BAB V KESIMPULAN. Investasi asing menjadi hal yang sangat penting bagi suatu Negara ataupun

dokumen-dokumen yang mirip
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM PENATAAN INVESTASI ASING

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari. nasional, sebagai upaya terus menerus ke arah perubahan yang lebih baik guna

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH KOTA SEMARANG

sektor investasi dalam negeri, namun peningkatan dari sisi penanaman modal asing mampu menutupi angka negatif tersebut dan menghasilkan akumulasi

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN BUPATI REJANG LEBONG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI KABUPATEN REJANG LEBONG BUPATI REJANG LEBONG,

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

KOTA SURAKARTA PRIORITAS DAN PLAFON ANGGARAN SEMENTARA (PPAS) TAHUN ANGGARAN 2016 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 08 TAHUN 2007 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

Perkembangan Penanaman Modal dan Sektor-sektor I Nyoman Karyawan 63

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

BAB.I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 29 TAHUN 2008 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS CEPAT TUMBUH DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Visi dan Misi RPJMD Kabupaten Kediri Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dampak penerapan Tax Holiday (pembebasan pajak) pada penanaman modal asing di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE SELATAN NOMOR: 3 TAHUN 2012 TENTANG

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH BESERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 4 VISI DAN MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATGEI DAN ARAH KEBIJAKAN

Pengarahan KISI-KISI PROGRAM PEMBANGUNAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Sekretariat DPRD Kota Bandung adalah. Dokumen perencanaan untuk periode Tahun 2015, dengan

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Kalimantan Utara Latar Belakang Penyusunan Kebijakan Umum APBD

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

BAB IV STRATEGI PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI KABUPATEN KENDAL

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan hasil-hasil pembangunan dengan jalan meningkatkan dan. memperluas usaha-usaha untuk memperbaiki penghasilan masyarakat.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAPPEDA Planning for a better Babel

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Pemerintah Kabupaten Kayong Utara Tahun 2012

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

DAFTAR ISI PENGANTAR

PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA BATAM BATAM, 8 DESEMBER 2011

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

BAB I PENDAHULUAN. Renstra RS. Ernaldi Bahar Tahun

BAB I PENDAHULUAN. daerahnya. Dalam thesis ini akan ditampilkan data-data tentang peningkatan

BAB V. Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Banjarbaru Tahun Visi

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

1.1. VISI DAN MISI DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KOTA PRABUMULIH. pedoman dan tolak ukur kinerja dalam pelaksanaan setiap program dan

SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN DERAH DALAM PENGUATAN IKLIM USAHA DAN INVESTASI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

DISAIN KEBIJAKAN EKONOMI DALAM ERA OTONOMI DAERAH:

Visi TERWUJUDNYA KOTA JAMBI SEBAGAI PUSAT PERDAGANGAN DAN JASA BERBASIS MASYARAKAT YANG BERAKHLAK DAN BERBUDAYA. Misi

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH

2.1 RPJMD Kabupaten Bogor Tahun

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III OBJEK DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

INDIKATOR KINERJA UTAMA PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. rumusan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi,

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

4.2 Strategi dan Kebijakan Pembangunan Daerah

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB III ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN. Secara jelas telah diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 32

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V PENUTUP. terbuka terhadap masuknya penanaman modal terlihat dari jargon Bela Beli Kulon

BAB V VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT SECARA BERKELANJUTAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN Investasi asing menjadi hal yang sangat penting bagi suatu Negara ataupun daerah untuk menjalankan dan menumbuhkan perekonomiann di daerahnya. Bagi pemerintah daerah Investasi menjadi upaya pemerintah di tingkat daerah untuk meningkatkan perekonomian di daerahnya. Kegiatan penanaman modal merupakan salah satu instrumen dalam rangka peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah maupun nasional. Perkembangan penanaman modal sangat terkait dengan berbagai faktor, yang turut mempengaruhi peningkatan penanaman modal diantaranya adalah potensi sumberdaya alam, infrastruktur penunjang maupun iklim penanaman modal yang kondusif. Ikilim penanaman modal sangat terkait dengan kebijakan dibidang penanaman modal, baik menyangkut peraturan di bidang penanaman modal, maupun peraturan pelaksanaannya Selama ini salah satu faktor yang menghambat peningkatan penanaman modal di Indonesia adalah iklim penanaman modal yang tidak kondusif yang menyebabkan lemahnya daya saing daerah dalam menarik penanaman modal terutama penanaman modal asing. Hal ini disebabkan karena lemahnya penegakan peraturan di bidang penanaman modal yang menyebabkan terjadinya inefisiensi dalam pelayanan penanaman modal kepada investor. Era otonomi menuntut setiap pemerintah daerah (pemda) mandiri dan kreatif, mencari sumber-sumber pembiayaan, serta aktif mencari berbagai peluang yang bisa dijadikan sumber 1

