PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VIII

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING

PENINGKATAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Yuyun 1 Yusmansyah 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT

PENGGUNAAN TEKHNIK ASSERTIVE TRAINING DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA KELAS VII

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode. dimaksudkan agar kebenaran yang diungkap benar-benar dapat

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN TEHNIK ASSERTIVE TRAINING UNTUK MENINGKATKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA DI SEKOLAH

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Ratih Novita Sari 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT MENGGUNAKAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING SISWA KELAS XII SMA

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di SMP Negeri 1 Bandar Lampung dan waktu

PENINGKATAN KONSEP DIRI POSITIF SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Putria Maharani 1 Yusmansyah 2 Shinta Mayasari 3

PENINGKATAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL POSITIF PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DENGAN MENGGUNAKAN BIMBINGAN KELOMPOK

I. PENDAHULUAN. aktivitas hidupnya dan melanjutkan garis keturunannya. Dalam menjalin

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

PENINGKATAN DISIPLIN SISWA MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PENDEKATAN BEHAVIOR SISWA SMP KELAS VIII

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

PENINGKATAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI MENGGUNAKAN TEKNIK REINFORCEMENT POSITIF SISWA KELAS 1 SD

MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BELAJAR MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMA

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Meity Fitri Yani 1 Syarifuddin Dahlan 2 Yusmansyah 3

MENGURANGI KONSEP DIRI NEGATIF MENGGUNAKAN ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA KELAS X SMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sebentuk komunikasi. Sedangkan Rogers bersama Kuncaid

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DALAM BERKOMUNIKASI DENGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN SELF ESTEEM SISWA KELAS X MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENGGUNAAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI SISWA DALAM BELAJAR GROUP COUNSELING FOR IMPROVING CONFIDENCE IN STUDENT LEARNING

Kata Kunci: Problem Based Learning (PBL), Ekspositori, dan Hasil Belajar. Abstract

TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA KELAS VII SMP N 1 KEBONARUM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

III. METODE PENELITIAN. mengumpulkan data dengan tujuan tertentu. Penggunaan metode dimaksudkan

Efektivitas Teknik Latihan Asertif Untuk Meningkatkan Internal Locus Of Control Siswa dalam Belajar

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

ABSTRACT. Keywords: Group Counseling Services, Learning Mathematics Motivation

Teknik Role Playing untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Antar Pribadi Siswa

MENINGKATKAN PERILAKU ASERTIF MENGGUNAKAN PENDEKATAN BEHAVIORAL DENGAN LATIHAN ASERTIF PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SALATIGA

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

PENGARUH LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS VII 3 SMP NEGERI 3 KOTA BENGKULU

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK DALAM MENGURANGI PELANGGARAN TATA TERTIB SISWA DI SEKOLAH

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal dalam bimbingan Pribadi-Sosial

KONSELING BEHAVIORAL DENGAN TEKNIK MODEL SIMBOLIS UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 SRAGEN TAHUN AJARAN 2015/2016

PENGGUNAAN LAYANAN INFORMASI DALAM BIMBINGANDAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK ABSTRACT

PENINGKATAN SIKAP SISWA TERHADAP MATA PELAJARAN BAHASA LAMPUNG DENGAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK

TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI DI SEKOLAH SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 MATESIH TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAYU ADHY TAMA K

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN DALAM BELAJAR

PENGARUH BINA BICARA TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR TEMAN PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB B/C LEBO SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

PEMBERIAN INFORMASI KARIR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PEMILIHAN PROGRAM JURUSAN

Meningkatkan Kemampuan Hubungan Interpersonal Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Teknik Sosiodrama pada Siswa Kelas IX-1 SMP Negeri 1 Praya Barat Daya

BAB I PENDAHULUAN. memaksa manusia perlu berkomunikasi (Cangara, 1998). yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat.

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.2 November 2016

HUBUNGAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP

PENGARUH TEKNIK SOSIODRAMA UNTUK PENINGKATAN PERILAKU ASERTIF SISWA. Novita Wella Sari 1. Yusmansyah 2 Diah Utaminingsih 3

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARTASURA TAHUN AJARAN

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

ABSTRACT. Keywords: Role Play, Writing, Negotiation Text.

MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK. Tika Febriyani 1 Syaifuddin Latief 2 Diah Utaminingsih 3

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

MENINGKATKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK SOSIODRAMA KELAS VIII MTSN 2 MEDAN

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU PRO-SOSIAL PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 2 GONDANGREJO TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap individu dalam kehidupannya akan menghadapi berbagai permasalahan,

PENINGKATAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

PENINGKATAN MINAT BELAJAR DENGAN MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMP

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Yuda Pratama 1 Giyono 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT

PENGGUNAAN TOKEN EKONOMI UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI DALAM BERAKTIVITAS DI SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA PENGASUHAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA SMA

Oleh: Desti Widiyana, Universitas Negeri Yogyakarta,

PENGARUH METODE PART AND WHOLE TERHADAP HASIL BELAJAR TEKNIK DASAR SERVIS BAWAH BOLAVOLI PADA EKSTRAKURIKULER BOLAVOLI DI SMP N 4 PACITAN

Citra Passa Hartadi 1 Syarifuddin Dahlan 2 Ratna Widiastuti 3 ABSTRACT

PENURUNAN TINGKAH LAKU MENYIMPANG DENGAN MENGGUNAKAN KONSELING KELOMPOK PADA SISWA.

PENGARUH FRIENDLY SMART MONOPOLY TERHADAP KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR

III. METODE PENELITIAN

MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR SAINS FISIKA SISWA MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TAMBANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE

PENGARUH LATIHAN VARIASI UMPAN TERHADAP KETERAMPILAN SEPAK SILA PADA SISWA PESERTA EKSTRAKURIKULER DI SMP NEGERI 2 GODEAN

I. PENDAHULUAN. Pada hakekatnya setiap manusia membutuhkan orang lain. Naluri untuk hidup bersama orang

PENGGUNAAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA

18 Media Bina Ilmiah ISSN No

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

Darussalam Banda Aceh, ABSTRAK. Kata Kunci: Project Based Learning, Hasil Belajar Kognitif, Sistem Pernapasan Manusia

KEEFEKTIFAN STRATEGI TIMBAL BALIK DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA TEKS CERPEN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA

METODE PENELITIAN. ini adalah pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. eksperimental atau eksperimen semu. Penelitian quasi eksperimental dapat

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Muhammadiyah 2 Bandar Lampung yang

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN SIKAP KEPATUHAN SISWA TERHADAP TATA TERTIB SEKOLAH

Jurnal Matematika Ilmiah STKIP Muhammadiyah Kuningan Vol. 2 No.2 November 2016

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 3 Natar yang beralamatkan Jl. Mawar no.

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW DAN CAROSUSEL FEEDBACK TERHADAP KERJA SAMA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 GAMPING JURNAL SKRIPSI

Transkripsi:

PENINGKATAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN TEKNIK ASSERTIVE TRAINING PADA SISWA Yuli Novita Sari (yuli.novitas@yahoo.com) 1 Yusmansyah 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The purpose of this research was to know the increase in interpersonal communication by assertive training techniques. Research method was using quasi experiment by pretest-posttest control group design, it was analyzed by using independent test sample t-test. The subject of research was 24 students of class VIII who had low interpersonal communication which consisting of experiment group and control group. Data collection technique used observation. Result of the research showed there was an increase in students interpersonal communication, based on the result of the data analysis, the gain score of 2 research groups were obtained t value=16.23 and t table 0.05 with df22=2.074 because t value<t table, then H0 were rejected and Ha accepted, it means that there is a significant increase in interpersonal communication after giving assertive training. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal dengan teknik assertive training. Metode penelitian menggunakan quasi eksperimental dengan pretest-posttest control group design. Dianalisis dengan menggunakan uji independent sample t-test. Subyek penelitian 24 siswa kelas VIII yang memiliki komunikasi interpersonal rendah yang terdiri dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat peningkatan komunikasi interpersonal siswa, berdasarkan hasil analisis data gain score 2 kelompok penelitian diperoleh t hitung = 16,23 dan t tabel 0,05 dengan df 22= 2,074 Karena t hitung > t tabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima, artinya terdapat terdapat peningkatan signifikan komunikasi interpersonal setelah pemberian assertive training. Kata kunci : assertive training, bimbingan konseling, komunikasi interpersonal. PENDAH ULUAN

Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya dengan individu dengan individu yang lain. Sebagai makhluk sosial manusia memiliki kebutuhan, kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia yang lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu keharusan bagi manusia, manusia membutuhkan dan senantiasa berusaha menjalin komunikasi atau hubungan dengan sesamanya. Selain itu, ada sejumlah kebutuhan di dalam diri manusia yang hanya dapat dipuaskan lewat komunikasi dengan sesamanya. Salah satu tugas perkembangan remaja adalah mencapai hubungan baru dan lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita, maksudnya adalah remaja dapat berinteraksi secara sosial, dengan membina persahabatan maupun pertemanan dengan teman sebaya secara harmonis, baik dengan pria maupun dengan wanita. Siswa sebagai remaja atau individu dan makhluk sosial hendaknya memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Kemampuan komunikasi interpersonal erat kaitannya dengan kepercayaan diri seseorang. Seseorang yang kurang percaya diri cenderung menghindari situasi komunikasi karena merasa takut disalahkan atau direndahkan, merasa malu jika tampil dihadapan orang banyak, merasa gugup, cemas dalam mengemukakan gagasannya dan selalu membandingkan dirinya dengan orang lain. Artinya, seseorang yang yang kurang percaya diri cenderung memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang rendah yaitu tidak mampu, tidak berani untuk mengkomunikasikan yang ingin dikomunikasikan. Sebagian waktu siswa dihabiskan di sekolah, dari pagi hingga pulang sekolah yaitu menjelang sore. Siswa melakukan interaksi sosial dengan teman, guru, dan warga sekolah lainnya. Dalam berinteraksi, diperlukan kemampuan komunikasi interpersonal yang baik. Begitu pula dalam proses pembelajaran, kemampuan komunikasi interpersonal sangat diperlukan. Individu atau siswa yang memiliki komunikasi yang baik dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang

sebenarnya tanpa rasa takut sehingga berkomunikasi dengan orang lain akan lancar. Begitu juga dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa cemas, takut, malu, menghindar apabila diminta untuk mengemukakan pendapat tentang materi yang sedang dipelajari, mempresentasikan, atau bahkan berani bertanya tentang hal yang belum dimengerti kepada guru atau temannya. Sebaliknya individu yang memiliki kemampuan komunikasi yang rendah cenderung kurang yakin pada diri sendiri, sukar mengadakan komunikasi dengan orang lain, menghindari situasi komunikasi dan tidak bebas mengemukakan masalah atau hal yang ingin dikemukakan bahkan selalu membanding-bandingkankan dirinya dengan temannya yang lain. Kemampuan komunikasi interpersonal siswa ini menjadi sangat penting karena dalam bergaul atau berinteraksi dengan teman sebayanya, siswa seringkali dihadapkan dengan hal-hal yang membuatnya harus mampu menyatakan pendapat pribadinya tanpa disertai emosi, marah atau sikap kasar. Siswa yang memiliki komunikasi interpersonal yang baik akan mudah bersosialisasi dan lancar. Selain itu juga dalam proses pembelajaran siswa dapat memperoleh pemahaman yang baik dari guru dan sumber belajar di sekolah sehingga akan berpengaruh baik pada hasil belajar siswa. Salah satu tugas guru BK adalah membantu siswa dalam mengembangkan potensi secara optimal. Peran guru BK sangat penting untuk memberikan rancangan layanan bimbingan bagi siswa yang memerlukannya, baik layanan individual maupun kelompok sesuai kebutuhan siswa. Dalam hal ini guru BK dapat memberikan layanan bimbingan kelompok dan menggunakan teknik-teknik dalam konseling, salah satunya yaitu teknik assertive training. Menurut Walter, et.al dalam Purwanta (2012:165) latihan asertif (assertive training) adalah prosedur pengubahan perilaku yang mengajarkan, membimbing, melatih dan mendorong klien untuk menyatakan dan berperilaku tegas dalam situasi tertentu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal dengan teknik assertive training pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kalianda Tahun Pelajaran 2014/2015.

