BAB 1 PENDAHULUAN. berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun. Penyakit yang sering

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya. menunjang kesehatan seseorang (Riyanti, 2005).

PENELITIAN PERILAKU MENGGOSOK GIGI PADA ANAK USIA SEKOLAH. Di SDN 1 Gabel Kecamatan Sumoroto Kabupaten Ponorogo

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI ANAK SDN KLECO II KELAS V DAN VI KECAMATAN LAWEYAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dibidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian (Depkes RI, 2010).

PENELITIAN KESEHATAN GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 4-6. Di SDN 1 Karang Patihan Balong Ponorogo. Disusun Oleh: HENRI PURNAJI

PENDAHULUAN. mulut adalah penyakit jaringan keries gigi (caries dentis) disamping penyakit gusi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa terdapat gigi tetap. Pertumbuhan gigi pertama dimulai pada

BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

BAB I PENDAHULUAN. makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh (Mumpuni, 2013).

TINGKAT KEPARAHAN KARIES PADA GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN BERDASARKAN KELOMPOK UMUR 6 DAN 12 TAHUN WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERTIWI, MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Anisah (2007) bahwa anak usia sekolah berkisar antara usia 6-12 tahun, masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Banyak ahli mengatakan bahwa kesehatan rongga mulut merupakan bagian

BAB I PENDAHULUAN. suatu karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah demineralisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB 1 PENDAHULUAN. Organization/WHO), sekitar 2,2 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan pada masa. dengan adanya nanah di dalam gusi (Gunadi, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. menjadi penerus bangsa sehingga mereka harus dipersiapkan dan. yang sehat jasmani dan rohani, maju, mandiri dan sejahtera menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. luas penyebaranya, diperkirakan 90% lebih banyak melanda anak anak

PENGARUH PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP PREVALENSI KARIES GIGI DI TK ISLAM AR RAHMAN JLN. MEDAN TG. MORAWA KECAMATAN TANJUNG MORAWA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memajukan kesehatan didalam Indonesia pemerintah membuat. sembilan prinsip menurut UU No 40/2004 tentang SJSN, agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan umum seseorang banyak dipengaruhi oleh kesehatan gigi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebersihan mulut merupakan hal yang sangatlah penting. Beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. terencana melalui pendidikan. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Mulut merupakan pintu gerbang utama di dalam sistem pencernaan. Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil studi morbiditas Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi kesehatan keseluruhan dari tubuh. Pembangunan di bidang

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN SISWA KELAS V SD TENTANG PERAWATAN GIGI

BAB I PENDAHULUAN. orangtua sangat menentukan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada. (Notoatmodjo, 2003). Kesehatan gigi dan mulut pada anak apabila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 7. No. 1, Maret 2015

BAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KARIES GIGI PADA MURID SDN 1 RAHA KABUPATEN MUNA. Ratna Umi Nurlila Dosen STIKES Mandala Waluya Kota Kendari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan gigi (Depkes RI, 2000). integral dari kesehatan secara keseluruhan yang memerlukan penanganan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kejadian ISPA Di Indonesia, pada balita adalah sekitar 10-20%

Sri Junita Nainggolan Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor penting dalam kehidupan manusia. Kesehatan gigi dan

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN ANAK USIA 7 SAMPAI DENGAN 12 TAHUN TENTANG ORAL HYGIENE BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI SDN JALAN ANYAR KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan gigi (Isro in, 2012). Misalnya seorang anak makan makanan yang manis

BAB I PENDAHULUAN. kotoran lain yang berada di atas permukaan gigi seperti debris, karang gigi, atau

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tekanan darah tinggi menduduki peringkat pertama diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mulut pada masyarakat. Berdasarkan laporan United States Surgeon General pada

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ PENYULUHAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA PENDERITA TUNANETRA USIA TAHUN ( KUESIONER )

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

KEPATUHAN MENGGOSOK GIGI DENGAN TERJADINYA KARIES GIGI DI SDN KEBUN DADAP BARAT KECAMATAN SARONGGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh Pemerintah (UU RI No. 36 Tahun 2009 Pasal 93). (Rahmawati dkk., 2011). Anak-anak yang berusia 6-12 tahun diseluruh

HUBUNGAN KECEMASAN TENTANG PENULARAN PENYAKIT DENGAN PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN PENYAKIT TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL I SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu

HUBUNGAN KEBIASAAN MENGGOSOK GIGI MALAM HARI DAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI KARANG TENGAH 07 TANGERANG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. jenis. Kehamilan merupakan keadaan fisiologis wanita yang diikuti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang optimal meliputi kesehatan fisik, mental dan sosial. Terdapat pendekatanpendekatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCEGAHAN KARIES GIGI PADA MURID KELAS SATU SDN 74/IV DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEBUN HANDIL KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang terpanjang dalam

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut saat ini masih menjadi keluhan

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik agar jangan sampai terkena gigi berlubang (Comic, 2010).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Data dasar yang diperoleh dari subyek meliputi jenis gigi tiruan, jenis. Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyangga gigi dan karies gigi (Anonim, 2004). Salah satu penyebab terjadinya penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi adalah proses perusakan jaringan keras gigi yang dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi estetik yang menunjang kecantikan. Menjaga kebersihan gigi dan

BAB I PENDAHULUAN. pengunyah makanan. Dengan diketahuinya fungsi-fungsi gigi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kementerian Kesehatan Tahun 2010 prevalensi karies di Indonesia mencapai 60

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. upaya untuk meningkatkan kesehatannya, tetapi masih banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB I PENDAHULUAN. karena madrasah anak dimulai dari rumah (Hairuddin, 2014). Berdasarkan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG PENCEGAHAN KARIES GIGI DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA. Nawang Siwi Sayuti 1.

