Penelitian Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisi Iklim

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KORELASI KELEMBABAN UDARA TERHADAP EPIDEMI DEMAM BERDARAH YANG TERJADI DI KABUPATEN DAN KOTA SERANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN DBD DENGAN VARIABILITAS IKLIM DI KOTA MANADO TAHUN Febriane C. Lohonauman*, Angela F. C. Kalesaran*, Windy Wariki**

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Climate change impact on dengue haemorrhagic fever in Banjarbaru South Kalimantan between

PREVALENSI DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING TAHUN Ronald Imanuel Ottay

HUBUNGAN VARIABILITAS IKLIM DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Epidemiologi dan Biosta s k Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhage Fever (DHF) banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DAN FAKTOR IKLIM DI KOTA BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS SPASIAL KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA MANADO TAHUN Daniel A. Mangole*, Angela F. C. Kalesaran*, Budi T.

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN IKLIM DAN SANITASI LINGKUNGAN TERHADAP PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Vol. 4 No. 2 Desember 2016 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I LATAR BELAKANG

SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM

Departemen Kesehatan Lingkungan. Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia Abstract

HUBUNGAN SIKAP DAN UPAYA PENCEGAHAN IBU DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNTUNG PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan snyamuk dari genus Aedes,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KELURAHAN MALALAYANG 2 LINGKUNGAN III

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh. virus Dengue yang ditularkan dari host melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

BAB I PENDAHULUAN. gigitan nyamuk dari genus aedes misalnya Aedes aegypti atau Aedes albovictus.

GAMBARAN PUNCAK KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH UTARA DAN SELATAN KOTA SUKABUMI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN IKLIM (CURAH HUJAN, SUHU UDARA, KELEMBABAN UDARA DAN KECEPATAN ANGIN) DENGAN KEJADIAN DIARE DI KOTA JAKARTA PUSAT PADA PERIODE TAHUN

Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

KONDISI IKLIM DAN POLA KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang menyebar

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kematian ( Padila 2013).

FAKTOR IKLIM DAN ANGKA INSIDEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI KABUPATEN SERANG

1. PENDAHULUAN Tahun

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue merupakan famili flaviviridae

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Tempat Waktu Penelitian C. Subjek Penelitian D. Identifikasi Variabel Penelitian E. Definisi Operasional Variabel...

FAKTOR KEBERADAAN BREEDING PLACE DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI SEMARANG

4. SEBARAN DAERAH RENTAN PENYAKIT DBD MENURUT KEADAAN IKLIM MAUPUN NON IKLIM

IQBAL OCTARI PURBA /IKM

I. PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di negara negara

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

MODEL PREDIKSI KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) BERDASARKAN FAKTOR IKLIM DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Jusniar Ariati* dan Athena Anwar*

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi masalah kesehatan internasional yang terjadi pada daerah tropis dan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Penyakit DBD merupakan masalah serius di Provinsi Jawa Tengah, daerah yang sudah pernah terjangkit penyakit DBD yaitu 35 Kabupaten/Kota.

PEMODELAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PADA DISTRIBUSI PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI KECAMATAN KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. virus dengue yang ditularkan dari gigitan nyamuk Aedes aegypti sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara serta Pasifik Barat (Ginanjar, 2008). Berdasarkan catatan World

HUBUNGAN IKLIM (CURAH HUJAN, SUHU, KECEPATAN ANGIN, dan KELEMBABAN) TERHADAP KEJADIAN DBD DI KOTA MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BAB I PENDAHULUAN. dewasa (Widoyono, 2005). Berdasarkan catatan World Health Organization. diperkirakan meninggal dunia (Mufidah, 2012).