Komunikasi Inter per sonal Menurut Cangara (2014:23), Komunikasi interpersonal adalah proses yang melibatkan dua orang atau lebih. Seperti yang dinyatakan R. Wayne Pace dalam Budiyatna&Leila (2012:15), Communication is communication involving two or more people ina face to face setting. Definisi ini sejalan dengan yang dinyatakan oleh Alvonco (2014:57) yaitu Komunikasi interpersonal terjadi karena pada prinsipnya komunikasi interpersonal melibatkan interaksi dua orang atau lebih dan dilakukan secara tatap muka (face to face communication). Menurut Verderber et al. Budyatna dan Leila (2012:14), komunikasi interpersonal merupakan proses melalui mana orang menciptakan dan mengelola hubungan mereka, melaksanakan tanggung jawab secara timbal balik dan menciptakan makna. Lebih lanjut ia menjelaskan sebagai berikut:pertama, komunikasi interpesonal sebagai proses. Proses merupakan rangkaian sistematis perilaku yang bertujuan yang terjadi dari waktu ke waktu atau berulang kali. Kedua, komunikasi interpersonal bergantung kepada makna yang diciptakan oleh pihak yang terlibat. Ketiga, melalui komunikasi kita menciptakan dan mengelola hubungan. Tanpa komunikasi, hubungan tidak akan terjadi, hubungan dimulai atau terjadi apabila berinteraksi dengan seseorang. Menurut Alvonco (2014:289) Komunikasi interpersonal dapat efektif apabila didalamnya ada unsur-unsur, sebagai berikut: a. Keterbukaan (openess), yaitu kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam menghadapi hubungan interpersonal. b. Saling mendukung (supportiveness), c. Rasa positif (positivenes) d. Empati (empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. e. Berada dalam kesetaraan (equality) Assertive Training

Walter, et.al. dalam Purwanta (2012:165), latihan asertif (assertive training) adalah prosedur pengubahan perilaku yang mengajarkan, membimbing, melatih, dan mendorong klien untuk menyatakan dan berperilaku tegas dalam situasi tertentu.assertive training merupakan salah satu teknik dalam terapi behavioral. Willis (2011:172) menjelaskan bahwa assertive training merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Fokusnya adalah mempraktekkan melalui permainan peran, kecakapan-kecakapan bergaul yang baru diperolah sehingga individu-individu diharapkan mampu mengatasi ketakmemadaiannya dan belajar mengungkapkan perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran mereka secara lebih terbuka disertai keyakinan bahwa mereka berhak untuk menunjukkan reaksi-reaksi yang terbuka itu. Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa assertive training dapat membantu siswa bersikap lebih tegas (asertif) dalam komunikasi. Melalui bermain peran yang intensif, pengungkapan perasaan dengan lebih terbuka dan tetap menghargai hak-hak orang lain, dapat mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi interpersonal siswa. Komunikasi interpersonal rendah Komunikasi interpersonal meningkat Teknik Assertive Training Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian Gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa pada awalnya komunikasi interpersonal siswa rendah, kemudian peneliti meningkatkan komunikasi interpersonal yang rendah tersebut dengan penggunaan teknik assertive training yang memiliki tujuan meningkatkan komunikasi interpersonal. Tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui peningkatan komunikasi interpersonal dengan teknik assertive training pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kalianda Tahun Pelajaran 2014/2015. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperimen, dengan desain Pretest Posttest Control Group Design. Yang digambarkan sebagai berikut : (KE) O 1 X O 2 (KK) O 3 O 4 Gambar 2. Pola Pretest Posttest Control Group Design Keterangan: O 1 X O 2 O 3 O 4 : Hasil pengukuran awal (pretest) Komunikasi interpersonal sebelum diberi assertive training pada Kelompok Eksperimen (KE) : Perlakuan menggunakan assertive training pada Kelompok Eksperimen (KE) : Hasil pengukuran akhir (posttest) komunikasi interpersonal siswa pada kelompok eksperimen setelah diberi assertive training. : Hasil pengukuran awal (pretest) Komunikasi interpersonal pada Kelompok Kontrol (KK). : Hasil pengukuran akhir (posttest) Komunikasi interpersonal siswa pada kelompok kontrol (KK) yang tanpa diberi perlakuan assertive training Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini adalah 24 siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kalianda yang terdiri dari 2 kelompok penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang di dapat dari penjaringan subyek dengan melakukan observasi, yang memiliki skor rendah. Pr osedur Penelitian

