BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Representasi Budaya Masyarakat Lokal dan Politik Identitas Desa Adat Kuta dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang luas, besar, dan memiliki keanekaragaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya tumbuh berbagai Suku, Agama, dan bahasa daerah berbeda sehingga

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Sistem irigasi subak merupakan warisan budaya masyarakat Bali. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. sebuah permasalahan penataan ruang yang hampir dihadapi oleh semua

PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PERIMBANGAN KEUANGAN KABUPATEN DAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai. Budaya dan nilai-nilai yang dipandang baik dan dijunjung tinggi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 43 TAHUN 2006 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. menarik orang mendatangi kota. Dengan demikian orang-orang yang akan mengadu nasib di

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I BALI NOMOR 3 TAHUN 1991 T E N T A N G PARIWISATA BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. ranah pemerintah daerah seperti Desa Pakraman kebijakan tentang hak-hak

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ekonomi masyarakat senantiasa berawal dari adanya target pemenuhan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Peran Desa Adat Kuta dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia (Studi Tentang Eksistensi Desa Adat pada Masyarakat Perkotaan)

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan di Provinsi Bali memiliki keunikan dalam mengelola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

EKSISTENSI LEMBAGA PERKREDITAN DESA SETELAH DIKELUARKANNYA UNDANG UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

Pembangunan di pedesaan adalah bagian dari proses pembangunan. nasional yang bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGURUS DAN PENGAWAS INTERNAL LEMBAGA PERKREDITAN DESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. alam yang luar biasa yang sangat berpotensi untuk pengembangan pariwisata dengan

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2015 TENTANG KEWASPADAAN DINI MASYARAKAT GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebudayaan merupakan corak kehidupan di dalam masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran. Keberadaan pendidikan yang sangat penting tersebut telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indra Jaya, 2014 Kesenian Janeng Pada Acara Khitanan Di Wonoharjo Kabupaten Pangandaran

BUPATI ENREKANG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ENREKANG NOMOR 1 TAHUN 2016

I. PENDAHULUAN. Manusia mengalami perubahan tingkat-tingkat hidup (the life cycle), yaitu masa

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA PERKREDITAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

POTENSI USAHA KERAJINAN TUMANG BOYOLALI SEBAGAI PENDEKATAN PEMBANGUNAN PEDESAAN YANG BERTUMPU PADA KEGIATAN USAHA KECIL

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN UKDW. terhadap pencapaian tujuan perusahaan. lain likuiditas perusahaan itu sendiri. Menurut Mamduh et al.

BAB VI KESIMPULAN. Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik wisata tersebut berada mendapat pemasukan dan pendapatan.

BAB I PENDAHULUAN. cukup potensial, yang mampu mendatangkan devisa yang cukup besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, salah satu keunikan yang dimiliki adalah eksistensi desa pakraman,

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN HAK MASYARAKAT HUKUM ADAT

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

DISFUNGSIONAL PERAN KARANG TARUNA DALAM PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG CIREUNDEU

VISI MISI PASANGAN CALON BUPATI WAKIL BUPATI KABUPATEN PEKALONGAN PERIODE TAHUN H. RISWADI DAN HJ. NURBALISTIK

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bali merupakan propinsiyang masyarakatnya menganut sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sudah dilanda dengan modernitas. Hal ini menyebabkan kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan. Hal tersebut tertuang dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara di dunia termasuk Indonesia, di mana modernisasi sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang bersifat universal. Di

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payung Geulis Nova Juwita, 2014 Analisis Estetik Payung Geulis Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia, pariwisata telah dianggaap sebagai salah satu sektor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kehidupan manusia baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki culture yang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa Adat Kuta sebagaimana desa adat lainnya di Bali, merupakan suatu lembaga adat yang secara tradisi memiliki peran dalam mengorganisasi masyarakat dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan, kepercayaan kepada leluhur serta kegiatan-kegiatan adat yang bercorak Hindu (Pitana, 1994: 139). Sebagai sebuah lembaga kemasyarakatan yang bersifat tradisional, Desa Adat Kuta dan juga desa-desa adat lainnya di Bali memiliki pakem-pakem yang mencirikan bahwa desa adat tersebut merupakan suatu lembaga yang bersifat tradisional serta memiliki ciri khas yang membedakannya dengan tipe desa yang lainnya. Kekhasan yang dimiliki oleh desa adat, khususnya Desa Adat Kuta nampak pada sistem sosial masyarakatnya. Sifat tradisional yang masih sangat menjunjung tinggi nilai-nilai komunal serta dilandaskan pada hukum adat setempat menjadikan Desa Adat Kuta memiliki tata cara pergaulan serta tradisi yang membedakannya dengan kelompok masyararakat lainnya. Sebagaimana yang tertuang dalam Perda No. 06 Tahun 1986 pada pasal 1 huruf e (dalam Dharmayuda, 2001: 17) telah dijelaskan pengertian desa adat yaitu sebagai berikut: Desa adat sebagai desa dresta adalah kesatuan masyarakat Hukum Adat di Provinsi Daerah Tingkat I Bali yang mempunyai satu kesatuan tradisi dan tata krama pergaulan hidup masyarakat Hindu secara turun-temurun dalam ikatan 1

