BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 2,960,500, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 28,248,041, BELANJA LANGSUNG 51,476,657,376.00

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 2,597,999, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 29,647,491, BELANJA LANGSUNG 66,211,846,000.00

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Uraian Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur

U R A I A N JUMLAH PENDAPATAN 3,591,000, BELANJA BELANJA TIDAK LANGSUNG 35,453,688, BELANJA LANGSUNG 80,361,575,770.00

BAB III OBJEK PRAKTEK KERJA LAPANGAN. 3.1 Sejarah Singkat Dinas Petenakan Provinsi Jawa Barat

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

OLEH DR. Drh. RAIHANAH, M.Si. KEPALA DINAS KESEHATAN HEWAN DAN PETERNAKAN ACEH DISAMPAIKAN PADA :

MATRIK RENSTRA DINAS PETERNAKAN PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Visi dan Misi Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

Dinas Perkebunan, Pertanian, Peternakan Perikanan dan Kehutanan Kota Prabumulih 1

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA. Berikut ini merupakan gambaran umum pencapaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur :

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN. 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional

BAB II. PERJANJIAN KINERJA

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. A. Maksud dan Tujuan

Renstra BKP5K Tahun

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

GUBERNUR JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

Tabel. 2.1 Pencapaian Kinerja Pelayanan Dinas Kesehatan Hewan dan Peternakan Aceh Provinsi Aceh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

2013, No.6 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini, yang dimaksud dengan: 1. Pemberdayaan Peternak adalah segala upaya yang dila

.000 WALIKOTA BANJARBARU

PENETAPAN KINERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN JOMBANG TAHUN ANGGARAN 2015

PROFIL BADAN KETAHANAN PANGAN

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

I. PROGRAM DAN KEGIATAN TAHUN 2016

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDANAAN INDIKATIF

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

BUPATI TASIKMALAYA KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB VI INDIKATOR KINERJA OPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN PENETAPAN KINERJA Perencanaan Strategis Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan (BKPPP)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013

BAB II RENCANA STRATEJIK

LAPORAN KINERJA (LKJ)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 21 TAHUN

RENSTRA BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF D I N A S P E R T A N I A N

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

WALIKOTA TASIKMALAYA

STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 127 TAHUN 2016 TENTANG

BAGIAN PEREKONOMIAN DINAS PERTANIAN ,95 JUMLAH

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ayam Ras Pedaging , Itik ,06 12 Entok ,58 13 Angsa ,33 14 Puyuh ,54 15 Kelinci 5.

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TEGAL DINAS KELAUTAN DAN PERTANIAN Jalan Lele Nomor 6 (0283) Tegal BAB I

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

(1), Kepala Dinas mempunyai fungsi sebagai berikut: a. penyusunan rencana strategis dinas, berdasarkan rencana strategis pemerintah daerah; b. perumus

CUPLIKAN PROGRAM PEMBANGUNAN PERTANIAN : VISI, MISI DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERTANIAN

PEMERINTAH KABUPATEN GARUT DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN Jalan Patriot No. 14, (0262) Garut

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KABUPATEN BENGKAYANG

1 of 8 7/31/17, 9:02 AM

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada proses pelaksanaan era otonomi dan reformasi seperti sekarang ini, dari berbagai kalangan masyarakat muncul tuntutan akan terwujudnya kepemerintahan yang baik (good governance) dengan prinsip-prinsip kepastian hukum, keterbukaan, akuntabilitas dan profesionalisme. Perubahan paradigma ini menuntut keniscaayaan akan adanya suatu manajemen pemerintahan yang transparan dan dapat dipertanggung-jawab pada berbagai tingkatan penyelenggaraan pemerintahan, termasuk di pemerintahan daerah provinsi. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan pemerintah di daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan sendiri menurut azas otonomi dan tugas pembantuan. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah memberikan perubahan di berbagai tatanan pemerintah di daerah, termasuk didalamnya perubahan kewenangan yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melaksanakan pembangunan di daerah. Selanjutnya guna pencapaian good governance, penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus mengacu kepada terwujudnya pelaksanaan yang berdaya guna, berhasil guna, bersih, bertanggung jawab serta bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme. Sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari KKN. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sesuai dengan Pasal 27 UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan negara, diwajibkan untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya, dengan didasarkan suatu perencanaan strategik yang ditetapkan oleh intansi masingmasing. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 1

Dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan kinerjanya, sebagaimana diatur dalam Intruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, setiap unit organisasi pemerintah Esselon II diwajibkan untuk menyusun Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) setiap tahunnya. Secara teknis penyusunan LAKIP mengacu kepada Keputusan Kepala Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu instansi pemerintah dan unsur penyelenggara pemerintahan daerah di Provinsi Jawa Barat juga menyusun LAKIP ini, dengan menggambarkan kinerja selama tahun 2009, yang didasarkan kepada Rencana Strategis Dinas Peternakan. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu Organisasi Perangkat Daerah yang membantu Gubernur dalam menjalankan kewenangan Desentralisasi, serta kewenanganlainnya yang berazaskan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, berkewajiban untuk menyampaikan Laporan Kinerjanya dari hasil pelaksanaan kegiatan berbagai urusan pemerintah daerah pada sub sektor peternakan selama satu tahun. Didalam kontek perekonomian, sub sektor peternakan mempunyai peranan yang cukup penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan daerah khususnya dari bidang pertanian, hal ini dapat relihat dari laju peningkatan kontribusi PDRB peternakan terhadap PDRB pertanian yang relatif tinggi dibandingkan dengan laju peningkatan PDRB pertanian secara keseluruhan. Selain dari hal tersebut dengan semakin membaiknya tingkat pendapatan masyarakat dan laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Tahun 2009, yaitu sebesar 1,99 % akan sangat berpengaruh terhadap kebutuhan produk peternakan yang cenderung semakin meningkat. Sehingga hal ini menuntut peran yang lebih tinggi Sub Sektor Peternakan untuk memberikan kontribusi bagi penyediaan kebutuhan pangan hasil ternak sekaligus mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Berdasarkan angka BPS menurut harga berlaku, pencapaian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat tahun 2008 sebesar 602,421 triliun yang didalamnya termasuk minyak dan gas bumi. Kontribusi sektor pertanian mencapai sebesar 67,849 triliun atau sekitar 11,26%. Dan sebesar 6,17 triliun atau sekitar 1,64% berasal dari sub sektor peternakan, yang berasal dari kotribusi on farm (berasal dari ternak sapi, kerbau, kuda, babi, kambing, domba dan unggas) serta hasil ternak (susu segar, telur dan kulit). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 2