pemasukan kas daerah. Ikilim penanaman modal sangat terkait dengan kebijakan dibidang penanaman modal, baik menyangkut peraturan di bidang penanaman modal, maupun peraturan pelaksanaannya yang akan berdampak pada sistem dan prosedur pelayanan kepada investor. Di Daerah istimewa Yogyakarta, investasi asing menjadi salah satu hal yang penting dalam menopang perekonomian di daerah. Maka dari itu pada beberapa tahun terakhir peluang investasi terbuka lebar bagi para investor. Investasi asing dijadikan pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu penopang berjalannya perekonomian daerah. Daerah istimewa Yogyakarta bukan merupakan salah satu daerah industry dan metropolitan di Indonesia, namun Daerah istimewa Yogyakarta tetap berusaha menarik para investor asing untuk menanamkam modalnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berbagai macam kendala dan hambatan menjadi tantangan bagi pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam meningkatkan investasi asing di daerah. Beberapa hambatan dan kendala tersebut merupakan faktor utama yang turut mempengaruhi peningkatan penanaman modal, diantaranya : 1. Sumber daya manusia Ketersediaan tenaga kerja tergolong cukup memenuhi berjalannya perekonomian. Namun, jumah tenaga kerja tersebut berada pada bidang pertanian khususnya dalam bidang pertanian tradisional yang tingkat produktivitasnya tergolong rendah, dibandingkan dengan tenaga kerja yang masuk kedalam bidang 2

non pertanian. Padahal pada sektor industri dan jasa dibutuhkan tenaga kerja dengan produktivitas yang lebih tinggi. 2. Sarana dan prasarana Meskipun ketersediaan sarana dan prasaran di Daerah Istimewa Yogyakarta telah meningkat, ketersediaan prasarana dasar di daerah Yogyakarta belum memenuhi kebutuhan ataupun tuntutan kualitas pelayanan yang terus meningkat. 3. Rendahnya Kualitas Belanja Daerah Peran serta pemerintah daerah masih tergolong rendah dalam masalah investasi, hal ini terlihat dari masih relatif rendahnya rasio belanja modal pemerintah daerah terhadap total belanja 4. Pengendalian Jumlah Penduduk Cepatnya pembangunan perkotaan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Keadaan ini menimbulkan kurang terkendalinya pembangunan dan pengem bangan di beberapa kawasan. Oleh karena itu, tantangan yang dihadapi adalah mengendalikan laju pertambahan penduduk, terutama penduduk perkotaan, sekaligus mengendalikan pembangunan dan pengembangan kota. 5. Masalah Koordinasi Belum mantapnya kemampuan aparatur di daerah serta belum serasinya koordinasi antarlembaga dalam mengelola pembangunan. 3

6. Bencana Alam Keberadaan gunung merapi sebagai gunung teraktif di dunia memberikan ancaman yang kapan saja bisa melanda kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, bencana gempa bumi juga kapan saja bisa melanda Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak bisa diprediksi kapan terjadinya. 7. Masalah keamanan Kasus pencurian, terutama kendaraan bermotor dan kasus penyalahgunaan narkoba merupakan tindak kriminalitas yang meresahkan masyarakat. Kedua kasus tersebut jumlahnya cukup besar, bahkan untuk kasus penyalahgunaan narkoba mengalami kecenderungan meningkat. Namun, meskipun dengan berbgai hambatan yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakrta, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakrta mampu meningkatkan angka investasi asing. Hal ini semakin terlihat ketika memasuki tahun 2008. Angka investasi asing menunjukan peningkatan yang cukup tinggi di bandingkan tahun-tahun sebelumnya. 4

