BAB V KESIMPULAN Di dalam Bab V ini peneliti ingin menyimpulkan keseluruhan dari hasil penelitian yang peneliti lakukan. Mulai dari faktor-faktor penyebab maraknya praktek ekonomi ilegal berupa penyelundupan dan Perdagangan ilegal secara keseluruhan dan juga peneliti ingin menjawab pertanyaan peneliti diawal yaitu bagaimana peran pengawasan pemerintah dalam menangani praktek ekonomi ilegal berupa penyelundupan dan perdagangan ilegal barang elektronik di Kota Batam dengan kapasitas pengawasan yang dimiliknya? Berdasarkan data KPU Bea Cukai Batam, Kerugian negara akibat praktek praktek ekonomi ilegal sepanjang tahun 2014-2015 ditafsir mencapai 67.013.897.509,000. Praktek ekonomi ilegal tersebut tentu saja disebabkan oleh banyak faktor yang telah dibahas oleh peneliti di bab-bab sebelumnya. Dari hasil penelitian secara keseluruhan peneliti merangkum beberapa penyebab maraknya praktek ekonomi ilegal berupa Penyelundupan dan Perdagangan ilegal barangbarang elektronik di Kota Batam : Kondisi Geografis yang berdekatan dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang hanya ±20 KM dan 45 Menit perjalanan laut melalui Kapal Ferry Tipikal daerah yang berupa pulau-pulau kecil dimana setiap rumah penduduk pesisir memiliki pelantar/jembatan yang sewaktu-waktu dimanfaatkan oleh oknum penyelundup untuk menjadi lokasi bongkarmuat barang mereka dan tanpa diketahui oleh aparat keamanan. 124
Munculnya pelabuhan-pelabuhan liar yang menjadi tempat bongkarmuat barang. Pelabuhan tikus tersebut bukan berbentuk seperti pelabuhan pada umumnya, namun hanya berupa pinggiran pantai atau hutan mangrove yang bisa menjadi tempat kapal/speedboat bersandar. Alasan mengapa penyelundup menggunakan jalur-jalur tersebut dikarenakan medannya yang tidak semua dapat diakses oleh aparat keamanan. Iklim pasar yang terbuka sejak diberlakukan FTZ dimana Batam menjadi daerah Transitor produk-produk luar. Adalah suatu hal yang lazim jika menemukan banyaknya barang-barang impor dari luar di Batam. Hal ini mempengaruhi tipe konsumsi masyarakat Batam pada umumnya. Mereka lebih cenderung mengkonsumsi produk luar yang rasa maupun kualitasnya lebih bagus dari produk dalam negeri dengan mudah dan murah. Hal tersebut lama kelamaan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dapat dihilangkan. Kondisi tersebut merupakan faktor tingginya permintaan masyarakat akan barang-barang impor dari luar. Situasi tingginya permintaan dimanfaatkan oleh pengusaha luar dan oknum penyelundup. Tingginya permintaan barang dari luar tersebut dimanfaatkan oleh pengusaha luar yang bekerjasama dengan oknumoknum penyelundup. Mereka memasok barang-barang elektronik yang merupakan barang kelebih produksi dari negara mereka seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Tiongkok ke dalam Batam melalui cara diselundupkan. Hal ini untuk menghindari pungutan cukai yang dikenakan kepada barang-barang impor luar negeri. 125
Munculnya pasar-pasar ilegal yang didirikan oleh pedagang musiman Pasar ilegal atau yang kerapkali disebut sebagai Pasar Maling di Batam adalah fenomena yang sudah biasa. Masyarakat sudah terbaiasa mengaksesnya untuk mendapatkan barang-barang elektornik murah namun impor. Beberapa lokasi yang peneliti ketahui seperti Nagoya, Sei jodoh, Sekupang, Botania, Batu aji, merupakan lokasi pasar maling tersebut beroperasi. Pasar maling tersebut ada kaitannya dnegan praktek penyelundupan yang terjadi. Setelah barang diselundupkan maka barangbarang tersebut dibawa ke pasar maling dan diperjualbelikan oleh pedagang-pedagang disana dengan harga murah. Tentu saja pasar tersebut tidaklah legal karena