BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi pemerintahan yang profesional dan berkinerja tinggi. Instansi pemerintah dituntut untuk bisa melaksanakan aktivitasnya dengan penuh integritas, akuntabel, transparan, dan efisien. Oleh karena itu, aktivitas pemerintah harus diawasi untuk memastikan apakah pemerintah sudah akuntabel kepada masyarakat, apakah sudah transparan dalam aktivitasnya, dan apakah sumber daya dikelola dengan baik (Egbide dan Agbude, 2012). Untuk mendukung hal tersebut, pengawasan dari auditor intern pemerintah diperlukan pada semua tingkatan instansi pemerintah. Peran audit intern sejatinya adalah mengevaluasi dan menyediakan jaminan yang wajar bahwa manajemen risiko, pengendalian, dan sistem pemerintahan berfungsi sebagaimana yang diharapkan serta membantu organisasi untuk mencapai tujuan dan cita-citanya (Alattom, Saat, dan Idris, 2013). Auditor intern yang efektif mampu mengidentifikasi risiko dan proses yang tidak efisien serta mengusulkan tindakan koreksi yang diperlukan. Auditor intern juga dapat memberikan penilaian tentang efektivitas pengendalian intern di suatu instansi. Hal ini sesuai dengan perkembangan audit intern sendiri yang mengarah pada efektivitas dalam tiga hal yakni tata kelola yang baik, pengendalian intern, dan manajemen risiko (Reding, Sobel, Anderson, Head, Ramamoorti, dan Ridle, 2013). Sesuai Pasal 49 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008, auditor intern pemerintah disebut dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), 1
2 inspektorat jenderal, inspektorat propinsi, dan inspektorat kabupaten/kota. Dalam konteks organisasi pemerintah daerah, inspektorat daerah yang terdiri dari inspektorat propinsi dan inspektorat kabupaten/kota merupakan APIP bagi pemerintah daerah. Inspektorat daerah melaksanakan kegiatan pengawasan intern di lingkungan organisasi pemerintah daerah untuk memperkuat dan menunjang efektivitas sistem pengendalian intern dengan melakukan kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. Sebagai auditor intern pemerintah daerah, inspektorat daerah harus bisa memberi bantuan kepada organisasi di pemerintah daerah dalam menilai risikorisiko yang menghambat pencapaian tujuannya. Inspektorat daerah juga harus bisa memberi alternatif terhadap peningkatan efisiensi dan efektivitas sistem pengendalian intern pemerintahan daerah. Kelemahan-kelemahan manajemen harus bisa dideteksi sejak dini karena bisa berdampak pada pelanggaran hukum oleh pejabat di unit kerja daerah. Peran inspektorat daerah juga sangat strategis dalam meningkatkan mutu laporan keuangan pemerintah daerah dan mendeteksi atau meminimalisasi penyimpangan pengelolaan keuangan daerah. Peran inspektorat daerah dalam melakukan audit, reviu, dan kegiatan pengawasan lainnya diharapkan efektif dan bisa dirasakan manfaatnya oleh organisasi di pemerintah daerah. Beberapa kasus yang muncul di daerah mempertanyakan efektivitas dari pengawasan yang dilakukan inspektorat daerah. Inspektur Jenderal Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan bahwa banyaknya kepala daerah yang tersangkut kasus hukum ditengarai karena kurangnya pemahaman mengenai konsep
3 pemerintahan yang baik dan bersih. Oleh karena itu, inspektorat seharusnya bisa mendeteksi sejak dini segala permasalahan administrasi pemerintah daerah (sumber: republika.co.id, 15 Juli 2014). Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Perwakilan Propinsi Lampung juga sempat mengkritik peran lembaga inspektorat. Menurut BPK, peran inspektorat dalam pemerintah daerah di Propinsi Lampung masih lemah. Peran inspektorat belum maksimal karena diisi dengan pegawai yang kurang kompeten di bidangnya (sumber: radarlampung.co.id, 7 Juli 2014). Kondisi inspektorat yang masih belum efektif juga terlihat dalam penilaian atas tingkat kapabilitas APIP yang dilakukan oleh BPKP dengan menggunakan model Intern Audit Capability Model (IA-CM) di Tahun 2014. Dalam laporan tersebut, diketahui bahwa 404 inspektorat kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah (85,23%) berada pada level-1, 69 inspektorat (14,56%) berada pada level-2, dan baru 1 inspektorat (0,21%) yang berada pada level-3 (sumber: bpkp.go.id, 13 Mei 2015). Kondisi inspektorat yang sebagian besar berada pada level-1 menunjukkan bahwa inspektorat belum efektif dan belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai peraturan serta belum dapat mencegah korupsi di intansi pemerintah. Sejumlah penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas organisasi auditor intern sektor publik. Penelitian sebelumnya menghasilkan sejumlah hal penting dan dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Baharud-din, Shokiyah, dan Ibrahim (2014) meneliti faktor-faktor yang mendukung efektivitas auditor intern sektor publik di Putrajaya, Malaysia.
