BAB I PENDAHULUAN. fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan fisik yang tidak sehat, dan stress (Widyanto, 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. istirahat bagi tubuh dan jiwa, atas kemauan dan kesadaran secara utuh atau

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prioritas tertinggi dalam hirarki Maslow. Dimana seseorang memiliki

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

HUBUNGAN LAMA KERJA DAN POLA ISTIRAHAT DENGAN DERAJAT HIPERTENSI DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau Rapid Eye

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

Tidur dan Ritme Sirkadian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini melibatkan 70 orang responden yang merupakan

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh untuk mengembalikan stamina.

BAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. melakukan pekerjaan tanpa memperdulikan kesehatan. Pekerjaan. hari dan berulang ulang akan mengakibatkan insomnia yang

BAB I PENDAHULUAN. hidup sehat segala aktivitas dapat dikerjakan dengan lancar. Menurut UU

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merokok juga banyak dilakukan oleh remaja bahkan anak-anak. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) dalam DepKes RI

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

Istirahat adalah suatu keadaan tenang, relaks, tanpa tekanan emosional,dan bebas dari perasaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar. manusia yang termasuk kedalam kebutuhan dasar dan juga

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan dasar manusia merupakan sesuatu yang harus dipenuhi. untuk meningkatkan derajat kesehatan. Menurut teori Maslow manusia

BAB I PENDAHULUAN. tahun. Lanjut usia biasanya mengalami perubahan-perubahan fisik yang wajar,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sel-sel baru, memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, dan memberi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

KONSEP Latihan kebugaran jasmani

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Potter dan Perry (2005) Pertumbuhan dan perkembangan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sarana dan internet seperti yang terdapat pada smartphone (Sunarto,

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Faktor umur harapan hidup masyarakat Indonesia saat ini memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. membuat penampilan menarik, kebugaran jasmani mempunyai fungsi yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar atau pasif yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. Dunia atau World Health Organization (WHO) (2014), mendeklarasikan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut penelitian Pratiwi (2010) menopause adalah. keluhan yang mungkin terjadi di masa menopause disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan proses fertilisasi atau penyatuan spermatozoa dan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja ditandai oleh perubahan besar diantaranya kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa jumlah. jiwa dengan usia rata-rata 60 tahun (Bandiyah, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan anak usia sekolah yang optimal tergantung pemberian nutrisi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan di Puskesmas Wonosari pada bulan September-Oktober 2016.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

Perbedaan Kadar Hemoglobin yang Berolahraga Futsal dan Tidak Berolahraga. Jl. Hariangbangga No.20 Bandung

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. fakultas yang ada di UMY adalah Fakultas Ilmu Kedokteran dan Ilmu

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN ANALISIS KARAKTERISTIK PEKERJA DENGAN GANGGUAN KETULIAN PEKERJA PABRIK KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. ke-4 di dunia dengan tingkat produksi sebesar ton dengan nilai USD 367 juta

Tidur = keadaan bawah sadar dimana orang tsb dapat dibangunkan dengan pemberian rangsang sensorik atau dengan rangsang lainnya

Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. yang memungkinkan dapat mengakibatkan stres (Suryanto 2011).

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Artikel Penelitian Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Insomnia Pada Mahasiswa STIKES Ngudi Waluyo Kabupaten Semarang

Pengertian Pembinaan/latihan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. mortalitas dan morbiditas penduduk dengan prevalensi yang cukup tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. kepentingan diri sendiri tetapi juga untuk kepentingan yang memberi manfaat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pengobatan dan peralatan (Busse, Blumel, Krensen & Zentner, 2010).Robertson

BAB I PENDAHULUAN. makanan, tempat tinggal, eliminasi, seks, istirahat dan tidur. (Perry, 2006 : 613)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan selanjutnya (Potter & Perry,

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah dan oksigen ke otak (Smeltzer et al, 2002). Menurut World

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

BAB I PENDAHULUAN. Usia remaja merupakan usia peralihan dari masa anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kesehatan di rumah sakit sangat bervariasi baik dari segi jenis

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tidur didefenisikan sebagai perubahan status kesadaran dimana persepsi

BAB I PENDAHULUAN. kadar gula darah, dislipidemia, usia, dan pekerjaan (Dinata, dkk., 2015). Angka