2 kahyangan tiga (kahyangan desa) yang mempunyai wilayah tertentu dan harta kekayaan sendiri serta berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Berdasarkan pengertian tersebut, ada beberapa poin yang dapat dimengerti sebagai identifikasi dari desa adat, yaitu desa adat merupakan kesatuan masyarakat hukum adat yang ada di Provinsi Bali, desa adat memiliki kesatuan tradisi dan tata cara pergaulan hidup masyarakat umat Hindu secara turun-temurun, desa adat berada dalam ikatan kahyangan tiga, memiliki wilayah tertentu, mempunyai harta kekayaan sendiri, dan berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Dari poin-poin tersebut, secara garis besar desa adat dapat diidentifikasi sebagai lembaga tradisional yang bersifat religius sedangkan hal-hal yang berkenaan dengan pengelolaan wilayah, harta kekayaan dan urusan rumah tangga desa adat lainnya merupakan suatu ketentuan lain yang tidak dijelaskan sebagai ciri pokok dari desa adat tersebut. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa hal-hal diluar aspek ritual keagamaan dan adat, budaya dan tradisi adalah aspek sekunder dari peran dan fungsi desa adat. Seiring dengan perkembangan wilayah Kuta sebagai destinasi pariwisata favorit di dunia, menjadikan peran Desa Adat Kuta turut mengalami perkembangan. Kondisi ini dikarenakan berbagai perubahan sosial yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat Kuta sebagai imbas dari perkembangan industri pariwisata. Menyikapi perubahan sosial yang terjadi (baik berupa hambatan dan peluang), Desa Adat Kuta dituntut melakukan perluasan peran untuk tetap mempertahankan eksistensinya di masyarakat, khususnya di masyarakat Desa Adat Kuta. Perluasan peran yang

3 dimaksud adalah Desa Adat Kuta sebagai sebuah lembaga tradisional yang berkembang tidak hanya melaksanakan fungsi pokok dari sebuah desa adat yang berkaitan dengan tradisi dan keagamaan, tetapi juga berperan dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia di Desa Adat Kuta. Peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan oleh Desa Adat Kuta menjadi penting, karena sumber daya manusia merupakan faktor utama dan sentral dalam pembangunan desa adat. Oleh karenanya, desa adat perlu memberi perhatian dalam hal peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Hal tersebut perlu dilakukan, mengingat tujuan organisasi khususnya desa adat adalah untuk kepentingan bersama dan meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Keunggulan kompetitif suatu organiasi sangat bergantung pada inovasi, sementara inovasi sendiri sangat dipengaruhi oleh faktor motivasi dan moral kerja setiap anggota organisasi. Sikap dan moral atau mental anggota organisasi, dipengaruhi oleh kebijakan (aturan) dan kondisi di lingkungan organisasi. Dalam konteks inilah desa adat harus turut mengambil peran dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya manusianya melalui kebijakan-kebijakan yang dikelola oleh desa adat sendiri. Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia dilakukan oleh Desa Adat Kuta merupakan tanggapan atas perubahan sosial yang terjadi di Desa Adat Kuta. Perluasan peran tersebut didorong oleh beberapa faktor, antara lain: (1). Berkembangnya Desa Adat Kuta menjadi daerah tujuan pariwisata favorit dunia; (2). Terjadi peralihan lahan dan transformasi mata pencaharian masyarakatnya. Transformasi mata pencaharian masyarakat yang terjadi di wilayah Desa Adat Kuta