Grafik 5.1 Pertumbuhan Investasi Asing di Daerah Istimewa Yogyakarta Keberhasilan pemerintah daerah Daerah istimewa Yogyakarta merupakan kerja keras dari pemerintah di tingkat daerah yang berusaha terus meningkatkan berbagai kualitas yang mampu memberikan dorongan bagi peningkatan iklim invetasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan berbagai kendala dan hambatan yang menjadi masalah terdapat peningkatan investasi asing tidak menjadikan iklim investasi asing di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan. Namun pada beberapa tahun terakhir justru mengalami paeningkatan yang cukup tinggi. Hal ini bisa terwujud karena adanya regulasi atau kebijakan-kebijakn yang mampu mendorong peningkatan angka investasi asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu peran dari kepala daerah serta pemerintah daerah yang 5

cukup optimal juga membeerikan kontribusi yang baik dalam terselenggaranya iklim investasi asing di daerah Istimewa Yogyakarta. Keberhasilan peningkatan investasi asing dipengaruhi oleh adanya regulasi yang memberikan dukungan terhadap investasi asing. Regulasi atau kebijakankebijakan tersebut memberikan iklim investasi yag baik bagi Daerah Istimewa Yogyakarta sehi6ngga memberikan daya tarik bagi para investor. Selain itu, peran dari kepala daerah serta pemerintah daerah dalam upaya peningkatan investasi asing juga sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan adanya berbagai upaya, strategi serta rencana yang mampu memberikan dukungan terhadap terwujud6nya peningkatan investasi asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu undangundang keistimewaan yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan kewenangan khusus kepada kepala daerah, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap peningkatan investasi asing. Jika dilihat dari adanya peningkatan investasi asing yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta, peningkatan angka investasi asing terjadi karena adanya factor utama yaitu dengan adanya berbagai macam regulasi yang mendukung investasi asing di di daerah. Penin6gkatan angka investasi asing yang dimulai ketika memasuki tahun 2008 di dukung oleh adanya berbagai regulasi di tingkat daerah. Diantaranya adala dengan adanya Peraturan Gubernur Nomor 58 Tahun 2008 tentang tentang Rincian Tugas dan Fungsi Badan dan Unit Pelaksana pada Badan kerjasama dan Penanaman Modal. Pembentukan badan ini merupakan wujud dari komitmen pemerintah daerah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif dalam memberi pelayanan 6

dan kepastian berusaha bagi investor. Fungsi Badan dan Unit Pelaksana Teknis pada Badan Kerjasama dan Penanaman Modal, bertugas untuk melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah dalam bidang kerjasama dan menanaman modal. Dalam memenuhi kebutuhan dan perkemebangan penanaman modal, peraturan ini beberapa kali perubahan. Yaitu dengan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 39 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 58 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Badan dan Unit Pelaksana Teknis Pada Badan Kerjasama dan Penanaman Modal. Kemudian diubah kembali dengan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 49 Tahun 2010 Tentang Rincian Tugas Dan Fungsi Badan Dan Unit Pelaksana Teknis Pada Badan Kerjasama Dan Penanaman Modal. Disamping oeraturan tersebut terdapat pula Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2009 2013. Dengan salah satu misi yang menitik beratkan pada bidang ekonomi menjadikan pemerintah di tingkat daerah berusaha untuk lebih meningkatkan potensi-potensi ekonomi yang ada. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah khususnya Badan Pembanguan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah lebih mendorong peran dari badan-badan di tingkat kabupaten yang bertugas menangani masalah kerjasama dan penanaman modal untuk lebih mengoptimalkan pelayanan guna lebih meningkatkan angka investasi asing di tingkat kabupaten atau kota. Selai6n itu berdasarkan misi yang tertuang dalam peratuaran tersebut dibutuhkan 7