Apabila dibandingkan dengan Tahun 2007 terjadi peningkatan Kontribusi PDRB, dimana sub sektor peternakan pada tahun 2007 tersebut memberikan kontribusi sebesar 1,53%. Selain itu apabila dilihat dari tahun 2006 s.d 2008, pertumbuhan kontribusi sub sektor peternakan kurun waktu tersebut mencapai 13,84% atau diatas rata-rata pertumbuhan PDRB Jawa Barat yang mencapai 12,84%. Disamping berbagai keberhasilan yang telah dicapai, dalam pengembangan agribisnis peternakan masih ditemukan berbagai hambatan dan tantangan, mulai dari masalah pra produksi yang meliputi keterbatasan penyediaan bibit, baik kualitas maupun kuantitas bibit, harga pakan terutama konsentrat yang relatif mahal dan keterbatasan pakan hijauan, serta belum adanya kepastian lahan usaha serta akses terhadap permodalan usaha yang terbatas. Selanjutnya didalam kegiatan sub sistem produksi/budidaya masalah yang dirasakan adalah skala usaha yang masih kecil kurang efisien dan tidak teringrasi dengan kebutuhan pasar, dan penerapan teknologi yang lamban serta budidaya yang masih konvensional, disamping ancaman penyakit hewan menular strategis yang tinggi yang dapat menimbulkan kerugian sebesar 20% dari produksi. Pada Tahun Anggaran 2010, dalam rangka menjalankan Tugas Pokok dan Fungsi penyelenggaraan pemerintahan di Sub.Sektor Peternakan dan pembangunan peternakan di Jawa Barat, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat memperoleh Alokasi APBD secara keseluruhan sebesar 75.612.023.750,- melalui berbagai program dan kegiatan, serta target dan sasaran kinerja yang telah ditetapkan. 1.2. Dasar Hukum 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme; 2. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; 3. Instruksi Presiden RI Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 4. Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi; 5. Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 3

1.3. Aspek Stratejik yang berpengaruh Dari berbagai potensi dan permasalahan peternakan yang muncul tahun 2009, maka aspek-aspek strategis peternakan yang berpengaruh terhadap kinerja Tahun 2010 sebagai berikut : 1. Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat sebagai salah satu OPD di lingkup Pemerintah Provinsi yang diberi tugas dalam penyelenggaraan dan fasilitasi pembangunan pada sub sektor peternakan di Jawa Barat. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilengkapi dengan 8 UPTD yaitu (1) Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole Lembang; (2) Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi ; (3) Balai Pelatihan Peternakan Cikole Lembang ; (4) Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Ciamis ; (5) Balai Pengujian Mutu Pakan Ternak Cikole Lembang; (6) Balai Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Cikle Lembang ; (7) Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati ; dan (8) Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih. 2. Pada Tahun 2009 kasus penyakit hewan menular terutama Penyakit Hewan menular strategis (PHMS) Avian Influenza, rabies, anthrax dan brucellosis menunjukan adanya penurunan kasus, tetapi kewaspadaan harus tetap ditingkatkan melalui kegiatan penolakan, pengamatan, pencegahan, pemberantasan dan pengendalian penyakit hewan serta peningkatan pelayanan kesehatan hewan. Jawa Barat harus memberikan kontribusi positif dalam upaya pencapaian beberapa target nasional yaitu (1) Indonesia Bebas Avian Influenza Tahun 2014; (2) Pulau Jawa Bebas Rabies dan (3) Pulau Jawa Bebas Brucellosis. 3. Potensi Sumber Daya Manusia Peternak dan Sumber Daya Peternakan, masih belum terekplorasi secara optimal sesuai dengan keunggulan wilayah masingmasing. Sehingga terlihat walaupun populasi ternak domba di Jawa Barat terbesar di Indonesia dengan plasma nutfah domba garut merupakan terbaik di dunia, namun sampai saat ini belum mampu menjadi tumpuan pendapatan keluarga. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 4

Demikian juga dalam penyediaan daging asal sapi, Jawa Barat baru mampu menyediakan 15 % dari kebutuhan dan sisanya harus didatangkan dari luar, berdasarkan angka sangat sementara tahun 2009, Jawa Barat mendatangkan sebanyak 238.827 ribu ekor sapi dari luar provinsi atau impor. 4. Pengaruh krisis global dunia sangat mempengaruhi dunia peternakan, karena sampai saat ini input produksi peternakan masih sangat tinggi ketergantungannya terhadap dunia luar. 5. Lembaga-lembaga keuangan, masih belum kondusif untuk diakses baik oleh peternak maupun dunia usaha peternakan lainnya, sehingga sampai saat ini investasi di sektor peternakan terkendala pada sumber pembiayaan usaha peternakan. 6. Nilai tukar yang diperoleh peternak masih rendah dibanding dengan harga yang harus dikeluarkan oleh konsumen akhir untuk memperoleh produk hasil peternakan. 1.4. Tupoksi 1.4.1 Tupoksi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, merupakan salah satu OPD dari Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, sesuai dengan Peraturan Gubernur Nomor 36 Tahun 2009 mempunyai tugas pokok dan fungsi sesuai berisi masing-masing sebagai berikut : 1.4.2. Tugas Pokok Melaksanakan urusan Pemerintah Daerah bidang peternakan berdasarkan asas otonomi, dekonsetrasi dan tugas pembantuan. 1.4.3. Fungsi Dalam menyelenggarakan tugas pokok, Dinas mempunyai fungsi : 1. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet, serta pengembangan usaha ; 2. Penyelenggaraan urusan peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet, serta pengembangan usaha ; Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 5

3. Penyelenggaraan fasilitas peternakan meliputi prasarana dan sarana, produksi, kesehatan hewan dan kesmavet, dan pengembangan usaha, serta kesekretariatan ; 4. Pelaksanaan tugas lain dari Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya. 1.4.4. Kewenangan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, pada Urusan Bidang Pertanian di subbidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, terdapat 15 sub bidang urusan kewenangan antara lain sub sub bidang : 1. Kawasan Peternakan 2. Alat dan Mesin Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet) 3. Pemanfaatan Air untuk Peternakan dan Kesehatan Hewan dan Kesmavet 4. Obat Hewan, Vaksin, Sera dan Sediaan Biologis 5. Pakan Ternak 6. Bibit Ternak 7. Pembiayaan 8. Kesehatan Hewan (Keswan), Kesehatan Masyarakat Veteriner dan Kesejahteraan Hewan. 9. Penyebaran dan Pengembangan Peternakan 10. Perizinan/Rekomendasi 11. Pembinaan Usaha 12. Pedoman Usaha 13. Panen, Pasca Panen dan Pengolahan Hasil 14. Pemasaran 15. Pengembangan statistik dan informasi peternakan dan keswan 1.5. Struktur Organisasi dan personalia Dalam melaksanakan Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas, Kepala Dinas dibantu oleh 1 (satu) orang Sekretaris, 4 (empat) orang Kepala Bidang yaitu (1) Bidang prasarana dan sarana, (2) Bidang produksi, (3) Bidang kesehatan hewan dan kesmavet, serta (4) Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 6