Pola Sebaran Kasus DBD Di Kota Sukabumi Tahun The Distribution Pattern of Dengue Cases in Sukabumi in 2012

Unnes Journal of Public Health

PENGARUH FAKTOR IKLIM DAN KEPADATAN JENTIK AE.AEGYPTI TERHADAP KEJADIAN DBD

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia melalui perantara vektor penyakit. Vektor penyakit merupakan artropoda

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan. salah satu masalah kesehatan lingkungan yang cenderung

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Pengadaan dan Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti Pemeliharaan Nyamuk Aedes aegypti

PEMETAAN DAERAH RAWAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI PULAU BATAM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyebarannya semakin meluas. DBD disebabkan oleh virus Dengue dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Nyamuk merupakan salah satu golongan serangga yang. dapat menimbulkan masalah pada manusia karena berperan

BAB I PENDAHULUAN. WHO melaporkan dengue merupakan mosquito-borne disease yang tercepat

GAMBARAN PENDERITA DENGUE HAEMORRAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL JANUARI DESEMBER 2011

HUBUNGAN FAKTOR LINGKUNGAN FISIK DENGAN KEBERADAAN LARVA AEDES AEGYPTI DI WILAYAH ENDEMIS DBD DI KELURAHAN KASSI-KASSI KOTA MAKASSSAR 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengue (DEN) dari kelompok Arbovirus B, yaitu termasuk arthtropod-borne virus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue merupakan penyakit yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Aedes aegypti adalah jenis nyamuk yang tidak. asing di kalangan masyarakat Indonesia, karena

BAB I. Pendahuluan UKDW. data dari World Health Organization (WHO) bahwa dalam 50 tahun terakhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. selalu diusahakan peningkatannya secara terus menerus. Menurut UU No.36 Tahun 2009 tentang kesehatan, dalam pasal 152

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum

II MODEL MATEMATIKA PENYEBARAN PENYAKIT DBD

Model Potensi Penyebaran Penyakit Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Jember Menggunakan Metode Fuzzy

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENCEGAHAN DINI PENYEBARAN DEMAM BERDARAH DI KABUPATEN JEMBER MENGGUNAKAN METODE FUZZY

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GOGAGOMAN KECAMATAN KOTAMOBAGU BARAT KOTA KOTAMOBAGU

!"#$%&'()*'"%+),#&#+%-%'&).'&),#&/'0.%'&)$'"1'('2'-) 3&-32),#&%&/2'-'&)$3-3),#&.%.%2'&).'&),#+'1'&'&) 2#,'.')$'"1'('2' :;<5:;=)>9?

Transkripsi:

ACTA VETERINARIA INDONESIANA ISSN 2337-3202, E-ISSN 2337-4373 Vol. 5, No. 1: 22-28, Januari 2017 Penelitian Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Sukabumi Berdasarkan Kondisi Iklim (Dengue Hemorrhagic Fever Incidence in Sukabumi City according to Climate Condition) Lisa Hidayati 1*, Upik Kesumawati Hadi 2, Susi Soviana 2 1 Program Studi Parasitologi dan Entomologi Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor 2 Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor * Penulis untuk korespondensi: lisahidayatidnr@gmail.com Diterima 2 Oktober 2016, Disetujui 2 Desember 2016 ABSTRAK Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari famili Flaviridae yang ditularkan oleh serangga (arthropod borne virus = arbovirus) melalui perantara utama nyamuk Aedes aegypti. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim dengan kejadian DBD di Kota Sukabumi. Data iklim merupakan data sekunder yang diperoleh dari Badan Klimatologi Meteorologi dan Geofisika wilayah II Dramaga. Sedangkan data kasus DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Data dianalisa menggunakan analisis correlation pearson product moment dan regresi linear sederhana. Hasil penelitian tentang faktor iklim menunjukkan bahwa ada hubungan antara suhu udara dengan kasus DBD di kota Sukabumi di tahun 2010-2015, tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor iklim (curah hujan, dan kelembaban) dengan tingkat kejadian DBD karena data tidak dikumpulkan untuk jangka waktu yang cukup lama. Hasil ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam program pengendalian masa depan untuk Ae. aegypti, karena bisa dilakukan untuk meramalkan waktu pengendalian dan manajemen pengendalian yang efektif. Kata kunci: curah hujan, demam berdarah dengue, kelembaban udara, Kota Sukabumi, suhu udara ABSTRACT Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is a disease caused by virus family Flaviridae. The virus is transmitted by Aedes aegypti as major vector. This research aims to determine the correlation between climate factors and the incidence of DHF in Sukabumi City. Climate data were obtained from the Agency for Meteorology, Climatology and Geophysics Region II, Dramaga Bogor. Monthly notified dengue cases in Sukabumi City, Indonesia, were obtained from the Health department of Sukabumi. Data include cases from January 2010 - December 2015. Analyses between climate data and DHF data were performed on Correlation Pearson Product and simple linear regression. Results showed that there was a relationship between air temperature and DHF cases in Sukabumi City during 2010-2015 (p-value 0.032) with extremely weak and positive correlation. However, there was no significant relationship between climate factors (rainfall and humidity) and incidence level of DHF due to reasons such as data were not collected for a considerable period of time and incomplete data of DHF cases and climate. These results should be considered in future control programs for Ae. aegypti, because it can be performed to predict the time control and management of effective control. Keywords: air temperature, dengue hemorrhagic fever, humidity, rainfall, Sukabumi City 2017 Fakultas Kedokteran Hewan IPB http://www.journal.ipb.ac.id/indeks.php/actavetindones

