BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BAB I PENDAHULUAN. yang belum bisa ditangani dengan tuntas, terutama dikota-kota besar. Rata-rata

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan, yang dibuang karena sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

PENGOLAHAN SAMPAH SUNARYO HADI WARSITO

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Serta peraturan di indonesia memang agak rumit, dan tidak benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

DWI SETYO ASTUTI A

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) By. Gotri Ruswani, S.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Selain karena pengelolaannya yang kurang baik, budaya masyarakat. Gambar 1.1 Tempat Penampungan Sampah

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan perkebunan ataupun pabrik biji kopi yang jika tidak dimanfaatkan akan

KKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk dunia bergerak cepat dan terus bertambah. Sejarah

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

TEKNIK PENGOMPOSAN SAMPAH ORGANIK. Oleh : Zumrodi, S.Si, MIL

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH PENGOLAHAN SAMPAH KATA PENGANTAR

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

PENGOLAHAN DAN PEMANFAATAN SAMPAH ORGANIK MENJADI BRIKET ARANG DAN ASAP CAIR

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

PENGOLAHAN SAMPAH SAYUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAKAKURA SERTA PENGARUH EM4 DAN STATER DARI TEMPE PADA PROSES PEMATANGAN KOMPOS.

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi

PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

III. METODOLOGI PENELITIAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN. Sub Pokok Bahasan : Pegelolaan Sampah : Masyarakat RW 04 Kelurahan Karang Anyar

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia merupakan negara yang sedang berupaya

KUISIONER FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KAMPUNG APUNG RT10/01 KELURAHAN KAPUK JAKARTA BARAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. Starter dengan larutan gula

PEMBANGUNAN BERWAWASAN LINGKUNGAN ( Pertemuan ke-7 ) Disampaikan Oleh : Bhian Rangga Program Studi Pendidikan Geografi FKIP -UNS 2013

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sektor pariwisata di suatu daerah akan menarik sektor lain untuk

I. PENDAHULUAN. atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat karena sampah merupakan awal dari penyebab berbagai penyakit

PERBEDAAN FISIK DAN KIMIA KOMPOS DAUN YANG MENGGUNAKAN BIOAKTIVATOR MOL DAN EM 4

Gambar 2.1 organik dan anorganik

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI AKTIVATOR DALAM PROSES PENGOMPOSAN SEKAM PADI (Oryza sativa)

Tentang Lingkungan Hidup. Wan Muhamad Idris Baros Management

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai sumber pencemaran. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik dan

Pembuatan Kompos - - Yogyakarta, 30 Mei 2008

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat maupun oleh lembaga pemerintah tetapi seringkali hanya

PRESENTASI SINGKAT KAJIAN PENGOLAHAN PUPUK ORGANIK CAIR DAN PADAT DARI LIMBAH TERNAK YANG DIPERKAYA DENGAN MOL SERTA APLIKASINYA PADA TANAMAN

Henita Rahmayanti. Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Jakarta, Jl. Rawamangun Muka, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. batubara dan lainnya menjadikan harga energi terus maningkat. Negara Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa mengenai

BAB III STUDI LITERATUR

DAMPAK KEBERADAAN TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) TERHADAP KONDISI LINGKUNGAN DI DESA SUKOSARI KECAMATAN JUMANTONO KABUPATEN KARANGANYAR

EVALUASI PROSES KOMPOSTING DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI KOMPOS

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kajian Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah Secara Terpadu Di Kampung Menoreh Kota Semarang. Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

1. Pendahuluan ABSTRAK:

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh Negara di dunia. Tidak hanya di Negara-negara berkembang, tetapi juga di Negara-negara maju sampah selalu menjadi masalah. Sampah yang menumpuk sudah tentu akan menjadi masalah karena mengganggu penduduk di sekitarnya. Menurut ilmu kesehatan lingkungan, sampah atau refuse adalah sebagian dari benda yang dipandang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau harus dibuang sedemikian rupa sehingga tidak sampai mengganggu kelangsungan hidup, yang pada umumnya berasal dari kegiatan manusia termasuk kegiatan industri, tetapi bukan biologis karena human waste atau kotoran manusia tidak termasuk didalamnya dan umumnya bersifat padat (Chandra, 2007). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya adalah yang berasal dari pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, jalan, dan rumah tangga. Sampah rumah tangga adalah suatu bahan yang terbuang dari hasil aktivitas manusia yang belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mencemari lingkungan. Sampah ini berasal dari lingkungan perumahan atau pemukiman, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Sampah rumah tangga terbagi atas sampah organik dan sampah anorganik. Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari SDM (sumber daya manusia) yang tidak dapat diperbaharui lagi contohnya 1