tidak memliki izin secara resmi dari Pemerintah Kota Batam melalui Disperindag, namun lagi-lagi guna memuaskan hasrat masyarakat akan barang murah, maka tidak ada langkah nyata dari Pemerintah untuk membubarkan pasar tersebut. Adanya kerjasama antara pelaku penyelundupan dan oknum aparat Berdasarkan hasil wawancara tertutup dengan salah seorang narasumber dari instansi keamanan laut, suap menyuap / kerjasama merupakan hal yang lazim terjadi dalam fenomena ekonomi ilegal. Namun, tinggal lagi media juga tidak berani terlalu mempublikasikannya dikarenakan juga turut mendapat bagian. Praktek suap-menyuap pun kerap kali terjadi di pelabuhan-pelabuhan resmi di Batam. Dengan pemalsuan dokumen maka penyelundup dengan mudah memasok barang-barang ilegal ke dalam Batam. Namun, hal tersebut haruslah diganjar dengan 126
imbalan 20-25 juta kepada oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab di pelabuhan-pelabuhah resmi tersebut. Bukan hanya pengakuan dari oknum aparat saja, dari wawancara peneliti dengan penyelundup pun mereka secara terang-terangan mengaku bahwa memiliki backingan di dalam tubuh pemerintahan dalam hal ini lembaga keamanan. Relasi saling menguntungkan ini tentu saja sangat ditutup rapat oleh oknum aparat demi menjaga nama baik instansi dan pribadinya. Dari sini tampak keburukan-keburukan moral dari individu aparatur juga menjadi penyebab masih saja terdapat praktek-praktek ekonomi ilegal yang merugikan negara hingga milyaran rupiah setiap tahunnya. Dengan melihat banyaknya faktor-faktor penyebab terjadinya praktek ekonomi ilegal berupa penyelundupan dan perdagangan ilegal di Kota Batam baik faktor yang terlihat maupun yang tidak kasat mata yang sudah merugikan negara hingga milyaran rupiah, maka sampailah kepada pertanyaan apa yang telah dilakukan pemerintah untuk menangani kasus tersebut? Pemerintah pusat dan Daerah tentu saja tidak tinggal diam menanggapi maraknya praktek ekonomi ilegal yang merugikan negara tersebut. Pertama, pemerintah Pusat melalui KPU Bea Cukai Batam dan Bakamla memberikan wewenang untuk melakukan pengawasan dan penindakan pelanggaranpelanggaran lintas batas demi menciptakan keamanan perairan dan stabilitas ekonomi. Di tubuh KPU Bea Cukai yang paling penting yakni kapasitas regulatifnya berupa fungsi pengawasan yang dilakukan untuk meminimalisir 127
tindakan-tindakan ekonomi ilegal yang merugikan penerimaan negara karena tidak bercukai. KPU Bea dan Cukai Batam dilengkapi dengan sarana prasarana dan SDM guna menjalankan fungsinya. Namun, tetap saja dilapangan mereka masih menemukan hambatan-hambatan eksternal maupun internal. Kedua, Bakamla yang memiliki fungsi utama yaitu menjaga perairan Indonesia tetap aman dan selamat juga memiliki kapasitas regulatif. Mereka diberikan wewenang oleh regulasi untuk melakukan pengawasan berupa patroli laut, penyidikan maupun penindakan jika sewaktu-waktu terjadi pelanggaran-pelanggaran di perairan. Sebagai Pemerintah daerah Otonom Pemerintah Kota Batam juga memiliki andil tersendiri dalam melakukan penanganan terhadap praktek ekonomi ilegal. Mereka mengkoordinasikan dan melimpahkan wewenang kepada instansi di bawahnya seperti Disperindag dan Ditpolair yang berada di bawah Poltabes Barelang untuk memanfaatkan kapasitas regulatifnya untuk melakukan pengawasan lebih ketat lagi. Untuk Disperindag, pengawasan dilakukan di ruang lingkup daratan mulai dari pelanggaran-pelanggaran izin usaha sampai penyelundupan-penyelundupan yang dilakukan ke pasar-pasar di Batam. Pengawasan disperindag berbentuk sidak ke lapangan guna memeriksa kelengkapan izin usaha maupun kelegalan produk yang beredar di pasaran. Selanjutnya, Ditpolair sendiri hampir sama dengan Bakamla dan Bea Cukai yakni melakukan pengawasan berupa patroli laut, penyidikan terhadap praktek-prkatek ekonomi ilegal. Namun, yang membedakannya hanya sampai tahap penyidikan saja, untuk penindakan diserahkan kepada KPU Bea Cukai karena sudah menjadi 128
