BAB I PENDAHULUAN. sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena minyak dan gas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan di dunia yang memiliki wilayah

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI MENURUT KUHPERDATA. antara dua orang atau lebih. Perjanjian ini menimbulkan sebuah kewajiban untuk

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakannya dalam sebuah perjanjian yang di dalamnya dilandasi rasa

BAB I PENDAHULUAN. Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

BAB I PENDAHULUAN. hukum tersebut memiliki unsur-unsur kesamaan, walaupun dalam beberapa

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik itu lembaga di bidang ekonomi, sosial, budaya, teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Industri Hilir Migas merupakan penyediaan jasa/kegiatan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

DESAIN TATA KELOLA MIGAS MENURUT PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI 1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. BBM merupakan kebutuhan pokok bagi masyarakat Desa. maupun Kota baik sebagai rumah tangga maupun sebagai pengusaha,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. walaupun dalam kenyataannya pada saat ini sedang dilanda krisis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB III PERLINDUNGAN KONSUMEN PADA TRANSAKSI ONLINE DENGAN SISTEM PRE ORDER USAHA CLOTHING

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB V PENUTUP. Dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dari analisis berbagai data dan fakta yang

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

Karakteristik. Tujuan : Kesederhanaan dan Kemudahan pengenaan pajak agar tepat waktu

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KEPPRES 31/1997, PEMBANGUNAN DAN PENGUSAHAAN KILANG MINYAK DAN GAS BUMI OLEH BADAN USAHA SWASTA

JURNAL ILMIAH PERJANJIAN KERJASAMA PENDISTRIBUSIAN BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) ANTARA PT. PERTAMINA DENGAN SPBU

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat dapat menghasilkan suatu peristiwa-peristiwa tersebut dapat

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. Istilah perjanjian secara etimologi berasal dari bahasa latin testamentum,

BAB I PENDAHULUAN. menuntut produsen BBM untuk menyediakan BBM ramah lingkungan. Produk

BAB I PENDAHULUAN. langkah perusahaan untuk bisa terus berjalan dan dapat bersaing dengan

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN JUAL BELI. 2.1 Pengertian dan Pengaturan Perjanjian Jual Beli

PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 02/P/BPH Migas/XII/2004 TENTANG

BAB V PENUTUP. SPBU di Indonesia memiliki 3 (tiga) macam SPBU yaitu diantaranya COCO

Kebijakan Kriminal, Penyalahgunaan BBM Bersubsidi 36

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

KLASIFIKASI PERJANJIAN KELOMPOK I DWI AYU RACHMAWATI (01) ( )

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

BAB II EKSPLORASI ISU BIS IS

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BAB II PENGATURAN ATAS JUAL BELI SAHAM DALAM PERSEROAN TERBATAS DI INDONESIA. dapat dengan mudah memahami jual beli saham dalam perseroan terbatas.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia memiliki keuntungan dengan melimpahnya sumber daya

BAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI DALAM WILAYAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi masyarakat di. Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap tanah dipengaruhi oleh jumlah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sebagai alat pemuas kebutuhan hidupnya. keterbatasan kemampuan untuk menyediakan kebutuhan sendiri.

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2003 TENTANG PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa memiliki mobil sebagai barang milik pribadi. Rental mobil (persewaan mobil) yang dapat membantu seseorang yang tidak

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG USAHA DI BIDANG BAHAN BAKAR MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG

Pemanfaatan pembangkit tenaga listrik, baru dikembangkan setelah Perang Dunia I, yakni dengan mengisi baterai untuk menghidupkan lampu, radio, dan ala

BAB II KEDUDUKAN PERJANJIAN DALAM JUAL BELI SAHAM DENGAN HAK MEMBELI KEMBALI (REPO) DALAM HUKUM DI INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI NOMOR 7 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI,

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI. undang-undang telah memberikan nama tersendiri dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources)

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BUPATI SERUYAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2010 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 1960 TENTANG PERTAMBANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Terhadap Perjanjian Pada Umumnya. hukum perdata adalah sama penyebutannya secara berturut-turut seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di segala bidang sampai saat ini masih terus dijalankan dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembanganya kerja sama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerja sama

BAB II TINJAUAN TENTENG LEVERING SEBAGAI CARA UNTUK MEMPEROLEH HAK MILIK DALAM JUAL BELI MENURUT HUKUM PERDATA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

BAB II PERJANJIAN JUAL BELI

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Analisis hukum kegiatan..., Sarah Salamah, FH UI, Penerbit Buku Kompas, 2001), hal. 40.