4 menjadikan perekonomian setempat bertumpu pada sektor industri dan jasa, dan tidak lagi pada sektor agraris. Sehingga, perubahan yang terjadi pada mata pencaharian masyarakatnya menjadikan Desa Adat Kuta berkembang menjadi daerah perkotaan. Kondisi ini terkait dengan sumber mata pencaharian utama masyarakat dalam suatu daerah dijadikan indikator dalam menentukan status suatu daerah. Apabila sektor agraris yang menjadi sumber mata pencaharian utama masyarakat di daerah tersebut, maka daerah tersebut tergolong sebagai wilayah pedesaan. Sedangkan apabila sektor industri dan jasa yang menjadi sumber mata pencaharian utama dari masyarakat di daerah tersebut, maka daerah tersebut digolongkan sebagai wilayah perkotaan (Constandse dalam Sinulingga, 1999: 3); (3). Kompleksitas persaingan ekonomi dengan komposisi masyarakat yang heterogen. Hal tersebut merupakan imbas dari perkembangan industri pariwisata yang terjadi wilayah Desa Adat Kuta. Adanya perkembangan industri pariwisata yang begitu pesat tentunya memberi peluang bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan industri pariwisata yang terpusat di wilayah Desa Adat Kuta menjadikan daerah ini dituju oleh orang-orang yang ingin mencari pundi-pundi rejeki dari hingar bingar pariwisata Kuta. Tentu saja, secara tidak langsung hal tersebut menjadikan wilayah Desa Adat Kuta berkembang menjadi wilayah urban dengan komposisi masyarakat yang heterogen (dengan berbagai macam etnis, agama, kepentingan dan latar belakang lainnya). Keberadaan masyarakat pendatang di wilayah Desa Adat Kuta, menjadikan berkurangnya peluang krama Desa Adat Kuta dalam mengoptimalkan potensi ekonomi yang ada di wilayahnya. Perekonomian masyarakat yang tidak berkembang dengan baik, tentunya

5 dapat mempengaruhi kondisi sosial masyarakat untuk terlibat dalam kegiatankegiatan adat; (4). Adanya aset-aset Desa Adat Kuta yang harus dikelola oleh krama yang memiliki kualitas serta kompetensi dibidangnya; (5). Keberadaan kekayaan Desa Adat Kuta yang harus dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemajuan dan kemakmuran krama Desa Adat Kuta. Untuk menjawab permasalahan diatas dan sebagai upaya untuk meminimalisir potensi disfungsi pada substruktur masyarakat desa adat, secara nyata (manifest) Desa Adat Kuta melakukan perluasan peran yaitu dengan turut melaksanakan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia yang diwujudkan dengan beberapa kegiatan atau program. Secara latensi, pengadaan program-program kegiatan Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut dapat menunjang eksistensi Desa Adat Kuta di mata krama Desa Adat Kuta, sehingga keberadaannya tetap diakui oleh masyarakatnya. Sehingga, keberadaan Desa Adat Kuta tetap diakui oleh masyarakatnya karena memiliki kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Eksistensi tersebut kemudian menjadi modal politik untuk melegitimasi kekuasaan desa adat dalam mengorganisasi warganya. Perkembangan industri pariwisata di Desa Adat Kuta tidak hanya membawa masyarakat Desa Adat Kuta pada persaingan, namun juga memberi peluang bagi Desa Adat Kuta untuk dapat mengembangkan diri. Desa Adat Kuta memanfaatkan peluang pariwisata tersebut dengan membuka pasar seni, ruko serta dikelolanya pantai Kuta dan LPD Desa Adat Kuta serta aset-aset lainnya yang memberi pemasukan bagi Desa Adat Kuta. Besarnya tantangan yang muncul seiring dengan

6 perkembangan pariwisata di Kuta, menuntut Desa Adat Kuta untuk dapat memperluas perannya yaitu dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimilikinya. Diharapkan melalui perluasan peran yang dilakukan dapat meningkatkan daya saing dalam merebut peluang ekonomi di wilayahnya, serta mampu membangun desanya melalui pengembangan potensi-potensi yang dimiliki. Meskipun demikian, Desa Adat Kuta juga tidak meninggalkan fungsi utamanya dalam melaksanakan kegiatan adat dan keagamaan. Menurut I Wayan Swarsa yang merupakan Bendesa Adat Kuta, untuk meningkatkan partisipasi Krama Adat dan menunjang eksistensinya, Desa Adat Kuta melakukan perluasan peran. Perluasan peran yang dilakukan ialah dengan menyelenggarakan kegiatan untuk mengoptimalkan potensi masyarakat Desa Adat Kuta dan mendorong pemberdayaan sumber daya manusia di Desa Adat Kuta agar masyarakatnya bisa bersaing dengan krama tamiu yang tinggal di Kuta. Peran-peran yang dilakukan antara lain mengadakan Festival Seni dan Budaya Desa Adat Kuta yang merupakan agenda tahunan dari Desa Adat Kuta. Kegiatan ini menampilkan pameran kuliner dan pasar rakyat dalam pasar khusus yang diselenggarakan dalam rangkaian Festival Seni dan Budaya Desa tersebut pasar khusus tersebut biasa disebut Pasar Majalangu oleh masyarakat Kuta. Selain itu dalam rangkaian Festival Seni dan Budaya Desa tersebut juga diadakan parade gong kebyar, kompetisi jegeg bungan desa, pameran seni dan potensi lainnya guna menunjukkan dan mengembangkan potensi yang ada pada Masyarakat Desa Adat Kuta. Upaya tersebut dapat terwujud dengan adanya kualitas sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif. Selain itu,