wewenang instasni tersebut. Kelemahan-kelemahan pun juga banyak dimiliki kedua instansi ini baik yang berasal dari internal instansi maupun eksternal. Kesimpulan akhir dari peneliti adalah berbagai macam upaya sudah dilakukan oleh pemerintah Pusat dan Daerah (Kota Batam) dalam melakukan fungsi pengawasan dengan kapasitas regulatif yang dimilikinya. Namun, berbagai macam kondisi membuat praktek ekonomi ilegal di Kota Batam seolah tidak pernah ada habisnya. Mulai dari kondisi geografis, banyaknya titik-titik masuk yang tidak resmi, pragmatisme masyarakat yang sangat sulit unutk diajak bekerjasama, konsumtifitas serta permintaan masyarakat yang tinggi akan barang impor sebagai konsekuensi dari dijadikkannya Batam sebagai kawasan perdagangan bebas dan daerah transitor barang impor, hingga keburukankeburukan moral internal oknum baik dipelabuhan tikus, resmi maupun di tengah laut yang melancarkan aksi penyelundup dengan praktek suap-menyuap membuat pemanfaatan kapasitas tersebut menjadi lemah. Peneliti menyimpulkan bahwa pengawasan yang dilakukan oleh Pemerintah Batam masih belum efektif karena belum bisa memenuhi prinsipprinsip pengawasan yang efektif seperti keteraturan dan kejelasan rencana kerja yang di dalamnya terdapat koordinasi dan kerjasama. Selain itu, karakteristik pengawasan yang efektif seperti fleksibel, objektif dan akurat masih dirasa kurang dengan membandingkan dengan kelemahan-kelemahan yang ditemukan ditambah kelemahan internal lembaga sendiri seperti keburukan moral aparatnya dengan praktek suap menyuap membuat pengawasan harus dimaksimalkan lagi bukan hanya terhadap kegiatan ekonomi illegal namun juga pengawasan terhadap kinerja aparatur sendiri yang dirasa masih kurang. 129
Dari melihat kelemahan-kelemahan yang bukan hanya berasal dari luar saja namun juga berasal dari internal pemerintah sendiri maka peneliti menyarankan bahwa proses penanganan praktek ekonomi ilegal sebaiknya bukan hanya menangkap dan mengadili oknum penyelundupnya saja, namun juga mengusut tuntas oknum aparat yang ada disebaliknya. Hal ini dikarenakan apabila tindakan tersebut dilakukan maka akan sedikit menggoyahkan oknum penyelundup untuk melakukan praktek ekonomi ilegal karena backingan mereka sudah diusut tuntas hingga ke akar-akarnya. Selain itu, juga menjadi peringatan untuk oknum aparat agar tidak berani-berani terlibat dalam praktek suapmenyuap. Hal baru yang juga penting untuk dilakukan perbaikan yaitu diperketat lagi pengawasan terhadap kinerja aparatur sehingga pengawasan bukan hanya terhadap kegiatan ekonomi illegal namun terhadap aparat yang dikerahkan untuk penanganannya sehingga menghasilkan kinerja yg optimal dan meminimalisir praktek korupsi dan suap-menyuap di internal lembaga sendiri. Kerjasama serta koordinasi antara sesama aparat keamanan adalah hal yang juga masih harus terus digalakkan. Membuang ego kelembagaan untuk menciptakan perairan Batam yang kondusif guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui perdagangan lintas negara yang sehat dan bersih dari suap menyuap maupun praktek ilegalitas. Pembaharuan sistem ekonomi di Batam dan menerapkan disiplin masyarakat akan konsumsi barang-barang impor luar negeri merupakan cara yang yang juga bisa ditempuh oleh Pemerintah baik Pusat maupun Daerah. 130