Prosedur atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan peneliti dalam penelitian dimulai dari melakukan penjaringan subjek (pretest), kemudian peneliti memberikan perlakuan berupa assertive training sebanyak 6 kali, lalu peneliti melakukan pengukuran akhir (posttest) dengan melakukan observasi, dan terakhir peneliti menganalisis data dengan menggunakan uji independent sample t-test, dan menarik kesimpulan. Definisi Oper asional komunikasi interpersonal dalam penelitian ini adalah proses dimana dua orang atau lebih berinteraksi memulai hubungan, komunikasi yang terjadi secara langsung dan terjadi timbal balik secara langsung pula baik secara verbal maupun non-verbal dengan terbuka untuk mengungkapkan atau mengkomunikasikan sesuai dengan apa yang dipikirkan dan apa yang dirasakan. Indikator komunikasi interpersonal dapat efektif apabila didalamnya ada unsurunsur, sebagai berikut: a. Keterbukaan (openess) b. Saling mendukung (supportiveness), c. Rasa positif (positivenes) d. Empati (empathy), yaitu merasakan apa yang dirasakan orang lain. e. Berada dalam kesetaraan (equality) Sedangkan assertive training atau latihan asertif adalah prosedur latihan yang diberikan untuk membantu peningkatan kemampuan mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan pada orang lain namun tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan orang lain. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara. Observasi yang digunakan peneliti yaitu observasi terstruktur. Observasi digunakan untuk melakukann penguuran komunikasi interpersonal sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan pengukuran komunikasi interpersonal siswa setelah diberikan perlakuan (posttest). Observasi dilakukan oleh peneliti dan guru bimbingan konseling.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, wawancara dilakukan dengan guru BK untuk mendapatkan calon subjek dan mendukung hasil observasi yang dilakukan setelah pemberian perlakuan assertive training. Pengujian Instrumen Penelitian Validitas Instrumen Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi (Content Validity). Untuk menguji validitas isi, dapat digunakan pendapat dari ahli (judgments experts) kemudian dianalisis menggunakan Aiken s V dan hasilnya menunjukkan bahwa tingkat validitasnya tinggi. Reliabilitas Instrumen Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus KK (kesepakatan 2 pengamat). Dengan hasil analisis reliabilitas dari lembar observasi yang telah dibuat menunjukkan tingkat reliabilitasnya adalah tinggi, dan menunjukkan bahwa instrument tersebut sangat dapat digunakan dalam penelitian. Teknik Analisis Data Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji independent sample t-test menggunakan penghitungan manual. Dengan taraf signifikan 5% didapat t hitung = 16,23. Kemudian t hitung dibandingkan dengan t tabel 0,05 = 2,064. Karena t hitung > t tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya terdapat peningkatan signifikan komunikasi interpersonal setelah diberikan assertive training. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan mulai dari tanggal 17 Februari 2015 s.d 20 Maret 2015. Kegiatan assertive training yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah assertive training dengan jenis role playing atau bermain peran. Data hasil pretest dan posttest diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan guru bimbingan dan konseling. Berikut ini adalah tabel skor hasil pretest dan posstest : Tabel 1 Tabel hasil Pretest dan Posttest kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

