehari-hari disebut tata bahasa. Tata

PERKEMBANGAN STUDI PERUBAHAN BAHASA DI MASA SEKARANG MASIH RELEVANKAH?

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB VIII SEJARAH DAN ALIRAN LINGUISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

PROSES MORFONOLOGIS PREFIKS DALAM BAHASA WOLIO (KAJIAN TRANSFORMASI GENERATIF) La Ino

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kehidupannya mulai dari bangun tidur, melakukan aktivitas, menyampaikan pendapat dan informasi melalui bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan

2/27/2017. Kemunculan AK; Kuliah 1 Sejarah Perkembangan, Konsep dan Teori Analisis Bezaan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi untuk memahami hal- hal lain (Alwi,

PEMEROLEHAN RAGAM BAHASA JAWA PADA ANAK USIA 2 TAHUN (Studi kasus) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. huruf, kata dan bahasa. Bunyi bahasa yang dihasilkan penderita khususnya

Penggolongan Tahapan Perkembangan Normal Bicara dan Bahasa Pada Anak. Oleh: Ubaii Achmad

Pengertian Universal dalam Bahasa

ANIS SILVIA

APLIKASI TRANSKRIPSI FONETIK BAHASA INDONESIA BERDASARKAN IPA (THE INTERNATIONAL PHONETIC ASSOCIATION) UNTUK BIPA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

Klasifikasi Bahasa (Abdul Chaer) Klasifikasi Genetis Klasifikasi Tipologis Klasifikasi Areal Klasifikasi Sosiolinguistik.

Tahap Pemrolehan Bahasa

Transkripsi:

FONOLOGI GENERATIF OLEH MOH. FATAH YASIN Pendahuluan Pada tahun 1940 sampai dengan tahun 1950-an fonologi adalah cabang linguistik yang banya dibicarakan di antara cabang-cabang linguistik lainnya. Pada masa itu, setiap mengkaji linguistik tidak pernah terlepas dari pengaruh cara pandang fonologi, misalnya penggunaan istilah morf/alomorf/ morfem (dalam tataran morfologi) yang dapat disejajarkan dengan istilah fon/alofon/fonem (dalam fonologi). Dalam mengkaji fonologi pada masa itu dikenal beberapa ahli yang mempelopori timbulnya aliran fonologi generatif. Pada awalnya aliran ini oleh para ahli linguistik dipandang sebagai subordinat dari teori fonologi yang dilahirkan oleh Chomsky dan para pengikutnya. Teori-teori sintaksis Chomsky disebut generatif dengan alasan teori sintaksis tersebut berkaitan dengan tatabahasa yang dianggap lebih mudah daripada mengkaji fonologi secara terpisah. Dikatakan lebih mudah karena fonem-fonem dapat disimbolkan dengan huruf-huruf alfabet dan bunyi ujarnya dapat ditranskripsikan secara fonemik dengan bentuk yang sama (mirip) dan dengan penulisan ortografi biasa. Pada kenyataannya fonologi generatif bermula sebagai pengembangan hasil kajian Roman Jakobson tentang teknik-teknik fonologi universal. Namun, tradisi cara ini di Amerika di nertralisir pada tahun 1950-an, maka fonologi generatif mengalihkan perhatiannya pada macam bentuk pengkajian fonologi universal lainnya. Istilah fonologi generatif selanjutnya digunakan oleh Morris Halle yang merupakan teman sejawat Roman Jakobson. Di tangan Halle ini basis empiris dari teori fonologi universal diperluas meliputi kategori-kategori data yang baru. Halle tetap menggunakan teori Jakobson tentang ciri pembeda dalam menjabarkan fenomena perubahan alternasi morfofonemik. Menurut pengikut aliran fonologi generatif, data rekaman suatu bahasa dapat dianalisis dengan cara menentukan hipotesis representasi dasar dari representasi fonetik yang ada. Hal ini ditempuh, karena fonologi generatif percaya bahwa beberapa aspek realisasi 1