Bidang pengembangan usaha, yang membawahi 3 (tiga) orang Kepala Sub Bagian dan 12 orang Kepala Seksi. Selain perangkat diatas Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 113 Tahun 2009, Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan dilingkkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, mempunyai perangkat Unit Pelaksana Teknis Daerah setingkat eselon III, yang terdiri dari 8 (delapan) UPTD yaitu 5 (lima) UPTD pengembangan, 2 (dua) UPTD pelayanan dan 1 (satu) UPTD pelatihan, yaitu: 1. Balai Pengembangan Ternak Sapi Perah dan Hijauan Makanan Ternak Cikole Kabupaten Bandung dengan Sub Unit Pelayanan Bunihayu Kabupaten Subang; 2. Balai Perbibitan dan Pengembangan Inseminasi Buatan Ternak Sapi Perah Bunikasih Kabupaten Cianjur; 3. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Domba Margawati Kabupaten Garut dengan Instalasi SPTD Trijaya Kabupaten Kuningan; 4. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Unggas Jatiwangi Kabupaten Majalengka; 5. Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi Potong Kabupaten Ciamis; 6. Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner di Cikole Kab. Bandung dengan Instalasi Sub Unit Laboratorium Kesehatan Hewan Losari Kab. Cirebon, Sub Unit Pemeriksaan Hewan Losari Kab. Cirebon, Sub Unit Pemeriksanaan Hewan Banjar Kab.Ciamis, dan Sub Unit Pemeriksaaan Hewan Gunung Sindur Kab. Bogor. 7. Balai Pengujian Sarana Produksi Peternakan Cikole-Lembang Kabupaten Bandung 8. Balai Pelatihan Peternakan Cikole-Lembang Kabupaten Bandung. Masing-masing UPTD mempunyai struktur organisasi Kepala UPTD dibantu 3 orang pejabat esselon IV (1 Kepala Sub.bagian Tata Usaha dan 2 orang Kepala Seksi). 1.6. Core Business Pembangunan peternakan di Jawa Barat dalam mewujudkan visi dan misinya. Perlu dicapai melalui pengembangan kegiatan utama (core business) yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Enam Kegiatan Utama (6 Core Business) yaitu Agribisnis, Bisnis Kelautan, Industri Manufaktur, Pariwisata dan Jasa serta pengembangan Sumberdaya Manusia dalam upaya mempercepat pengembangan sektor ekonomi. Salah satu dari kegiatan utama tersebut sebagai strategi pengembangannya adalah agribisnis. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 7

Menurut Gumbira Said (1998), agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai produksi, pengolahan hasil dan pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian dalam arti luas yang menunjang kegiatan pertanian dan kegiatan usaha yang ditunjang oleh kegiatan pertanian. Pengertian agribisnis menurut Prof. Bungaran Saragih B (1998) merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai sub sistem yang bekembang secara simultan dan harmonis yakni sub sistem agribisnis hulu (up stream agribusiness) yang meliputi kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi pertanian seperti industri perbibitan/ pembenihan, industri agrokimia (pupuk dan obat-obatan), industri agro otomotif (alat-alat mesin pertanian) dan lain-lain, sub sistem pertanian primer (on farm agribusiness) yaitu kegiatan yang menggunakan sarana produksi pertanian untuk menghasilkan komoditi pertanian primer menjadi produk antara (intermediate product) baik dalam bentuk yang siap dimasak atau siap saji (ready to cook/ready to serve ) atau siap dikonsumsi (ready to eat) maupun produk akhir (final product) beserta kegiatan perdagangan di pasar domestik internasional dan sub sistem jasa layanan penunjang (supporting/pembiayaan, layanan informasi agribisnis penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, penyuluh konsultan, asuransi agribisnis dan sebagainya. Agribisnis merupakan kegiatan sinergis antar pertanian, agroindustri dan jasa-jasa yang menunjang pertanian. Oleh karena itu pola atau pengemasan dan kombinasi agribisnis yang terencana dengan agroindustri, perdagangan dan jasa-jasa penunjang yang selama ini terabaikan dan tidak difokuskan, diharapkan akan menjadi penggerak ekonomi daerah maupun nasional karena membangun pertumbuhan sekaligus pemerataan dan terjadi keseimbangan antar sektor atau menciptakan beban pertanian yang terlalu berat menampung tenaga kerja dapat teratasi. Pembangunan agribisnis sebagai pembangunan ekonomi didaerah makin relevan pula, mengingat saat ini agribisnis merupakan penyumbang tersebar dalam struktur ekonomi hampir setiap daerah. Demikian juga dalam penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha disetiap daerah, sebagian besar disumbang oleh sektor agribisnis. Karena itu, melalui percepatan modernisasi agribisnis disetiap daerah akan secara langsung memoderninasikan perekonomian daerah dan dapat memecahkan sebagian besar persoalan ekonomi di daerah. 1.7. Sistematika Penyajian BAB I Pendahuluan, berisikan tentang latar belakang, dasar hukum, aspek Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 8

stratejik yang berpengaruh, tupoksi dan core business serta sistematika penyajian. BAB II Rencana Stratejik, Kinerja dan Anggaran, terbagi dalam 3 (tiga) bagian : pertama Rencana Stratejik Dinas Peternakan; kedua Rencana kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 dan ketiga Rencana Anggaran Tahun 2009; BAB III Akuntabilitas Kinerja, berisikan mengenai unsur-unsur tentang penilaian kinerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang difasilitasi oleh anggaran APBD dan dekonsentrasi APBN yang dilihat dari aspek keuangan, capaian kinerja kegiatan serta persentase efisiensi dan efektivitas dan kinerja kegiatan dan hambatan serta permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja; BAB IV Penutup, yang berisikan tinjauan umum dari hasil kegiatan tentang keberhasilan, permasalahan yang berkaitan dengan kinerja Dinas Peternakan serta strategi pemecahan masalah. BAB II Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 9