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi masyarakat di negara maju maupun negara berkembang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi, baik dari segi fisiologis maupun psikologis. Segala yang dibutuhkan manusia untuk mempertahankan hidup serta untuk memperoleh kesejahteraan dan kenyamanan disebut kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, manusia mempunyai lima kebutuhan dasar yang paling mendasar, yaitu: kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan, kebutuhan cinta dan rasa memiliki, kebutuhan rasa berharga, kebutuhan aktualisasi diri (Potter dan Perry, 2006). Kebutuhan fisiologis salah satunya adalah tidur dan istirahat. Pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur sangat penting terutama bagi orang yang sedang sakit agar lebih cepat memperbaiki kerusakan pada sel. Jumlah energi yang diharapkan untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari akan terpenuhi, apabila kebutuhan istirahat dan tidur tersebut cukup. Disisi lain, orang yang mengalami kelelahan membutuhkan istirahat dan tidur lebih dari biasanya. Namun, untuk orang yang kebutuhan istirahat dan tidurnya tidak terpenuhi akan menyebabkan gangguan tidur (Guyton dan Hall, 2008). Setiap tahun diperkirakan sekitar 20%-50% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 17% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada dewasa cukup tinggi yaitu sekitar 67 % pada 1

2 tahun 2010 (World Health Organization, 2010). Di Indonesia, setiap tahun diperkirakan sekitar 35%-45% orang dewasa melaporkan adanya gangguan tidur dan sekitar 25% mengalami gangguan tidur yang serius. Prevalensi gangguan tidur pada dewasa cukup tinggi yaitu sekitar 50 % pada tahun 2010 (Depkes RI, 2010). Tidur adalah bagian dari ritme biologis tubuh yang berfungsi untuk mengembalikan stamina. Tidur yang normal melibatkan dua fase yaitu gerakan bola mata cepat atau rapid eye movement (REM) dan tidur dengan gerakan bola lambat atau non-rapid eye movement (NREM) (Potter dan Perry, 2007). Kualitas tidur mengalami perubahan yaitu pada saat tidur REM mulai memendek. Penurunan progresif pada tahap NREM 3 dan 4, dan hampir tidak memiliki tahap 4. Perubahan sistem saraf pusat yang mempengaruhi pengaturan tidur menyebabkan perubahan pada kualitas tidur (Saryono dan Widianti, 2010). Tidur merupakan periode istirahat yang berlangsung secara berkala dari pernurunan kesadaran sampai tidak adanya aktivitas. Tidur secara baik dan benar akan mendatangkan kekuatan baru bagi tubuh, istirahatnya otak dan menghilangkan kelelahan. Tidur memiliki banyak manfaat, dalam surat An-Naba ayat 9, Allah SWT berfirman: Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat Adanya gangguan tidur dapat berpengaruh pada kualitas tidur seseorang. Menurut data epidemologi, tidur kurang dari 6 jam per hari erat hubungannya

3 dengan peningkatan mortalitas, seperti penyakit jantung dan kanker. Tidur yang terganggu berdampak pada fungsi kognitif, meliputi konsentrasi yang berkurang, reaksi yang lambat dan penurunan kewaspadaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur yaitu, usia, diet, motivasi, kebudayaan, alkohol, merokok, lingkungan, gaya hidup dan aktivitas fisik (Taylor et., al, 2009). Aktivitas fisik adalah sekumpulan gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Setiap gerakan tubuh dihasilkan oleh otot yang memerlukan energi (Taylor et., al, 2009). Aktivitas fisik terdiri dari tiga jenis, yaitu aktivitas fisik ringan, aktivitas fisik sedang dan aktivitas fisik berat. Aktivitas fisik yang berat menyebabkan kelelahan, suatu mekanisme perlindungan tubuh untuk menghindari kerusakan sehingga terjadi pemulihan. Metabolisme tubuh yang lelah akan merespon tubuh untuk tidur dan istirahat (Rahman, 2008). Sekumpulan dari aktivitas fisik yang bertujuan mengkondisikan tubuh, meningkatkan kesehatan, dan mempertahankan kebugaran disebut olah raga. Program olah raga atau aktivitas fisik sangat bergantung pada kadar dari masingmasing tubuh seseorang. faktor fisiologis, emosional dan perkembangan akan mempegaruhi toleransi aktivitas (Haskell, 2000 dalam Wilda, 2013). Olah raga yang teratur dapat meningkatkan fungsi tubuh seperti, fungsi jantung dan paru (ketahanan), kebugaran otot dan tulang (fleksibilitas dan integritas tulang), serta kesejahteraan psikologis. Selain itu, dapat merangsang penurunan aktivitas saraf simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis yang berakibat pada penurunan hormon adrenalin, norepinefrin dan katekolamin yang