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 081 TAHUN 2014

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

A. Perlindungan Hukum yang dapat Diperoleh Konsumen Terhadap Cacat. Tersembunyi yang Terdapat Pada Mobil Bergaransi yang Diketahui Pada

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa mi ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 03/P/BPH MIGAS/I/2005 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Semakin berkembangnya teknologi kendaraan bermotor saat ini

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

AKUNTANSI PILIHAN Kelas X MIA PERAN PELAKU EKONOMI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA, PERJANJIAN DAN PENGADAAN BARAN DAN JASA. 2.1 Pengertian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

I. PENDAHULUAN. Jenis surat berharga diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

PERJANJIAN JUAL BELI. Selamat malam. Bagaimana kabarnya malam ini? Sehat semua kan.. Malam ini kita belajar mengenai Perjanjian Jual Beli ya..

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) yang menyebutkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Oleh karena minyak dan gas bumi termasuk golongan yang strategis maka minyak dan gas bumi beserta produksinya merupakan cabang-cabang produksi penting yang menguasai hajat hidup orang banyak sehingga dalam pengelolaannya tidak dapat dilakukan begitu saja secara bebas. Berdasarkan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 tersebut diatas maka minyak dan gas bumi dikuasai oleh negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Dalam melaksanakan usaha pertambangan minyak dan gas bumi pemerintah memberikan wewenangnya kepada perusahaan milik negara, yaitu Pertamina. Wewenang tersebut disebut dengan kuasa pertambangan. Pertamina sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi sebagai Perseroan, menegaskan pembagian kegiatan Pertamina menjadi dua (dua) kegiatan utama, yaitu Usaha Hulu dan Usaha Hilir. Usaha Hulu mencakup kegiatan eksplorasi dan ekslpoitasi, sedangkan Usaha Hilir mencakup 4 (empat) kegiatan yaitu pengolahan, pengangkutan, penyimpanan serta niaga. Kedudukan Pertamina ini sebelumnya juga diperkuat dengan adanya Undang-Undang Nomor 8 1

2 Tahun 1971 tentang Pertamina. Dalam Pasal 13 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1971 ditentukan bahwa tugas Pertamina meliputi : a. Melaksanakan pengusahaan minyak dan gas bumi dengan memperoleh hasil sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dan negara; b. Menyediakan dan melayani kebutuhan bahan minyak dan gas bumi untuk dalam negeri yang pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan ketentuan tersebut maka sebagaimana telah disebutkan di atas maka Pertamina merupakan suatu integrated company dimana kegiatan hulu hilir berada dalam satu korporasi. Kegiatan hulu meliputi eksplorasi dan produksi. Sedangkan kegiatan hilir meliputi pengolahan, pemasaran dan distribusi termasuk pengangkutan. Sebagaiman diketahui bahwa Pertamina merupakan Badan Usaha Milik Pemerintah (BUMN) di Indonesia yang diatur berdasarkan Undang-Undang yang mempunyai tugas untuk memasarkan Bahan Bakar Minyak (BBM). Untuk pemasaran di dalam negeri Pertamina membutuhkan sarana distribusi dalam negeri yang intensif dan tersebar di seluruh Indonesia. Perpanjangan rantai distribusi BBM dalam negeri dari Pertamina dilakukan secara kerja sama dengan pengusaha swasta melalui Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Umum (SPBU). SPBU ini digunakan untuk menyalurkan BBM dan pelumas yang diproduksi dan diperdagangkan Pertamina kepada masyarakat.

3 Untuk membeli BBM dari Pertamina pengusaha harus melakukan Delivery Order (DO) terlebih dahulu. Pembayaran DO dilakukan melalui bank-bank yang telah ditunjuk oleh Pertamina. Di dalam hal penyediaan BBM ini maka dibuat suatu perjanjian jual beli BBM antara Pertamina dengan SPBU untuk menjamin kepastian hukum diantara kedua belah pihak tersebut. Dalam perjanjian jual beli yang dibuat antara Pertamina dengan pengusha SPBU memuat hak dan kewajiban masing-masing pihak yang harus dipenuhi yaitu hak dan kewajiban Pertamina sebagai penjual serta hak dan kewajiban pengusaha SPBU yang dalam hal ini berkedudukan sebagai pembeli. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pada Buku Ketiga tentang Perikatan Bab ke-v tentang Jual Beli sebagaimana dirumuskan dalam rumusan Pasal 1457 KUHPerdata memberikan definisi Jual beli sebagai beirkut : Jual Beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan. Adanya kesepakatan antara pihak penjual dan pembeli mengenai harga dan barang, maka timbullah hak dan kewajiban bagi para pihak. Hak yang paling utama dari seorang penjual adalah menuntut harga pembayaran atas barang yang telah diserahkan kepada pembeli. Hak ini dapat disimpulkan dari ketentuan Pasal 1457 KUH Perdata Sedangkan kewajiban penjual adalah menyerahkan hak milik atas barang yang diperjualbelikan. Kewajiban menyerahkan hak milik ini meliputi segala