RENCANA STRATEJIK, KINERJA DAN ANGGARAN 2.1. Rencana Stratejik Sejalan dengan memperhatikan potensi Jawa Barat dari sisi ketersediaan lahan dan kuantitas lahan serta potensi sumberdaya manusia (sekitar sepertiga dari jumlah tenaga kerja merupakan tenaga kerja pada sektor pertanian), nampak bahwa Jawa Barat mempunyai potensi besar untuk mengembangkan agribisnis baik dalam skala usaha kecil maupun menengah atau besar. Selama ini, kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keunggulan komparatif telah berkembang di Jawa Barat dalam bentuk pembangunan pertanian yang merupakan salah satu sub sistem agribisnis. Pengalaman di masa lalu membuktikan bahwa pembangunan pertanian saja yang tidak disertai dengan pengembangan industri hulu pertanian, industri hilir pertanian serta jasa-jasa pendukung secara harmonis dan simultan, tidak mampu mendayagunakan keungggulan komparatif menjadi keunggulan bersaing. Meskipun Jawa Barat berhasil menjadi salah satu produsen terbesar pada beberapa komoditas pertanian diantaranya ayam ras, sapi perah dan domba tetapi belum memiliki kemampuan bersaing di pasar. Selain itu, nilai tambah yang kita raih dari pemanfaatan keunggulan komparatif tersebut masih relatif kecil, sehingga tingkat pendapatan masyarakat tetap rendah. Oleh karena itu Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dalam mewujudkan visi dan misinya telah menetapkan sebagai berikut Menjadi Dinas Yang Memberdayakan Sumber Daya Domestik Menuju Ketahanan Pangan Asal Ternak Serta Kesejahteraan Masyarakat Peternakan Jawa Barat. Untuk mencapai visi tersebut, maka penerapan kegiatan harus dilaksanakan yang dijabarkan melalui beberapa Misi, yaitu : a. Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat dengan profesional melalui kemitraan strategis; b. Mempasilitasi pengembangan kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan; c. Menciptakan lingkungan yang konduksif bagi peningkatan status kesehatan masyarakat veteriner, ketahanan dan keamanan pangan asal hewan. Untuk mencapai Visi dan Misi tersebut telah ditetapkan tujuan dan sasaran yaitu: Misi Pertama : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 10

Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat dengan profesional melalui kemitraan strategis; Tujuan 1.1. yang dicapai adalah ; Terbentuknya kemitraan strategis di antara seluruh pemangku kepentingan di dalam sektor peternakan Jawa Barat. Dengan Sasaran yang ingin dicapai adalah : a. Mengidentifikasikasi dan menghasilkan peta rantai produksi dan pelaku di dalam sektor peternakan; b. Memfasilitasi,mendisain dan melembagakan terbentuknya forum kemitraan pembangunan peternakan; c. Menghasilkan strategi kolaboratif di dalam proses pembangunan peternakan. Tujuan 1.2. Peningkatan profesionalisme aparatur di dalam konteks keberlangsungan kemitraan : a. Meningkatkan lingkup pelayanan publik melalui penetapan standar pelayanan minimal yang mengarah kepada terlaksananya kemitraan strategis. Misi Kedua : Memfasilitasi Pengembangan Kawasan usaha peternakan yang berwawasan lingkungan Tujuan 2.1. Terdapatnya kawasan-kawasan peternakan yang telah terintegrasi kepada kebijakan tataruang Jawa Barat a. Menghasilkan peta spesifik kawasan peternakan berdasarkan kesesuaian dan kelayakan teknis, sosial-ekonomi dan ekologis. b. Meningkatkan efektivitas dan efisien kebijakan dan peraturan perwilayah komoditas peternakan. c. Mengidentifikasikasi kebutuhan dan pola diseminasi teknologi alsin peternakan, kesehatan hewan dan kesmavet yang bersifat spesifik kawasan. Tujuan 2.2. Terjaminnya ketersediaan bibit ternak unggul di dalam kawasan pada jangka panjang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 11

a. Menghasilkan pola dan mekanisme peningkatan produksi dan ketersediaan bibit ternak di dalam wilayah kawasan. b. Menghasilkan pola dan mekanisme peningkatan produksi dan ketersediaan bibit ternak sapi potong dan domba/kambing di dalam wilayah kawasan. c. Menghasilkan instrumen yang dapat menjamin kelayakan dan kualitas penggunaan bibit ternak melalui identifikasi, investarisasi standarisasi atau sertifikasi perbibitan. d. Meningkatkan efektivitas pemantauan dan pengawasan lalulintas pengeluaran dan pemasukan antar daerah sehingga keseimbangan populasi bibit potensial dapat dikendalikan. e. Mengidentifikasi kontribusinya dan memfasilitasi infrastruktur dasar bagi pengembangan plasma nuftah. Tujuan 2.3. Terpenuhinya kebutuhan pakan dan bahan pakan di kawasan di dalam jangka panjang. a. Mengidenfitifikasi ketersediaan dan keragaman sumber pakan lokal di dalam kawasan peternakan. b. Menghasilkan pola pemenuhan kebutuhan pakan dan bahan baku pakan berbasis keterkaitan spasial c. Memfasilitasi pelaku usaha ternak di dalam penyerapan teknologi manajemen pakan dan konservasi bahan pakan. Tujuan 2.4. Terjaminnya ketersediaan dan sumber air di dalam kawasan peternakan. a. Mengidentifikasi dan melembagakan pola pemanfaatan air dan sumberdaya air didalam kawasan b. Menyediakan fasilitasi terhadap penggunaan teknologi-teknologi pemanenan air. Tujuan 2.5. Terbentuknya kawasan dengan lingkungan yang diperlukan untuk menjamin berlangsungnya proses produksi, reproduksi dan breeding. a. Menghasilkan mekanisme baku pelaksanaan pengamatan dan pencegahan penyakit hewan secara spesifik kawasan. b. Mengidentifikasi, merencanakan dan memfasilitasi penyediaan infrastruktur dasar kesehatan hewan. c. Meningkatkan sumberdaya manusia di dalam sistem kesehatan hewan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 12