Demam Berdarah Dengue di Kota Sukabumi 23 PENDAHULUAN Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dari famili Flaviridae yang ditularkan oleh nyamuk (arthropod borne virus = arbovirus) yaitu Aedes aegypti sebagai vektor utama dan Aedes albopictus vektor sekunder (Gubler, 1998; WHO, 2009). World Health Organization (WHO) melaporkan lebih dari 2,4 miliar orang dari 7,2 miliar (sekitar 40% dari penduduk dunia) saat ini terinfeksi virus dengue dan Indonesia masih menduduki urutan tertinggi kejadian DBD di Asia Tenggara (WHO, 2012). Kejadian DBD di Indonesia muncul sejak tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta (Ditjen PP & PL, 2011). Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD di Indonesia yang dilaporkan sebanyak 112 511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang (Incidence Rate/Angka kesakitan = 45,85 per 100 000 penduduk dan CFR/angka kematian = 0,77%). Jumlah kasus pada tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun 2012 dengan total kasus sebesar 90 245 kasus dengan IR 37,27. Kejadian DBD di 34 provinsi tercatat pada tahun 2014 sebesar 71 668 orang, 641 di antaranya meninggal dunia (Kemenkes, 2014). Kota Sukabumi menduduki peringkat pertama se-provinsi Jawa Barat untuk kasus DBD dari tahun 2010-2013 dan diikuti oleh kota Bandung dan Cimahi (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat 2015). Penderita DBD di Kota Sukabumi dari tahun 2011-2014 masih tinggi walaupun telah terjadi penurunan kasus pada tahun 2011 terdapat 531 kasus (IR = 149,12), namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan, tercatat penderita DBD sebanyak 922 kasus (IR = 252,88), 597 kasus (IR = 174,52) pada tahun 2013, dan sekitar 801 kasus (IR = 254,28) di tahun 2014 (DKK Sukabumi, 2015). Pengaruh perubahan iklim dapat menyebabkan populasi nyamuk meningkat dan pesat walaupun penanggulangan vektor rutin dilakukan. Perubahan iklim ini menyangkut curah hujan, kelembaban udara, dan suhu/temperatur lingkungan (Hale 2002). Penelitian mengenai hubungan iklim dan kejadian DBD di beberapa kota di Indonesia telah ba nyak dilakukan. Hal ini juga menjadi pertimbangan bahwa perlunya penelitian iklim di Kota Sukabumi mengingat masih tingginya kasus DBD di Sukabumi dan masih menempati urutan pertama kasus DBD tertinggi se-jawa Barat. Oleh karena itu perlu ada nya penelitian keterkaitan antara faktor iklim terhadap kejadian DBD di Kota Sukabumi sebagai data penunjang pengendalian vektor di Kota Sukabumi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan faktor iklim (suhu udara, curah hujan dan kelembaban udara terhadap kejadian DBD di Kota Sukabumi. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Kota Sukabumi secara geografis terletak di bagian selatan Jawa Barat di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada koordinat 106 45 50 Bujur Timur dan 106 45 10 Bujur Timur, 6 50 44 Lintang Selatan. Kota Sukabumi terletak pada ketinggian 584 m di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kota Sukabumi meliputi sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sukabumi di Kabupaten Sukabumi, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Nyalindung di Kabupaten Sukabumi, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi. Secara administratif, Kota Sukabumi dibagi ke dalam 7 (tujuh) Kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Puyuh, Cikole, Citamiang, Warudoyong, Baros, Lembur Situ dan Cibeureum. Kecamatan Lembur Situ merupakan Kecamatan yang terjauh dari pusat kota yakni sejauh 7 km. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan (Januari 2016 Juni 2016) yang dilakukan di Kota Sukabumi dengan mengumpulkan data kondisi iklim dan kejadian DBD selama 6 tahun (2010 2015). Disain Penelitian Jenis penelitian ini adalah studi ekologi menurut waktu. Studi ekologi menurut waktu adalah pengamatan kecenderungan (trend) jumlah kasus pada satu waktu atau lebih kelompok dalam suatu jangka waktu tertentu (Noor, 2008). Pengumpulan Data Kejadian Demam Berdarah Dengue dan Iklim di Kota Sukabumi Data kejadian DBD diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sukabumi dari 7 Kecamatan di Kota Sukabumi yang merupakan data kasus dari tahun 2010-2015. Data iklim Kota Sukabumi diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balai Besar Wilayah II Stasiun Klimatologi Darmaga Bogor dan Badan Pengelolaan Sumberdaya Air Kota (BPSDA) Sukabumi. Variabel curah hujan berasal dari 3 stasiun pengamatan di Kota Sukabumi yaitu Pos Klimatologi Ciaul, Pos Klimatologi Situ Mekar, dan Pos Klimatologi Cimandiri. Data kelembaban udara dan suhu udara hanya diperoleh dari 1 (satu) stasiun pengamatan yaitu Stasiun Golpara dari tahun 2010-2015. http://www.journal.ipb.ac.id/indeks.php/actavetindones

