BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. diseluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. penyempitan pembuluh darah, penyumbatan atau kelainan pembuluh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TEKANAN DARAH PEGAWAI DI KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI SUMATERA BARAT TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. kanan/left ventricle hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target organ di otak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dapat timbul akibat perkembangan jaman. adalah gaya hidup tidak sehat yang dapat memicu munculnya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM


FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang diangkut oleh darah. Penyakit ini bukan merupakan. penyakit syaraf namun merupakan salah satu penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB I PENDAHULUAN. begitu pula dengan permasalahan kardiovaskuler dan DM (Marliyanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan degenerasi organ tubuh yang dipengaruhi gaya hidup. Gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN STROKE DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi yang biasa disebut sebagai silent

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. beban yang luar biasa secara global pula.menurut Lawes et al., disability-adjusted life years (DALY) terkait dengan tekanan darah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

Transkripsi:

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi membunuh hampir 8 juta orang setiap tahun di seluruh dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahun ada di daerah Asia Tenggara. Sekitar sepertiga dari populasi orang dewasa di Asia Tenggara termasuk Indonesia memiliki tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas normal, yaitu 140/90 mmhg. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 prevalensi hipertensi secara nasional mencapai 31,7%. Prevalensi hipertensi secara nasional berdasarkan pengukuran termasuk kasus yang sedang minum obat adalah 32,2%. Prevalensi tertinggi ditemukan di Provinsi Kalimantan Selatan (39,6%) sedangkan terendah di Papua Barat (20,1%). Sedangkan prevalensi hipertensi nasional berdasarkan pengukuran adalah 28,3% dan provinsi dengan prevalensi tertinggi tetap Kalimantan Selatan (35,0%), yang terendah juga tetap Papua Barat (17,6%) (Rahajeng & Sulistyowati, 2009). Sedangkan menurut Profil Kesehatan Kota Banjarmasin Tahun 2012 hipertensi essensial yang berobat ke puskesmas adalah 78.805 orang atau sekitar 19,8% dari penduduk yang berumur 20-75 tahun. Hipertensi merupakan penyakit yang sangat berbahaya, karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai peringatan dini. Kebanyakan orang merasa sehat dan energik walaupun hipertensi. Keadaan ini tentunya sangat berbahaya, yang dapat menyebabkan kematian mendadak pada masyarakat. Hipertensi dan komplikasinya dapat dicegah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan faktor risiko (Depkes, 2012). Terjadinya pergeseran pola makan di kota-kota besar dari 1

pola makan tradisional ke pola makan barat yang komposisinya terlalu tinggi kalori, banyak protein, lemak dan gula tetapi rendah serat menimbulkan ketidakseimbangan konsumsi gizi, merupakan faktor risiko untuk terjadinya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, hipertensi, jantung koroner dan masalah kesehatan lain (Wiardani et al., 2007). Faktor risiko hipertensi dapat dibedakan atas faktor yang tidak dapat dikontrol (seperti keturunan, jenis kelamin, dan umur) dan yang dapat dikontrol (seperti kegemukan, kurang olahraga, merokok, serta konsumsi alkohol dan garam). Penderita hipertensi yang sangat heterogen membuktikan bahwa penyakit ini bagaikan mosaik, diderita oleh orang banyak yang datang dari berbagai subkelompok berisiko didalam masyarakat. Hal tersebut juga berarti bahwa hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat endogen seperti neurotransmitter, hormon dan genetik, maupun yang bersifat eksogen seperti rokok, nutrisi dan stressor (Sigarlaki, 2006). Asupan makanan dengan kandungan lemak dan natrium yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Asupan kalium yang meningkat akan menurunkan tekanan darah pada beberapa kasus. Kalium didalam tubuh berfungsi untuk memelihara keseimbangan garam dan cairan serta mengontrol tekanan darah yang normal. Individu dengan hipertensi pada umumnya mengkonsumsi sedikit kalsium. Bila dalam diet ditambahkan kalsium harian 1000 mg, maka tekanan darah akan menurun pada individu yang hipertensi ringan dan sedang (Nugraheni et al., 2008). WHO (2011) juga menganjurkan untuk mencegah dan mengontrol tekanan darah dengan mengurangi dan mengelola stres, makanan yang sehat yang terdiri dari banyak buah dan sayuran segar yang menyediakan nutrisi seperti potassium dan serat, membatasi asupan natrium, menyadari bahwa banyak makanan olahan yang tinggi natrium, membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh, menjaga berat badan ideal, melakukan aktifitas secara fisik, menghindari rokok, menghindari penggunaan alkohol, memeriksakan secara teratur tekanan darah, mencegah dan menangani kondisi medis lainnya seperti diabetes karena sekitar 60% orang yang mengidap diabetes juga memiliki tekanan darah tinggi. 2