KE KK subyek Gain skor (X1) subyek Gain skor (X2) 1. BNNN 19.5 380.25 1. OA 0 0 2. CPR 19 361 2. TW 0 0 3. HM 25.5 650.25 3. AF -1 1 4. SR 16.5 272.25 4. IM 3 9 5. AP 22.5 506.25 5. MP -2 4 6. RR 17.5 306.25 6. AQ -1 1 7. RW 26 676 7. LF 0 0 8. AR 16.5 272.25 8. MF 3 9 9. AL 21 441 9. RR 2 4 10. DS 15 225 10. SR -3 9 11. DG 18 324 11. IF 1 1 12. RS 17.5 306.25 12. RS 4 16 217 4720.75 6 54 Dari tabel 1 di atas dijelaskan hasil gain score terhadap 24 subyek yang terdiri dari 2 kelompok penelitian, dimana kelompok eksperimen diberi perlakuan assertive training sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan apapun. Berdasarkan gain score (X1) kelompok eksperimen terlihat adanya peningkatan yang signifikan sedangkan gain score (X2) kelompok kontrol menunjukkan adanya peningkatan yang tidak signifikan. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji independent sample t-test, didapat nilai t hitung adalah sebesar 16,23 dengan nilai df=22 Sedangkan t tabel dengan adalah 2,074. Jadi diketahui bahwa t hitung lebih besar dari pada t tabel (16,23< 2,074 ) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan dapat diterima yaitu terdapat peningkatan komunikasi interpersonal yang signifikan dengan pemberian perlakuan assertive training. Hasil yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan komunikasi interpersonal. setelah diberi perlakuan berupa assertive training. Pada kelompok eksperimen, siswa pada awalnya memiliki komunikasi interpersonal rendah, setelah diberi perlakuan berupa assertive training terjadi peningkatan sebesar 26%. Pada kelompok kontrol siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah tidak diberi perlakuan assertive training terjadi peningkatan sebesar 0,19%. Berdasarkan

hal tersebut, dapat dikatakan bahwa siswa yang telah diberikan perlauan berupa assertive training, memiliki komunikasi interpersonal yang lebih baik. Pemberian assertive training dapat melatih ketrampilan dalam mengemukakan pendapat, melatih keberanian untuk tampil di depan orang banyak, ketrampilan komunikasi efektif dalam bergaul, cara untuk menolak dengan baik dalam berkomunikasi, dan sebagainya. Purwanta (2012:165) memaparkan bahwa asertivitas mempunyai makna kemampuan dan kemauan untuk menyatakan secara langsung berdasarkan kondisi interpersonalnya. Hal tersebut sejalan dengan Willis (2011:72) bahwa assertive training merupakan teknik dalam konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa adanya penerapan assertive training yang dihasilkan akan memberikan kepraktisan bagi guru Bimbingan dan Konseling dalam mengembangkan kemampuan siswa di lingkungan sosialnya. Penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang telah dilaksanakan Muzainah pada tahun 2012 yang berjudul Meningkatkan Komunikasi Interpersonal dengan menggunakan Latihan Asertif pada Siswa kelas VIII-D SMPN 1 Kokop Bangkalan hasil penelitiannya menunjukkan adanya perubahan-perubahan perilaku komunikasi interpersonal pada semua siswa yang diberi perlakuan latihan asertif. Siswa yang semula memiliki kemampuan komunikasi interpersonal rendah, menjadi lebih baik dalam hubungan komunikasi dengan teman-temanya maupun dengan bapak ibu gurunya di sekolah. Thilbault dan kelley dalam Ahmadi (2007:95) yang mengungkapkan bahwa keinginan orang untuk bergabung atau berkelompok dan senang dalam berkelompok selalu berkaitan dengan kesenangan yang diperoleh dan kerugian atau biaya yang harus dikeluarkan. Dari pendapat tersebut dapat diketahui bahwa rasa senang yang muncul dalam diri siswa akan lebih memudahkan mereka untuk lebih berbaur dengan siswa lain sehingga mampu menyimak dan memahami setiap kegiatan dengan baik, maka peneliti terus membuat suasana dalam kegiatan