2 seperti kertas, karton, sampah plastik, kaca, kaleng, dan lain-lain. Sedangkan sampah organik merupakan sampah yang berasal dari makhluk hidup, baik manusia, hewan maupun tumbuhan, pada umumnya berupa sampah dapur seperti sisa-sisa makanan, buah-buahan, sayuran dan sebagainya. Sampah organik dibagi menjadi dua, yaitu sampah organik basah dimana sampah mempunyai kandungan air yang cukup tinggi dan sampah organik kering, biasanya dari bahan yang kandungan airnya kecil. Dampak sampah organik rumah tangga sangat merugikan manusia baik secara langsung maupun tidak langsung, karena dapat mencemari lingkungan. Apabila lingkungan sudah tercemar maka akan berdampak pada kesehatan manusia, potensi bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan seperti penyakit yang menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah, karena pengelolaan tidak tepat dan pengelolaan sampah yang kurang memadai (Basriyanta, 2006). Hal ini yang dapat menyebabkan masalah yang ditimbulkan dari sampah organik rumah tangga khususnya di Indonesia. Rata-rata setiap harinya kota besar di Indonesia menghasilkan puluhan ton sampah. Meningkatnya jumlah penduduk secara signifikan serta adanya perubahan pola konsumsi masyarakat secara tidak langsung menambah volume, jenis, dan karakteristik sampah, bahkan semakin beragam. Permasalahan sampah yang timbul hakikatnya juga menjadi permasalahan Nasional, yang perlu dilakukan penanganan secara komprehensif, terpadu, ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.

3 Indonesia memiliki jumlah penduduk 237 juta jiwa berbanding lurus dengan produksi sampah setiap harinya. Karena setiap orang rata-rata menghasilkan 1-2 kg sampah setiap hari, maka jumlah sampah yang menumpuk setiap hari bisa mencapai 474.000 ton dan 70% - 80% di antaranya adalah sampah organik, serta sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan dapur maupun dari pekarangan. (Dirjen PP LP, Kemenpu RI, 2014). Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor yang mempengaruhi jumlah sampah selain aktivitas penduduk antara lain adalah jumlah atau kepadatan penduduk, keadaan geografi, musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi, tingkat sosial ekonomi, serta sistem pengolahan sampah. (Sasmita, 2009). Pengolahan sampah merupakan suatu upaya untuk mengurangi volume sampah atau merubah bentuk menjadi sesuatu yang bermanfaat. Pengelolaan sampah selama ini adalah dikumpulkan, ditampung di Tempat Penampungan Sementara (TPS) dan akhirnya dibuang ke Tempat Penampungan Akhir (TPA), hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan sampah di setiap rumah tangga, TPS dan TPA (Damanhuri, 2010). Sistem penanganan sampah yang ada sekarang masih mengandalkan pada Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA), sebagai tempat buangan sampah mulai dari tingkat rumah tangga hingga kecamatan. Dalam penanganan sampah, masalah bau busuk dan belum optimalnya pemanfaatan sampah organik dan non organik seharusnya menjadi sesuatu yang perlu mendapatkan perhatian dengan berbagai cara penanganan