Tujuan 2.6. Tersedianya sumber pendanaan bagi usaha ternak dan usaha lainnya yang berkaitan : a. Meningkatnya aksesibilitas usaha ternak terhadap sumber pembiayaan dan kredit mikro. b. Mengidentifikasi dan mengahsilkan rancang bangun kelembagaan dan fasilitas pembiayaan peternakan. c. Merancang dan mendisain skema penjaminan finansial bagi usaha ternak dan usaha lain yang berkaitan. Misi Ketiga : Menciptakan lingkungan yang kondusif bagi peningkatan status kesehatan masyarakat veteriner,keamanan dan ketahanan pangan asal hewan Tujuan 3.1. Terjaminnya kualitas kesehatan dan keamanan pangan asal hewan. a. Menghasilkan standarisasi dan sertifikasi atas input, proses, output dan pasca panen. b. Mengidentifikasi kebutuhan teknologi pasca panen dan merancang serta memfasilitasi penerapan teknologinya. c. Meningkatkan efektivitas infrastruktur dan jangkauan informasi dan umpan balik kepada kemasyatrakatan veteriner. Tujuan 3.2. Terciptanya pola dan sistem pasokan pangan asal hewan yang terstanrisasi. a. Menghasilkan peta karateristik dan konsumsi pangan asal hewan berdasarkan spesial dan komoditas secara spesifik. b. Memfasilitasi kelembagaan pelaku yang berada di dalam rantai pasok pangan asal hewan. Tujuan 3.3. Tumbuhnya iklim yang konduksif bagi usaha-usaha pengolahan pasca panen di dalam kawasan a. Menghasilkan standarisasi teknis usaha pengolahan pangan asal hewan b. Menghasilkan dukungan teknologi dan peningkatan aksebilitasnya terhadap usaha pengolahan. Tujuan 3.4. Edukasi dan Informasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 13

a. Membentuk mekanisme diseminasi informasi di dalam seluruh rantai pasok pangan asal hewan. b. Meningkatkan efektivitas promosi konsumsi pangan asal hewan yang ASUH. Dalam rangka pencapaian sasaran dan tujuan sub sektor peternakan ditetapkan strategis pelaksana pembangunan dengan kebijakan dan program sebagai berikut : (1) Kebijakan a. Mendorong pengembangan sumberdaya manusia peternakan baik aparat maupun petugas dan peternak; b. Mendukung peningkatan populasi dan mutu genetik ternak terutama ternak unggulan serta peningkatan skala usaha lebih ekonomis; c. Memberikan fasilitasi dalam pengembangan potensi wilayah dan pengembangan kawasan andalan (Ciayumajakuning, Bodebek, Jabar Selatan, Pantura sebagai sentra produksi), rehabilitasi lahan kritis dan kawasan KLS yang keseluruhannya melalui pola 3 strata : penumbuhan, pengembangan dan pemantapan. d. Mengembangkan pemanfaatan teknologi peternakan dengan pendekatan agribisnis; e. Mengembangkan sistem pengendalian penyakit hewan menular dan kesehatan masyarakat veteriner; f. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan investasi dan kemitraan yang saling menguntungkan dan saling memperluas; g. Reformasi sistem pemerintahan dalam upaya menanggulangi perbedaan kelembagaan pembagian peran antara pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota. (2) Program 1. Program Peningkatan Produksi, Bertujuan mendorong usaha peternakan untuk lebih produktif dan efisien, memiliki nilai tambah dan berdaya saing dipasar; lokal, domestik maupun internasional serta untuk meningkatkan kontribusi sub.sektor peternakan dalam perekonomian Jawa Barat terutama melalui peningkatan pertumbuhan PDRB. Sedangkan sasaran dari program ini adalah : a. Meningkatkan produksi, produktivitas dan kualitas produk pertanian, perkebunan dan peternakan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 14

b. Meningkatnya pengembangan benih/bibit unggul pertanian, perkebunan dan peternakan. c. Meningkatnya pendapatan usaha tani komoditas pertanian, perkebunan dan peternakan; d. Meningkatkan penyerapan tenaga kerja pertanian,perkebunan dan peternakan; e. Meningkatnya ketersediaan dan kualitas sarana dan prasarana pertanian, perkebunan, dan peternakan; f. Meningkatnya diversifikasi produk usaha pertanian, perkebunan dan peternakan; g. Tersedianya fasilitasi produk kawasan agropolitan; h. Meningkatnya multi aktivitas Agribisnis (GEMAR); i. Terlaksananya inovasi dan teknologi pertanian,perkebunan, dan peternakan yang ramah lingkungan; j. Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca panen. 2. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan dan stabilitas pangan asal ternak untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri dan ekspor. Sedangkan sasarannya adalah : a. Meningkatnya produksi dan produktivitas pangan pokok, beras jagung dan kedelai; b. Menurunnya tingkat kehilangan hasil pasca panen; c. Menurunnya kerawanan pangan masyarakat terhadap pangan; d. Tertatanya distribusi dan perdagangan beras; e. Meningkatnya keanekaragaman konsumsi dan kualitas pangan, serta menurunnya ketergantungan terhadap pangan pokok beras, ketersediaan dan konsumsi sepanjang tahun sampai tingkat rumah tangga; f. Meningkatnya kualitas dan pengendalian keamanan pangan. 3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 15

Bertujuan untuk Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit ternak, bertujuan untuk Pencegahan dan Pemberantasan penyakit hewan, terutama Penyakit Hewan menular Strategis (PHMS) yaitu Penyakit Flu Burung pada unggas,brucellosis, Anthrax dan Rabies serta penyakit individual dan penyakit eksotik. 4. Program Pemberdayaan Sumber Pertanian Bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya pertanian di Jawa Barat, guna mendukung daya saing daerah dengan sasarannya adalah : a. Meningkatnya kinerja sumber daya pertanian Jawa Barat; b. Meningkatnya penyuluhan terhadap petani,peternak dan pekebun; c. Meningkatnya kemampuan perah kelembagaan usaha agribisnis; d. Meningkatnya kualitas tata guna lahan dan air, terkendalinya konversi lahan pertanian serta percetakan lahan persawahan. 5. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil Peternakan Bertujuan meningkatkan sarana prasarana dan pengolahan hasil peternakan guna memperoleh margin pemasaran dan nilai tambah pengolahan hasil produk peternakan dengan sasarannya adalah : a. Meningkatnya sarana pemasaran hasil pertanian, perkebunan,peternakan, perikanan dan kehutanan; b. Meningkatnya pengembangan usaha pemasaran; c. Meningkatnya sarana pengolahan hasil pertanian,perkebunan, peternakan,perikanan dan kehutanan; d. Meningkatnya pengolahan hasil pertanian, perkebunan,peternakan,perikanan dan kehutanan; e. Meningkatnyamargin pemasaran hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan f. kebutanan; g. Meningkatnya nilai tambah pengolahan hasil pertanian,perkebunan,peternakan, h. perikanan dan kehutanan. 6. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 16