dukungan penanaman modal khususnya penanaman modal Non Pemerintah atau swasta sangat diperlukan. Untuk itu, rencana pembangunan daerah tersebut secara tidak langsung membawa peluang bagi para investor untuk berinvestasi di Yogykarta. Dengan adanya Peraturan Daerah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mengenai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah menjadi jembatan bagi para investor untuk menanamkan modalnya di daerah istimewa Yogyakarta. Kemudian dengan adanya Peraturan Daerah Daerah Istimewa yogyakarta nomor 8 tahun 2014 tentang perubahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2012-2017, yang merupakan uraian dari Rencana Strategis pelaksanaan arah kebijakan Pemerintah Daerah selama kurun 5 tahun Dengan berpedoman pada RPJMD Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017, prioritas pembangunan yang disasarkan oleh Badan Kerjasamadan Penanaman Modal DIY adalah pada misi kedua yakni Menguatkan perekonomian daerah yang didukung dengan semangat kerakyatan, inovatif dan kreatif disertai peningkatan daya saing pariwisata guna memacu pertumbuhan ekonomi daerah yang berkualitas dan berkeadilan. Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia sebagai badan yang memiliki keterkaitan kerja dengan BKPM Daerah Istimewa Yogyakarta di tingkat nasional, telah menetapkan visinya yaitu Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Indonesia. sesuai dengan visi yang telah ditetapkan tersebut, Selain regulasi atau kebijakan tersebut, terdapat pula Peraturan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 4 Tahun 2013 adalah peraturan daerah 8

yang, membahas tentang pemberian insentif dan kemudahan penanaman modal. Pemberian insentif merupakan dukungan pemerintah terhadap penanaman modal dalam rangka mendorong peningkatan penanaman modal, Sedangkan kemudahan dimaksud adalah peran pemerintah dalam menciptakan infrastruktur yang baik guna mendukung itu. Selain itu, yang terpenting dari adanya peraturan tentang pemberian insentif dan kemudahan penanaman modal adalah meningkatkan perekonomian daerah, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, mendorong meningkatnya investasi, mendorong pengembangan kawasan industri dan lainnya. Peran actor ditingkat pemerintah daerah juga merupakan salah satu factor pendukung utama dalam terwujudnya peningkatan angka investasi asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. U6ndang-U6ndang Keistimewaan yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki kewenangan tersendiri bagi kepala daerah untuk mendukung investasi asing di Daerah istimewa Yogyakarta. Kepala Daerah atau gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta mampu melahirkan kebijakan yang mampu memberikan dukungan terhadap investasi asing. Namun kebijakan tersebut tetap harus sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Dalam era otonomi daerah, peran serta kepala daerah dan pemerintah daerah juga memberika6n efek positif terhadap peningkatan investasi asing si Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan adanya era otonomi daerah yang diperkuat dengan adanya undang-undang otonomi daerah menjadikan kepala daerah dan pemerintah daerah memeliki wewenang untuk mengatur daerahnya demi kemajuan pembangunan. Atas dasar tersebut menjadikan wewenang kepla daerah 9

dan pemerintah daerah menjadi lebih tinggi. Namun kewenangan tersebut harus tetap sesuai dengan undang-undang yang sudah ditetapkan. Dengan adanya peningkatan investasi asing di Daerah Istimewa Yogyakarta yang di dukung dengan adanya regulasi yang mendukung investi asing serta adanya peran serta pemerintah di tingkat daerah, menjadi bukti bahwa kendala dan hambatan yang dimiliki oleh Daerah Istimewa Yogyakarta dalam peningkatan investasi asing bisa di atasi. Ini menjadi salah satu penemuan baru, bahwa peningkatan investasi asing di Daerah Istimewa Yogyakarta tercapai karena adanya regulasi yang mendukung investasi asing serta peran pemerintah di daerah yang sangat optimal. Pada penelitian-penelitian yang pernah dilakukan di beberapa daerah, ditemukan bahwa dukungan infrastruktur atau sarana dan prsarana sebagai pendukung investasi asing di daerah. Selain itu terdapat pula bahwa tata letak daerah yang strategis juga menjadi factor pendukung investasi asing di daerah. Namun, bagi daerah Istimewa Yogyakarta dengan keterbatsan infrastruktur atau sarana dan prasrana serta letak geografis ya6ng tidak terlalu strategis, tidak menjadikan angka investasi asing di Daerah Istimewa Yogyakarta tidak mengalami peningkatan. dengan adanya regulasi serta peran pemerintah di daerah justru mampu memberikan kontribusi bagi peningkatan angka investasi asing di Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga, dengan demikian bahwa selain masalah infrastruktur atau sarana dan prasarana serta letak geografis suatu daeah, regulasi dan peran serta pemerintah daerah merupakan faktor utama dalam upaya mewujudkan peningkatan investasi asing di daerah. 10