7 Desa Adat Kuta juga mengembangkan aset-aset desa adat yang pada akhirnya juga diperuntukkan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia di Desa Adat Kuta. (wawancara tanggal 20 November 2014). Ihwal perubahan sosial yang terjadi hingga mendorong Desa Adat Kuta untuk melakukan perluasan peran tersebut merupakan suatu fenomena yang menarik untuk diteliti. Pada penelitian ini diamati bagaimana sebuah desa adat sebagai organisasi kemasyarakatan yang bersifat tradisional dapat menunjukkan eksistensinya pada komunitas masyarakat urban yang rentan terhadap perubahan serta senantiasa melaju kencang kearah modernisasi. Dalam kompleksitas ruang antara tradisi dengan modernitas, Desa Adat Kuta dihadapkan pada kondisi yang dilematis antara melakoni peran sesuai dengan kuna, kula dan desa dresta sehingga tradisi, moral dan ahlak krama adat tetap ajeg (sebagaimana jargon yang sering diwacanakan oleh berbagai golongan intelektual Bali), atau menyelaraskan peran desa adat dengan realita kondisi masyarakat di era modern dengan melakukan perluasan peran. Berkaitan dengan hal tersebut, Tantra (2014: 37) mengatakan bahwa desa adat seharusnya memiliki arah perkembangan yang semakin cerdas. Segala perubahannya harus bergerak maju dan berkembang secara kreatif walaupun pelan. Desa adat tidak seharusnya mengalami kemunduran ke zaman kegelapan (dark age). Kuna, kula dan desa dresta dapat saja dijadikan sebagai acuan dalam menghadapi permasalahan, namun ketiganya bukan satu-satunya pendekatan. Desa adat juga harus memperhatikan perkembangan budaya dan perubahan sosial yang terjadi sehingga menjadi sebuah jalan tengah bagi penyelesaian permasalahan yang arif dan adil.

8 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1.2.1 Faktor-faktor apa yang mendorong Desa Adat Kuta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kuta? 1.2.2 Bagaimana peran Desa Adat Kuta dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kuta? 1.2.3 Bagaimana dampak peran Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia bagi kehidupan masyarakat? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana peran desa adat sebagai organisasi kesatuan hukum adat dalam era modern dan global ini berperan dalam mengelola sumber daya manusia di perkotaan sehingga keberadaannya tetap diakui dimata masyarakat. 1.3.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini antara lain: 1. Memahami dan mendeskripsikan faktor-faktor apa saja yang mendorong Desa Adat Kuta untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 2. Memahami dan mendeskripsikan peran Desa Adat Kuta dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

9 3. Memahami dan mendeskripsikan dampak dari adanya peran Desa Adat Kuta dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia terhadap kehidupan masyarakat. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain sebagai berikut: 1.4.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat diantaranya: 1. Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam ruang lingkup sosiologi perkotaan, dalam perspektif adat dan budaya. 2. Dapat dijadikan tolok ukur bagi penelitian sejenis. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi Pemerintah Daerah, Desa Adat Kuta dan desa adat lainnya dalam pemberdayaan dan peningkatan kualitas SDM. 2. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran kepada Krama Adat Kuta dan masyarakat adat Bali pada umumnya tentang peran-peran strategis yang dapat dilakukan desa adat untuk mensejahterakan masyarakatnya.

10 3. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk melihat bagaimana desa adat dapat berperan dalam era global dan modern serta dalam hiruk pikuk dunia pariwisata yang dapat mengancam eksistensi desa adat.