Bertujuan untuk meningkatkan Kemandirian petani melalui revitalisasi petugas dan pemberdayaan petani dengan sasaranya adalah : a. Meningkatnya kapasitas dan posisi tawar peternak; b. Semakin kokohnya kelembagaan peternak; c. Meningkatnya akses peternak terhadap sumberdaya produktif; d. Meningkatkan pendapatan peternak. 7. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana pemerintah yang memadai guna mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi dengan sasarannya adalah : a. Meningkatnya sarana dan prasaran untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat, antara lain melalui pengembangan pilihan layanan bergerak (Mobile Services Option); b. Terlaksananya upaya pemberian penghargaan kepada masyarakat dan lembaga yang berkontribusi kepada pembangunan Jawa Barat. 8. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur Bertujuan meningkatkan keahlian, profesionalisme, kompetensi dan kinerja aparatur. dengan sasarannya adalah : a. Meningkatnya kualitas aparatur daerah; b. Meningkatnya pelayanan administrasi kepegawaian; c. Tertatanya regulasi manajemen sumberdaya aparatur daerah. 9. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran Dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar operasional unit kerja organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam mendukung tugas pokok dan fungsi. Dengan sasarannya adalah : a. Terpenuhinya kebutuhan dasar operasional unit kerja OPD dalam mendukung tugas pokok dan Fungsinya; b. Terwujudnya kualitas pelayanan antar lembaga dan kepada masyarakat; c. Terlaksananya pembenahan sistem dan prosedur serta standarisasi kualitas pelayanan publik provinsi. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 17

10. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur Bertujuan untuk pemeliharaan sarana dan prasarana operasional OPD guna mendukung terwujudnya kenyamanan dan pelayanan pada masyarakat dengan sasarannya adalah : a. Terpeliharanya sarana dan prasarana operasional OPD; b. Terwujudnya kenyamanan dan pelayanan kepada masyarakat. 11. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Bertujuan tersedianya sistem pelaporan capaian kinerja pada OPD guna penyedian dokumen operasional untuk mendukung capaian kinerja organisasi dengan sasarannya adalah : a. Tersedianya sistem pelaporan capaian kinerja pada unit kerja OPD; b. Tersedianya dokumen operasional OPD yang mendukung capaian kinerja organisasi. 12. Program Pengembangan Data/Informasi/Statistik Daerah, tersedianya data/informasi spasial yang mutakhir dan akurat. 2.2. Rencana Kinerja Tahun 2009 2.2.1. Target Sasaran yang ingin dicapai Tahun 2009 Pembangunan peternakan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 merupakan penjabaran dari pembangunan daerah di Provinsi Jawa Barat tahun 2009 dengan sasaran ekonomi dan sosial makro tahun 2008 antara lain : (1) Laju Pertumbuhan Penduduk 2,1% - 2,2% (2) Laju Pertumbuhan Ekonomi 5,2% 6,7 %; (3) Inflasi Tahun 200 8% -10%; (4) PDRB berdasarkan harga Konstan tahun 2000 287 trilyun Rp 304 trilyun; Jumlah keluarga miskin 27% - 28% % (5) Laju Pertumbuhan Investasi 12% - 13%. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 18

Arah kebijakan pembangunan peternakan di Jawa Barat mengacu pada kebijakan pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat, maka ditetapkan tujuan dan sasaran pelaksanaan penyelenggaraan Pemerintah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dengan tujuan dan sasaran sebagai berikut : (1) Tujuan - Meningkatnya mutu dan peran SDM peternakan dalam memfasilitasi pembangunan peternakan; - Meningkatnya efisiensi dan efektivitas usaha peternakan usaha peternakan, investasi serta pendapatan peternak; - Meningkatnya ketersediaan pangan yang layak dikonsumsi, perlindungan sumberdaya peternakan dan pengendalian penyakit hewan. (2) Sasaran yang ingin dicapai : - Terkoordinasinya perencanaan pembangunan peternakan; - Terpadunya dan terkendalinya program pembangunan peternakan; - Mewujudkan sarana dan prasarana aparatur yang memadai; - Mendorong peningkatan populasi, produktivitas dan mutu ternak; - Mendorong peningkatan skala usaha, investasi, penyerapan tenaga kerja dan pendapatan; - Mendorong pengembangan sentra-sentra peternakan di kawasan usaha peternakan; - Mendorong peningkatan ketersediaan pangan yang HAUS; - Terkendalinya distribusi pangan asal ternak; - Mewujudkan sumberdaya peternakan yang bebas penyakit; - Terkendalinya penyakit strategis. Sebagai tolok ukur pencapaian Visi dan Misi serta Tujuan Pembangunan Peternakan ditetapkan sasaran umum dengan : a. Peningkatan populasi ternak; b. Peningkatan penyediaan konsumsi daging, telur dan susu; c. Peningkatan produksi hasil ternak; d. Terkendalinya penyakit hewan menular. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 19

Dengan sasaran sebagai berikut : No Uraian Satuan Target Tahun 2009 I. Populasi Ternak 1. Sapi Perah Ekor 112.507 2. Sapi Potong Ekor 308.766 3. Kerbau Ekor 146.635 4. Kuda Ekor 14.292 5. Kambing Ekor 1.446.586 6. Domba Ekor 5.718.901 7. Babi Ekor 4.956 8. Ayam Buras Ekor 28.103.557 9. Ayam Ras Petelur Ekor 10.804.854 10. Ayam Ras Pedaging Ekor 76.834.647 11. I t i k Ekor 8.356.940 II. Produksi 1. Daging 532.757 - Sapi Lokal Ton 48.008 - Sapi Impor Ton 27.836 - Kerbau Ton 3.697 - Domba Ton 26.764 - Kambing Ton 8.163 - Babi Ton 1.856 - Kuda Ton 320 - Ayam Buras Ton 26.641 - Ayam Ras Petelur Ton 5.847 - Ayam Ras Pedaging Ton 378.251 - I t i k Ton 5.373 2. Telur - Ayam Buras Ton 17.529 - Ayam Ras Ton 102.775 - I t i k Ton 55.843 3. Susu Ton 247.816 2.3. Rencana Anggaran Tahun 2010 Dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan fasilitasi pembangunan peternakan di Jawa Barat, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2010 mengalokasikan anggaran sebagai berikut : A. Belanja Tidak Langsung, Jumlah Anggaran Sebesar 24.823.613.720,- Terdiri dari: - Belanja Gaji dan Tunjangan, anggaran sebesar 20.654.233.720,- - Belanja Tambahan Penghasilan PNS, anggaran sebesar 4.169.380.000,- B. Belanja Langsung, Jumlah Anggaran Sebesar 43.665.072.000,- Terdiri dari: - Belanja Pegawai, anggaran sebesar 2.845.3202.000,- - Belanja Barang dan Jasa, anggaran sebesar 24.266.771.160,- - Belanja Modal, anggaran sebesar 16.552.998.840,- Anggaran tesebut dialokasikan pada program berikut: 1. Program Peningkatan Ketahanan Pangan - Keg. Program Jawa Barat Satu Juta Sapi Tahap I 6.207.412.000,- 6.207.412.000,- Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 20

2. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur - Keg. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 3. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran - Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran Dinas Peternakan - Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih - Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BPT Sapi Perah dan HMT Cikole - Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BPPT Sapi Potong Ciamis - Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BPPT Domba Margawati dan SPTD Trijaya - Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BPPT Unggas Jatiwangi - Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BPP Cikole - Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BPMPT Cikole - Keg. Penyelenggaraan Administrasi Perkantoran di BP3HK Cikole 4. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur - Keg. Pengembangan Prasarana dan Sarana Aparatur Peternakan 5. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di BPT Sapi Perah dan HMT Cikole - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di BPPT Sapi Potong Ciamis - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di BBPT Domba Margawati dan SPTD Trijaya - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di BPPT Unggas Jatiwangi - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di BPP Cikole - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di BPMPT Cikole - Keg. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Kantor di BP3HK Cikole 6. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan - Keg. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Organisasi Perangkat Daerah 7. Program Peningkatan Produksi Pertanian 500.000.000,- 500.000.000,- 3.120.000.000,- 1.910.000.000.- 150.000.000,- 183.000.000,- 145.000.000,- 117.000.000,- 140.000.000,- 100.000.000,- 75.000.000,- 300.000.000,- 3.082.500.000,- 3.082.500.000,- 1.592.600.000,- 627.600.000,- 150.000.000,- 200.000.000,- 130.000.000,- 100.000.000,- 125.000.000,- 85.000.000,- 80.000.000,- 95.000.000,- 50.000.000,- 50.000.000,- 25.806.750.250,- Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 21

- Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih - Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPT Sapi Perah dan HMT Cikole - Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis - Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Domba di BPPT Domba Margawati dan SPTD Trijaya - Keg. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Unggas di BPPT Unggas Jatiwangi - Keg. Penguatan Peternak Sapi Perah Guna Meningkatkan Produktivitas dan Kelancaran Distribusi Susu Sapi Perah Lokal (Gerimis Bagus) - Keg. Pengendalian dan Pengujian Mutu Pakan di BP3HK Cikole 8. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian - Keg. Peningkatan Produktivitas SDM Peternakan di BPP Cikole - Keg. Fasilitasi PHK-I dalam Pemberdayaan dan Pembelajaran Masyarakat di Bidang Pangan 9. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman, Ternak dan Ikan - Keg. Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Bahan Asal Hewan di BP3HK - Keg. Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan serta Fasilitasi Penerapan Keamanan Produk Asal Hewan - Keg. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Avian Influenza (Flu Burung) 600.000.000,- 700.000.000,- 850.000.000,- 17.000.000.000,- 500.000.000,- 2.200.000.000,- 300.000.000,- 805.810.000,- 300.000.000,- 505.810.000,- 2.500.000.000,- 450.000.000,- 550.000.000,- 1.500.000.000,- Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 22

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 3.1. Kerangka Pengukuran Kinerja Untuk mendukung pengukuran kinerja, diperlukan berbagai perangkat yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja. Perangkat yang digunakan berupa data dan informasi. Jenis data yang dapat digunakan terbagi atas dua, yaitu data primer dan data sekunder. Untuk pengukuran kinerja ini, jenis data yang digunakan sebagian besar adalah data sekunder baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data kualitatif adalah data-data yang berkaitan dengan angka atau numerik, khusus yang menyangkut kegiatan pembangunan peternakan di Jawa Barat. Data kualitatif adalah data yang berkaitan dengan pencapaian hasil yang diuraikan dalam bahasa kualitatif seperti tercapainya hingga sekian persen, sedangkan sumber data lebih menekankan darimana data atau informasi tersebut diperoleh. Data sekunder yang diperlukan untuk mengukur kinerja peternakan ini berasal dari berbagai sumber, yaitu untuk data populasi, produksi dan konsumsi dari data kabupaten/kota yang diolah; sedangkan untuk data PDRB dari Badan Pusat Statistik Jawa Barat. Sedangkan pengukuran kinerja dengan menggunakan indikator kinerja kegiatan dari mulai indikator masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), dari pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing unit kerja (Sekretariat dan Bidang-bidang) dan UPTD/balai-balai di bawah Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, melalui pola pelaporan yang dijadwalkan setiap bulan, disampaikan oleh masing-masing unit kerja yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan kegiatan, selanjutnya dilakukan pula monitoring dan evaluasi yang bertujuan untuk mengetahui kemajuan suatu kegiatan, sebagai bahan bagi pengukuran kinerja. Pengukuran kinerja mencakup : - Kinerja kegiatan yang merupakan tingkat pencapaian target (rencana tingkat capaian) dari masing-masing kelompok indikator kinerja - Tingkat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan sebagaimana yang tertuang didalam dokumen rencana kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang merupakan pencapaian target dari masing-masing indikator sasaran. Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 23

Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran; Output adalah sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yang dapat berupa fisik dan/atau non fisik ; Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek langsung); Benefit adalah sesuatu yang terkait dengan tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan; Impact adalah sesuatu yang memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh dari hasil kegiatan. Dengan rumus perhitungan persentase pencapaian kinerja sebagai berikut : (1). Semakin tinggi realisasi menunjukan pencapaian kinerja yang semakin baik, maka digunakan rumus : Persentase pencapaian Rencana Tingkat Capaian = Realisasi Rencana x 100% (2). Semakin tinggi realisasi menunjukan semakin rendah pencapaian kinerja, maka digunakan rumus : Persentase pencapaian Rencana Tingkat Capaian = Rencana (Realisasi - Rencana) Rencana x 100% Sedangkan untuk menghitung efisiensi dan efektifitas menggunakan rumus sebagai berikut : Untuk Efisiensi : (1). Efisiensi = Selisih RIO Actual RIO x 100% (2). Efisiensi = Rencana - (Realisasi Rencana) Rencana x 100% Untuk Efektifitas : (1). Efektifitas = Output yg dimanfaatkan Jumlah seluruh fisik input x 100% (2). Efektifitas = Outcome sesungguhnya Outcome yang diharapkan x 100% Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 24