24 Hidayati et al. Analisis Data Analisis data kejadian DBD dan faktor iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban) dilakukan dengan analisis multivariat menggunakan uji korelasi-regresi dengan software SPSS 16.00. Analisis ini digunakan untuk memberi gambaran distribusi angka kejadian DBD yang dihubungkan dengan gambaran fluktuasi faktor iklim. Sebelum dilakukan analisis bivariat, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Uji normalitas dimaksudkan untuk menentukan data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat menentukan jenis uji statistik yang digunakan dalam analisis bivariat. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Selanjutnya, dilakukan uji korelasi pearson untuk analisis bivariat. Analisis bivariat korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen yaitu faktor iklim dengan variabel dependen yaitu angka kejadian DBD di Kota Sukabumi tahun 2010-2015. Analisis bivariat korelasi menurut Dahlan (2004) yaitu r=0,00-0,199; hubungan sangat lemah, r=0,20-0,399; hubungan lemah, r=0,40-0,599; hubungan sedang, r=0,60-1,799; hubungan kuat, dan r=0,80-1,000; hubungan sangat kuat. Selain itu, analisis juga dilakukan dengan melihat kemaknaan dari hasil korelasi melalui nilai probabilitas yang didapat dengan hipotesis H0= tidak ada hubungan (korelasi) antara dua variabel dan H1= ada hubungan (korelasi) antara dua variabel Bila tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95% maka jika probabilitas (p) yang didapat lebih besar dari 0,05 maka H0 diterima. Jika probabilitas (p value) yang diperoleh kurang dari 0,05 maka H0 di tolak. Sedangkan untuk mengetahui bentuk hubungan antara dua variabel digunakan analisis regresi linier sederhana. Tujuannya adalah untuk membuat perkiraan (prediksi) nilai variabel jumlah kasus DBD (variabel dependen) melalui variabel faktor-faktor iklim (variabel independen). HASIL Hasil uji normalitas selengkapnya dilihat pada Tabel 1. Setelah data diuji normalitas, variabel yang distribusi datanya tidak normal yaitu variabel curah hujan stasiun Ciaul karena nilai p-value Kolmogorovsmirnov <0,05. Hasil uji korelasi antara variabel iklim yang meliputi suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan berdasarkan 3 pos pengamatan terhadap kejadian DBD di Kota Sukabumi tahun 2010-2015 disajikan pada Tabel 2 dan 3. Korelasi curah hujan dengan kejadian DBD pada pos pengamatan Ciaul, Situ Mekar dan Cimandiri memiliki nilai p>0,05, arti nya tidak ada hubungan yang signifikan dengan kasus DBD. Korelasi antara kelembaban udara de ngan kejadian DBD juga memiliki nilai p>0,05. Hanya korelasi suhu udara dengan kejadian DBD menunjukan nilai yang signifikan (p= 0,032<0,05). Suhu (r=0,253 dan p=0,032) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian DBD dengan korelasi bernilai positif akan tetapi berkekuatan sangat lemah sebesar 6,4%. Korelasi suhu udara dengan kejadian DBD dapat dilihat pada peta kejadian DBD di Kelurahan Keramat Kecamatan Gunung Puyuh tahun 2014-2015. Kelurahan Keramat pada tahun 2014 termasuk ke dalam kategori insiden sedang (simbol kuning) dengan kelompok suhu rendah tetapi pada tahun 2015 meningkat menjadi kategori insiden tinggi (simbol merah) dengan suhu rendah (Gambar 1). Apabila dilihat pada tahun 2015, kenaikan kasus pada bulan Januari 2015 sebesar IR = ± 50 juga diikuti dengan kenaikan suhu udara sebesar 24 o C di Kota Sukabumi (Gambar 2). PEMBAHASAN Ekologi, perkembangan, perilaku, dan keberadaan nyamuk dan penularan penyakit dipengaruhi oleh faktor iklim. Suhu udara, curah hujan, dan kelem baban udara sangat berperan penting dalam perkembangbiakan nyamuk dan penularan agen penyakit. Pada titik jenuh