4 sampah karena sampah bisa memiliki nilai positif baik dari sisi ekonomi maupun lingkungan khususnya lingkungan rumah tangga. Provinsi Gorontalo merupakan salah satu provinsi dengan jumlah penduduk yang setiap saat produksi sampahnya meningkat. Dimana per harinya sampah di Gorontalo mencapai 450 ribu kg. Berdasarkan data tahun 2014 menunjukkan bahwa jumlah sampah di Kota Gorontalo yang diangkut ke TPA sebesar 8.760 m 3 /bulan atau 57,96%, yang dijadikan kompos sebesar 75 m 3 /bulan, daur ulang sebesar 1.023 m 3 /bulan atau 6,77% dan yang belum terangkut atau tertangani mencapai 5.255 m 3 /bulan atau 34,77%. Hal ini menunjukkan kebijakan pengelolaan sampah di Kota Gorontalo masih mengikuti paradigma lama, dimana sampah dikumpulkan, kemudian diangkut dan akhirnya dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (DLH Kota Gorontalo, 2014). Untuk mengurangi volume sampah yang ada di Kota Gorontalo, dilakukan 4 prinsip penanganan sampah yaitu reduce (mengurangi), reuse (memakai kembali), recycle (mendaur ulang), dan replace (mengganti), selain itu perlu dilakukan pemanfaatan sampah organik khususnya sampah rumah tangga untuk menjadi kompos dalam menanggulangi dan mengurangi timbunan sampah, sehingga dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Salah satu metode sederhana dan ramah lingkungan yang dapat dilakukan dalam membuat kompos dari sampah organik rumah tangga yakni dengan menggunakan metode takakura. Metode takakura merupakan suatu cara pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga dengan menggunakan keranjang. Proses pengomposan ala keranjang takakura merupakan proses pengomposan aerob, dimana udara

5 dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi kompos (Widyawati, 2012). Proses pengomposan ini dilakukan dengan cara memasukkan sampah organik yang sudah tercacah ke dalam keranjang. Media atau lapisan yang dibutuhkan dalam proses pengomposan yaitu dengan menggunakan sampah organik, sekam padi mentah, dan kompos jadi. Kompos jadi merupakan aktivator pengomposan yang digunakan pada proses pengomposan takakura. Aktivator atau yang biasa disebut dengan inoculant merupakan bahan berbentuk padat dan cair dalam media pertumbuhan dan penyedia mikroorganisme pengurai bahan organik. Penambahan aktivator pada pembuatan kompos adalah bagian dari usaha untuk mempercepat proses pengomposan, karena sesungguhnya pada bahan material pembentuk kompos sendiri sudah mengandung banyak jasad renik khususnya yang berperan dalam perombakan zat kimia lainnya. Kompos jadi juga berfungsi sebagai bahan yang membantu mempercepat proses pembuatan pupuk organik dan meningkatkan kualitas pupuk yang dihasilkan. Berbagai upaya dapat dilakukan untuk mempercepat proses pengomposan, diantaranya adalah dengan menggunakan aktivator pengomposan kompos jadi dan penambahan starter dengan menerapkan MOL (Mikro Organisme lokal) dalam mempercepat penguraian sampah organik menjadi kompos. Di pasaran banyak MOL produksi luar maupun dalam negeri dijual dengan harga yang cukup mahal, seperti starter siap pakai EM4 (Efektif Mikroorganisme-4), namun akan lebih hemat bila menggunakan starter dengan buatan sendiri yang alami dan tidak merusak lingkungan juga tidak berbahaya

6 bagi makhluk hidup. Starter buatan sendiri ini biasa disebut dengan MOL (Mikro Organisme Lokal), yang berfungsi untuk mempercepat proses pembuatan kompos. Bahan yang dapat digunakan untuk membuat MOL bisa bermacam-macam tergantung bahan-bahan lokal dan alami yang dipakai sebagai aktivator dalam pengomposan (Lamapaha dkk, 2013). Salah satu cara untuk mendapatkan kompos organik adalah dengan menggunakan aktivator berupa starter dari tape (fermentasi singkong/umbi kayu) dan nasi basi. Nasi basi atau nasi bekas biasanya hanya dibuang begitu saja atau diberikan kepada hewan peliharaan. Selain nasi basi dijadikan sebagai bahan pakan ternak, dapat juga dimanfaatkan untuk starter pembuatan pupuk kompos organik. Sedangkan tape singkong berasal dari singkong atau ketela pohon yang difermentasi dengan menggunakan ragi. Ragi adalah sejenis mikroorganisme positif pada tape yang bekerja secara anaerob. Fermentasi pada tape dilakukan oleh mikroorganisme-mikroorganisme penghasil enzim fermentase dan enzimenzim lainnya yang dibutuhkan pada proses fermentasi. Pemilihan aktivator ini didasarkan pada keberadaan mikroorganisme yang terdapat didalamnya yaitu sebagai dekomposer sampah organik. Dalam proses pengomposan, peningkatan mikroorganisme merupakan faktor yang penting dalam menentukan proses dekomposisi bahan organik. Untuk itu, dilakukan penambahan starter tape dan nasi basi terhadap waktu dalam mempercepat proses pengomposan. Manfaat penambahan starter pada metode takakura ini berfungsi untuk menguraikan bakteri mikroorganisme hidup yang menguntungkan.

7 Dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Irlianti (2013) menggunakan sampah sayur dengan menambahkan Efektif Mikroorganisme-4 (EM4) dan starter tempe atau bahan yang mengandung biakan jamur tempe pada metode takakura untuk proses pematangan kompos. Pada hasil akhir penelitian lama waktu pengomposan dengan EM4 selama 15 hari, pengomposan dengan starter tempe selama 14 hari, dan lama waktu pengomposan tanpa starter selama 16 hari. Berdasarkan uraian diatas, pada penelitian ini penulis ingin melakukan penelitian mengenai pengolahan sampah organik rumah tangga yang berasal dari dapur secara sederhana untuk menjadi kompos dengan penambahan starter tape dan starter dari nasi basi. Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul Perbedaan Starter Tape dan Nasi Basi terhadap Waktu Pengomposan Sampah Organik Rumah Tangga dengan Metode Takakura. 1.2 Identifikasi Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Sampah masih menjadi permasalahan pencemaran lingkungan yang membutuhkan penanganan paling dominan khususnya sampah rumah tangga di Kota Gorontalo. 2. Volume sampah organik di Kota Gorontalo yang berasal dari dapur rumah tangga semakin meningkat. 3. Kurangnya pengolahan sampah organik untuk merubah bentuk menjadi sesuatu yang bermanfaat.

8 4. Kurangnya pengetahuan masyarakat di Kota Gorontalo mengenai cara penanganan pengolahan sampah organik menjadi kompos dengan menggunakan metode takakura. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalahnya yaitu Apakah ada perbedaan dari starter tape dan nasi basi terhadap lama waktu pengomposan sampah organik rumah tangga dengan metode takakura? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Untuk menganalisis perbedaan starter tape dan nasi basi terhadap waktu pengomposan sampah organik rumah tangga dengan metode takakura. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Untuk mengetahui lama waktu pengomposan sampah organik rumah tangga dengan menambahkan starter tape pada metode takakura. 2. Untuk mengetahui lama waktu pengomposan sampah organik rumah tangga dengan menambahkan starter nasi basi pada metode takakura. 3. Untuk mengetahui perbedaan lama waktu pengomposan sampah organik rumah tangga dengan starter tape dan starter nasi basi pada metode takakura. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat teori Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan terutama yang berkaitan dengan ilmu kesehatan masyarakat dibidang kesehatan lingkungan

9 dan pengolahan limbah padat yakni menguraikan sampah organik yang berasal dari rumah tangga menjadi pupuk kompos dengan cara menggunakan starter tape dan starter nasi basi yang alami dan ramah lingkungan pada pengomposan dengan menggunakan metode takakura. 1.5.2 Manfaat praktis 1. Bagi Masyarakat Diharapkan dari penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat starter tape, starter nasi basi dan sampah organik rumah tangga yang dapat dijadikan kompos, serta memperkenalkan kepada masyarakat tentang teknologi takakura. 2. Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Dari hasil penelitian ini diharapkan mahasiswa kesehatan masyarakat dapat memperkaya dan menambah wawasan lebih dalam tentang pemanfaatan starter tape, starter nasi basi dan sampah organik rumah tangga yang dapat dijadikan kompos dengan metode takakura. 3. Bagi Instansi Kesehatan Diharapkan dari penelitian ini menjadi bahan pertimbangan untuk pemerintah atau instansi kesehatan dalam mencanangkan program pemanfaatan starter tape, nasi basi yang alami dan ramah lingkungan serta sampah organik rumah tangga yang dapat dijadikan kompos dengan metode takakura.