4 Hasilnya menunjukkan bahwa kompetensi auditor, independensi, dan dukungan manajemen merupakan faktor yang mempengaruhi efektivitas auditor intern pemerintah. Cohen dan Sayag (2010) meneliti faktor faktor yang mempengaruhi efektivitas auditor intern pada organisasi sektor privat dan sektor publik di Israel. Hasilnya adalah dukungan manajemen puncak, kualitas kerja auditor, dan independensi berpengaruh terhadap efektivitas audit, sedangkan kenaikan karir auditor dan kecakapan profesional tidak berpengaruh apapun. Di Indonesia, penelitian untuk mengidentifikasi efektivitas organisasi auditor intern sektor publik dilakukan oleh Naufal (2015) untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas auditor intern pemerintah daerah kabupaten se- Jawa Tengah menurut persepsi auditor inspektorat. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa keahlian profesional, independensi organisasi auditor, kenaikan karir auditor, serta dukungan manajemen puncak tidak memiliki pengaruh signifikan, sedangkan kualitas kerja auditor memberikan pengaruh yang signifikan kepada efektivitas inspektorat daerah. Mengacu pada teori efektivitas organisasi yang dikemukakan oleh Steers (1985), efektivitas organisasi dipengaruhi oleh 4 faktor yaitu karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan, karakteristik pekerja, dan kebijakan/praktik manajemen. Kebijakan/praktik manajemen merupakan kebijakan-kebijakan yang secara jelas membawa organisasi ke arah tujuan yang diinginkan. Karakteristik ini terdiri dari beberapa aspek antara penyusunan tujuan strategis, proses komunikasi, kepemimpinan, dan pengambilan keputusan. Pada penelitian Naufal (2015),
5 variabel-variabel yang mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah hanya mencakup 3 faktor yaitu karakteristik organisasi, karakteristik lingkungan, dan karakteristik pekerja. Pada penelitian ini, peneliti menambahkan variabel kepemimpinan sebagai karakteristik kebijakan/praktik manajemen yang mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah. Pemilihan Propinsi Jawa Timur dalam penelitian dengan pertimbangan bahwa sebanyak 5 inspektorat daerah sudah berada di level 2 dan hendak meningkat menuju level 3 menurut kategori Intern Audit Capability Model (IA-CM). Sisanya sebanyak 34 inspektorat daerah masih berada di level 1. Inspektorat level 2 berarti inspektorat sudah merencanakan audit sesuai prioritas manajemen, membangun dan memelihara proses secara berulang-ulang untuk meningkatkan kemampuan pengawasannya serta sudah memiliki aturan tertulis mengenai pelaporan kegiatan pengawasan intern, infrastuktur manajemen, administrasi, dan praktik profesional kegiatannya. Bila dikaitkan dengan visi Reformasi Birokrasi Tahun 2010-2025, sesuai Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010, yaitu terwujudnya pemerintahan kelas dunia yang clean government, pemerintah membutuhkan kapabilitas APIP yang memadai dengan peran yang efektif sesuai praktik terbaik yang berlaku secara internasional. Penelitian ini juga diharapkan bisa membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang membuat inspektorat daerah menjadi efektif. Dengan latar belakang tersebut, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian untuk mengetahui variabel-variabel yang mendukung efektivitas inspektorat daerah menurut persepsi auditor inspektorat daerah, khususnya di
6 Propinsi Jawa Timur. Oleh karena itu, judul penelitian ini adalah: Determinan Efektivitas Inspektorat Daerah (Studi atas Persepsi Auditor Intern Pemerintah Daerah Se-Jawa Timur). 1.2. Perumusan Masalah Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah menurut persepsi auditor intern pemerintah daerah di Propinsi Jawa Timur. Pertanyaan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah independensi organisasi mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah? 2. Apakah dukungan manajemen puncak mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah? 3. Apakah kepemimpinan mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah? 4. Apakah keahlian profesional auditor mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah? 5. Apakah standar audit mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah? 6. Apakah independensi organisasi, dukungan manajemen puncak, kepemimpinan, keahlian profesional auditor, dan standar audit secara bersama-sama mempengaruhi efektivitas inspektorat daerah? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh independensi organisasi terhadap efektivitas inspektorat daerah. 2. Pengaruh dukungan manajemen puncak terhadap efektivitas inspektorat daerah. 3. Pengaruh kepemimpinan terhadap efektivitas inspektorat daerah.
7 4. Pengaruh keahlian profesional auditor terhadap efektivitas inspektorat daerah. 5. Pengaruh standar audit terhadap efektivitas inspektorat daerah. 6. Pengaruh simultan independensi organisasi, dukungan manajemen puncak, kepemimpinan, keahlian profesional auditor, dan standar audit terhadap efektivitas inspektorat daerah. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk praktisi maupun untuk akademisi dalam penelitian serupa selanjutnya. 1. Manfaat akademis Penelitian ini kami harapkan dapat menambah referensi dan tambahan informasi atau masukan kepada peneliti lain yang ingin mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi efektivitas auditor intern di Indonesia, khususnya di inspektorat daerah. Selain itu, bagi penulis, penelitian ini diharapkan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan penulis tentang auditor intern di sektor publik. 2. Manfaat praktis Tujuan praktis penelitian ini kami harapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah daerah, khususnya di Jawa Timur, mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas organisasi inspektorat daerah dalam melaksanakan pengawasan intern di pemerintah daerah. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas pengendalian intern sektor publik di Indonesia.