Menurut Mustamin (2010) sumber utama natrium atau sodium di negaranegara barat adalah garam dapur. Akan tetapi di Indonesia, disamping garam dapur, ikan asin dan yang lebih potensial adalah monosodium glutamat (MSG/Vetcin) Natrium, jika dikonsumsi lebih banyak akan meretensi lebih banyak air untuk mempertahankan pengenceran elektolit, sehingga cairan intenstin bisa terakumulasi dan volume plasma meningkat. Peningkatan volume plasma dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah, terutama bila fleksibilitas pembuluh darah menurun oleh aterosklerosis. Sedangkan menurut Rinto et al., (2009) peningkatan kandungan garam pada ikan asin dapat disebabkan oleh adanya penggaraman kembali oleh para pedagang selama penyimpanan. Bertambahnya kandungan garam pada daging ikan dapat menambah daya awet ikan asin. Standar Nasional Indonesia (SNI) mensyaratkan kadar garam tidak lebih dari 20 %. Kadar garam yang tinggi dapat memicu timbulnya hipertensi pada beberapa orang. Hasil uji kadar garam dari beberapa iwak karing yang beredar di Banjarmasin menunjukkan angka lebih dari 20% hal ini dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah bagi yang mengkonsumsinya. Jika tekanan darah tergolong tinggi, segera konsultasi pada dokter dan lakukan diet DASH (Dietary Approach to Stop Hypertension) yang menyajikan menu makanan kaya akan sumber kalium, magnesium, kalsium, serat sayur maupun buah dan susu. Juga lakukan pembatasan makanan yang mengandung tinggi lemak jenuh, kolesterol, garam, gula, kopi dan minuman keras (Gunawan,2013). Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan pola makan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin. B. Perumusan Masalah Apakah ada hubungan pola makan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin? 3

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui faktor risiko pola makan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin. b. Mengetahui faktor risiko yang dominan terhadap kejadian hipertensi di Puskesmas Letnan Jenderal TNI Anumerta Siswondo Parman Kota Banjarmasin. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain : 1. Peneliti Penelitian ini untuk menambah pengetahuan mengenai faktor risiko hipertensi seperti konsumsi iwak karing, konsumsi natrium, konsumsi susu dan konsumsi buah dan sayur serta mengetahui pencegahan dan penanggulangan hipertensi. 2. Penyandang hipertensi Penelitian ini diharapkan untuk memberikan informasi tentang faktor risiko kejadian hipertensi pada pasien rawat jalan puskesmas. 3. Puskesmas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terhadap faktor risiko hipertensi yang diteliti, sehingga diharapkan dapat menyusun perencanaan kesehatan untuk pencegahan dan penanggulangan kejadian hipertensi yang lebih baik. 4. Dinas Kesehatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu informasi bagi Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, selanjutnya dapat membangun kerja sama lintas 4