4 menyebabkan rasa lelah pada tubuh manusia (Gillespie, 2006). Penelitian Pratama (2013) menunjukkan bahwa terdapat dampak pada olahragawan atau atlet yang kelelahan mengalami gangguan tidur. Atlet yang seharusnya sehat dan bugar akan mengalami kelelahan, bahkan mendatangkan penyakit bagi atlet itu sendiri. Umumnya seseorang berolahraga agar bugar namun disisi lain mendatangkan penyakit. Program aktivitas fisik terbaik adalah kombinasi olahraga fisik yang menghasilkan berbagai manfaat psikologis dan fisiologis. Selain dari segi fisik, dari segi psikolog juga mendapatkan manfaat dari aktivitas fisik tersebut. Contohnya adalah berenang, jogging, aerobik, dansa, bersepeda dan menggerakkan lengan dan kaki (Einas, 2013). Hasil survei dan wawancara dilakukan oleh peneliti pada bulan November 2016 kepada mahasiswa UKM Tapak Suci UMY sebanyak 5 orang. Berdasarkan studi pendahuluan 4 orang mengatakan susah tidur dan kadang merasa kurang puas saat bangun dari tidur jika pola aktivitas latihannya kurang dan 1 orang mengatakan tidak terjadi gangguan tidur. Selain itu jika jarang latihan mahasiswa UKM Tapak Suci UMY merasa kurang bugar saat bangun dari tidur. Peneliti memilih mahasiswa UKM Tapak Suci sebagai subjek penelitian dikarenakan masih kurangnya studi keperawatan yang mengarah ke bidang olah raga. Dari penelitian Pratama (2013) didapatkan hasil terdapat perbedaan pada orang yang beraktivitas fisik teratur dan tidak teratur. Orang yang beraktivitas teratur akan mendapatkan kualitas tidur yang baik.

5 Berdasarkan latar belakang dan studi pendahuluan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa UKM Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian Apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada mahasiswa UKM Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada mahasiswa UKM Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik responden mahasiswa UKM tapak suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta berupa usia, jenis kelamin dan interval latihan. b. Untuk mengidentifikasi aktivitas fisik pada mahasiswa UKM Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. c. Untuk mengidentifikasi kualitas tidur pada mahasiswa UKM Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

6 d. Untuk menganalisa hubungan aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada mahasiswa UKM Tapak Suci Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu keperawatan Perawat sebagai tenaga kesehatan dengan wawasan yang luas dapat menjadikan bahan penambah pengetahuan tentang aktivitas fisik dengan kualitas tidur. 2. Bagi atlet dan pelatih Atlet dan pelatih dapat menjadikan karya tulis ini sebagai masukan dan menambah ilmu pengetahuan tentang aktivitas fisik dan kualitas tidur. 3. Bagi peneliti Peneliti selanjutnya dapat mengembangkan penelitian yang berhubungan dengan aktivitas fisik dan kualitas tidur pada olahragawan lainnya. E. Penelitian Terkait Beberapa penelitian yang hampir serupa dan berhubungan dengan aktivitas fisik dan kualitas tidur adalah sebagai berikut: 1. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur Perawat di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang (Azis, 2013). Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Penelitian Azis memiliki hasil uji statistik dengan menggunakan chi square didapatkan nilai (4,11) > (3,84) dan p value 0,043 (α= 0,05) yang berarti terdapat hubungan aktifitas fisik dengan kualitas tidur perawat di RSUD Ungaran. Persamaan penelitian Azis

7 dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas aktivitas dan kualitas tidur akan tetapi memiliki perbedaan pada sampel, penelitian ini menggunakan atlet tapak suci sebagai sampel. 2. Analisis Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Ketahanan Fisik Siswa di Sekolah Polisi Negara Batua Makassar Sulawesi Selatan (Sidratulmuntaha et., al, 2013). Penelitian Sidratulmuntaha memiliki hasil uji statistik dengan nilai signifikansi p=0,818 dan r = -0,017 yang berarti terdapat hubungan yang tidak signifikan antara aktivitas fisik dengan ketahanan fisik pada siswa. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada penggunaan variabel, Sidratulmuntaha menggunakan ketahanan fisik sebagai variabel dependen sedangkan peneliti menggunakan kualitas tidur sebagai variabel dependen. 3. Association between Physical Activity and Insomnias among Saudi Female Collage Students (Einas Al-Elisa et., all, 2013). Hasil uji statistik menggunakan pearson correlation menunjukkan nilai signifikansi dengan r =-0,353 dan p=0,149 yang berarti terdapat pengaruh aktivitas fisik dengan penurunan gejala insomnia pada mahasiswa. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada penggunaan variabel, Einas menggunakan insomnia sebagai variabel dependen sedangkan peneliti menggunakan kualitas tidur sebagai variabel dependen.