tertentu, suhu memengaruhi daya tahan hidup telur dan nyamuk dewasa. Selain itu, suhu juga mempengaruhi penyebaran virus pada tiap tahap siklus hidup nyamuk (Burke, 2001). Suhu udara berpengaruh pada perkembangbiakan dari agen penyakit yang ditularkan oleh nyamuk (mosquito-borne pathogens), yang menyebabkan jumlah agen penyakit bertambah di dalam tubuh nyamuk (Leach & Medlock, 2015). Hal ini juga menyebabkan sekresi saliva lebih bersifat infected karena mengandung banyak virus yang bisa menularkan dengan cepat ke inang lain (Reiter, 2001). Kejadian Luar Biasa (KLB) DBD yang terjadi setiap tahun hampir di Indonesia berkaitan erat dengan pola iklim di Asia Tenggara (Hale et al., 2002). Hubungan Suhu Udara dengan Kejadian DBD Siklus gonotropik atau perkembangan telur, umur, dan proses pencernaan nyamuk dipengaruhi oleh temperatur. Gubler (1998) menyatakan bahwa suhu lingkungan berpengaruh terhadap masa 2017 Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Demam Berdarah Dengue di Kota Sukabumi 25 Tabel 1 Uji normalitas data Variabel p-value Inciden rate DBD 0,709 Curah hujan stasiun Ciaul 0,028 Curah hujan stasiun Cimandiri 0,638 Curah hujan stasiun Situ mekar 0,579 Suhu 0,170 Kelembaban udara 0,337 Tabel 2 Hasil uji korelasi variable iklim terhadap kasus DBD di Kota Sukabumi tahun 2010-2015 Variabel Insiden rate demam berdarah Dengue korelasi p-value n Curah hujan Ciaul -0,115 0,242 72 Curah hujan Situ mekar -0,092 0,524 72 Curah hujan cimandiri -0,071 0,792 72 Suhu 0,199 0,032 72 Kelembaban udara 0,145 0,216 72 Tabel 3 Hasil analisis regresi linear sederhana variable iklim terhadap kasus DBD di Kota Sukabumi tahun 2010-2015 Variabel Insiden rate demam berdarah Dengue r R2 Pers. Garis p Curah hujan Ciaul - - - 0.242 Curah hujan Situ Mekar - - - 0.524 Curah hujan Cimandiri - - - 0.792 Suhu 0.199 0.064 DBD=(-50.285)+3.363SU 0.032 Kelembaban udara - - - 0.216 inkubasi instrinsik. Peningkatan suhu sampai 34 o C akan mempengaruhi suhu air pada tempat perindukan nyamuk yang selanjutnya berpengaruh terhadap penetasan telur menjadi larva secara lebih cepat. Hubungan korelasi suhu udara di Kota Sukabumi dengan kejadian DBD memiliki korelasi sangat lemah dan berarah positif, artinya jika suhu meningkat maka kejadian DBD akan meningkat. Suhu udara Kota Sukabumi tergolong sejuk dengan kisaran 19-25 o C. Hal ini menyebabkan suhu udara di Kota Sukabumi tergolong ke dalam suhu optimal dalam perkembangan nyamuk, sehingga apabila terjadi peningkatan suhu maka akan menimbulkan kepadatan populasi nyamuk, peningkatan jumlah agen penyakit di dalam tubuh nyamuk dan akhirnya meningkatkan kejadian DBD. Terdapat hubungan yang bermakna antara suhu udara dengan kasus DBD di DKI Jakarta selama kurun waktu 2000-2009 dengan kekuatan sedang dan berarah negatif dikarenakan suhu udara rata-rata menurut data iklim tahunan di DKI Jakarta selama tahun 2000-2009 adalah 27,76 o C. Thai et al. (2010) menyatakan bahwa suhu udara secara signifikan berhubungan dengan kejadian DBD selama periode 2-3 tahun di Provinsi Binh Thuan, Vietnam. Hubungan Curah Hujan dengan Kejadian DBD Curah hujan merupakan faktor penentu tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk. Hujan dengan intensitas yang cukup akan menimbulkan genangan air di tempat-tempat penampung air sekitar rumah maupun di cekungan-cekungan yang merupakan tempat telur nyamuk menetas hingga menjadi pupa dan nyamuk dewasa. Curah hujan yang rutin menyebabkan genangan air melimpah dan memperbanyak tempat perindukan nyamuk. (Gubler, 1998). Curah hujan rata-rata tahunan di wilayah Kota Sukabumi terbilang cukup tinggi yaitu berkisar http://www.journal.ipb.ac.id/indeks.php/actavetindones