sektor dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyandang hipertensi di Kota Banjarmasin. E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang faktor-faktor yang menpengaruhi terjadinya hipertensi yang sudah pernah dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini. Tabel 1 Keaslian Penelitian No Peneliti Persamaan Perbedaan 1 Malonda et al., (2012) Variabel Terikat Variabel bebas seperti pola Judul : Pola makan dan konsumsi : Hipertensi makan (asupan lemak, asupan alkohol sebagai faktor risiko Variabel bebas : kalium, asupan kalsium) dan hipertensi pada lansia di Kota konsumsi garam konsumsi alkohol. Tomohon Rancangan Variabel bebas lain adalah Hasil : hasil uji statistik signifikan penelitian Case obesitas, stres, merokok, terhadap asupan lemak (OR 3,03), Control Study. riwayat keluarga Konsumsi alkohol (OR 2,79). Hasil uji bivariat, obesitas ada pengaruh yang bermakna (OR 0,003) namun dimasukkan dalam uji multivariat secara statistik obesitas tidak bermakna. Hasil uji statistik pada asupan natrium, asupan kalium, asupan kalsium, riwayat keluarga, merokok dan stress diperoleh nilai p>0,5 sehingga tidak signifikan. 2 Sigarlaki, (2006) Variabel bebas : Rancangan Judul : Karakteristik dan faktor Konsumsi penelitian: 5

yang berhubungan dengan garam. Deskripitif cros-sectional. hipertensi di Desa Bocor, Variabel terikat : Variabel bebas : Kecamatan Bulus Pesantren, Hipertensi Tingkat pendidikan, Kabupaten Kebumen, Jawa Pengambilan pekerjaan, jumlah Tengah. sampel : anak Hasil : hipertensi terbanyak yang accidental diderita masyarakat desa Bocor, sampling. Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah adalah hipertensi grade I (53,93%). Faktor yang berhubungan yaitu: umur (28,43 %), jenis kelamin (30,39%), tingkat penghasilan (51,95%), tingkat pendidikan (35,29%), pekerjaan (44,11%), dan jumlah anak (42,15%), serta faktor makanan (29,41%). 3 Ernitasari et al.,(2009) Variabel bebas : Rancangan Penelitian : Judul : Hubungan antara pola Konsumsi observasional dengan makan dan Rasio Lingkar garam. rancangan belah lintang. Pinggang Panggul (RLPP) dengan Variabel terikat : Variabel Bebas : pola makan, tekanan darah Hipertensi asupan kalium, RLPP. Hasil Penelitian : Ada hubungan bermakna antara pola makan bahan makanan tertentu (sayur-sayuran (0,003), buah-buahan (0,005) dan susu (0,014) dan lain-lain (0,010), asupan natrium (0,001), asupan kalium (0,007) dan RLPP (0,009). 6

4 Das et al., (2005) Judul : Studi survei masyarakat perkotaan di India: Kecenderungan tingginya prevalensi hipertensi di negara berkembang. Hasil Penelitian : menunjukkan tingkat pra hipertensi tekanan darah 35,8% dari peserta dalam kelompok sistolik (120-139mm Hg) dan 47,7% pada kelompok diastolik (80-89 mm Hg). Tekanan sistolik hipertensi (140 mm Hg) ada 40,9% dan hipertensi diastolik (90 mm Hg) ada 29,3% dari peserta. Untuk usia dan jenis kelamin menunjukkan kenaikan progresif sistolik dan diastolik hipertensi pada wanita bila dibandingkan dengan pria. Analisis bivariat menunjukkan hubungan yang signifikan hipertensi dengan usia, pekerjaan menetap, indeks massa tubuh (IMT), diet, penyakit jantung iskemik, dan merokok. Analisis multivariat menunjukkan usia dan BMI sebagai faktor risiko, dan diet non-vegetarian sebagai faktor protektif terhadap hipertensi. Prevalensi prehipertensi adalah Variabel Terikat : Hipertensi Rancangan penelitian: Deskriptif crossectional Variabel bebas : usia, berpindah-pindah pekerjaan, indeks massa tubuh, pola makan, penyakit jantung iskemik, dan merokok. 7

tinggi antara subjek yang lebih muda terutama mahasiswa dan buruh yang membutuhkan perhatian khusus. 8