fonetik suatu morfem merupakan ciri idiosinkratik dari morfem itu, sedangkan aspek realisasi yang lain mengikuti prinsip keteraturan yang sistematik. Oleh karena itu, sesudah hipotesis mengenai representasi dasar ditentukan, dicari aturan-aturan yang dapat mengubah representasi dasar menjadi representasi fonetik. Aturan-aturan yang disusun itu, harus diaplikasikan kepada data yang tersedia. Dengan kata lain, dalam analisis fonologi generatif representasi dasar haruslah ditentukan lebih dahulu. Sesudah itu aturan-aturan fonologi perlu dibuat. Langkah berikutnya adalah meneliti apakah aturan-aturan yang ada itu perlu disusun penerapannya menurut aturan-aturan tertentu. Sebab fonologi generatif percaya bahwa aturan-aturan yang ada itu saling mengadakan interaksi. Dalam fonologi generatif ada representasi dasar dan representasi fonetik. Representasi fonetik diperoleh karena diterapkannya aturan-aturan fonologi. Namun demikian, ada faktorfaktor penting yang sifatnya non-fonetik yang mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi, dan dengan demikian faktor itu memainkan peranan yang penting di dalam pembentukan struktur fonologi, dan dengan demkian faktor itu memainkan peranan yang penting di dalam pembentukan struktur fonologi sesuatu bahasa. Faktor-faktor non-fonetik yang mempengaruhi penerapan aturan fonologi itu dapat dibagi menjadi dua kategori besar. Pertama, ada faktor ekstra-gramatika. Disebut demikian, karena faktor-faktor itu ada di luar gramatika sesuatu bahasa. Kedua, faktor yang juga non-fonetik yang mempengaruhi penerapan aturan fonologi itu ialah informasi gramatika, yang selanjutnya juga dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: faktor sintaksis dan morfologis serta faktor leksikal. Faktor Ekstra-gramatika Faktor ekstra-gramatika yang sering dijumpai dan yang sering memegang kendali dalam penerapan aturan-aturan fonologi ialah kecepatan berbicara seseorang. Dalam banyak bahasa, kecepatan berbicara dapat memberikan konteks penerapan aturan-aturan fonologi yang tidak berlaku pada saat berbicara perlahan-lahan. Umpamanya, dalam bahasa Inggris yang diujarkan akan mempengaruhi struktur suku kata yang ada dalam bahasa itu. Yang tadi merupakan satu suku kata, karena ada penanggalan schwa, kata yang dimaksud berubah menjadi berisi consonant clusters, misalnya pengucapan yang cepat kata-kata : b(e)come, p(e)dantic, d(e)posit, C(a)nadian, M(i)raculous, dan sebagainya. 2

Faktor-faktor ekstra-gramatika yang lainnya yang juga mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi itu ialah gaya bahasa seseorang. Dalam banyak bahasa, ada kontras antara gaya seseorang, bila ia berbicara secara resmi dan tidak resmi. Berbicara secara resmi biasanya dipelajari setelah berbicara secara tidak resmi. Biasanya gaya yang lebih formal itu sifatnya lebih konservatif, dalam arti output fonetik gaya yang tidak resmi itu bisa diturunkan dari gaya yang formal, dengan aturan-aturan fonologi yang baru. Sebagai tambahan faktor kecepatan berbicara dan gaya berbicara seseorang faktor lain yang juga yang mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi ialah umur, kelas sosial, atau jenis kelamin seseorang. Faktor-faktor Gramatika Sebelumnya sudah diuraikan, bahwa faktor-faktor gramatika yang mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi itu ada dua macam : Informasi Leksikal dan Sintaksis atau Morfologi. 1. Informasi Leksikal Tekanan kata biasanya sudah tertentu pada suku kata yang ada pada kata-kata itu. Umpamanya, suku kata yang mendapat tekanan pada kata explain dalam bahasa Inggris jatuh pada suku kata kedua. Tetapi, apabila kata itu mengalami derivasi menjadi kata benda explanation, maka tekanan itu pindah ke suku kata yang ketiga. Dengan demikian, pemindahan tekanan ini akan mengubah pola tekanan kata, dan dengan sendirinya, juga mengubah aturan fonologi yang ada, terutama yang bersangkutan dengan aturan-aturan tekanan suara. Perubahan pola tekanan suara itu juga berlaku bila ada perubahan kategori pada kata yang mempunyai arti dasar yang sama. Umpamanya, tekanan suara pada import sebagai kata benda akan lain letaknya dengan kata yang sama, bila kategorinya berubah menjadi kata kerja. Pada kategori yang pertama, tekanan suara ada pada suku kata yang pertama, sedangkan pada kategori yang kedua, tekanan suara jatuh pada suku kata yang kedua. Ini pun juga akan mempengaruhi penerapan aturan-aturan fonologi, khususnya yang berkaitan dengan aspek fonologi yang menyangkut supra segmental. 3