26 Hidayati et al. Gambar 1 Peta overlay persebaran kasus DBD dan suhu udara di Kota Sukabumi tahun 2014-2015. AI (Angka insiden); tinggi ( > 55), sedang (20 55), rendah (< 20) dan suhu udara; tinggi (> 25 o C), sedang (21-25 o C), rendah (< 21 o C). Gambar 2 Hubungan suhu udara dengan fluktuasi insiden rate DBD di Kota Sukabumi 2017 Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Demam Berdarah Dengue di Kota Sukabumi 27 antara ± 200 mm pada masing-masing pos pengamatan curah hujan. Hubungan yang tidak bermakna antara curah hujan dengan kejadian DBD dimungkinkan terjadi karena warga masyarakat melakukan pemberantasan sarang nyamuk sebelum musim penghujan datang. Bila dikaitkan dengan tempat perindukan nyamuk, curah hujan yang cukup tinggi dan jumlah hari hujan yang sedikit dapat mengakibatkan hilangnya tempat perindukan dan menurunkan jumlah nyamuk. Dini et al. (2010) juga melaporkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara curah hujan dengan insiden DBD di Kabupaten Serang tahun 2007 2008. Hasil ini berbeda dengan Iriani (2012) yang melaporkan terdapat korelasi antara curah hujan dan peningkatan jumlah kasus DBD pada anak di Kota Palembang tahun 2004-2010. Zubaidah (2012) menyebutkan bahwa curah hujan memiliki pengaruh yang cukup besar (27%) terhadap kejadian DBD di kota Banjarbaru tahun 2005-2010. Chen et al. (2012) menunjukan bahwa curah hujan yang ekstrim berhubungan dengan kejadian 8 penyakit menular di Taiwan selama periode tahun 2004-2008, di antaranya adalah penyakit DBD. Hubungan Kelembaban Udara dengan Kejadian DBD Angka kelembaban udara di Indonesia dapat mencapai 85%. Hal ini disebabkan Indonesia merupakan negara kepulauan yang lautannya lebih luas daripada daratan, sehingga udara lebih banyak mengandung air. Rata-rata kelembaban udara untuk pertumbuhan nyamuk adalah 65 90%. Kelembaban yang tinggi atau kisaran 85% akan memperpanjang umur nyamuk (betina dapat mencapai 104 hari dan jantan 68 hari) dan meningkatkan penyebaran virus. Sistem pernapasan nyamuk menggunakan pipa-pipa udara yang disebut trachea dengan lubang-lubang pada dinding nyamuk yang disebut spiracel. Ketika kelembaban rendah maka spiracel akan terbuka lebar tanpa ada mekanisme yang mengaturnya, sehingga menyebabkan penguapan air dalam tubuh nyamuk sulit. Ketika kelembaban kurang dari 60% maka hidup nyamuk akan pendek karena cairan tubuh tidak mencukupi untuk siklus pertumbuhan parasit dalam tubuh nyamuk (McMichael et al., 2006). Beberapa faktor yang memungkinkan