Dengan pengukuran skala ordinal untuk memberikan makna capaian maka ditentukan batasan peneliaian sebagai berikut : SKALA NILAI KATEGORI PENILAIAN > 100 % Sangat Baik ( SB ) 80 100 % Baik (B ) 50 - < 80 % Sedang (S ) < 50 % Kurang (K ) 3.2. Pencapaian Kinerja Sasaran Program dan Kegiatan dan Indikator Makro 3.2.1. Pencapaian Kinerja Sasaran Berdasarkan Rencana Strategis Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, serta ditindaklanjuti dengan DPA di Lingkup Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2010, dengan sasaran yang dilaksanakan berjumlah 35 buah sasaran. Hasil pengukuran sampai dengan akhir Desember 2010 dengan pencapaian rata-rata kinerja sebagai berikut : No. Sasaran 1. Program Jawa Barat Satu Juta Sapi Tahap I 2. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 3. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di Dinas Peternakan 4. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih 5. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 6. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Sapi Potong Ciamis 7. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Domba Margawati 8. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Unggas Jatiwangi 9. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPP Cikole 10. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPMPT Cikole 11. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BP3HK Cikole 12. Pengembangan Sarana dan Prasarana Aparatur Peternakan 13. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas Peternakan 14. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih 15. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 16. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Sapi Potong Ciamis 17. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Domba Margawati 18. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Unggas Jatiwangi 19. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPP Cikole 20. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPMPT Cikole 21. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BP3HK Cikole 22. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Organisasi Perangkat Daerah 23. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPPIB Capaian (%) Makna Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 25

Ternak Sapi Perah Bunikasih 24. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 25. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis 26. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Domba di BPPT Domba Marawati dan SPTD Trijaya 27. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Unggas di BPPT Unggas Jatiwangi 28. Penguatan Peternak Sapi Perah Guna Meningkatkan Produktivitas dan Kelancaran Distribusi Susu Sapi Perah Lokal (Gerimis Bagus) 29. Pengendalian dan Pengujian Mutu Pakan di BPMPT Cikole 30. Pengembangan Kawasan Usaha Ternak Domba di Jawa Barat 31. Peningkatan Produktivitas SDM Peternakan di BPP cikole 32. Fasilitasi PHK-I dalam Pemberdayaan dan Pembelajaran Masyarakat di bidang pangan 33. Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Bahan Asal Hewan di BP3HK Cikole Pengamatan. 34. Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan serta Fasiitasi Penerapan Kemanan Produk Asal Hewan 35. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Avian Influenza (Flu Burung) Dari tabel tersebut di atas nampak bahwa 43 buah sasaran capaian kinerja sangat baik, 1 buah sasaran capaian kinerjanya sedang (67,47 %) dan 2 buah sasaran memperoleh capaian kinerja kurang 0,13% dan 40,97%. 3 buah sasaran kegiatan kurang baik antara lain disebabkan : a. Asdadedadaw b. Asdasdasda c. Adsasdasda 3.2.2. Pencapaian Kegiatan Hasil evaluasi pencapaian indikator kinerja pembangunan peternakan di Jawa Barat adalah sebagai berikut : No. Kegiatan 1. Program Jawa Barat Satu Juta Sapi Tahap I 2. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 3. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di Dinas Peternakan 4. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih 5. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 6. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Sapi Potong Ciamis 7. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Domba Margawati 8. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Unggas Jatiwangi 9. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPP Cikole 10. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPMPT Cikole 11. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BP3HK Cikole 12. Pengembangan Sarana dan Prasarana Aparatur Peternakan 13. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Dinas Peternakan 14. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih Capaian (%) Input Output Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 26

15. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 16. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Sapi Potong Ciamis 17. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Domba Margawati 18. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPPT Unggas Jatiwangi 19. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPP Cikole 20. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BPMPT Cikole 21. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana di BP3HK Cikole 22. Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan Internal Organisasi Perangkat Daerah 23. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih 24. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Perah di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 25. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Sapi Potong di BPPT Sapi Potong Ciamis 26. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Domba di BPPT Domba Marawati dan SPTD Trijaya 27. Pengembangan dan Penguatan Perbibitan Ternak Unggas di BPPT Unggas Jatiwangi 28. Penguatan Peternak Sapi Perah Guna Meningkatkan Produktivitas dan Kelancaran Distribusi Susu Sapi Perah Lokal (Gerimis Bagus) 29. Pengendalian dan Pengujian Mutu Pakan di BPMPT Cikole 30. Pengembangan Kawasan Usaha Ternak Domba di Jawa Barat 31. Peningkatan Produktivitas SDM Peternakan di BPP cikole 32. Fasilitasi PHK-I dalam Pemberdayaan dan Pembelajaran Masyarakat di bidang pangan 33. Pengujian dan Penyidikan Penyakit Hewan dan Bahan Asal Hewan di BP3HK Cikole Pengamatan. 34. Pengamatan, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan serta Fasiitasi Penerapan Kemanan Produk Asal Hewan 35. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Avian Influenza (Flu Burung) 3.3. Evaluasi dan Analisis Kinerja Sasaran Meningkatnya Laju Pertumbuhan Ekonomi 3.3.1. Evaluasi Hasil evaluasi pencapaian indikator kinerja pembangunan peternakan di Jawa Barat adalah sebagai berikut : No. Kegiatan 1. Program Jawa Barat Satu Juta Sapi Tahap I 2. Peningkatan Kesejahteraan dan Kemampuan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat 3. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di Dinas Peternakan 4. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPIB Ternak Sapi Perah Bunikasih 5. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPT Sapi Perah & HMT Cikole 6. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Sapi Potong Ciamis 7. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Domba Margawati 8. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPPT Unggas Jatiwangi 9. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPP Cikole 10. Penyelenggaraaan Administrasi Perkantoran di BPMPT Cikole Capaian (%) Input Output Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah 2010 27