2. Kategori Gramatik Fonologi generatif telah menetapkan bahwa struktur sintaksis permukaan sesuatu kalimat merupakan input komponen fonologi dari gramatika suatu bahasa. Karena itu, aturan-aturan fonologi secara potensial biasa mengacu pada setiap informasi yang ada pada struktur permukaan itu. Suatu tugas penting yang menghadang teori fonologi ialah menetapkan aspek mana dari struktur sintaksis itu dengan penerapan suatu aturan fonologi. Pada saat sekarang, sangat sedikit yang biasa diketahui tentang masalah ini. Salah satu alasan ialah sering tidak jelas bagaimana struktur sintaksis permukaan itu sebenarnya. Hambatan lebih jauh ialah kurangnya teori yang memadai tentang struktur morfologi kata-kata. Akhirnya, peran gramatika dalam fonologi merupakan subjek yang selama ini diabaikan baik sejak masa aliran strukturalis, maupun masa sekarang, jamannya aliran generatif transformasi ini. Jadi, aspek mana dari gramatika itu yang paling relevan dengan masalah ini, masih sangat miskin. Kalau kita mau menyebut-nyebut pengaruh gramatika terhadap aturan fonologi itu, dapat kita sebutkan contoh yang sudah pernah kita bahas pada bagian yang terdahulu, yaitu yang menyangkut bahasa Rusia.Dalam aturan fonologi, kita mengenal ada dental stop deletion dari sesuatu kata jika segmen itu diikuti oleh bunyinya l yang menyatakan past tense. Di samping itu, -l akhiran yang menunjukkan past tense itu juga ditanggalkan, manakala ia didahului oleh konsonan dan tidak diikuti oleh segmen lain, atau bila ia ada pada posisi akhir. Dalam bahasa Indonesia pengaruh morfologi itu jelas kelihatan pada gejala asimilasi yang homorganic. Perhatikanlah data berikut. Kata Dasar Kata Jadian Karang mengarang Kirim mengirim Tari menari Tulis menulis Pasang memasang Pudar memudar Data di atas menunjukkan bahwa bunyi asal pada awalan men(asal) mengalami asimilasi dengan awal pada kata berikutnya, dan sesudah itu bunyi awal yang 4

mempunyai cirri voiceless itu hilang. Hilangnya bunyi awal itu karena kontek di mana bunyi awal itu terdapat pada akar kata. Tetapi, jika bunyi awal itu bukan akar kata, bunyi itu masih ada. Umpamanya, Memperhatikan Mempertinggi Memperoleh Mempertajam Mempermudah, dan sebagainya Bunyi p pada kata-kata perhatikan, pertinggi, peroleh, pertajam, permudah, dan sebagainya itu masih tetap ada pada derivasi itu. Dengan kata lain, informasi gramatika atau morfologi pada derivasi di atas mempengaruhi aturan-aturan fonologi, khususnya yang bersangkutan dengan hilangnya bunyi awal sesuatu akar kata, jika bunyi awal itu bercirikan voiceless. Contoh lain terdapat pada kata ulang dalam bahasa Indonesia. Perhatikan data di bawah. Menari-nari tetapi tarimenari Memikir-mikiri piker memikir Mengeruk-ngeruk kerukmengeruk Tidak terpengaruhnya bunyi awal pada kata-kata ulang yang terdapat pada kolom kedua itu karena kontek morfologi juga. DAFTAR ACUAN Ibrahin, Abd. Syukur. 1987. Model Linguistik Dewasa ini. Surabaya:Usaha Nasional Schane, Sanford A. 1973. Generative Phonology. New Jersey:Prentice Hall, Inc. 5