timbulnya hubungan yang tidak bermakna antara kelembaban udara dengan kejadian DBD di Kota Sukabumi adalah kelembaban udara rata-rata tahunan di wilayah Kota Sukabumi tergolong kelembaban udara tinggi berkisar 91%, sedangkan kelembaban optimum terhadap metabolisme nyamuk Ae. aegypti berkisar antara 70 90%. Kemudian durasi waktu yang digunakan dalam penelitian ini terlalu singkat. Dulay et al. (2013) menjelaskan bahwa durasi waktu yang lebih akurat dalam menganalisis hubungan antara data kasus dengan data iklim (terutama curah hujan dan kelembaban udara) menggunakan data bulanan sekurang - kurangnya 10 tahun terakhir. Sintorini (2007) menyatakan bahwa curah hujan tidak secara langsung berpengaruh terhadap kepadatan nyamuk, tetapi secara tidak langsung melalui siklus kehidupan vektor. Faktor yang langsung berpengaruh terhadap kepadatan nyamuk adalah suhu udara dan kelembaban udara karena berpengaruh terhadap aktivitas dan metabolisme nyamuk. Wirayoga (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna sedang dengan arah positif antara kelembaban dengan kejadian DBD di Kota Semarang tahun 2006-2011. Selain itu, Zubaidah (2012) menyebutkan bahwa kelembaban udara memiliki pengaruh yang cukup besar (25%) terhadap kasus DBD di kota Banjarbaru tahun 2005-2010. Thai et al. (2010) melaporkan bahwa variabel iklim (kelembaban udara) secara signifikan berhubungan dengan kejadian DBD selama periode 2-3 tahun terakhir. Penelitian mengenai hubungan faktor iklim (curah hujan, kelembaban udara, dan suhu udara) dapat disimpulkan bahwa suhu udara mempengaruhi kejadian DBD di Kota Sukabumi dengan kekuatan sangat lemah dan berarah positif yang artinya terjadi peningakatan kasus apabila suhu udara meningkat, sedangkan curah hujan dan kelembaban udara tidak ada hubungan terhadap kejadian DBD. Diharapkan penelitian lanjutan yang menganalisis hubungan iklim dan kejadian DBD dengan durasi waktu yang lebih lama karena durasi waktu 6 tahun masih kurang untuk memprediksi pengaruh iklim terhadap kejadian DBD di Kota Sukabumi. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staff Departemen Parasitologi dan Entomologi Kesehatan dan Kepala Dinas Kesehatan Kota Sukabumi atas ijin, bantuan dan kerjasamanya selama pelaksanaan penelitian ini berlangsung, dan semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini. Penulis menyatakan tidak ada konflik kepen-tingan dengan pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. http://www.journal.ipb.ac.id/indeks.php/actavetindones