assertive training agar terasa menyenangkan bagi siswa sehingga memberikan hasil yang baik dalam kegiatan assertive training. Pemberian assertive training ini bertujuan agar siswa mampu menjadi individu yang percaya diri baik secara aspek pribadi dan sosialnya salah satunya adalah memiliki perilaku asertif. Menurut Purwanta (2012:166) perilaku asertif adalah perilaku yang melibatkan kejujuran dan keterbukaan pikiran dan perasaan. Adapun dapat disimpulkan bahwa pemberian assertive training dapat melatih ketrampilan dalam mengemukakan pendapat, melatih keberanian untuk tampil didepan orang banyak, ketrampilan komunikasi efektif dalam bergaul, cara untuk menolak dengan baik dalam berkomunikasi. Selain itut, Corey (2009:213) memaparkan bahwa latihan asertif bisa diterapkan terutama pada situasi-situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. Kemampuan yang dikembangkan melalui assertive training yaitu pemahaman tentang diri sendiri yang mendorong penerimaan diri dan perasaan diri berharga, interaksi sosial, khususnya interaksi antarpribadi serta menjadi efektif untuk situasi-situasi sosial, pengambilan keputusan dan pengarahan diri, sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati, serta perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya. Selain itu, Dalam kegiatan assertive training seluruh siswa memiliki kesempatan untuk saling mengungkapkan atau menyampaikan sesuai dengan apa yang dirasakan dan dipikirkan tanpa merasa takut orang lain akan melakukan penolakan. Setiap siswa juga mendapat kesempatan untuk memberikan masukan dan saran, pendapat dan menanggapinya. Dengan demikian, setiap siswa dapat memperoleh informasi, menyusun rencana dan mengembangkan pemahaman terhadap diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya dalam menunjang perilaku yang lebih efektif. Membentuk siswa yang memiliki komunikasi interpersonal yang baik memerlukan metode bimbingan yang digunakan oleh Guru Bimbingan dan Konseling berisi konten materi yang menarik dan inovatif serta melibatkan partisipasi aktif siswa, dalam hal ini yaitu penggunaan assertive training. Pemberian assertive training

dengan role play yang menyenangkan dan melibatkan partisipasi aktif siswa akan mempercepat pemahaman siswa yang disampaikan dan dapat meningkatkan komunikasi interpersonal siswa. Melalui assertive training kurang tegasnya siswa yang menjadi kurang efektifnya komunikasi interpersonal siswa dapat diubah menjadi lebih asertif sehingga siswa bisa memiliki kemampuan komunikasi interpersonal yang lebih baik. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan analisis data menunjukkan bahwa adanya peningkatan komunikasi interpersonal siswa setelah diberikan kegiatan assertive training sebesar 19,5 atau 66,30%. Hasil perhitungan statistik yang diperoleh yaitu t hitung= 16,23, Kemudian dibandingkan dengan t tabel dengan nilai α= 5% adalah 2,064. oleh karena t hitung = 16,23 > t tabel = 2,064 maka H0 ditolak artinya terdapat peningkatan yang signifikan pada komunikasi interpersonal siswa, setelah diberi assertive training. Kesimpulan penelitian adalah komunikasi interpersonal siswa dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik Assertive Training pada siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kalianda Tahun Pelajaran 2014/2015. Saran Adapun saran yang dapat dikemukakan dari penelitian yang telah dilakukan di SMP N 1 Kalianda, adalah: 1. Kepada Siswa SMP Negeri 1 Kalianda Siswa yang memiliki komunikasi interpersonal rendah, bisa meningkatkan komunikasi interpersonalnya dengan mengikuti kegiatan bimbingan dengan assertive training. 2. Kepada Guru Bimbingan dan Konseling Kepada Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya dapat membuat kegiatan assertive training sebagai salah satu program unggulan dalam program bimbingan Konseling. DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta Alvonco, Johnson. 2014. Practical Communication Skill. Jakarta: Elex Media Komputindo Budiyatna & Leila. 2012. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group Cangara, Hafied. 2014. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Rajagrafindo Corey, G. 2009. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama. Muzainah. 2012. Meningkatkan Komunikasi Interpersonal dengan menggunakan Latihan Asertif pada Siswa Kelas VIII-D SMPN 1 Kokop Bangkalan. Semarang: Jurnal BK Unesa. (Diakses pada tanggal 7 November 2014) Purwanta, Edi. 2012. Modifikasi Perilaku alternatif Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Supratiknya, A. 1995. Tinjauan Psikologis Komunikasi Antarpribadi. Yogyakarta: Kanisius. Willis, Sofyan. 2011. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta