FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN NEONATUS DINI DI RUANG PERINATALOGI RSUD TASIKMALAYA TAHUN Enok Nurliawati

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

ABSTRAK. Enok Nurliawati HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA BERAT DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSU DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

HUBUNGAN KEJADIAN PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD WATES KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

ANALISIS FAKTOR RISIKO USIA KEHAMILAN DAN PARITAS TERHADAP KEJADIAN ABORTUS. La Ode Ali Imran Ahmad Universitas Haluoleo Kendari.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Prevalensi Kejadian Asfiksia Neonatorum Ditinjau Dari Faktor Risiko Intrapartum Di PONEK RSUD Jombang

HUBUNGAN KEHAMILAN POSTTERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ABDUL MOELOEK

HUBUNGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR) DENGAN KEMATIAN NEONATAL DI RSUD. DR. H. ABDUL MOELOEK BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013 ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEHAMILAN SEROTINUS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD INDRAMAYU PERIODE 01 SEPTEMBER-30 NOVEMBER TAHUN 2014

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Angka kematian bayi di negara ASEAN dan SEARO tahun 2009 berkisar 2

Hubungan Antara Partus Lama Dan Kondisi Air Ketuban Dengan Kejadian Asfiksia Pada Bayi Baru Lahir (Stady Kasus Di Rsud Kota Salatiga Tahun 2012)

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar

Hubungan Antara Anemia Pada Ibu Hamil Dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah Di RS Pendidikan Panembahan Senopati Bantul

BAB I PENDAHULUAN. perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hubungan Usia Ibu dan Paritas dengan Tingkat Kejadian BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Plered, Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Tahun 2014

KELANGSUNGAN HIDUP BAYI PADA PERIODE NEONATAL BERDASARKAN KUNJUNGAN ANC DAN PERAWATAN POSTNATAL DI INDONESIA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD. PROF. DR. HI. ALOEI SABOE KOTA GORONTALO TAHUN Tri Rahyani Turede NIM

BAB III METODE PENELITIAN

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN PERINATAL DI KABUPATEN LAMPUNG UTARA TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA ANEMIA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

BAB I PENDAHULUAN. bagi perkembangan dan pertumbuhan bayi selanjutnya. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERSALINAN PRETERM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PRABUMULIH TAHUN 2014

HUBUNGAN PERSALINAN KALA II LAMA DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU. LAHIR DI RSUD.Dr.H. MOCH ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN Husin :: Eka Dewi Susanti

HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2015

BAB IV METODE PENELITIAN

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Maolinda et al.,persalinan Tindakan...

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMPSIA DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD ARJAWINANGUN TAHUN 2015

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

KARAKTERISTIK BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir (Hasan & Alatas, 2005).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN NILAI APGAR BAYI BARU LAHIR DI RSUD SUKOHARJO

BAB V PEMBAHASAN. bersalin umur sebanyak 32 ibu bersalin (80%). Ibu yang hamil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk pada ibu yang mengandung dan melahirkan bayi BBLR (Berat

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

ASFIKSIA FAKTOR DOMINAN PENYEBAB KEMATIAN NEONATAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

HUBUNGAN ANTARA KETUBAN PECAH DINI DENGAN PERSALINAN PREMATUR DI RUMAH SAKIT MUTIARA BUNDA SALATIGA

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD R.A KARTINI JEPARA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

PENDAHULUAN BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

HUBUNGAN PELAKSANAAN SENAM HAMIL TERHADAP KEJADIAN KALA II LAMA DI RSUD dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN TAHUN 2015 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Morbiditas dan mortalitas ibu dan anak meningkat pada kasus persalinan

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB V PEMBAHASAN. sucking. Responden yang digunakan dalam penelitian ini telah sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 1, April 2016 ISSN HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. (PBRT), Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan ruang rekam medik RSUP

HUBUNGAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA PERIODE NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

HUBUNGAN IBU HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RSU MEURAXA BANDA ACEH

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM

BAB I PENDAHULUAN. Organization (WHO), salah satunya diukur dari besarnya angka kematian

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

kelahiran hidup. Di Yogyakarta pada

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

HUBUNGAN UMUR KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA DI RSI SULTAN HADLIRIN JEPARA. Asmawahyunita, Ita Rahmawati, Sri Sundarsih Pasni

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. 45% dari kematian anak dibawah 5 tahun di seluruh dunia (WHO, 2016). Dari

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEMATIAN NEONATUS DINI DI RUANG PERINATALOGI RSUD TASIKMALAYA TAHUN 2012 Enok Nurliawati Program Studi D-III Keperawatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi dengan masih tingginya angka kematian bayi di Indonesia. Pada tahun 2012 di ruang Perinatalogi RSUD Tasikmalaya ada sebanyak 156 bayi dengan penyebab asfiksia, kelainan kongenital, BBLR dan lain-lain. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan faktor yang paling berpengaruh dalam kematian neonatal dini. Jenis penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan kohort retrospektif. Jumlah sampel sebesar 368 bayi dengan tehnik pengambilan sampel secara simple random sampling. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang paling berhubungan atau yang mempunyai risiko paling tinggi adalah asfiksia dengan nilai p = 0.000, RR= 6.759,CI 95% = 3.688 12.387 yang berarti bahwa neonatal dengan asfiksia mempunyai risiko 7 kali dibandingkan dengan neonatal yang tidak mengalami asfiksia atau normal. Kata kunci : Kematian neonatal dini, asfiksia,berat badan lahir, usia kehamilan, paritas, cara melahirkan PENDAHULUAN Laporan Millenium Development Goal s (MDG s) tahun 2010 di Indonesia menunjukkan bahwa angka kematian bayi telah mengalami penurunan dari 68 per 1.000 KH di tahun 1991 menjadi 34 per 1.000 KH di tahun 2007 dan mencapai 30 per 1.000 KH di tahun 2009., sedangkan penurunan kematian neonatal berlangsung lambat yaitu dari 32 per 1.000 KH pada tahun 1991, menjadi 17 per 1.000 KH pada tahun 2004 namun mengalami peningkatan lagi menjadi 19 per 1.000 KH di tahun 2007 (SDKI, 2007, MDG s, 2010 dan WHO, 2007 dan 2011). Dari data kematian tersebut menunjukkan bahwa 55,8% dari kematian bayi terjadi pada periode neonatal, sekitar 78,5%-nya terjadi pada umur 0-6 hari (Riskesdas 2007). Menurut Kosen dan Sarimawar (2005), penyebab utama kematian neonatal dini adalah infeksi (56%), asfiksia (45%) dan kelainan bawaan (11%) sedangkan kematian pada neonatal lanjut adalah infeksi (56%), berat badan lahir rendah (BBLR) dan prematuritas (14%), ikterus dan neonatal jaundice (14%), kelainan bawaan (7%) dan obstruksi usus (7%). Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya merupakan salah satu rumah sakit yang ada fasilitas rawat inap yang khususnya untuk bayi baru lahir yaitu ruang Perinatologi. Angka kunjungan ruang Perinatologi Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya pada tahun 2012 adalah 4.672 orang. 121

Dari studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Rumah Sakit Umum Kota Tasikmalaya tercatat pada tahun 2012 jumlah seluruh bayi yang di rawat di Perinatologi adalah sebanyak 4.672 bayi dengan jumlah bayi yang meninggal yaitu sebanyak 156 bayi dengan penyebab asfiksia, kelainan kongenital, BBLR dan lain-lain (Rekam Medik RSUD Kota Tasikmalaya, 2013). METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan kohort retrospektif. Dalam penelitian ini terdiri dari dua varabel yaitu variable independen kematian neonatal dini dan variabel dependen adalah asfiksia, berat badan lahir, usia kehamilan, paritas dan cara melahirkan. Pengumpulan data dilakukan secara simple random sampling dengan jumlah sampel yang digunakan sebanyak 368 bayi. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder yaitu dari catatan rekam medis. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Kondisi Neonatal Dini dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal Dini Hasil analisis univariat dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Disribusi Responden Berdasarkan Kondisi Bayi dan Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian neonatal Dini Di Ruang Perinatalogi RSUD Tasikmalaya Januari Desember 2012 ( N =368) No. Variabel Jumlah Prosentase 1 Kondisi Neonatal : Hidup Mati 222 146 60.3% 39.7% 2 Asfiksia : Tidak asfiksia Asfiksia 116 252 31,5% 68.5% 3 BBL : Normal BBLR 198 170 53.8% 46.2% 4 Paritas : Primipara Multipara 141 227 38.3% 61.7% 5 Usia Kehamilan : Matur 219 59.5% Prematur 6 Cara persalinan : Spontan Buatan 149 240 128 40.5% 65.2% 34.8% Berdasarkan tabel di atas maka distribusi responden tidak sama. Kondisi neonatal dini yang hidup sebanyak 222 orang (60.3%) dan neonatal dini yang meninggal dunia sebanyak 146 orang (39.7%). Dikatagorikan meninggal apabila bayi baru lahir yang usianya kurang atau sama dengan 7 hari dinyatakan minggal secara medis. Berdasarkan tabel di atas maka sebagian besar mengalami asifiksia yaitu sebanyak 252 orang (68.5%) dan sebagian lagi 122

sejumlah 116 orang (31.5%) tidak mengalami asfiksia atau normal. Berat badan bayi pada saat lahir sebagian besar masuk dalam katagori normal atau beratnya pada saat lahir sama atau lebih besar dari 2.500 gram sebanyak 198 orang (53.8%). Sedangkan yang mengalami berat badan lahir rendah sebanyak 170 orang (46.2%). Berdasarkan usia kehamilan atau maturitas kehamilan sebagian besar masuk dalam katagori matur atau usia kehamilan lebih dari atu sama dengan 36 minggu dan kurang dari atau sama dengan 42 minggu yaitu sebanyak 219 orang (59.5%). Sedangkan yang masuk dalam katagori premature sebanyak 149 orang (40.5%). Berdasarkan cara kelahiran sebagian besar bayi dilahirkan secara spontan yaitu sebanyak 240 orang (65.2%) dan sebanyak 128 orag (34.8%) dilahirkan dengan cara persalinan buatan yaitu dengan seksio sesarea dan vakum ekstraksi sebanyak 128 orang (34.8%). 2. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Neonatal Dini Hasil analisa bivariat dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Faktor-faktor Berhubungan dengan Kematian neonatal Dini di Ruang Perinatalogi RSUD Tasikmalaya pada Januari Desember 2012 ( N=368) Kondisi Neonatal Total RR P Katagori Hidup Mati (95% CI) Value n % N % n % Asfiksia : 1. Tidak asfiksia 2. Asfiksia 122 86.2 48.4 16 130 13.8 51.6 116 252 1.781 (1.538 2.062) 0.000 Berat Bayi Lahir : 1.Normal 2. BBLR Paritas : 1.Primipara 2. Multipa Usia Kehamilan : 1. Matur 2. Prematur Cara persalinan : 1. Spontan 2.Buatan 141 81 74 148 148 74 133 89 71.2 47.6 52.5 65.2 67.6 49.7 55.4 69.5 57 89 67 79 71 75 107 39 28.8 52.4 47.5 34.8 32.4 50.3 44.6 30.5 198 170 141 227 219 149 240 128 1.495 (1.247.- 1.791) 0.085 (0.670-0.967) 1.361 (1.130 1.639) 0.797 (0.678 0.937) 0.000 0.021 0.001 0.012 Berdasarkan hasil analisis hubungan anatara asfiksia dan kondisi bayi didapatkan hasil bahwa bayi yang mengalami asfiksia dan meninggal sebanyak 130 orang (51.6%) dan bayi yang tidak mengalami asfiksia aau normal dan meninggal sebanyak 16 orang (13.85). Hasil uji statisik diperoleh nilai p 0.000 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan 123

yang bermakna antara asfiksia dengan kematian neonatal dini. Berdasarkan tabel silang antara berat badan bayi lahir dan kondisi bayi dapat dilihat bahwa sebanyak 57 orang (28.8%) bayi yang berat badannya normal meninggal dunia. Bayi yang mengalami berat badan lahir rendah sebanyak 89 orang (52.4%) meninggal dunia. Analisis lebih lanjut menunjukan bahwa nilai p 0.000 yang berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara berat badan bayi lahir dan kematian neonatal dini. Analisis anatara puritas dan kondisi bayi menunjukan bahwa sebanyak 67 orang (47.5%) kelahiran bayi pertama mengalami kemtian pada usia sama atau sebelum hari ketujuh. Bayi yang dilahirkan dari ibu multipara sebanyak 79 orang (34.8%) meinggal dunia. Nilai p 0.021 menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara paritas dan kematian neonatal. Analisis antara usia kehamilan dan kondisi bayi menunjukan bahwa bayi yang dilahirkan pada kehamilan matur yang meninggal dunia sebanyak 71 orang (32.4%) dan bayi yang dilahirkan pada kehamilan premature yang meninggal dunia sebanyak 75 orang (50.3%). Lebih lanjut analisis statistic menunjukan bahwa nilai p 0.001 yang berarti ada hubungan yang bermakna antara usia kehamilan dengan kematian neonatal dini. Berdasarkan tabel silang antara cara kelahiran dan kondisi bayi menunjukan bahwa sebanyak 107orang (44.6%) bayi yang dilahirkan secara spontal meninggal dunia dan sebanyak 39 orang (30.5%) bayi yang dilahirkan dengan cara buatan mengalami kematian. Analisis lebih lanjut menunjukan nilai p 0.012 yang berarti ada hubungan yang bermakna anatara cara kelahiran dengan kematian neonatal dini. 3. Faktor Yang Paling Berhubungan dengan Kematian Neonatal Dini Berdasarkan hasil analisis bivariat yang maka dapat dilihat nilai p untuk masing-masing variable. Apabila nilai p dari variable < 0.25 maka dapat dimasukan ke dalam tahap multivariat sehingga dapat dilihat faktor yang paling berhubungan dengan kematian neonatal dini. Dari hasil analisa bivariat di atas maka dapat dilihat bahwa semua vairabel dapat menjadi kandida dalam analisis multivariate dan hasil akhirnya dapat dilihat pada tabel 3 di bawah ini. 124

Tabel 3. Pemodelan terakhir antara faktor-faktro yang berhubungan dengan kematian neonatal dini di Ruang Perinatalogi RSUD Tasikmalaya pada Januari Desember 2012 No Variabel P value Exp (B) 95,0% C.I. for Exp.(B) Lower Upper 1 Asfiksia 0.000 6.759 3.688 12.387 2 Berat Badan Lahir 0.001 2.699 1.505 4.839 3 Usia Kehamilan 0.950 0.981 0.545 1.769 4 Paritas 0.003 0.478 0.295 0.775 Berdasarkan hasil pemodelan terkhir maka dapat dilihat bahwa RR yang paling besar adalah asfiksia yaitu 6.759. Hal tersebut berarti bahwa neonatal dini yang mengalami asfiksia mempunyai risiko 7 kali lebih besar dibandingkan dengan neonatal dini yang tidak mengalami asfiksia. PEMBAHASAN Kehidupan seorang bayi dimulai sejak terjadinya konsepsi dan tumbuh dalam rahim ibu selama 40 minggu. Di dalam rahim janin mengalami pertumbuhan dan perkembangan dan semua kebutuhannya tergantung kepada ibunya. Pada akhir kehamilan atau pada usia 40 minggu kehamilan secara alamiah akan terjadi proses persalinan secara spontan akan tetapi apabila ada kelaianan maka dapat dilakukan persalinan buatan. Bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan yang matur pada umumnya mempunyai berat badan di atas 2.500 gram dan diharapkan mampu beradaptasi dengan kehidupan di luar uterus sehingga bayi dapat hidup sampai dewasa. Akan tetapi dalam perkembangannya ada yang meninggal sebelum usia bayi mencapai 7 hari kehidupan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor ibu dan bayi. Berdasarkan hasil analisis menunjukan bahwa asfiksia, berat badan lahir, paritas, usia kehamilan dan cara kelahiran ada hubungan yang bermakna dengan kematian neonatal dini. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian Jaya dan Soemantri (2001) bahwa penyebab kematian bayi berusia 0 7 hari (early neonatal death) adalah asfiksia, berat badan lahir rendah dan prematuritas. Dan juga sesuai dengan hasil penelitian Setyabudi (1999) yang menyatakan bahwa peyebab kematian neonatal dini terbanyak adalah sepsis, gagal nafas dan asfiksia berat. Pada bayi yang dilahirkan prematur (melahirkan sebelum usia kehamilan mencapai usia 36 minggu) belum mengalami pertumbuhan dan perkembangan secara sempurna, sehingga akan mengalami risiko terjadinya berat badan lahir rendah dan adanya kegagalan dalam sistem pernafasan karena zat surfaktan belum ada sehingga paru-paru tidak bisa mengembang secara sempurna yang akibatnya bayi akan mengalami asfiksia. Hal tersebut sesuai dengan hasil peneliian Ekayanti,dkk (2012) bahwa usia kehamilan dan berat badan lahir 125

mempunyai kontribusi atau berpengaruh terhadap status kesehatan neonatal. Pada hasil analisis lebih lanjut ditemukan bahwa pada neonatal yang mengalami asfiksia mengalami risiko kematian neonatal dini dibandingkan dengan bayi yang normal (tidak mengalami asfiksia) yaitu sebesar 7 kali. Faktor resiko terjadinya asfiksia terkait beberapa kondisi yang berhubungan dengan kehamilan, proses persalinan dan melahirkan, antara lain adalah penyakit ibu seperti diabetes, hipertensi dalam kehamilan, penyakit hati dan ginjal serta penyakit koligen dan pembuluh darah, faktor janin seperti prematuritas, pertumbuhan janin terhambat dan cacat bawaan, serta proses persalinan dan melahirkan seperti gawat janin dengan atau tanpa mekonium dalam cairan ketuban, serta penggunaan anestesi dan analgesik golongan narkotika. Beberapa faktor resiko asfiksia neonatorum dengan kategori-kategori antara lain : faktor resiko anterpartum, intrapartum, dan karakteristik janinnya (Nurhayati, 2009). Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi asfiksia transient, proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang kemoresepor pusat pernafasan agar terjadi primary gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen selama kehamilan dan persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversible atau tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apneu (primary apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung, selanjutnya bayi akan memeperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apneu kedua (secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis repiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang asam organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya 126

sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tingginya resitensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan ke sistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya (Nurhayati,2009). IMPLIKASI Hasil penelitian ini berimplikasi terhadap penatalaksanaan pelayanan kesehaan ibu dan anak. Dalam hal ini adalah penatalaksanaan asuhan keperawatan pada ibu masa kehamilan, persalinan dan pada bayi bari lahir khusunya penatalaksanaan pada bayi dengan asfiksia. KESIMPULAN Sebagian besar kondisi neonatal dini yang dirawat di ruang perinatalogi RSUD Kota Tasikmalaya adala hidup yaitu 222 orang (60.3%) dan yang meninggal sebanyak 146 orang (39.7%). Faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian neonatal dini adalah asfiksia dengan nilai p= 0.000; berat badan lahir dengan nilai p =0.000, paritas dengan nilai p = 0,021, usia kehamilan dengan nilai p = 0.001, cara melahirkan dengan nilai p = 0.012. Hasil faktor yang paling berhubungan atau yang mempunyai risiko paling tinggi adalah asfiksia dengan nilai p = 0.000, RR= 6.759,CI 95% = 3.688 12.387 yang berarti bahwa neonatal dengan asfiksia mempunyai risiko 7 kali dibandingkan dengan neonatal yang tidak mengalami asfiksia atau normal. SARAN Perlu dilakukan penelitian dengan metode penelitian yang berbeda dengan varabel yang lebih banyak. DAFTAR PUSTAKA ACOG. 2009. Issues New Guidelines on Managing Stillbirth. http://www.acog.org. diakses pada tanggal 23 Juli 2013. BobakI.M, Lowdermilk,D.L., dan Jensen, M.D. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas.( Wijayarini,M.A. & Anugerah, P.I.). Edisi 4. Jakarta: EGC Ekayanti Hafidah A,dkk. 2012. Faktor Deternitan Status Kesehatan Neonatal di RSKDIA Siti Fatimah Makasar, Kesmas. Vol. 6 No.3 Guyton dan Hall. (2007). Fisiologi kedokteran, buku ajar, ( Setiawan,dkk, Penerjemah). Jakarta: EGC Jaya dan Soemantri. 2001. Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir 127

(Neonatal) dan Sisem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia SKRT 2001. Puslitbang Ekologi, Badan Litbangkes. Jehan,Et All. 2009. Neonatal Mortality, Risk Factors And Causes: A Prospective Population-Based Cohort Study In Urban Pakistan, Bulletin of the World Health Organization;87:130-138. doi: 10.2471/BLT.08.050963 Notoatmodjo.S. ( 2005). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nurhayati. 2009. Asuhan Keperawatan Bayi Baru Lahir, Jakarta: EGC Pilliteri,A. (2003). Maternal & child health nursing: Care of the childbearing & childbearing family. (4 th Ed). Philadelphia: Lippincott. Saifudin (editor). 2006. Buku Acuan Nasional :Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Setiadi. ( 2007). Konsep & penulisan riset keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu Setyabudi M.T. 1999. Beberapa Faktor Risiko Kematian Neonatal pada Seksio Sesarea. Tidak dipublikasikan 128