4 perbuatan yang menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan hak milik atas barang yang menjadi obyek jual beli. 1 Kewajiban penjual yang lain yaitu menanggung kenikmatan tenteram dan menanggung terhadap cacad-cacad tersembunyi. 2 Hal ini diatur dalam Pasal 1491 KUH Perdata Penanggungan yang menjadi kewajiban si penjual terhadap si pembeli, adalah untuk menjamin dua hal, yaitu pertama penguasaan benda yang dijual secara aman dan tenteram; kedua terhadap adanya cacad-cacad barang tersebut yang tersembunyi, atau yang sedemikian rupa hingga menerbitkan alasan untuk pembatalan pembeliannya Dalam perjanjian jual beli, seorang pembeli berhak untuk menuntut penyerahan barang yang telah dibelinya dari penjual, sedangkan kewajibannya ialah membayar harga pembelian pada waktu dan tempat sebagaimana yang ditetapkan dalam perjanjian yang telah dibuatnya. 3 Awal bulan Maret yang lalu bahan bakar jenis premix mulai menghilang dari pasaran di Yogya. Hal ini bisa dilihat di beberapa Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang sudah kehabisan premix. Namun demikian pengusaha SPBU memaklumi keterlambatan pengiriman itu karena jauh sebelumnya atau sejak 9 Maret 2008, pihak PT Humpuss Trading Perwakilan Semarang yang memproduksi Premix selain PT. Elnusa anak perusahaan Pertamina sudah memberitahu secara tertulis bahwa dalam beberapa hari mendatang pengiriman premix ke beberapa SPBU agak terganggu karena ada kerusakan instalasi penyaluran di UPDN IV Semarang. Juga ditepis anggapan 1 Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Bandung, Cetakan kesepuluh, Citra Aditya Bakti,, hlm. 9. 2 Ibid., hlm. 19. 3 Ibid., hlm. 11.

5 bahwa keterlambatan pengiriman Premix dari PT Elnusa ke SPBU ada kaitannya dengan rencana kenaikan harga BBM. 4 Di lain pihak, beberapa pengelola SPBU juga mengeluhkan pengiriman pasokan premium seringkali terlambat. Hal ini dapat menyebabkan kerugian, pasalnya SPBU tidak dapat melayani konsumen akibat stok premium yang tersedia sudah habis. Keterlambatan pengiriman bahan bakar minyak merupakan masalah klasik yang dihadapi pertamina. Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini penulis mengangkat judul PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI BAHAN BAKAR MINYAK (BBM) ANTARA SPBU TEGAL REJO DAN SPBU JALAN WATES DI YOGYAKARTA DENGAN PT. PERTAMINA UPDN IV SEMARANG Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada bagian latar belakang masalah, maka terdapat permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan perjanjian jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) antara SPBU Tegal Rejo Dan SPBU Jl. Wates dengan Pertamina UPDN IV Semarang? 2. Bagaimanakah pertanggung jawaban pihak Pertamina UPDN IV Semarang atas keterlambatan pengiriman Bahan Bakar Minyak (BBM) ke SPBU Tegal Rejo dan SPBU jalan Wates, Di Yogyakarta? 4 BERNAS, Premix Menghilang, UTAMA, Jumat 9 Maret 2008.

6 Adapun tujuan penelitian sebagai berikut : 1. Tujuan Obyektif : a. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian jual beli Bahan Bakar Minyak (BBM) antara SPBU Tegal Rejo dan SPBU jalan Wates dengan Pertamina UPDN IV Semarang. b. Untuk mengetahui bagaimana pertanggung jawaban pihak Pertamina UPDN IV Semarang atas keterlambatan pengiriman Bahan Bakar Minyak (BBM) ke SPBU Tegal Rejo dan SPBU jalan Wates di Yogyakarta. 2. Tujuan Subyektif : Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun manfaat penelitian yang bisa disumbangkan penulis untuk masyarakat sebagai berikut : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap pengembangan di bidang ilmu hukum khususnya hukum perjanjian. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan pemikiran bagi pembentuk undang-undang untuk menyempurnakan pengaturan mengenai hukum perjanjian jual beli antara pihak BUMN dengan pihak swasta di Indonesia, khusunya jual-beli Bahan Bakar Minyak (BBM).