BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini pembangunan infrastruktur mengalami peningkatan yang signifikan. Pembangunan infrastruktur baru tidak hanya dilakukan pada lahan-lahan yang masih kosong saja tetapi dilakukan juga pembangunan infrastruktur baru untuk menggantikan infrastruktur lama. Dampak dari pembangunan infrastruktur baru menggantikan infrastruktur lama adalah munculnya limbah konstruksi akibat dari demolisi infrastruktur lama. Limbah konstruksi yang dihasilkan jumlahnya beragam tergantung jenis bangunan yang dihancurkan, limbah konstruksi ini menyebabkan masalah lingkungan sehingga membutuhkan penanganan berupa pengelolaan yang tepat. Penanganan sampah puing ini membutuhkan peralatan berat, tenaga kerja, dan dana yang relatif banyak. Oleh karena itu pengelolaannya membutuhkan perencanaan yang matang, mulai dari sistem pengumpulan, pemilahan, pengolahan, dan pembuangannya. Di Indonesia, sampah puing biasanya tidak diolah, tetapi dibuang begitu saja di lahan terbuka atau digunakan sebagai bahan urukan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam beberapa penelitian, kontribusi industri konstruksi terhadap timbunan sampah di daerah perkotaan cenderung meningkat. Diperkirakan bahwa 15% hingga 30% limbah padat yang dibuang ke landfill merupakan limbah konstruksi (Bossink & Brouwer 1996:vol 122). Oleh karena itu upaya pengelolaan limbah pada industri konstruksi sudah seharusnya mendapatkan perhatian yang lebih banyak. Hasil dari demolisi sebuah bangunan infrastruktur sangat beragam, mulai dari campuran beton hingga kayu furnitur dan logam sisa tulangan. Penanganan limbah puing bangunan juga beragam sesuai dengan material tersebut. Secara umum pengelolaan sampah puing bangunan, jika merujuk dari pengelolaan di negara-negara maju, ada empat jenis yaitu reuse, recovery, recycling, dan landfilling (Teresa Janine Paul 1997 :13) Reuse adalah memanfaatkan kembali material-material yang masih bisa digunakan sesuai dengan fungsinya, misal barang-barang furniture yang masih baik. Recovery adalah usaha untuk Pendahuluan I-1
mendapatkan material-material yang berharga dari suatu barang atau benda, misalnya tulangan atau rangka baja pada puing bangunan. Material yang berhasil di recovery merupakan bahan baku kegiatan daur ulang (recycling). Peluang daur ulang sampah puing tergantung dari market masingmasing komponen dan kemampuan teknis dalam memisahkan dan memproses komponen tersebut. Sampah puing antara lain terdiri atas pasir, batu, beton, perkakas kayu, batu bata, pecahan kaca, material plastik, asbes, genteng, pipa air, komponen elektrik, aspal, dan logam atau rangka baja. Bahan-bahan utama yang di-recovery untuk didaur ulang umumnya adalah beton, kayu, aspal, dan logam. Pada tataran akademis penelitian limbah yang telah dilakukan meliputi aspek teknologi daur ulang agregat, dan faktor-faktor penyebab timbulan limbah konstruksi (Hansen 1992, Lauritzen 1994). Selain penelitian ini, perkembangan bidang pengelolaan limbah konstruksi tidak lepas dari pengembangan konsep sustainable contruction. Konsep daur ulang, penggunaan kembali material bekas, dan upaya pencegahan ataupun minimisasi limbah menjadi beberapa topik penting dalam pengembangan konsep ini. Permasalahan pada aspek manajemen konstruksi adalah sampai level tertentu material yang terbuang menjadi limbah telah diperhitungkan dalam anggaran biaya. Upaya mencegah terbuangnya material sampai pada level yang lebih rendah, akan menjadi tambahan biaya maupun memperlambat waktu penyelesaian proyek. oleh karenanya pihak industri konstruksi tidak berusaha mengurangi limbah yang mereka hasilkan. Walaupun kemungkinan untuk menghemat biaya yang sangat signifikan. Permasalahan pada aspek pengelolaan persampahan adalah kebutuhan akan ruang landfill yang sangat besar akan mengakibatkan berkurangnya kapasitas landfill dalam waktu yang singkat. Sementara itu ketersediaan lahan untuk tempat pembuangan akhir sangat terbatas. Mengingat timbunannya yang cenderung meningkat maka pemahaman akan pengelolaan limbah ini akan memudahkan antisipasi terhadap permasalahan persampahan yang ditimbulkannya. Pada negara industri maju, upaya pengelolaan limbah ini banyak didorong oleh kebijaksanaan pemerintah yang melarang atau membatasi pembuangan limbah konstruksi ke tempat-tempat pembuangan akhir dan tingginya biaya atau retribusi pembuangan limbah konstruksi ke fasilitas Pendahuluan I-2
landfill. Hal ini sesuai dengan kajian yang dilakukan beberapa tahun sebelumnya di Eropa. Mereka mencatat bahwa kedua kebijakan ini menjadi penggerak utama upaya reduksi maupun daur ulang limbah konstruksi di Eropa (Loffler, Helmut 1995) Pengelolaan limbah konstruksi di Indonesia saat ini dilakukan tanpa adanya peraturan pemerintah. Walaupun demikian berdasarkan penelitian yang sedang akan dilakukan ini diharapkan akan dapat membantu dalam mengidentifikasikan faktor-faktor penyebab dan sumber terjadinya limbah konstruksi. Selanjutnya penelitian ini diharapkan akan dapat membantu dalam pemahaman akan pengelolaan kembali limbah material bekas. 1.2 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN Limbah yang dihasilkan dari demolisi bangunan, berkontribusi dalam peningkatan anggaran biaya yang dibutuhkan dalam suatu proyek konstruksi. Sehingga diperlukan upaya pengelolaan dan pemanfaatan material limbah konstruksi. Banyak faktor yang berpengaruh dalam pemanfaatan dan pengelolaan limbah konstruksi yang belum diketahui, sehingga dengan mengidentifikasi faktorfaktor yang menentukan tersebut, diharapkan melalui penelitian ini akan dapat membantu memudahkan langkah selanjutnya dalam mengelola limbah konstruksi. Pengelolaan limbah ini akan memudahkan antisipasi terhadap permasalahan- permasalahan yang ditimbulkan, baik dari segi biaya maupun kualitas beton yang dihasilkan. 1.3 BATASAN MASALAH Dalam Tugas Akhir ini akan dilakukan penelitian mengenai pemanfaatan material puing bangunan, yaitu pemanfaatan kembali sisa agregat kasar dari puing bangunan sebagai material penyusun beton yang baru. Material puing bangunan yang akan digunakan adalah puing sisa beton uji di laboratorium struktur ITB tanpa melihat kekuatan asal beton (random data). Penelitian ini juga membatasi pada analisis kekuatan tekan dari beton daur ulang saja. Dan bahan baku daur ulang yang digunakan adalah daur ulang agregat kasar saja, tidak termasuk agregat halus. Pendahuluan I-3
1.4 TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah mengetahui seberapa besar kekuatan tekan yang dihasilkan oleh beton dengan menggunakan material sisa puing beton uji di laboratorium struktur ITB. Selain itu juga untuk mengkaji biaya yang diperlukan berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan kembali material sisa puing bangunan ini dibandingkan dengan penggunaan material baru sebagai bahan dasar beton dalam proyek konstruksi. 1.5 METODOLOGI Dalam melaksanakan penelitian mengenai kekuatan beton daur ulang dan analisis biaya, kami merumuskan beberapa tahapan kerja yang akan dilakukan. Langkah kerja ini disusun dengan tujuan memudahkan langkah pelaksanaan penelitian. Tahapan kerja yang dimaksud adalah sebagai berikut : Pendahuluan I-4
Identifikasi Masalah Studi Literatur & Pengumpulan Data Data Sekunder Data Primer/Eksperimen Pengadaan Material Pencarian Limbah Beton dan Penghancuran Menghitung Harga Satuan beton (per/m3) Menentukan Karakteristik Agregat dari Limbah Beton Menentukan Water Cement Ratio Jenis Agregat Jenis Semen Merencanakan Mix Desain Campuran Beton Slump Rencana Jenis Agregat Ukuran Maksimum Agregat Menentukan Jumlah Air Bebas Pembuatan dan Curing Benda Uji Menghitung Berat Semen Pengujian Kuat Tekan Benda Uji Menghitung Jumlah Total Agregat yang Diperlukan Berat Jenis Agregat Analisis Kekuatan Tekan Beton Nilai Slump Ukuran Maksimum Agregat Zona Gradasi Agregat Halus Menghitung Berat Agregat Halus dan Agregat Kasar Analisis Biaya Perbandingan & Analisis Kekuatan Beton yang Menggunakan Agregat Alami dengan Agregat Daur Ulang Perbandingan & Analisis Harga Satuan Beton yang Menggunakan Agregat Alami dengan Agregat Daur Ulang Hasil & Kesimpulan Gambar 1.1 Diagram alir metode pelaksanaan penelitian Pendahuluan I-5
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN Dalam Tugas Akhir ini kami jabarkan masing-masing bagian dalam bentuk bab-per bab. Bab I berisi tentang Latar Belakang penulisan Tugas Akhir dan latar belakang dari penelitian ini. Pada sub-bab berikutnya adalah identifikasi masalah yang akan dikaji. Kemudian batasan masalah yang akan kami bahas dalam penelitian ini. Batasan masalah ini berisi tentang batasan-batasan materi yang kami bahas dalam laporan ini. Sub bab berikutnya adalah tujuan penelitian yang memaparkan tentang tujuan penelitian yang ingin kami dapatkan. Dan sub-bab terakhir di bab I ini adalah sistematika Penulisan yang berisi penjabaran metode penulisan yang akan digunakan dalam membahas materi dalam bahasan batasan permasalahan. Bab II berisi tentang studi literatur. Membahas mengenai dasar-dasar teori yang digunakan sebagai bahan acuan dalam menyelesaikan masalah penelitian ini, terutama mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pemanfaatan material puing bangunan atau konstruksi, yang bersumber dari kajian terhadap penelitian-penelitian terdahulu yang relevan. Bab III berisi tentang Metodologi Penelitian. Membahas mengenai kerangka berfikir, hipotesa masalah, serta metodologi penelitian secara keseluruhan yang merupakan urut-urutan yang sistematis mengenai cara pengumpulan data melalui percobaan di laboratorium. Bab IV berisi tentang Pengolahan dan Analisis Data Percobaan. Membahas mengenai pengolahan data yang didapatkan dari percobaan di laboratorium serta analisis data berupa analisis uji tekan beton dan analisis komponen biayanya. Bab V merupakan bagian terakhir dari penulisan Tugas Akhir ini, berisi tentang kesimpulan dan saran yang kami dapatkan dan rekomendasikan dari penelitian yang kami lakukan. Pendahuluan I-6