28 Hidayati et al. DAFTAR PUSTAKA Burke. 2001. Under the Weather: Climate, Ecosystems, and Infectious Disease. National Research Council: Washington. DC. Chen MJ, Lin CY, Wu YT, Wu PC, Lung SC, Su HJ. 2012. Effects of Extreme Precipitation to the Distribution of Infectious Diseases in Taiwan, 1994 2008. PLoS ONE 7(6): e34651. Dahlan MS. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Arkans. Dini AMV, Fitriany RN, Wulandari RA. 2010. Faktor iklim dan angka insiden demam berdarah dengue di Kabupaten Serang. Makara Kesehatan 14(10): 37-45. [Ditjen PP & PL] Direktorat jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. [DKK Sukabumi] Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. 2015. Laporan Tahunan Program Demam Berdarah. Sukabumi. Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2015. Laporan Tahunan Program Demam Berdarah. Sukabumi. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Dulay AVS, Bautista JR, Teves FG. 2013. Climate Change and Incidence of Dengue Fever (DF) and Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Iligan City, Lanao del Norte, Philippines. International Research Journal of Biological Sciences 2(7): 37-41. Gubler DJ. 1998. Dengue and dengue hemorragic fever. Clinical Microbiology Reviews 11(3): 480-496. Hale S, de Wet N, Maindonald J, Woodward A. 2002. Potential effect of population and climate changes on global distribution of dengue fever: an empirical model. The Lancet 360: 830-834. Iriani, Y. 2012. Hubungan antara curah hujan dan peningkatan kasus demam berdarah dengue anak di Kota Palembang. Sari Pediatri 13: 378-383. [Kemenkes RI] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Leach SA, Medlock JM. 2015. Effect of Climate Change on Vector-Borne Disease Risk in the UK. The Lancet 23: 1-10. http://dx.doi.org/10.1016/ S1473-3099(15)70091-5. McMichael AJ, Haines A, Sloof R, Kovats S. 1996. Climate Change and Human Health. Geneva: World Health Organization. Noor NN. 2008. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Reiter P. 2001. Climate change and mosquito-borne disease. Environmental Health Perspective 109: 141-161. Sintorini MM. 2007. Pengaruh iklim terhadap kasus demam berdarah dengue. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional 2:11-18. Thai KTD, Cazelles B, Nguyen NV, Vo LT, Boni MF, Farrar J, Simmons CP, Doorn HRV, Vries PJd. 2010. Dengue dynamics in Binh Thuan Province, Southern Vietnam: Periodicity, synchronicity and climate variability. PLoS Neglated Tropical Disease. 4:e747. Wirayoga, M. A. 2013, Hubungan kejadian demam berdarah dengue dengan iklim di Kota Semarang Tahun 2006-2011. Unnes Journal Public Health. 2: 1-9. [WHO] World Health Organization. 2009. Dengue Guidelines for Diagnosis, Treatment, Prevention and Control. WHO. Geneva. [WHO] World Health Organization. 2012. Global Strategy for Dengue Prevention and Control 2012-2020. WHO. Geneva. Zubaidah. 2012, Dampak perubahan iklim terhadap kejadian penyakit demam berdarah dengue di Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan selama tahun 2005-2010. BUSKI. 4:9-65. 2017 Fakultas Kedokteran Hewan IPB