HUBUNGAN KONSUMSI JENIS MAKANAN KARIOGENIK DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI PADA ANAK DI SDN KRANDON KUDUS

BAB I PENDAHULUAN. 2015). Salah satu masalah kesehatan gigi dan mulut yang banyak dikeluhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada system pencernaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

BAB I PENDAHULUAN. mutu pelayanan kesehatan pada seluruh masyarakat. Menurut WHO kesehatan adalah

BAB I PENDAHULUAN. kepada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dengan

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia prasekolah adalah anak yang berusia berkisar 3-6 tahun. (Soetjiningsih, 1995). Pada usia tersebut anak mengalami proses

BAB I PENDAHULUAN. memiliki berbagai peranan atau fungsinya masing-masing. Peran dari. memperindah wajah (Suryawati, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat. kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (DepKes RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pada anak usia sekolah dasar (Soebroto, 2009). mulut adalah penyakit jaringan keras gigi (karies gigi) dan penyakit

BAB 3 METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey analitik yang bertujuan untuk

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah, anak yang berada pada masa ini berkisar antara usia 6-12 tahun. Penyakit yang sering terjadi pada anak usia sekolah adalah salah satunya penyakit gigi dan mulut yaitu karies gigi merupakan suatu kerusakan jaringan keras gigi yang bersifat kronis dan disebabkan oleh aktifitas jasad renik yang menyebabkan terjadinya karies gigi (Harlina 2011). Gigi merupakan satu kesatuan dengan anggota tubuh kita yang lain. Kerusakan pada gigi dapat mempengaruhi kesehatan anggota tubuh lainnya, sehingga akan mengganggu aktivitas sehari-hari. Salah satu faktor yang dapat merusak gigi adalah makanan dan minuman, yang mana ada yang menyehatkan gigi dan ada pula yang merusak gigi. Selain dari makanan, hal yang menjadi faktor yang dapat merusak gigi adalah kebiasaan buruk yang dapat saja terjadi. Upaya kesehatan gigi perlu ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan, pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk pencegahan dan perawatan. Namun sebagian besar orang mengabaikan kondisi kesehatan gigi secara keseluruhan. Perawatan gigi dianggap tidak terlalu penting, padahal manfaatnya sangat vital dalam menunjang kesehatan dan penampilan (Pratiwi, 2007). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 menyatakan angka kejadian karies pada anak masih sebesar 60-90%. Survey yang 1

2 dilakukan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada pelita III dan IV menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang menderita karies gigi sebesar 80%, dimana 90% diantaranya adalah golongan anak. Menurut Antara News sebagaimana dikutip oleh Maulani dan Jubilee, (2005) jumlah anak di Indonesia mencapai 30 % dari 250 juta penduduk Indonesia, sehingga diperkirakan anak yang mengalami kerusakan gigi mencapai 75 juta lebih. Jumlah itu sangat mungkin bertambah terus, karena pada Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Nasional pada tahun 1990 hanya 70 % tetapi pada tahun 2003 mencapai 90%. di Jawa Timur tahun 2009 yang menunjukkan bahwa 4 dari 5 gigi pada anak usia sekolah akan mengalami karies yang terjadi di permukaan oklusal dan 71% dari 380 gigi dengan cela dan lekuk gigi yang dalamakan menjadi karies dalam waktu 40 bulan (Abraham, 2007). Berdasarkan survey tahun 2010 yang dilakukan di beberapa sekolah dasar di Kabupaten Ponorogo didapatkan bahwa 84,5% anak sekolah dasar akan mengalami karies gigi. Tempat penelitian diambil di SDN 5 Pohijo karena di lokasi tersebut jauh dari pusat kesehatan, jauh dari kota, dan pada saat Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo melakukan penyuluhan di waktu kegiatan PKMD tentang kesehatan gigi didapatkan 10 dari seluruh siswa SDN 05 Pohijo mengalami karies. Memilih kelas 4-6 karena pada usia tersebut perkembangan giginya sudah mulai sempurna yaitu gigi seri, gigi taring, gigi geraham dan pada tingkat pendidikan sudah mengerti akan kebersihan gigi (Tarigan, 1995). Karies gigi adalah salah satu penyakit yang terjadi di rongga mulut yang bersifat kronik progresif dan disebabkank aktifitas jasad renik dalam

3 karbohidrat yang dapat diragikan ditandai dengan demineralilasi jaringan keras dan diikuti kerusakan zat. Karies gigi inilah yang apabila tidak dirawat maupun dicegah dengan baik dan benar, akhirnya dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan penyanggah gigi sehingga selanjutnya dapat mengakibatkan menurunnya angka derajat kesehatan gigi dan mulut di masyarakat. Kebiasaan makanan yang dikomsumsi, kurang sadarnya cara menyikat gigi, kurang sadarnya arti kesehatan gigi dan mulutnya, akan bertambah jadi masalah apa bila berlanjut pada usia dewasa (Mansjoer,2000). Upaya pemeliharaan kesehatan gigi serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada anak usia sekolah perlu mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang menjalani proses tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Bila ditinjau dari berbagai upaya pencegahan karies gigi melalui kegiatan UGKS (Usaha Kesehatan Gigi sekolah) tersebut seharusnya pada usia anak sekolah dasar memiliki angka karies rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan berdasarkan laporan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada anak sekolah yang cukup tinggi (Wahyuningrum, 2002) Solusi dari peneliti agar anak terhindar dari karies gigi adalah, anak harus melakukan tindakan pembersihan gigi sedini mungkin dengan cara sikat gigi paling sedikit 2 kali sehari setelah makan, malam sebelum tidur. Cara sikat gigi yang benar adalah, menggunakan pasta gigi secukupnya, gunakan tekhnik memutar dari gigi yang paling depan dan posisikan sikat 45

4 derajat, gunakan waktu kurang lebih 15 detik untuk setiap gigi,ganti sikat gigi dalam jangka waktu tertentu dan gunakan bulu sikat gigi yang lembut. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Pengetahuan anak tentang karies Gigi di SDN 5 Pohijo kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo? 1.2 Rumusan Masalah Bagaimanakah pengetahuan anak tentang karies Gigi di SDN 5 Pohijo kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo? 1.3 Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan anak tentang karies Gigi di SDN 5 Pohijo Desa Pohijo kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Bagi IPTEK Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pelayanan kesehatan gigi mengenai penyakit karies gigi pada anak b. Bagi Peneliti Penelitian ini dapat menjadi sumber data dan bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, sehingga semakin memperkaya ilmu pengetahuan tentang kesehatan gigi dan perawatan gigi pada anak.

5 1.4.2 Manfaat praktis a. Bagi responden Responden dapat menjadikan penelitian ini sebagai sumber informasi mengenai bahaya dan resiko karies gigi,sehingga dapat lebih menjaga kesehatan gigi dan merawat secara teratur. b. Bagi guru Meningkatkan pegetahuan dan kesadaran guru tentang pentingnya mengingatkan siswa untuk rajin membersihkan gigi. c. Bagi Institusi pendidikan Sebagai masukan untuk meningkatkan pembelajaran kepada siswa tentang penyebab dan cara pencegahan karies gigi. 1.5 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan antara lain 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sutarmi (2009), yang berjudul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Perawatan Gigi Dengan kejadian Karies Gigi pada siswa kelas V dan VI di SDN Kedung bulus Kecamatan Prembun Kabupaten Kebumen 2008. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan menggunakan pendekatan waktu cross sectional dan deskripsi korelasi.penelitian ini merupakan penelitian populasi, dengan mengambil seluruh siswa kelas V dan VI Di SDN Kedungbulus berjumlah 30 orang, terdiri dari 16 siswa kelas V dan 14 siswa kelas VI sebagaai responden. Analisis datanya menggunakan rumus Chi Square. Hasil penelitian, diperoleh kesimpulan : (1) terdapatnya Hubungan antara Tingkat Pengetahuan tentang Perawatan Gigi dengan

6 Kejadian Karies Gigi pada kelas V (2) tingkat pengetahuanya di dominasi oleh tingkat pengetahuan dengan kategori tinggi dan sedang ; dan (3) angka kejadian karies gigi di dominasi oleh siswa yang tidak mempunyai karies gigi. Persamaan dari penelitian ini adalah Respondenya yaitu anak usia sekolah. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Kawuryan (2008), yang berjudul Hubungan pengetahuan Tentang Kesehatan Gigi Dan Mulut Terhadap kejadian Karies Gigi anak di Sekolah Dasar Negeri Kleco II Kecamatan Laweyan Surakarta. Penelitian ini dengan studi cross sectional dimana variabel yang diukur adalah pengetahuan siswa tentang kesehatan gig dan mulut, serta sampel sekaligus responden adalah siswa Sekolah Dasar Negeri Kleco II Kecamatan Laweyan Surakarta. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan proporsional random sampling analisa data menggunakan Chisquare. Diperoleh hasil bahwa adanya hubungan pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian karies gigi anak Di Sekolah Dasar Negeri Kleco II Kecamatan Laweyan Surakarta.Persamaan dari penelitian ini adalah Fenomena penyakit karies gigi pada anak usia sekolah, dan perbedaanya adalah Penelitian sebelumnya bersifat Uji Korelasi, sedangkan penelitian saya brsifat Deskriptif.